NIM : R0217088
Kelas :B
A. STUDI KASUS
Industri pupuk merupakan salah satu industri kimia yang memiliki potensi bahaya yang
besar. Proses produksinya menggunakan alat dan bahan produksi yang dapat menimbulkan
kebakaran. Bahan Kimia yang digunakan di Industri Pupuk Antara lain Amonia, Urea,
Hidrogen, Nitrogen,dan gas alam. Kebakaran dan ledakan merupakan salah satu bahaya
potensial yang dapat timbul karena setiap produksinya yang menggunakan bahan kimia.
Kebakaran merupakan bencana yang datangnya tidak kita ketahui atau diprediksi kapan dan
dimana, sehingga perlu adanya kegiatan pencegahan dan penanggulangan dini. Industri
Pupuk X merupakan perusahaan petrokimia yang memproduksi urea, dengan bahan baku
yang digunakan berupa gas alam, air dan udara. serta menggunakan bahan-bahan kimia
seperti hidrogen, nitrogen, untuk kemudian dihasilkan urea dengan konsentrasi yang tinggi.
Bahan baku ini dilakukan pada suhu dan tekanan yang tinggi. Dengan adanya proses
produksi yang berlangsung pada suhu dan tekanan yang tinggi serta keterlibatan penggunaan
bahanbahan kimia, maka kebakaran, ledakan serta kebocoran bahanbahan kimia berbahaya
dan beracun menjadi potensi bahaya tertinggi di Industri Pupuk X. Industri Pupuk X
memiliki beberapa area. Area pabrik yang terdiri pabrik 1A, pabrik 1B,, pabrik NPK, dan
pabrik Organik. Luar kawasan pabrik seperti kawasan area perumahan, gedung serbaguna,
dan kantor administrasi. Pabrik 1A dan 1B merupakan Tempat yang memiliki potensi
bahaya yang tinggi. Pabrik ini merupakan pusat proses produksi yang didalamnya
menggunakan dan menghasilkan bahan kimia yang berpotensi kebakaran. Berdasarkan
survei awal, kejadian kebakaran industri pupuk X antara tahun 2003 sampai 2009 ada 38
kejadian kebakaran baik dalam kawasan pabrik maupun di luar kawasan pabrik. Di dalam
area pabrik 1A dan 1B terdapat 18 kejadian kebakaran, sedangkan di luar pabrik terdapat 20
kejadian kebakaran. Kejadian kebakaran lebih sedikit di pabrik 1A dan 1B dari pada di luar
area pabrik, akan tetapi didalam area produksi terdapat proses produksi yang melibatkan
bahan-bahan kimia yang berbahaya yang mudah meledak dan terbakar sehingga kebakaran
sekecil apapun dapat memicu kebakaran yang lebih besar lagi. Kebakaran di pabrik
disebabkan oleh beberapa penyebab seperti percikan api, bocoran oli, bocoran gas, dan
bocoran bahan kimia. Pekerjaan di pabrik 1A dan 1B yang dapat menimbulkan kebakaran
seperti pengelasan, penggerindaan, dan pemotongan baut. Kebakaran terjadi pada awal bulan
mei tahun 2012 yaitu di pabrik amonia. Penyebab dari kebakaran ini adalah bocoran oli yang
mengenai insulasi turbin yang menyebabkan insulasi turbin terbakar. Kebakaran dapat
dipadamkan oleh karyawan, namun kerugian akibat kebakaran tidak bisa dihindari yaitu
kerusakan alat. Penerapan pencegahan dan penaggulangan telah dilakukan seperti
penempatan sarana dan prasarana kebakaran di setiap area seperti APAR, hidrant, dan alarm
sistem. Industri pupuk X juga telah menerapkan sistem ijin kerja di setiap pekerjaan yang
dapat berpotensi menimbulkan bahaya kebakaran. Melihat keadaan tersebut maka perlu
dilakukan penelitian tentang analisis implementasi teknis pencegahan dan penanggulangan
kebakaran pada pabrik 1A dan 1B di industri pupuk X berdasarkan standar di Indonesia.
b. Mitigasi (Mitigation)
Dalam upaya mencegah atau meminimalkan potensi dampak bencana
kebakaran pada masa mendatang diperlukan perencanaan program mitigasi dan
kesiagaan terhadap bencana kebakaran. Mitigasi adalah upaya mengeliminasi,
menurunkan/meminimalkan risiko bahaya bencana pada populasi yang rentan.
Lingkup mitigasi meliputi eliminasi dan reduksi risiko serta transmisi tanggung
jawab. Fokus mitigasi adalah mengeliminasi atau membatasi kemungkinan kejadian
bencana, dan menurunkan kerentanan populasi. Kesiagaan terhadap potensi bencana
adalah suatu bentuk upaya peningkatan kemampuan masyarakat dalam merespon
secara efektif ancaman dan dampak bencana dan segera pulih dari dampak jangka
panjang. Partisipasi aktif pekerja memainkan peran yang paling penting dalam aspek
kesiagaan terhadap bencana.
c. Kesiapsiagaan (Preparedness)
Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi
bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya
guna. Kesiapsiagaan dilaksanakan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya
bencana guna menghindari jatuhnya korban jiwa, kerugian harta benda dan
berubahnya tata kehidupan masyarakat. Adanya fasilitas dan peralatan dalam
Kebakaran yang dapat mendukung penanggulangan kebakaran di Industri yakni :
a. Sarana Komunikasi
Sarana komunikasi yang perlu dipersiapkan antara lain : alarm, radio panggil,
telepon genggam dengan satuan khusus dan lain-lain. Karena fungsinya yang
sangat penting maka sarana komunikasi harus selalu dirawat dan dijaga agar
senantiasa berfungsi dengan baik dan dapat dipakai secara terus menerus dengan
efektif.(Syukri Sahab, 1997)
d. Peralatan medis
Tim emergency harus dilengkapi dengan peralatan medik untuk pertolongan
darurat seperti oksigen, alat resusitasi jantung dan paru, pembalut dan obat-
obatan.(Syukri Sahab, 1997)
e. Alat transportasi
Jika terdapat suatu keadaan darurat maka peralatan transportasi juga memegang
peranan tidak kalah pentingnya. Alat transportasi dibutuhkan untuk memindahkan
pekerja keluar dari lokasi, mengangkut bantuan yang diperlukan dan membawa
korban yang ada. Untuk itu ambulans, mobil, bus, truk dan lainlainharus tersedia
untuk keperluan evakuasi. (Kuhre,1996)
3. Pada area yang berasap, lakukanlah posisi merendah untuk menjaga mulut dan
hidung sedekat mungkin ke lantai.
4. Jangan sekali-kali kembali dan berhenti untuk segala sesuatu jika sudah diancam
api.
5. Ketika meninggalkan gedung hendaklah ditutup pintu di belakang anda.
6. Jangan memasuki gedung yang telah terbakar.(SNI-03-7011-2004)
c. Pemulihan (Recovery)
Pemulihan adalah kegiatan mengembalikan sistem infra struktur untuk
mengembalikan kehidupan ke keadaan dan kondisi normal, keadaan yang lebih baik
setelah bencana. Pemulihan bertujuan untuk memperbaiki dan meulihkan semua
aspek pelayanan publik dan masyaakat samapai tingkat yang memadai pada wilayah
pasca bencana, dperlukan rehabilitasi dengan sasaran utama normalisasi atau
berjalannya secara wajar semua aspek pemerintah dan kehidupan masyarakat.
Perbaikan dan pemulihan yang dimaksud pada semua aspek pelayanan publik di
wilayah pasca bencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya
secara wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat. Rehabilitasi
merupakan tanggung jawab pemerintah dan/atau pemerintah daerah yang terkena
bencana. Rehabiitasi dikoordinasikan oleh BPBD dan wajib menggunakan dana
penanggulangan bencana dari APBD Kabupaten/Kota. Dalam sektor kesehatan
pelayanan kesehatan ditujukan untuk membantu masyarakat yang terkena dampak
bencana dalam rangka memulihkan kondisi kesehatan masyarakat melalui pemulihan
sistem pelayanan kesehatan masyarakat. Bentuk pemulihan kondisi kesehatan
tersebut adalah
(a) membantu perawatan lanjut korban bencana yang sakit dan mengalami luka;
(b) menyediakan obat - obatan;
(c) menyediakan peralatan kesehatan;
(d) menyediakan tenaga medis dan para medis;
(e) memfungsikan kembali sistem pelayanan kesehatan termasuk sistem rujukan.
b. Rekonstruksi (Reconstruction)
Rekonstruksi, yaitu kegiatan untuk membangun kembali berbagai yang diakibatkan
oleh bencana secara lebih baik dari pada keadaan sebelumnya dengan telah
mengantisipasi berbagai kemungkinan terjadinya bencana di masa yang akan datang.
Disini peranan K 3 menjadi penting untuk mendukung siklus tersebut.