Kelas :B
NIM : R0218112
SURAKARTA
2020
PENERAPAN MANAJEMEN PENGENDALIAN BENCANA INDUSTRI KEBAKARAN
YANG TERJADI PADA INDUSTRI SEMEN
A. STUDI KASUS
Industri semen merupakan salah satu industri penting bagi perekonomian suatu
negara khususnya negara berkembang. Industri semen memiliki potensi kebakaran di
proses produksinya mulai dari kegiatan penambangan penghancuran, pencampuran,
pembakaran, pendinginan, penggilingan bahan baku semen sampai dengan proses
pengemasan sehingga berisiko bagi keselamatan dan kesehatan pekerjanya (Karahan dan
Akosman, 2018).
Kebakaran merupakan hal yang tidak diinginkan, tidak mengenal tempat, waktu
atau siapapun yang menjadi korbannya. Kebakaran dapat terjadi apabila ada tiga unsur
yaitu bahan bakar, oksigen dan sumber panas yang disertai rantai reaksi kimia yang
menyebabkan api terus menyala (Kalaiarasi dan Kumar, 2018). Kerugian akibat
kebakaran tidak hanya berupa kerusakan bangunan saja, tetapi juga kerugian yang
menyangkut moral dan jiwa manusia. Beberapa permasalahan dalam menghadapi
kebakaran antara lain sistem penanggulangan kebakaran yang belum terwujud, rendahnya
sarana prasarana sistem proteksi kebakaran bangunan yang memadai (Hidayat, 2017)
PT Semen Baturaja (Persero), Tbk Pabrik Baturaja yang berlokasi di Kota
Baturaja, Sumatera Selatan dengan luas sekitar 540ha dalam kegiatan produksinya yang
memiliki potensi kebakaran dapat berasal dari coveyor belt, kabel listrik, bahan bakar,
limbah yang mudah terbakar dan api rokok serta penggunaan mesin atau peralatan terus
menerus yang menimbulkan efek panas. Selain itu, terdapat banyak lahan gambut yang
beresiko terbakar pada saat musim kemarau yang dapat merambat ke pabrik dan
membakar mesin atau peralatan produksi. Kebakaran terjadi di PT Semen Baturaja
(Persero), Tbk pada tanggal 28 Desember 2018 sekitar pukul 22.00 WIB. Kebakaran
terjadi di Pabrik Baturaja I tepatnya di unit kerja Coal Mill yang disebabkan karena suhu
pembakaran batubara melebihi suhu pembakaran normal yaitu lebih dari 2300o C.
Kebakaran yang terjadi di sekitar puncak Coal Mill menyulitkan petugas membawa
perlengkapan pemadam kebakaran ke atas, kotak hidran yang berada di puncak Coal Mill
ditemukan dalam keadaan kosong dimana seharusnya kotak hidran merupakan tempat
peralatan pemadam seperti selang. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini.
Berdasarkan latar belakang diatas, PT Semen Baturaja (Persero), Tbk Pabrik
Baturaja mempunyai potensi terjadinya kebakaran maka dari itu perlu dilakukan analisis
implemenasi sistem tanggap darurat kebakaran di PT. Semen Baturaja (Persero), Tbk
Pabrik Baturaja I.
b. Mitigasi (Mitigation)
Mitigasi didefinisikan sebagai tindakan yang diambil sebelum bencana terjadi
dengan tujuan mengurangi atau menghilangkan dampak bencana terhadap
masyarakat dan lingkungan. Mitigasi sering disebut pencegahan atau pengurangan
resiko, dianggap sebagai landasan manajemen bencana. Langkah mitigasi yang
dilakukan oleh perusahaan meliputi :
1. Melaksanakan pelatihan dan pembinaan kepada tenaga kerja
Pelatihan dan pembinaan Pelatihan ini dilakukan dengan tujuan melatih
kembali kesiapan, kecepatan, dan ketepatan regu sebagai tim pemadam
kebakaran dalam menghadapi kebakaran yang terjadi. Sehingga tim pemadam
kebakaran benar-benar selalu dalam kondisi siap menjalankan tugasnya.
