Yogyakarta, 17 September 2019, saat semua itu terjadi. Proyek pembangunan Hotel Bintang 5 yang ada di daerah Gunung Kidul ini merupakan salah satu proyek besar kota Yogyakarta yang mana hotel ini akan digunakan sebagai salah satu destinasi para wisatawan yang akan berkunjung ke Yogyakarta khususnya wilayah Gunung Kidul. Destinasi di Gunung Kidul sangat beragam salah satunya adalah dengan pantai dan tebing breksinya yang indah, pastinya para pengunjungpun juga akan ketagihan untuk terus berwisata ke daerah tersebut. Hal ini sangat mengundang para pengusaha property ataupun investor untuk menanam saham didaerah tersebut karena potensinya yang besar. Saat itu mahasiswa K3 yang baru saja lulus dan diterima kerja sebagai HSE Officer pada proyek pembangunan Hotel Bintang 5 ini, panggil saja ia Ranty mahasiswa perempuan yang berani dan tangguh menjadi HSE Officer pada sebuah proyek pembangunan yang terekenal sangat tidak ramah untuk perempuan. Saat itu tepat pada hari Rabu di minggu kedua bulan Sepetember terjadi kecelakaan kerja yang mana adanya pekerja yang terkena runtuhan tiang-tiang rancangan plafon saat para pekerja pengecor lantai itu berada dibawah sehingga para pekerja tidak sempat melarikan diri dan bahkan tidak sadar saat terjadinya kecelakaan tersebut. kecelakaan terjadi begitu cepat, sehingga banyak memakan korban dan tentunya kerugian material juga memakan biaya yang besar. Sebagai Hse Officer pada proyek tersebut Ranty segera bertindak untuk melakukan tugasnya yakni mengkoordinasikan pekerja yang selamat untuk menempatkan dirinya ditempat yang aman, dan segera memberikan pertolongan darurat pada pekerja yang mengalami kecelakaan. Beberapa pekerja yang mengalami kecelakaan sampai ada yang tidak sadarkan diri dikarenakan terbentur pada bagian kepalanya sehingga langsung dilarikan di Rumah Sakit terdekat pada Proyek tersebut. Setelah terjadinya kecelakaan tersebut dilakukan investigasi kecelakaan kerja yang diketuai oleh Manager HSE dari Perusahaan konstruksi pemenanng tander untuk proyek pembangunan Hotel Bintang 5 ini, Ranty yang bertugas sebagai HSE Officer pada proyek tersebut juga ikut berperan dalam melakukan investigasi ini namun saat melakukan investigasi ditemukan banyak kejanggalan saat melakukan pembangunan diawal rancangan dan banyak sekali pelanggaran SOP yang telah ditetapkan sehingga para pekerja juga dapat mudah mengalami kecelakaan kerja dikarenakan banyak keselahan dari pekerja itu sendiri. Selain itu juga kurangnya pengawasan dari HSE Officer yang mana hanya satu orang dan seorang perempuan yang menjadi satu-satunya pengawas itu dirasa kurang pas dalam menangani dan mengawasi proyek pembangunan yang bebannya juga tidak sedikit. Adapun peran wanita yang hanya disebelah mata dan kebanyakan tak didengar oleh para pekerja semakin menambah beban HSE Officer wanita dalam melakukan tugasnya. Untuk jaminan keselamatan dan kesehatan seluruh pekerja pada proyek ini juga dirasa kurang dikarenakan banyak hak pekerja yang tidak didapatkan saat bekerja misalkan saja pekerja hanya mendapatkan waktu istirahat 10 menit karena dikejar target pembangunan yang harus selesai hanya dalam kurun waktu 8 bulan pengerjaan. Selain itu tidak adanya pergantian shift pekerja dikarenakan pekerja yang hanya sedikit juga membuat para pekerja kelelahan dan saat melakukan pekerjaan tidak fokus sehingga rawan terjadi kecelakaan kerja.
2. Menganalisis Kasus Dari Segi Etika
Pada kasus tersebut jelas tertera adanya pelanggaran SOP saat bekerja seperti kasus adanya kecelakaan kerja oleh pekerja tersebut merupakan kesalahan dalam etika profesi khususnya pada K3. Kasus tersebut dapat menjadi salah satu penyebab kecelakaan dan kerugian baik nyawa maupun materi yang akan terus berlangsung apabila tidak segera ditindaklanjuti. Tak hanya pada pelanggaran SOP oleh pekerja namun kasus tersbut juga sangat memandang sebelah mata pada pekerja perempuan, terkesan tidak dianggap dan diremehkan saat memberikan penyuluhan maupun melakukan pengawasan saat proyek pembangunan berlangsung. Tidak ada jaminan kesehatan dan keselamatan dari perusahaan kontruksi tersebut juga merupakan salah satu pelanggaran etika profesi pekerja yang mana tidak mendapatkan kenyamanan saat bekerja. Bagaimana dengan sudut pandang hukum ? Khususnya K3 yang diatur dalam UU 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja adalah yang mengatur tentang keselamatan kerja dalam segala tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air maupun di udara, yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia. Dalam Undang-undang tersebut tertulis bahwa :
a. bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas
keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas Nasional; b. bahwa setiap orang lainnya yang berada di tempat kerja perlu terjamin pula keselamatannya; c. bahwa setiap sumber produksi perlu dipakai dan dipergunakan secara aman dan effisien; d. bahwa berhubung dengan itu perlu diadakan segala daya-upaya untuk membina norma-norma perlindungan kerja; e. bahwa pembinaan norma-norma itu perlu diwujudkan dalam Undang-undang yang memuat ketentuan-ketentuan umum tentang keselamatan kerja yang sesuai dengan perkembangan masyarakat, industrialisasi, teknik dan teknologi.
Dasar hukum UU 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja adalah:
1. Pasal-pasal 5, 20, dan 27 Undang-Undang Dasar 1945;
2. Pasal-pasal 9 dan 10 Undang-Undang No. 14 Tahun 1969 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok mengenai Tenaga Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1969 No. 55, Tambahan Lembaran Negara No. 2912);
Dalam peraturan tersebut dapat disimpulkan bahwa keselamatan
kerja penting dalam keseharian kita khususnya pada para pekerja. Etika profesi yang dijalankan dengan sesuai dengan norma dan ketentuan yang berlaku maka akan tercipta kenyamanan dan aman saat bekerja. Untuk kesetaraan pekerja perempuan maupun pekerja laki-laki diatur dalam undang-undang tersebut.
Peraturan perundang-undangan terkait:
1. UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
2. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja RI No.: SE-04/Men/88 tentang
Pelaksanaan Larangan Diskriminasi Pekerja Wanita Sebagaimana disebutkan dalam Pasal 5 UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yaitu “Setiap tenaga kerja memiliki kesempatan yang sama tanpa diskriminasi untuk memperoleh pekerjaan.” dan Pasal 6 UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yaitu “Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh perlakuan yang sama tanpa diskriminasi dari pengusaha.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pekerja perempuan maupun laki-
laki tidak diskriminasi saat bekerja semua sama tidak ada pembatasn hak maupun kewajiban yang diatur dalam undang-undang tersebut.
3. Refleksi Kasus Covid-19 dengan K3 waktu sekarang ini
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARSCoV-2). SARS-CoV-2 merupakan coronavirus jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Ada setidaknya dua jenis coronavirus yang diketahui menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Tanda dan gejala umum infeksi COVID-19 antara lain gejala gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk dan sesak napas. Masa inkubasi rata-rata 5-6 hari dengan masa inkubasi terpanjang 14 hari. Pada kasus COVID-19 yang berat dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian. Virus ini di Indonesia sampai pada angka 90% penularan dan sudah banyak yang terinveksi virus ini bahkan banyak korban jiwa sehingga pemerintah Indonesia juga mengambil langkah yang tegas dalam mencegah penyebaran virus covid-19 ini. Pemerintah pusat maupun daerah langsung menganggap masalah ini sebagai keadaan tanggap darurat yang harus segera ditanggulangi. Banyak peraturan-peraturan baru yang ditetapkan untuk menanggulangi masalah covid-19 ini misalkan adanya PSBB (Pembatasan Berskala Besar) pada daerah-daerah yang berzona merah yang mana angka penyebaran covid-19 pada daerah tersebut tinggi sehingga berlakunya PSBB pada daerah yang rawan tertular covid-19. Pada perusahaan atau tempat kerja juga diberlakukan peraturan- peraturan baru mengenai pencegahan covid-19. Departemen K3 pada tempat kerja wajib mengeluarkan peraturan mengenai protokol kesehatan covid-19 misalkan harus mengukur suhu badan sebelum masuk ke Tempat Kerja, mencuci tangan terlebih dahulu, menggunakan masker atau faceshield, menjaga jarak menerapkan social distancing. Pemberlakuan WFH (work from home) bagi pekerja juga dapat mencegah penyebaran covid-19 ini, kebijakan yang dikeluarkan masing-masing tempat kerja dapat disesuaikan dengan keadaan tempat kerja tersebut namun harus tetap menginat keamanan adalah yang utama bagi seluruh pekerja. Penerapan K3 khususnya pada kasus covid-19 ini sangat penting bekerja sama dengan kementrian kesehatan untuk mencegah penyebaran covid-19 Kementrian Kesehatan mengeluarkan “Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor Hk.01.07/Menkes/413/2020 Tentang Pedoman Pencegahan Dan Pengendalian Coronavirus Disease 2019 (Covid- 19)” sehingga pada pencegahan penyebaran virus covid-19 ini indonesia berpedoman pada keputusan kementrian kesehatan.
Kuli Bangunan Adalah Orang Yang Bekerja Di Bidang Pembangunan Suatu Proyek Dengan Mengandalkan Kekuatan Fisik Serta Keahlian Dan Kuli Bangunan Merupakan Suatu Pekerjaan Yang Memiliki Resiko Tinggi