Anda di halaman 1dari 6

Nama : Retno Rahdiya Ningrum

NIM : R0217088

Kelas :B

Mata Kuliah : Etika Profesi

1. Permasalahan Terkait Etika Profesi (K3)


Yogyakarta, 17 September 2019, saat semua itu terjadi.
Proyek pembangunan Hotel Bintang 5 yang ada di daerah
Gunung Kidul ini merupakan salah satu proyek besar kota
Yogyakarta yang mana hotel ini akan digunakan sebagai salah satu
destinasi para wisatawan yang akan berkunjung ke Yogyakarta
khususnya wilayah Gunung Kidul. Destinasi di Gunung Kidul sangat
beragam salah satunya adalah dengan pantai dan tebing breksinya
yang indah, pastinya para pengunjungpun juga akan ketagihan untuk
terus berwisata ke daerah tersebut. Hal ini sangat mengundang para
pengusaha property ataupun investor untuk menanam saham
didaerah tersebut karena potensinya yang besar. Saat itu mahasiswa
K3 yang baru saja lulus dan diterima kerja sebagai HSE Officer pada
proyek pembangunan Hotel Bintang 5 ini, panggil saja ia Ranty
mahasiswa perempuan yang berani dan tangguh menjadi HSE
Officer pada sebuah proyek pembangunan yang terekenal sangat
tidak ramah untuk perempuan.
Saat itu tepat pada hari Rabu di minggu kedua bulan
Sepetember terjadi kecelakaan kerja yang mana adanya pekerja yang
terkena runtuhan tiang-tiang rancangan plafon saat para pekerja
pengecor lantai itu berada dibawah sehingga para pekerja tidak
sempat melarikan diri dan bahkan tidak sadar saat terjadinya
kecelakaan tersebut. kecelakaan terjadi begitu cepat, sehingga
banyak memakan korban dan tentunya kerugian material juga
memakan biaya yang besar. Sebagai Hse Officer pada proyek
tersebut Ranty segera bertindak untuk melakukan tugasnya yakni
mengkoordinasikan pekerja yang selamat untuk menempatkan
dirinya ditempat yang aman, dan segera memberikan pertolongan
darurat pada pekerja yang mengalami kecelakaan. Beberapa pekerja
yang mengalami kecelakaan sampai ada yang tidak sadarkan diri
dikarenakan terbentur pada bagian kepalanya sehingga langsung
dilarikan di Rumah Sakit terdekat pada Proyek tersebut.
Setelah terjadinya kecelakaan tersebut dilakukan investigasi
kecelakaan kerja yang diketuai oleh Manager HSE dari Perusahaan
konstruksi pemenanng tander untuk proyek pembangunan Hotel
Bintang 5 ini, Ranty yang bertugas sebagai HSE Officer pada proyek
tersebut juga ikut berperan dalam melakukan investigasi ini namun
saat melakukan investigasi ditemukan banyak kejanggalan saat
melakukan pembangunan diawal rancangan dan banyak sekali
pelanggaran SOP yang telah ditetapkan sehingga para pekerja juga
dapat mudah mengalami kecelakaan kerja dikarenakan banyak
keselahan dari pekerja itu sendiri. Selain itu juga kurangnya
pengawasan dari HSE Officer yang mana hanya satu orang dan
seorang perempuan yang menjadi satu-satunya pengawas itu dirasa
kurang pas dalam menangani dan mengawasi proyek pembangunan
yang bebannya juga tidak sedikit. Adapun peran wanita yang hanya
disebelah mata dan kebanyakan tak didengar oleh para pekerja
semakin menambah beban HSE Officer wanita dalam melakukan
tugasnya.
Untuk jaminan keselamatan dan kesehatan seluruh pekerja
pada proyek ini juga dirasa kurang dikarenakan banyak hak pekerja
yang tidak didapatkan saat bekerja misalkan saja pekerja hanya
mendapatkan waktu istirahat 10 menit karena dikejar target
pembangunan yang harus selesai hanya dalam kurun waktu 8 bulan
pengerjaan. Selain itu tidak adanya pergantian shift pekerja
dikarenakan pekerja yang hanya sedikit juga membuat para pekerja
kelelahan dan saat melakukan pekerjaan tidak fokus sehingga rawan
terjadi kecelakaan kerja.

2. Menganalisis Kasus Dari Segi Etika


Pada kasus tersebut jelas tertera adanya pelanggaran SOP saat
bekerja seperti kasus adanya kecelakaan kerja oleh pekerja tersebut
merupakan kesalahan dalam etika profesi khususnya pada K3. Kasus
tersebut dapat menjadi salah satu penyebab kecelakaan dan kerugian
baik nyawa maupun materi yang akan terus berlangsung apabila
tidak segera ditindaklanjuti. Tak hanya pada pelanggaran SOP oleh
pekerja namun kasus tersbut juga sangat memandang sebelah mata
pada pekerja perempuan, terkesan tidak dianggap dan diremehkan
saat memberikan penyuluhan maupun melakukan pengawasan saat
proyek pembangunan berlangsung.
Tidak ada jaminan kesehatan dan keselamatan dari perusahaan
kontruksi tersebut juga merupakan salah satu pelanggaran etika
profesi pekerja yang mana tidak mendapatkan kenyamanan saat
bekerja.
Bagaimana dengan sudut pandang hukum ?
Khususnya K3 yang diatur dalam UU 1 tahun 1970  tentang
Keselamatan Kerja adalah  yang mengatur tentang keselamatan kerja
dalam segala tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah, di
permukaan air, di dalam air maupun di udara, yang berada di dalam
wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia.
Dalam Undang-undang tersebut tertulis bahwa :

a. bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas


keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan
hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas Nasional;
b. bahwa setiap orang lainnya yang berada di tempat kerja perlu
terjamin pula keselamatannya;
c. bahwa setiap sumber produksi perlu dipakai dan dipergunakan
secara aman dan effisien;
d. bahwa berhubung dengan itu perlu diadakan segala daya-upaya
untuk membina norma-norma perlindungan kerja;
e. bahwa pembinaan norma-norma itu perlu diwujudkan dalam
Undang-undang yang memuat ketentuan-ketentuan umum tentang
keselamatan kerja yang sesuai dengan perkembangan masyarakat,
industrialisasi, teknik dan teknologi.

Dasar hukum UU 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja adalah:

1. Pasal-pasal 5, 20, dan 27 Undang-Undang Dasar 1945;


2. Pasal-pasal 9 dan 10 Undang-Undang No. 14 Tahun 1969 tentang
Ketentuan-ketentuan Pokok mengenai Tenaga Kerja (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1969 No. 55, Tambahan
Lembaran Negara No. 2912);

Dalam peraturan tersebut dapat disimpulkan bahwa keselamatan


kerja penting dalam keseharian kita khususnya pada para pekerja.
Etika profesi yang dijalankan dengan sesuai dengan norma dan
ketentuan yang berlaku maka akan tercipta kenyamanan dan aman
saat bekerja.
Untuk kesetaraan pekerja perempuan maupun pekerja laki-laki diatur
dalam undang-undang tersebut.

Peraturan perundang-undangan terkait:

1.      UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

2.      Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja RI No.: SE-04/Men/88 tentang


Pelaksanaan Larangan Diskriminasi Pekerja Wanita
Sebagaimana disebutkan dalam Pasal 5 UU No. 13 tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan yaitu “Setiap tenaga kerja memiliki kesempatan yang
sama tanpa diskriminasi untuk memperoleh pekerjaan.” dan Pasal 6 UU
No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yaitu “Setiap pekerja/buruh
berhak memperoleh perlakuan yang sama tanpa diskriminasi dari
pengusaha.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pekerja perempuan maupun laki-


laki tidak diskriminasi saat bekerja semua sama tidak ada pembatasn hak
maupun kewajiban yang diatur dalam undang-undang tersebut.

3. Refleksi Kasus Covid-19 dengan K3 waktu sekarang ini

Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular yang


disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2
(SARSCoV-2). SARS-CoV-2 merupakan coronavirus jenis baru yang
belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Ada setidaknya dua
jenis coronavirus yang diketahui menyebabkan penyakit yang dapat
menimbulkan gejala berat seperti Middle East Respiratory Syndrome
(MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Tanda dan
gejala umum infeksi COVID-19 antara lain gejala gangguan pernapasan
akut seperti demam, batuk dan sesak napas. Masa inkubasi rata-rata 5-6 hari
dengan masa inkubasi terpanjang 14 hari. Pada kasus COVID-19 yang berat
dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan
bahkan kematian.
Virus ini di Indonesia sampai pada angka 90% penularan dan sudah
banyak yang terinveksi virus ini bahkan banyak korban jiwa sehingga
pemerintah Indonesia juga mengambil langkah yang tegas dalam mencegah
penyebaran virus covid-19 ini. Pemerintah pusat maupun daerah langsung
menganggap masalah ini sebagai keadaan tanggap darurat yang harus segera
ditanggulangi. Banyak peraturan-peraturan baru yang ditetapkan untuk
menanggulangi masalah covid-19 ini misalkan adanya PSBB (Pembatasan
Berskala Besar) pada daerah-daerah yang berzona merah yang mana angka
penyebaran covid-19 pada daerah tersebut tinggi sehingga berlakunya PSBB
pada daerah yang rawan tertular covid-19.
Pada perusahaan atau tempat kerja juga diberlakukan peraturan-
peraturan baru mengenai pencegahan covid-19. Departemen K3 pada tempat
kerja wajib mengeluarkan peraturan mengenai protokol kesehatan covid-19
misalkan harus mengukur suhu badan sebelum masuk ke Tempat Kerja,
mencuci tangan terlebih dahulu, menggunakan masker atau faceshield,
menjaga jarak menerapkan social distancing. Pemberlakuan WFH (work
from home) bagi pekerja juga dapat mencegah penyebaran covid-19 ini,
kebijakan yang dikeluarkan masing-masing tempat kerja dapat disesuaikan
dengan keadaan tempat kerja tersebut namun harus tetap menginat
keamanan adalah yang utama bagi seluruh pekerja.
Penerapan K3 khususnya pada kasus covid-19 ini sangat penting
bekerja sama dengan kementrian kesehatan untuk mencegah penyebaran
covid-19 Kementrian Kesehatan mengeluarkan “Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor Hk.01.07/Menkes/413/2020 Tentang
Pedoman Pencegahan Dan Pengendalian Coronavirus Disease 2019 (Covid-
19)” sehingga pada pencegahan penyebaran virus covid-19 ini indonesia
berpedoman pada keputusan kementrian kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai