Anda di halaman 1dari 53

PANDUAN IBU HAMIL PANDUAN IBU HAMIL

PANDUAN IBU HAMIL


dalam MENJAGA KESEHATAN GIGI dan MULUT
dalam MENJAGA KESEHATAN GIGI dan MULUT dalam MENJAGA KESEHATAN GIGI dan MULUT

untuk MENCEGAH STUNTING


untuk MENCEGAH STUNTING untuk MENCEGAH STUNTING

Stunting merupakan suatu kegagalan tumbuh kembang


pada anak akibat masalah gizi kronis yang ditandai dengan
perawakan anak yang lebih pendek dari anak normal seusianya
dan memiliki keterlambatan dalam berpikir. Melalui Gerakan
Nasional Seribu Hari Pertama Kehidupan, terlihat adanya upaya
peningkatan status gizi balita yang dimulai dengan konseling,
informasi, dan edukasi pada ibu hamil. Upaya peningkatan

• Handoyo Utama Thomas, SKG


• Wandania Farahanny, drg., M.DSc, Sp.KG(K)
• Prof. Dr. dr. Dina Keumala Sari, M.Gizi., Sp.GK.
kesehatan gigi dan mulut Ibu hamil adalah salah satu langkah
untuk mengatasi masalah status nutrisi dan lingkungan yang tidak
baik karena berkaitan dengan risiko infeksi sebagai penyebab
stunting. Ibu hamil yang mengalami infeksi rongga mulut dapat
menularkan infeksinya ke janin melalui peredaran darah. Gigi
yang berlubang mengandung kuman yang dapat menyebar ke
seluruh tubuh melalui sirkulasi darah. Buku panduan ini
diharapkan dapat menjadi bekal bagi ibu dalam memahami
kondisi gigi dan mulut selama kehamilan.
Buku ini terdiri dari empat bab. Bab I membahas tentang
• Darmayanti Siregar, drg., M.KM
• Eric Solon, SKG

• drg. M.Zulkarnain, M.Kes • Dr. Ervina Sofyanti drg., Sp.Ort(K)


Stunting. Bab II membahas tentang Karakteristik Fisik dan Rongga
Mulut Ibu Hamil. Bab III membahas tentang Pemeliharaan
Kesehatan Gigi dan Mulut. Selanjutnya pada Bab IV yaitu Bab
terakhir membahas tentang Hubungan Penyakit Gigi dengan
Stunting. Buku ini dilengkapi dengan gambar, dan juga panduan
untuk merawat gigi dan mulut bagi Ibu Hamil. Adapun tujuan
diterbitkannya buku ini untuk memudahkan dalam memahami
perlunya dan pentingnya perawatan gigi dan mulut untuk
mencegah terjadinya Stunting pada bayi yang dilahirkan.

Program Desa Binaan –


CV. ANUGRAH PANGERAN JAYA Pemberdayaan Masyarakat Desa Telagah
Em ail: anugrahpan ger anjaya@gmai l.com
Kabupaten Langkat di Bidang Kesehatan,
Hp. 08116185168 Ekonomi dan Sosial
PANDUAN IBU HAMIL
DALAM MENJAGA KESEHATAN GIGI DAN MULUT UNTUK MENCEGAH

STUNTING
CV. ANUGERAH PANGERAN JAYA Press
Art Design, Publishing & Printing
Jalan K.L. Yos Sudarso Pulo Sumatera
Medan, Indonesia

Penulis:
Dr. Ervina Sofyanti drg., Sp.Ort(K)
Prof. Dr. dr. Dina Keumala Sari, M.Gizi., Sp.GK.
drg. M.Zulkarnain, M.Kes
Wandania Farahanny, drg., M.DSc, Sp.KG(K)
Darmayanti Siregar, drg., M.KM
Handoyo Utama Thomas, SKG
Eric Solon Tandean, SKG

© CV. Anugrah Pangeran Jaya Press

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang; dilarang memperbanyak, menyalin, merekam


sebagian atau seluruh bagian buku ini dalam bahasa atau bentuk apapun tanpa izin
tertulis dari penerbit.

ISBN 978-623-94356-0-8

Dr. Ervina Sofyanti drg., Sp.Ort(K)


Prof. Dr. dr. Dina Keumala Sari, M.Gizi., Sp.GK.
drg. M.Zulkarnain, M.Kes
Wandania Farahanny, drg., M.DSc, Sp.KG(K)
Darmayanti Siregar, drg., M.KM
Handoyo Utama Thomas, SKG
Eric Solon Tandean, SKG
Panduan Ibu Hamil dalam Menjaga Kesehatan Gigi dan Mulut untuk Mencegah Stunting
/ Dr. Ervina Sofyanti drg., Sp.Ort(K), dkk -- Medan © CV. Anugrah Pangeran Jaya
Press.

iv, 40 p.; ilus.: 14.8 x 21 cm


PANDUAN IBU HAMIL
DALAM MENJAGA KESEHATAN GIGI DAN MULUT UNTUK MENCEGAH

STUNTING

TIM PENYUSUN:

Dr. Ervina Sofyanti drg., Sp.Ort(K)


Prof. Dr. dr. Dina Keumala Sari, M.Gizi., Sp.GK.
drg. M.Zulkarnain, M.Kes
Wandania Farahanny, drg., M.DSc, Sp.KG(K)
Darmayanti Siregar, drg., M.KM
Handoyo Utama Thomas, SKG
Eric Solon Tandean, SKG

ii
UU No 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta

Fungsi dan sifat hak cipta Pasal 4


Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a merupakan hak eksklusif yang
terdiri atas hak moral dan hak ekonomi.

Pembatasan Pelindungan Pasal 26


Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23, Pasal 24, dan Pasal 25 tidak berlaku
terhadap:
i. penggunaan kutipan singkat Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait untuk pelaporan
peristiwa aktual yang ditujukan hanya untuk keperluan penyediaan informasi aktual;
ii. Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait hanya untuk kepentingan
penelitian ilmu pengetahuan;
iii. Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait hanya untuk keperluan
pengajaran, kecuali pertunjukan dan Fonogram yang telah dilakukan Pengumuman
sebagai bahan ajar; dan
iv. penggunaan untuk kepentingan pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan
yang memungkinkan suatu Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait dapat digunakan
tanpa izin Pelaku Pertunjukan, Produser Fonogram, atau Lembaga Penyiaran.

Sanksi Pelanggaran Pasal 113


1. Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara
Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau
pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).
2. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang
Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan
Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun
dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

iii
PRAKATA
Stunting merupakan suatu kondisi gangguan tumbuh kembang pada
anak akibat dari kekurangan gizi kronis dan ditandai dengan perawakan
yang pendek. Indonesia menduduki peringkat nomor 4 tertinggi di dunia
pada kasus anak-anak yang stunting (± 9 juta atau 37% balita Indonesia
mengalami stunting) atau sekitar 1 dari 3 balita di Indonesia menderita
stunting. Dampak dari stunting yaitu perkembangan otak terganggu
mengakibatkan intelektual menurun, rentan terhadap penyakit, dan risiko
kematian meningkat.
Hubungan kesehatan gigi dan mulut dengan stunting terletak pada
nutrisi yang masuk. Mulut adalah pintu masuknya makanan (sumber
nutrisi). Bawaan rasa mual pada Ibu hamil akan memengaruhi kebiasaan
menyikat gigi, mempermudah penumpukan plak sehingga mengakibatkan
lubang pada gigi dan infeksi pada gusi. Stunting sangat memungkinkan
dicegah pada 1000 hari pertama kehidupan (1000 HPK) sehingga dapat
dikategorikan sebagai periode emas yang paling krusial untuk
mengoptimalkan tumbuh kembang. Gangguan gizi pada periode ini akan
berdampak pada fondasi tumbuh kembang anak dan sulit diperbaiki setelah
anak berusia 2 tahun.
Salah satu kunci keberhasilan pencegahan stunting terletak pada
kesehatan gigi dan mulut selama mempersiapkan kehamilan ataupun
selama hamil. Oleh karena itu, penulis menyusun buku yang berjudul
“Panduan pemeliharan kesehatan gigi dan mulut bagi ibu hamil”. Penulis
berharap agar buku ini dapat menambah pengetahuan wanita usia subur,
ibu hamil dan ibu hamil tentang pentingnya 1000 HPK dalam pencegahan
stunting. Selain itu, diharapkan juga buku ini dapat menambah khazanah
karya ilmiah seputar ilmu kedokteran gigi, khususnya pelayanan pada ibu
hamil.

iv
Buku panduan ini dapat tersusun dengan baik karena bantuan dari
berbagai pihak terutama Bapak Prof. Dr. H. Runtung Sitepu SH., M.Hum
sebagai Rektor Universitas Sumatera Utara dan Lembaga
Pengabdian/Pelayanan kepada masyarakat Universitas Sumatera Utara
melalui dana non PNBP No. 258/UN5.2.3.2.1/PPM/2020 pertanggal 12
Mei 2020. Selain itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada Prof. Tulus. Vor.Dipl.Math., M.Si., PhD dan Prof. Dr.
Dra. Irnawati Marsaulina, MS, masyarakat Desa Telagah, Dinas Kesehatan
Kabupaten Langkat, dan Persatuan Dokter Gigi Langkat.

Medan, Juli 2020

Penyusun

v
LEMBAGA PENGABDIAN/PELAYANAN
KEPADA MASYARAKAT
KATA SAMBUTAN
Assalaamu‟alaikum arohmatulloohi wabarokaatuh.
Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala
nikmat sehingga buku Panduan Ibu Hamil dalam Menjaga Kesehatan Gigi dan
Mulut untuk Mencegah Stunting ini dapat diselesaikan. Peningkatkan kualitas,
efektivitas, dan efisiensi pengelolaan penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat dalam rangka mencapai standar nasional penelitian dan pengabdian
kepada masyarakat sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri Riset,
Teknologi dan Pendidikan Tinggi Nomor 44 Tahun 2015 tentang Standar
Nasional Pendidikan Tinggi.
Upaya peningkatan kualitas dan kuantitas penelitian dan pengabdian
kepada masyarakat terus menerus dilakukan oleh Direktorat Jenderal Penguatan
Riset dan Pengembangan (Ditjen Penguatan Risbang) untuk luaran yang
bermutu dan relevan dengan kebutuhan pembangunan nasional. Diharapkan
hasil penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang bermutu tinggi dapat
berkontribusi secara nyata kepada peningkatan kualitas sumber daya
masyarakat Indonesia.
Penerbitan Buku Panduan ini merupakan salah satu luaran kegiatan
pengabdian dalam rangka pemenuhan rencana strategi Talenta USU khususnya
pilar pengabdian/pelayanan kepada masyarakat melalui program desa binaan.
Program Desa Binaan melalui Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat di bidang
kesehatan, Ekonomi, dan Sosial Desa Telagah, Kabupaten Langkat akan
dilaksanakan secara terintegrasi, terpadu, dan berkesinambungan. Selain itu
sebagai salah satu upaya mendukung pelayanan kesehatan gigi dan mulut
secara komprehensif terhadap ibu hamil dan janin yang dikandung sebagaimana
tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia NO. 89 tahun
2015 tentang upaya kesehatan gigi dan mulut.

vi
Saya menyambut terbitnya buku panduan ini dengan senang hati.
Semoga Buku panduan ini juga dapat lebih meningkatkan konseling kesehatan
berupa pemberian Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) kesehatan gigi
dan mulut Ibu hamil, khususnya yang bredomisili di daerah perdesaan.
Wassalaamu‟alaikum warohmatulloohi wabarokaatuh

Medan, Juli 2020

Prof. Tulus. Vor.Dipl.Math., M.Si., PhD

vii
DAFTAR ISI

PRAKATA ..................................................................................................iv
KATA SAMBUTAN...................................................................................vi
DAFTAR ISI ..................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................xi
BAB I STUNTING............................................................................... 1
REFERENSI ......................................................................................... 7

BAB II KARAKTERISTIK FISIK DAN RONGGA MULUT


IBU HAMIL............................................................................. 8
A. Gingivitis Kehamilan(Pregnancy Gingivitis) .................... 11
B. Granuloma Kehamilan (Epulis Gravidarum) ................... 13
REFERENSI ....................................................................................... 16

BAB III PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN


MULUT ................................................................................. 17
A. Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut Oleh Ibu Hamil .................... 17
A.1. Pemeliharaan Kesehatan Mulut (Oral Hygiene) ............ 17
A.2. Pemakaian Fluoride ....................................................... 21
A.3. Diet (Jenis Makanan yang Aman untuk Ibu Hamil) ...... 25
A.4. Obat yang Aman Dikonsumsi Ibu Hamil ....................... 26
B. Perawatan Gigi ....................................................................................... 29
B.1. Tahapan Perawatan......................................................... 29
B.2. Tindakan Gigi yang Aman untuk Trimester 1 s.d 3 ....... 31
REFERENSI ....................................................................................... 35

viii
BAB IV PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN
MULUT ................................................................................. 37
REFERENSI ....................................................................................... 39
PENUTUP ................................................................................................ 40

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Obat yang Aman Untuk Konsumsi Ibu Hamil ............................... 28

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Intergenerational cycle of poor growth and development ............ 2


Gambar 2. Patogenesis stunting dari infeksi rongga mulut (karies) ........... 130
Gambar 3. Gingivitis Kehamilan ................................................................ 133
Gambar 4. Epulis Gravidarum ................................................................... 144
Gambar 5. Karies gigi................................................................................. 155
Gambar 6. Tujuh Tahapan dalam Menyikat Gigi ......................................... 19
Gambar 7. Cara Pemakaian Dental Floss ................................................... 200
Gambar 8. Fluorida ..................................................................................... 222
Gambar 9. Gigi Sebelum dan Sesudah Dilakukan Pembersihan Karang
Gigi ........................................................................................... 221
Gambar 10. Dampak Kelainan Rongga Mulut Terhadap Terjadinya
Stunting .................................................................................... 38

xi
BAB I
STUNTING
Stunting adalah masalah gizi kronis pada balita yang ditandai
dengan tinggi badan yang lebih pendek dibandingkan dengan anak
seusianya. Anak yang menderita stunting akan lebih rentan terhadap
penyakit dan ketika dewasa berisiko untuk mengidap penyakit
degeneratif. Stunting diukur dengan indikator pengukuran tinggi
badan terhadap umur (TB/U) menurut WHO child growth standart
yaitu apabila nilai z-score TB/U <- 2 SD (Menteri Kesehatan RI,
2020). Prevalensi stunting pada balita di Indonesia menurut
RISKESDAS 2013 masih cukup tinggi yaitu 37,2% artinya 1 dari 3
balita Indonesia mengalami stunting. Prevalensi stunting pada balita
di Indonesia menurut RISKESDAS 2018 masih cukup tinggi yaitu
30,8% artinya 1 dari 3 balita Indonesia mengalami stunting (Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI,
2018).
Anak-anak yang mengalami stunting menghadapi kemungkinan
yang lebih besar untuk tumbuh menjadi dewasa yang kurang
pendidikan, miskin, kurang sehat dan lebih rentan terhadap penyakit
tidak menular bahkan meningkatkan risiko terjadinya kematian

1
(Stewart dkk., 2013). Pada wanita yang pada masa anak-anaknya
mengalami stunting akan berisiko menjadi dewasa yang stunting dan
berisiko memiliki keturuan stunting juga yang dikenal dengan
intergerational cycle of poor growth and development (gambar 1)
dan umum terjadi pada negara-negara yang sedang berkembang
(Prendergast dan Humphrey, 2014; Georgiadis dan Penny, 2017).

Gambar 1.
Intergenerational cycle of poor growth and development
(Modifikasi dari : Georgiadis dan Penny, 2017)

Patogenesis stunting umumnya terjadi mulai dari janin hingga 2


tahun pertama setelah kelahiran atau dikenal dengan 1000 hari

2
pertama kelahiran (1000 HPK). Masa 1000 HPK merupakan masa
paling krusial untuk mencegah terjadinya stunting, karena pada masa
ini merupakan masa paling krusial terjadinya pertumbuhan dan
perkembangan pada anak. (Georgiadis dan Penny, 2017).
Para pakar berpendapat bahwa intervensi spesifik oleh sektor
kesehatan hanya berperan sebanyak 30%, sementara 70% lainnya
adalah intervensi sensitif dimana yang berperan adalah sektor diluar
kesehatan (Trihono dkk., 2015).
A. Program intervensi stunting terbagi atas dua, yaitu (Lancet,
2013, dikutip dari Trihono dkk., 2015):
1. Intervensi gizi spesifik (sektor kesehatan)
KEGIATAN INTERVENSI GIZI
SASARAN
SPESIFIK
1. Suplementasi zat besi
2. Suplementasi energi dan protein yang
Ibu Hamil seimbang untuk ibu hamil kurang gizi
3. Penanggulangan penyakit kecacingan
4. Suplementasi kalsium
5. Pengobatan malaria dan penggunaan
kelambu berpestisida
Ibu Menyusui 1. Promosi penggunaan ASI (air susu ibu)
2. Perbaikan perilaku pemberian ASI dan
MP ASI
1. Suplementasi zink

3
2.Penanggulangan diare termasuk dengan
zink
Anak Usia 6- 3. Suplementasi vitamin A
23 bulan
4. Penggunaan garam beryodium
5. Pencegahan malnutrisi akut
6. Penanggulangan penyakit kecacingan
7.Penggunaan makanan yang
difortifikasikan zat gizi
8. Penggunaan kelambu berpestisida

2. Intervensi gizi sensitif (sektor non-kesehatan).


Intervensi Gizi Sensitif merupakan intervensi yang ditujukan
masyarakat secara umum, bukan hanya khusus ibu hamil dan balita
pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).
KEGIATAN INTERVENSI GIZI
SASARAN
SPESIFIK
1.Penyediaan air minum dan sanitasi
dasar yang memadai. Hal ini berkaitan
dengan penyediaan akses air bersih
Ibu Hamil, dan sanitasi.
Balita (Bawah
Usia 5 tahun), 2.Ketahanan pangan dan gizi dapat
Masyarakat dengan memberikan pendidikan
Umum tentang jenis makanan yang bergizi
dan pola makan yang sehat
3. Keluarga berencana
4. Jaminan Kesehatan Nasional

4
5. Jaminan Kesehatan Ibu dan Anak
6. Fortifikasi makanan
7. Pendidikan gizi masyarakat
8.Kesehatan remaja dengan
memperhatikan pola makan yang sehat
dan edukasi kesehatan seksual
9.Pengentasan kemiskinan melalui
program bantuan langsung (Bantuan
Langsung Tunai) maupun tidak
langsung (Kredit Investasi Kecil)

B. Sekretariat Wakil Presiden Republik Indonesia, 2017


KEGIATAN INTERVENSI GIZI
SASARAN
SPESIFIK
 Pemberian makanan tambahan
(PMT) untuk mengatasi
Ibu Hamil kekurangan energi dan protein
kronis
 Pencegahan penyakit cacing
 Perlindungan dari malaria
Ibu Menyusui  Mendorong Inisiasi menyusui
dan anak usia 0- dini (IMD)
6 bulan
 Pemberian ASI eksklusif
 Mendorong penerusan pemberian
ASI hingga anak usia 23 bulan
Ibu Menyusui
 Pemberian makanan pendamping

5
dan anak usia 7- ASI apabila usia > 6 bulan
23 bulan  Pemberian Obat cacing
 Perlindungan terhadap malaria

Intervensi gizi sensitif meliputi penyediaan akses terhadap air


bersih dan sanitasi, pemberian pendidikan gizi masyarakat,
pendidikan pengasuhan pada orang lanjut usia, edukasi kesehatan
seksual dan gizi pada remaja, serta bantuan bagi keluarga miskin
(Sekretariat Wakil Presiden Republik Indonesia, 2017).
Status nutrisi dan kondisi lingkungan yang tidak baik selama
kehamilan berkaitan dengan terjadinya stunting atau perawakan
tubuh pendek pada anak. Upaya kesehatan gigi dan mulut
dilaksanakan pada setiap fase tumbuh kembang individu berperan
dalam perkembangan janin. Mengigat upaya pencegahan stunting
lebih murah dibandingkan ketika anak lahir dengan kondisi stunting,
maka perbaikan status gizi dan pencegahan risiko infeksi selama
kehamilan merupakan salah satu usaha pencegahan (Aryastami dan
Tarigan, 2017).

6
REFERENSI
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2020) Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 2 tahun 2020 tentang standar antropometri
anak.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian
Kesehatan RI. (2018) Riset Kesehatan Dasar 2018. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
Stewart CP, dkk. (2013) „Contextualizing complementary feeding in
a broader framework for stunting prevention‟, Maternal &
Child Nutrition, 9(2), p27-45.
Georgiadis A dan Penny ME. (2017) „Child undernutrition:
opportunities beyond the first 1000 days‟, Lancet Public
Health, 2, pe399.
Prendergast AJ, Humphrey JH. (2014) „The stunting syndrome in
developing countries‟ Paediatrics and International Child
Health. 34(4):250-265.
Trihono, dkk. (2015) Pendek (stunting) di Indonesia, masalah dan
solusinya. Jakarta: Lembaga Penerbit Balitbangkes.
Sekretariat Wakil Presiden Republik Indonesia. (2017) Ringkasan:
100 kabupaten/kota prioritas untuk intervensi anak kerdil
(stunting). Jakarta Pusat: Tim Nasional Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan.
Aryastami NK dan Tarigan I. (2017) „Kajian kebijakan dan
penanggulangan masalah gizi stunting di Indonesia‟, Buletin
Penelitian Indonesia, 45(4), p233-240.

7
BAB II
KARAKTERISTIK FISIK DAN RONGGA MULUT
IBU HAMIL

Kehamilan dihitung dari hari pertama menstruasi terakhir, untuk


wanita yang sehat kurang lebih 280 hari atau 40 minggu. Biasanya
kehamilan dibagi dalam tiga bagian atau trimester untuk masing-
masing 13 minggu atau 3 bulan kalender. Dalam kehamilan terjadi
perubahan-perubahan fisiologis di dalam tubuh, seperti perubahan
sistem kardiovaskular, hematologi, respirasi dan endokrin. Kadang-
kadang disertai dengan perubahan sikap, keadaan jiwa ataupun
tingkah laku. Pada wanita hamil, biasanya dapat terjadi perubahan-
perubahan sebagai berikut (Direktorat Jendral Bina Upaya Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI, 2012):
1. Perubahan Fisiologis (Perubahan Normal pada Tubuh)
Perubahan fisiologis yang dapat terjadi berupa bertambahnya
berat badan, pembesaran payudara, kulit pada area pipi, sekitar
hidung, sekitar puting susu dan diatas tulang kemaluan sampai pusar
dapat mengalami perubahan yang berkaitan dengan kelebihan
pigmen pada area-area tersebut. Pembengkan pada tangan dan kaki
dapat juga umum terjadi pada kehamilan trimester III. Perubahan

8
fisiologis dapat terjadi pada seluruh bagian tubuh termasuk pada
rongga mulut. Bau mulut yang disebabkan penurunan pH saliva
merupakan perubahan fisiologis pada rongga mulut.
2. Perubahan Psikis (Perubahan yang Berhubungan dengan
Kejiwaan)
Perubahan Psikis sering terjadi pada usia kehamilan muda
(trimester I atau 0-3 bulan) yang ditandai dengan rasa mual dan ingin
muntah terutama pada waktu pagi hari atau morning sickness. Rasa
lesu, lemas dan terkadang hilang selera makan. Sebaliknya dapat
timbul rasa ngidam ataupun perubahan tingkah laku diluar kebiasaan
sebelum hamil. Keadaan tersebut kadang-kadang ibu hamil sering
kali mengabaikan kebersihan dirinya, termasuk kebersihan giginya.
Akibatnya, ibu hamil sangat rentan terhadap penyakit gigi dan mulut.
Perubahan pada gusi berupa pembesaran gusi akibat perubahan
pada sistem hormonal dan vaskular bersamaan dengan faktor iritasi
lokal dalam rongga mulut. Selama kehamilan, seorang ibu dapat
mengalami beberapa gangguan pada rongga mulutnya yang dapat
disebabkan oleh perubahan hormonal atau karena kelalaian
perawatan gigi dan mulutnya (Direktorat Jendral Bina Upaya
Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, 2012; Pinanty dkk., 2020).
Gangguan kesehatan gigi dan mulut yang buruk pada ibu hamil telah

9
dilaporkan dapat memberi efek terhadap janin seperti bayi prematur
dan berat badan lahir rendah seperti yang ditunjukkan pada gambar
2. (Anggraini dan Andreas, 2015).

Gambar 2.
Patogenesis stunting dari infeksi rongga mulut (karies)
(Modifikasi dari : Anggraini dan Andreas, 2015)

Ada beberapa hal dalam kesehatan gigi dan mulut yang perlu
mendapat perhatian selama masa kehamilan, antara lain (Direktorat
Jendral Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, 2012):
1. Trimester I (masa kehamilan 0 – 3 bulan)
Rasa lesu, mual atau muntah yang timbul pada awal kehamilan
dapat menyebabkan terjadinya peningkatan suasana asam dalam
mulut. Terjadi peningkatan plak karena perubahan rongga mulut

10
dimana asam dapat mempercepat terjadinya kerusakan gigi. Cth:
menghisap permen atau mengulum permen terus-menerus dapat
berisiko karies. Apabila ibu hamil mengalami muntah-muntah
hendaknya setelah itu mulut dibersihkan dengan berkumur dan
menyikat gigi setelah 1 jam. Penggunaan obat muntah selama hamil
sebaiknya sesuai dengan rekomendasi dokter.

2. Trimester II (masa kehamilan 4-6 bulan)


Ibu hamil kadang-kadang masih merasakan hal yang sama
seperti pada trimester I kehamilan pada saat ini. Perubahan hormonal
dan faktor lokal (plak) yang dapat timbul, antara lain:

A. Gingivitis Kehamilan (Pregnancy Gingivitis)


Perubahan pada gusi selama kehamilan akibat kurangnya
kesadaran menjaga kebersihan gigi dan mulut dapat terjadi pada
sebagian besar ibu hamil disebut gingivitis kehamilan. Peradangan
gusi dengan kemerah-merahan (gambar 3) dan mudah berdarah
terutama pada waktu menyikat gigi (Pirie dkk., 2007). Bila timbul
pembengkakan maka dapat disertai dengan rasa sakit. Biasanya
mulai terlihat sejak bulan kedua dan memuncak sekitar bulan
kedelapan. Gingivitis kehamilan paling sering terlihat di gusi bagian

11
depan mulut. Penyebabnya adalah meningkatnya hormon seks wanita
dan vaskularisasi gingiva sehingga memberikan respon yang
berlebihan terhadap faktor iritasi lokal. Faktor iritasi lokal dapat
berupa rangsangan lunak, yaitu plak bakteri dan sisa-sisa makanan,
maupun berupa rangsang keras seperti kalkulus, tepi restorasi yang
tidak baik, gigi palsu dan permukaan akar yang kasar. Selama
kehamilan, tingkat progesteron pada ibu hamil bisa 10 kali lebih
tinggi dari biasanya. Artinya, kehamilan bukanlah menjadi penyebab
langsung dari gingivitas kehamilan, tetapi juga tergantung pada
tingkat kebersihan mulut pasien. Pertumbuhan bakteri tertentu yang
meningkat dapat menyebabkan peradangan gusi serta perubahan
kekebalan tubuh selama kehamilan yang dapat berbeda-beda pada
setiap ibu hamil (Direktorat Jendral Bina Upaya Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI, 2012).

12
Gambar 3.
Gingivitis Kehamilan
(Sumber dari : Pirie dkk., 2007)

B. Granuloma Kehamilan (Epulis Gravidarum)


Kondisi ini ditandai dengan pembentukan pertumbuhan berlebih
pada gingiva seperti tumor. Timbulnya benjolan atau nodul pada gusi
antara 2 gigi (gambar 4), terutama pada sisi yang berhadapan dengan
pipi dan umum terjadi pada rahang atas. (Esmaeil dkk., 2017;
Direktorat Jendral Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan
RI, 2012). Terlihat warna gusi menjadi merah keunguan sampai
kebiruan, mudah berdarah dan gigi terasa goyang. Tidak berbahaya
tetapi dapat menyebabkan ketidaknyamanan namun dapat membesar
hingga menutupi gigi. Penyebab pasti tidak diketahui, meskipun
faktor utamanya adalah kebersihan mulut yang buruk diikuti dengan

13
penyebab lain antara lain: trauma, hormon, virus dan pembuluh darah
yang pecah. Granuloma ini biasanya akan menghilang setelah bayi
lahir dan juga menderita gingivitis kehamilan yang luas. (Direktorat
Jendral Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, 2012).

Gambar 4.
Epulis Gravidarum
(Sumber dari : Esmaeil dkk., 2017)

3. Trimester III (masa kehamilan 7 – 9 bulan)


Epulis Gravidarum mencapai puncaknya pada trimester ke III
dan akan hilang dengan sendirinya setelah melahirkan. Setelah
persalinan hendaknya ibu tetap memelihara dan memperhatikan
kesehatan rongga mulut, baik untuk ibunya sendiri maupun bayinya.
Dalam hal ini perlu segera diobati apabila terjadi hal-hal tersebut
pada trimester ini

14
Masalah lain adalah gigi berlubang atau karies dan bukan
langsung disebabkan oleh kehamilan. Terjadi perubahan lingkungan
di sekitar gigi dan kurangnya kebersihan rongga mulut
mengakibatkan lebih cepatnya proses gigi berlubang yang sudah ada
pada masa kehamilan. Selain itu, juga karena pH saliva wanita hamil
lebih asam jika dibandingkan dengan yang tidak hamil dan konsumsi
cemilan dengan kadar gula tinggi. Perilaku malas sikat gigi berisiko
serangan asam pada plak yang dipercepat dengan adanya asam dari
mulut karena mual atau muntah. Gambar 5 menunjukkan gigi
berlubang yang menimbulkan rasa ngilu bila terkena makanan atau
minuman dingin atau manis. Lubang akan semakin besar dan dalam
sehingga menimbulkan pusing, sakit berdenyut bahkan sampai
mengakibatkan pipi menjadi bengkak karena bisul atau abses apabila
dibiarkan (Direktorat Jendral Bina Upaya Kesehatan Kementerian
Kesehatan RI, 2012; American Dental Asscociation, 2015).

Gambar 5.
Karies gigi
(Sumber dari : American Dental Associtation, 2015)

15
REFERENSI

Direktorat Jendral Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan


RI. (2012) Pedoman pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut
ibu hamil dan anak usai balita bagi tenaga kesehatan di
fasilitas pelayaan kesehatan. Jakarta.
Pinanty A, Suwargian AA, Susilawati S. (2020) „Pengalaman karies
dan status periodontal pada ibu hamil‟, Padjadjaran Journal of
Dental Researcher and Student, 4(1), p15-20.
Anggraini R dan Andreas P. (2015) „Kesehatan gigi mulut dan
pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi mulut pada ibu hamil
(studi pendahuluan di Wilayah Puskesmas Serpong,
Tangerang Selatan), Majalah Kedokteran Gigi Indonesia,
1(2), p193-200.
Pirie M, dkk. (2007) „Review dental manifestations of pregnancy‟,
The Obstetrician & Gynaecologist, 9, p21-26.
Esmaeil N, dkk. (2012) „A case report of pregnancy tumor and its
management using the diode laser‟, Journal of Dental Lasers,
6(2), p68-71.
American Dental Association. (2015) „The american dental
association caries classification system for clinical practice. A
report of the American Dental Association Council on
scientific affairs‟, Journal of American Dental Association
146(2), p79-86.

16
BAB III
PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT

Menjaga kesehatan rongga mulut selama masa kehamilan telah


dikenal sebagai masalah kesehatan yang penting di seluruh dunia.
Penelitian menunjukkan hubungan antara penyakit periodontal
(gingivitis dan periodontitis) dengan permasalahan kehamilan seperti
bayi lahir dengan berat badan di bawah rata-rata dan lahir prematur
(George dkk., 2011). Gigi dapat tetap sehat seumur hidup apabila
dilakukan pencegahan yang sungguh-sungguh yaitu yang dapat
dilakukan perseorangan di rumah atau dilakukan oleh dokter gigi.

A. Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut Oleh Ibu Hamil


Beberapa hal yang bisa dilakukan perseorangan di rumah adalah :

A.1. Pemeliharaan Kesehatan Mulut (Oral Hygiene)


a. Menyikat gigi
Sebelum menyikat gigi, siapkan sikat dan pasta gigi. Pilih pasta
gigi yang mengadung flouride dan pilih sikat gigi yang sesuai dengan
bentuk mulut. Sesuaikan kepala sikat gigi dengan lebar mulut.
Kepala sikat dengan ujung lancip memudahkan sikat menjangkau

17
bagian gigi terdalam. Pilih juga sikat dengan gagang yang nyaman
dipegang sehingga sikat gigi dilakukan dengan benar tanpa melukai
gusi. Cara menggosok gigi yang benar adalah tidak terburu-buru saat
melakukannya. Banyak orang yang sangat terburu-buru dalam
menyikat gigi, akibatnya masih banyak kotoran yang menempel pada
gigi. Durasi yang di butuhkan untuk menyikat gigi adalah sekitar 2-3
menit, supaya gigi dan mulut lebih bersih dan mencegah gigi kuning.
Gambar 6 menunjukkan tujuh tahapan dalam menyikat gigi yang
baik dan benar (Susita, 2017).
Waktu yang di sarankan untuk menggosok gigi adalah setelah
sarapan pada pagi hari dan sebelum tidur pada malam hari.
Sebaiknya jangan langsung menggosok gigi apabila baru saja
mengkonsumsi makanan atau minuman asam karena dapat membuat
gigi gampang terkikis.

18
Gambar 6.
Tujuh Tahapan dalam Menyikat Gigi
(Sumber dari : Susita, 2017)

19
a. Cara-cara pembersihan gigi lainnya ; benang gigi (dental floss)
dan obat kumur.
- Apabila ingin mendapatkan gigi yang bersih secara maksimal,
maka anda bisa mencoba menggunakan floss atau benang gigi.
Melakukan flossing dapat membersihkan kotoran di sela-sela
gigi yang tidak terjangkau oleh sikat. Caranya cukup dengan
memasukkan benang gigi pada sela-sela gigi, lakukan dengan
perlahan sampai anda merasa gigi sudah benar-benar bersih
(gambar 7). Hindari penggunaan tusuk gigi, karena banyak
bakteri yang menempel pada tusuk gigi (Khetrapal, 2018)

Gambar 7.
Cara Pemakaian Dental Floss
(Sumber dari : Khetrapal, 2018)

20
- Cara selanjutnya untuk mendapatkan gigi yang bersih dan
terhindari dari bau mulut adalah dengan menggunakan
obat kumur. Fungsi dari obat kumur adalah menjangkau
atau membersihkan kotoran yang tidak terjangkau oleh
sikat dan juga benang gigi.
Akan tetapi jangan sembarangan menggunakan obat
kumur, ada beberapa hal yang perlu diketahui dalam
memilih obat kumur. Berikut informasinya (Adrian, 2020):
 Obat kumur sebaiknya mengandung astrigents
dan tidak mengandung alkohol agar memberikan
efek nyaman pada rongga mulut.
 Pilih obat kumur yang mengandung flouride
untuk kesehatan gigi dan antiplaque agar dapat
mencegah timbulnya plak pada gigi.

A.2. Pemakaian fluoride


Fluor adalah elemen yang mutlak diperlukan untuk
pembentukan tulang dan gigi yang bila bersenyawa dengan hidroksil
apatit yang merupakan kristal-kristal email, akan memperkuat
lapisan email gigi dan mengurangi daya larut email dalam asam.
Itulah sebabnya pemakaian fluor sangat penting untuk pencegahan
penyakit karies gigi.

21
Jumlah fluor yang aman untuk ibu hamil masih menjadi
perdebatan, akan tetapi penelitian menyatakan 0,7mg/L merupakan
konsentrasi paling efektif dalam memberikan manfaat tanpa efek
samping. Meski bermanfaat, penelitian telah menunjukkan bahwa ibu
dengan kandungan fluor yang lebih tinggi pada urinenya cenderung
melahirkan anak dengan IQ yang rendah dibandingkan dengan ibu
yang memiliki kandungan fluor rendah pada urine. Akan tetapi,
penelitian yang lebih lanjut masih diperlukan (Karidis, 2019).

Gambar 8.
Fluorida
(Sumber dari : WikiHow, 2020)

22
Pada gambar 8 terlihat fluorida dalam berbagai sumber yang
dapat diguanakan secara sistemik ataupun secara lokal (WikiHow,
2020).
a. Secara sistemik: fluoridasi air minum, tablet fluor, pemberian
fluor dalam bentuk garam dapur
- Fluoridasi air minum adalah penambahan fluor dalam
konsentrasi tertentu ke dalam sumber air minum penduduk
sampai konsentrasi 1 ppm yang maksudnya satu bagian fluor
dalam 1000 bagian air. Bila sejak lahir minum air yang
difluoridasi maka frekuensi karies turun sampai 60 %.
Apabila sumber air minum penduduk di fluoridasi, maka
penambahan fluor dapat dilakukan pada sumber air minum di
sekolah-sekolah. Cara ini dapat mengurangi terjadinya karies
sampai 40 %, lebih rendah dari manfaat fluoridasi air minum.
- Tablet fluor, obat tetes fluor atau tablet hisap fluor dapat
diresepkan oleh dokter gigi bila sumber air minum tidak
mengandung cukup fluor. Karena fluor cukup mahal dan
membutuhkan disiplin, maka perlu dipakai secara teratur
untuk memaksimalkan manfaat.

23
b. Secara lokal: menyikat gigi setiap hari dengan pasta yang
mengandung fluor, kumur-kumur dengan larutan fluor,
pengolesan gigi dengan larutan fluor. Keadaan ini berpengaruh
pada gigi geligi yang sudah tumbuh (post erupsi).
- Kumur-kumur dengan larutan fluor, diharapkan paling
berhasil untuk program usaha kesehatan sekolah oleh karena
mempunyai beberapa keuntungan yaitu waktu yang
diperlukan sedikit, caranya mudah diajarkan, tidak
membutuhkan tenaga kesehatan gigi yang khusus dan
perawatan yang teratur dapat dilaksanakan dengan tidak
mengganggu pelajaran-pelajaran sekolah.

Frekuensi kumur-kumur dengan larutan fluor bermacam-


macam ada yang dilakukan setiap hari, satu atau dua kali dalam
seminggu serta satu kalidalam sebulan tergantung pada konsentrasi
fluor dalam larutan kumur-kumur tersebut. Kumur-kumur dengan
larutan flour dapat mengurangi terjadinya karies sampai 30 %, yang
dilakukan terus sampai anak meninggalkan bangku Sekolah Dasar.

- Pengolesan gigi dengan larutan fluor (topikal), dilakukan


dengan membubuhi larutan fluor yang pekat langsung pada

24
email gigi. Disamping makan tablet fluor, dokter gigi juga
akan melakukan pengolesan gigi dengan larutan fluor.
Sebelum dioleskan dokter gigi atau perawat gigi
membersihkan gigi terlebih dahulu, lalu setelah dioleskan
gigi dibiarkan dalam keadaan kering ± 1 jam.

A.3. Diet (Jenis Makanan yang Aman Untuk Ibu Hamil)


Apa yang dikonsumsi oleh ibu hamil sangat mempengaruhi
perkembangan bayi dalam kandungan, termasuk gigi. Sangat penting
bagi ibu hamil untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung:
protein, kalsiun dan fosfor, vitamin A, C dan D (Direktorat Jendral
Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, 2012).
Contoh bahan makanan yang baik bagi ibu hamil:
• Karbohidrat: nasi dan makanan lain pengganti nasi seperti roti
atau kentang
• Protein: daging, ikan, tempe, tahu dan susu
• Vitamin dan mineral yang baik bagi kesehatan gigi seperti:
- Vitamin A: banyak terdapat dalam buah-buahan seperti
mangga dan sayur-sayuran.
- Vitamin B: banyak terdapat dalam beras dan kacang-
kacangan.

25
- Vitamin C: banyak terdapat dalam buah-buahan seperti
jeruk, mangga, jambu biji dan delima.
- Vitamin D: banyak terdapat dalam ikan serta daging.
- Fluor dan Kalsium terdapat dalam makanan berasal dari laut
seperti ikan, udang, kerang, kepiting.
Dampaknya jika kekurangan vitamin dan mineral yaitu
(Direktorat Jendral Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan
RI, 2012) :
- Vitamin A: Terganggu pertumbuhan gigi janin yang dapat
mengakibatkan kelainan bentuk gigi;
- Vitamin C: Gangguan pembentukan gigi dan jaringan lunaknya
pada janin
- Vitamin D: Gangguan kesehatan struktur tulang janin dan ibu
- Kalsium dan fluor: Gangguan pertumbuhan gigi janin sehingga
rentan terhadap lubang gigi.

A.4. Obat yang Aman Dikonsumsi Ibu Hamil


Ada beberapa jenis yang harus dikonsultasi ke dokter apabila ibu
hamil ingin mengonsumsi obat tersebut, antara lain: antibiotik,
analgesik/ pereda nyeri, anti jamur, anti virus, kortikosteroid, dan
anastesi lokal.

26
Ada beberapa jenis obat yang dapat mengganggu perkembangan
janin (contoh: Bayi berat lahir rendah) sehingga perlu
dipertimbangkan dalam penggunaannya pada saat ibu sedang hamil
(Kurien dkk., 2013). Penggunaan obat tersebut harus berdasarkan
azas keselamatan ibu dan janin. Dalam perawatan dental,
penggunaan anestesi lokal mungkin diperlukan pada kasus
pencabutan gigi atau perawatan gigi yang abses. Penggunaan jenis
obat untuk perawatan ibu hamil sebaiknya dikomunikasikan juga
dengan dokter kandungan. Perubahan fisiologis yang relevan dan
implikasi pengobatannya, risiko berbagai obat untuk ibu dan janin,
pengelolaan masalah medis yang bersamaan pada pasien hamil,
pemilihan waktu oral dan maksilofasial yang tepat. operasi selama
kehamilan, dan manajemen keadaan darurat selama kehamilan perlu
diketahui oleh semua tenaga kesehatan (Kurien,dkk, 2013).

27
Tabel 1. Obat yang Aman untuk Konsumsi Ibu Hamil

PEMAKAIAN
PEMAKAIAN
OBAT SAAT DAMPAK
SAAT HAMIL
MENYUSUI
ANTIBIOTIK
Amoxicillin
Metronidazole Tetracycline :
Erythromycin Ya Ya Diskolorisasi warna
Penicillin gigi
Cephalosporins
Gentamycin Ya Ya Chloramphenicol:
Clindamycin Keracunan atau
Tetracycline Tidak Tidak kematian pada janin
Chloramphenicol
Analgesik
Acetaminophen
Morphine Ya Ya
Meperidine
Oxycodone Aspirin :
Hyrocodone Dalam Dalam Perdarahan post
Propoxyphene Pengawasan Pengawasan partum
Pentazocine (perdarahan
Aspirin Tidak pada Tidak berlebihan saat
Ibuprofen Trimester III melahirkan)
Naproxen

Anastesi Lokal
Lidocaine Mepivacaine dan
Prilocaine Ya Ya Bupivacaine :
Etidocaine Bradikardia pada
Mepivacaine Dalam Ya janin (detak jantung
Bupivacaine Pengawasan lemah)
Kortikosteroid
Prednisolone Ya Ya Kelahiran bayi
premature dan
Resistensi insulin

28
Anti Jamur
Clotrimazole Ya Ya Ketokonazole :
Nystatin Keracunan pada
Fluconazole Dalam Dalam janin
Ketokonazole Pengawasan Pengawasan

B. Perawatan Gigi
B.1. Tahapan Perawatan
Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh seorang dokter gigi
dalam rangka pencegahan penyakit gigi dan mulut adalah:
1. Penyuluhan kesehatan gigi
Pada waktu pemeriksaan gigi ke dokter gigi, penderita akan
diberitahu mengenai cara-cara menyikat gigi, memakai benang gigi
atau tusuk gigi serta nasihat mengenai diet yang baik untuk
kesehatan gigi.

2. Penambalan gigi
Penambalan gigi atau disebut restorasi merupakan terapi utama
ketika karies gigi berkembang. Bahan tambalan terdiri dari berbagai
macam jenis seperti resin, porselen, atau kombinasi beberapa bahan.
Penumpatan atau penambalan gigi merupakan salah satu cara untuk
mempertahankan gigi agar tidak dicabut. Berbagai macam bahan
tambal dikenal dalam dunia kedokteran gigi. Dahulu, dunia tambal

29
menambal dikuasai pemain legendaris: amalgam. Namun sekarang
orang lebih banyak menghendaki bahan tambal yang sewarna dengan
gigi (orang secara salah kaprah disebut tambalan putih). Dari semua
bahan tambal yang ditawarkan tentu ada sejumlah keuntungan dan
kerugiannya. Semua digunakan harus sesuai dengan indikasi.
Sebelum dokter gigi melakukan tindakan gigi, sebaiknya pasien
diberi penjelasan tentang hal-hal yang berkaitan dengan prosedur
yang akan dilakukan, termasuk jenis bahan tambal yang akan
dipakai.

3. Ekstraksi (pencabutan) gigi.


Beberapa gigi yang mengalami kerusakan berat sehingga tidak
bisa ditangani dengan pilihan terapi di atas, maka gigi tersebut harus
dicabut. Pencabutan gigi merupakan pilihan terakhir pada perawatan
gigi berlubang, sedapat mungkin dilakukan usaha mempertahankan
gigi didalam mulut. Jika gigi terpaksa dicabut, maka akan ada celah
antara gigi sehingga dapat membuat gigi mengalami pergeseran.
Sehingga sebaiknya dipertimbangkan untuk dilakukan pemasangan
gigi plasu yang sesuai, dapat dilakukan pemasangan bridge atau
pemasangan implan untuk mengganti gigi yang hilang tersebut.

30
4. Pembersihan karang gigi
Karang gigi yang melekat pada gigi merupakan penyebab
penyakit periodontal. Karang gigi ini tidak dapatdibersihkan dengan
sikat gigi oleh karena kekerasannya serta melekat erat pada gigi.
Untuk membersihkan akan dilakukan oleh dokter gigi atau perawat
gigi. Gambar 9 menunjukkan keadaan gigi sebelum dan sesudah
dilakukan pembersihan karang gigi.