Pelatihan ini meliputi : pelatihan penggunaan alat pemadam kebakaran
(APAR dan Hydrant), melakukan simulasi keadaan darurat, dan juga
pelatihan mengenai pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K), dan juga
dalam kegiatan pelatihan dan pembinaan juga dilatih dalam mengidentifikasi
resiko yang dapat ditimbulkan di sekitar lingkungan industri. Pelatihan untuk
seluruh tenaga kerja dilakukan tiap 6 bulan sekali yang dipimpin oleh tim
pemadam kebakaran dari perusahaan. Seluruh tenaga kerja yamg terdapat
dalam perusahaan diharapkan dapat berperan serta dalam pelaksanaan
pemadaman apabila bahaya kebakaran terjadi.
2. Melakukan inspeksi kebakaran
Inspeksi yang telah dilakukan berupa inspeksi K3, inspeksi P2K3 dan
inspeksi peralatan pemadam. Kegiatan inspeksi K3 yaitu berupa pemeriksaan
APD, prosedur keadaan darurat dan SOP, fasilitas kotak P3K, keselamatan bahan
kimia berbahaya, penyimpanan dan penanganan material, dan juga fasilitas
evakuasi yang dimiliki perusahan. Kegiatan inspeksi pemadam kebakaran
meliputi inspeksi APAR dan Hydrant. Pemeriksaan peralatan berguna untuk agar
saat terjadi kebakaran, peralatan pemadam kebakaran yang tersedia berfungsi.
Oleh karena itu, APAR harus diperiksa dan diinspeksi secara berkala yaitu setiap
6 bulan yang dilaksanakan oleh tim K3 langsung atau petugas tanggap darurat.
3. Melaksanakan Safety Patrol
Dalam upaya pengendalian bahaya atau pencegahan timbulnya kebakaran
yang telah dilakukan oleh perusahaan adalah dengan melakukan safety patrol
yang bertujuan untuk mencari keadaan yang tidak sesuai dan memerlukan
tindakan perbaikan agar tidak menimbulkan bencana industri.
4. Simulasi keadaan darurat
Dalam pemberian pelatihan dan pembinaan keadaan darurat, perusahaan
mengkombinasikan dengan melakukan simulasi kebakaran yang dilakuka satu
tahun sekali dengan menyesuaikan kondisi dan situasi keadaan perusahaan.
c. Kesiapsiagaan (Preparedness)
Kesiapsiagaan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
menantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat
guna dan berdaya guna. Kegiatan tersebut meliputi :
1. Menyediakan fasilitas penunjuang keadaan darurat
Fasilitas dan sarana penunjang untuk menanggulangi kebakaran dalam suatu
industri yang mempunyai kemungkinan terjadinya bahaya, harus tersedia dan
harus sesuai dengan jenis bahaya. Fasilitas tersebut meliputi :
a. Penyediaan alat pelindung diri
Alat Pelindung Diri (APD) sangat perlu dibutuhkan bagi semua tim
penanganan kebakaran maupun tenaga kerja yang bekerja di lokasi yang
memiliki potensi kecelakaan. Maka dari itu pihak perusahaan telah
menyediakan APD untuk meminimalisir resiko akibat kecelakaan kerja.
Alat pelindung diri yang terdapat dalam perusahaan yaitu : safety glasses,
safety hamlet, safety shoes, dll.
b. Mobil Pemadam Kebakaran (PMK)
Mobil pemadam kebakaran perusahaan PMK memiliki kapasitas 3000-
5000 liter air yang dapat digunakan ± 10 menit pemadaman. 1 unit PMK
dioperasikan oleh 5 orang atau minimal 3 orang (1 orang sebagai
nozzleman yang bertugas mengoperasikan nozzle, 1 orang sebagai helper
yaitu membantu nozzelman dan 1 orang lagi sebagai operator yang
bertugas membawa PMK dan mengoperasikan jalannya air) yang semua
personilnya telah mengikuti kursus teknik penanggulangan kebakaran.
c. Peta Evakuasi
Peta evakuasi ini berisi petunjuk jalur evakuasi terdekat dan juga
mempermudah tenaga kerja dalam menentukan jalur evakuasi terdekat dan
utama. Peletakaan peta evakuasi ini berada dekat dengan pintu keluar
darurat, dan titik pertemuan
d. Kotak P3K
Kotak P3K disediakan sebagai salah satu upaya dalam pertlongan pertama
kepada korban dari tenaga kerja agar resiko yang diterima oleh tenaga
kera dapat ditangani dengan baik dan mencegah inveksi yang nantinya
dapat menimbulkan permasalahan baru.
e. Alat transportasi darurat
Alat transportasi dibutuhkan untuk memindahkan pekerja keluar dari
lokasi, mengangkut bantuan yang diperlukan dan membawa korban yang
ada. Untuk itu perusahaan telah menyiapkan ambulans, mobil, bus, truk
sebagai salah satu alat yang digunakan dalam proses evakuasi.
f. Memasang sistem proteksi kebakaran (aktif dan pasif)
Sistem proteksi kebakaran aktif
- Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
Terdapat APAR pada area perusahaan tersebut yang ditempatkan
di sepanjang sarana jalan keluar Pemeliharaan APAR dilakukan
oleh Seksi Keselamatan Kerja dan Kebersihan setiap 6 bulan sekali
dan diperiksa segel dan kelayakan pakainya serta pemasangannya.
- Hydrant
Pengecekan hydrant dilakukan tiap tiga bulan sekali dengan
meliputi membersihkan kotoran dan debu yang menempel disekitar
hydrant, mengecek kelengkapan isi box hydrant, menulis laporan
pengecekan pada blanko laporan.
Sistem proteksi kebakaran pasif
- Sarana Jalan Keluar
Setiap wilayah yang ada di dalam area perusahaan terutama
bangunan bertingkat telah memiliki 1 sarana jalan keluar. Sarana
ini harus bebas hambatan agar pada saat digunakan dalam keadaan
darurat dapat berfungsi dengan maksimal. Selain itu, juga dapat
mempermudah proses evakuasi tenaga kerja.
- Assembly point (titik kumpul sementara)
Perusahaan telah memiliki tempat berkumpul sementara terpusat
yang terletak di area parkir mobil. Kondisi area tersebut juga relatif
aman karena hanya berupa lahan kosong. Akses menuju lokasi ini
juga mudah dijangkau oleh setiap pekerja.
- Pintu darurat
Pintu darurat terletak didalam area produksi perusahaan yang
terhubung langsung dengan area terbuka sehingga memudahkan
dalam proses evakuasi. akses menuju pintu darurat ini sudah bebas
dari sehingga memudahkan dalam proses evakuasi
- Petunjuk arah jalan keluar
Petunjuk arah jalan keluar terpasang di area perusahaan, setiap
petunjuk arah yang ada ditempatkan pada bagian atas dinding di
setiap pintu keluar. Tanda atau petunjuk berupa papan berbentuk
persegi yang bertuliskan “EXIT” dengan ukuran yang besar dan
dapat terlihat dengan jelas.
- Penerangan Darurat
Penerangan darurat yang terpasang di seluruh area kerja berupa
lampu darurat. Penerangan ini menggunakan baterai cadangan dan
sekaligus tersambung dengan sumber listrik utama dan darurat.
c. Pemulihan (Recovery)
Pemulihan menurut Sulivan dalam Kusumasari (2014:30) adalah kegiatan
mengembalikan sistem infra struktur kepada standar operasi minimal dan panduan
upaya jangka panjang yang dirancang untuk mengembalikan kehidupan ke
keadaan dan kondisi normal keadaan yang lebih baik setelah bencana. Pemulihan
dapat dilakukan dengan :
1. Pembongkaran dan pembersihan infrastruktur yang rusak
Pembongkaran dan pembersihan infrastruktur yang rusak dilakukan sebagai
salah satu upaya yang dilakukan agar perusahaan dapat membersihkan puing-
puing yang berserakan dan sebagai salah satu langkah sebelum dilakukannya
rekonstruksi.
2. Melakukan investigasi, melakukan observasi, serta evaluasi
Dengan melakukan investigasi, observasi maka penyebab bencana industry
dapat ditemukan sehingga dapat dilakukan evaluasi dan nantinya akan
dilakukan perbaikan.