Gambar 9.
Gigi Sebelum dan Sesudah Dilakukan Pembersihan Karang Gigi
(Sumber dari : google image)

B.2. Tindakan Gigi yang Aman Untuk Trimester 1, 2 dan 3


Berikut adalah tindakan perawatan gigi yang aman untuk
trimester 1, 2 dan 3 (Kurien dkk., 2013):

1. Trimester I

31
- Masa pembelahan sel pada janin yang paling kritis dan cepat
dan dimulainya organogenesis (pembentukan organ tubuh
janin)
- Berisiko teratogen pada janin (perkembangan abnormal janin)
dan aborsi spontan
Perawatan gigi yang disarankan:
- Edukasi pasien tentang perubahan rongga mulut selama
kehamilan
- Instruksi kebersihan mulut dan kontrol plak
- Batasi perawatan gigi, kecuali darurat dan scalling
- Sebisa mungkin hindari radiografi gigi

2. Trimester II
- Masa organogenesis (pembentukan organ tubuh janin) telah
selesai
- Risiko terhadap janin rendah
- Perawatan dental aman dilakukan
Perawatan gigi yang disarankan:
- Instruksi kebersihan mulut dan kontrol plak
- Dapat melakukan perawatan gigi yang bersifat elektif
- Sebisa mungkin hindari radiografi gigi

32
3. Trimester III
- Risiko terhadap janin rendah
- Ketidaknyamanan pada ibu hamil karena perut sudah
membesar
- Risiko terjadi supine hypotension atau penurunan tekanan
darah
Perawatan gigi yang disarankan:
- Instruksi kebersihan rongga mulut dan kontrol plak
- Perawatan gigi dianjurkan dilakukan pada awal trimester II
- Perawatan gigi dilakukan singkat dan hindari posisi supine.
Kondisi harus diperhatikan pada perawatan dental yang
membutuhkan waktu lama, misalnya: perawatan endodonti
(Ibhawoh dan Enabulele, 2020)
- Sebisa mungkin hindari tindakan radiografi gigi

Tindakan kedokteran gigi lain yang harus dipertimbangkan


pada ibu hamil adalah kemungkinan ibu sedang menjalani perawatan
ortodonti pada saat sedang hamil. Perubahan kebiasaan dan risiko
gingivitis bisa juga disebabkan pergerakan gigi secara ortodonti.
Oleh karena itu sebaiknya perawatan ortodonti ditunda saja sampai
selesai kehamilan. Beberapa faktor yang bisa membuat perawatan

33
ortodontik tidak nyaman. Contohnya, morning sickness yang
membuat ibu hamil lelah dan dehidrasi. Gabungan rasa sakit ketika
mendapat tarikan perawatan ortodonti, ketidaknyamanan, dan
kekurangan gizi perlu diperhatikan. Rasa sakit dapat memengaruhi
nafsu makan ibu hamil.
Perawatan ortodonti selama kehamilan dapat memperburuk
gingivitis yang disebabkan oleh faktor lokal dan sistemik.
Periodontitis selama kehamilan dapat menyebabkan komplikasi dan
bayi prematur berat badan rendah. Komunikasi yang baik antar
layanan kesehatan profesional akan bermanfaat bagi ibu hamil yang
mengalami perubahan fisik dan psikologis agar kualitas hidup ibu
hamil tetap terjaga (Soni dkk., 2015).

34
REFERENSI
George A, dkk. (2011) „Periodontal treatment during pregnancy and
birth outcomes: a meta-analysis of randomized trials‟,
International Journal of Evident Based Health, 9, 122-147.

Susita S. (2017) „Cara menggosok gigi dengan benar‟, CNN


Indonesia, 06 Juni. Available at :
https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20170606075615-
255-219683/cara-menggosok-gigi-dengan-benar (Accessed:
03 August 2020).

Khetrapal A. (2018) „How to use dental floss‟, News Medical Life


Sciences, 23 August. Available at : https://www.news-
medical.net/health/How-to-Use-Dental-Floss.aspx (Accessed:
03 August 2020).

Adrian K. (2020) „Ketahui Beberapa Pilihan Obat Sakit Gigi Saat


Hamil‟, Alodokter, 18 Juni. Available at:
https://www.alodokter.com/ketahui-obat-sakit-gigi-saat-
hamil-dan-bagaimana-mencegahnya (Accessed: 11 July
2020).

Karidis A. (2019) „Do you need to worry about fluoride during


pregnancy?‟, Today‟s Parent, 21 November. Available at:
https://www.todaysparent.com/pregnancy/pregnancy-
health/fluoride-during-pregnancy/ (Accessed: 04 August
2020).

35
WikiHow. (2020) „How to use a fluoride Rinse‟, WikiHow, 15 July.
Available at: https://www.wikihow.com/Use-a-Fluoride-
Rinse (Accessed 03 August 2020).

Direktorat Jendral Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan


RI. (2012) Pedoman pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut
ibu hamil dan anak usai balita bagi tenaga kesehatan di
fasilitas pelayaan kesehatan. Jakarta

Kurien S, dkk. (2013) „Management of Pregnant Patient in


Dentistry‟, Journal of International Oral Health, 5(1), p88-97.

Ibhawoh L dan Enabulele J. (2015) „Endodontic treatment of the


pregnant patient: Knowledge, attitude and practices of dental
residents‟, Nigerian Medical Journal, 56(5), p311-316.

Soni UN, dkk. (2015) „Pregnancy and orthodontics: The


interrelation‟, International Journal of Applied Dental
Sciences, 1(3), p15-19.

36
BAB IV
PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT
Stunting merupakan sebuah kondisi gangguan tumbuh
kembang pada anak akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak
terlalu pendek untuk usianya. Salah satu faktor resiko terjadinya
stunting yaitu penyakit gigi dan mulut pada ibu hamil. Mulut
merupakan pintu masuk makanan (sumber nutrisi). Jika terjadi
gangguan, maka asupan nutrisi juga akan terganggu (Abiola dkk.,
2011).
Ibu hamil yang mual akan mempengaruhi kebiasaan menyikat
gigi. Gigi menjadi mudah menumpuk plak gigi sehingga mudah
berdarah dan terjadi karies. Pada gambar 10 menunjukkan bahwa
karies yang tidak dirawat pada ibu hamil mengakibatkan rasa sakit
pada gigi, sehingga mengganggu pengunyahan (asupan gizi kurang)
dan juga gangguan tidur pada anak, dimana kedua permasalahan ini
akan menyebabkan gangguan tumbuh kembang janin (Pinanty dkk.,
2020).

37
Gambar 10.
Dampak Kelainan Rongga Mulut Terhadap Terjadinya Stunting
(Modifikasi dari: Pinanty dkk., 2020)

38
REFERENSI

Abiola A, Olayinka A, Mathilda B, Ogunbiyi O, Modupe S,


Olubunmi O. A survey of the oral health knowledge and
practices of pregnant women in a Nigerian Teaching
Hospital. Afr J Reprod Health 2011; 154(4):14-9.

Pinanty A, Suwargian AA, Susilawati S. Pengalaman karies dan


status periodontal pada ibu hamil. Padjajaran Journal of
Dental Researchers and Students 2020; 4(1): 15-20.

39
PENUTUP

Stunting merupakan salah satu potensi masalah desa-desa


yang ada di Indonesia, termasuk desa-desa yang terletak di Sumatera
Utara. Kondisi kesehatan gigi dan mulut yang tidak sehat merupakan
salah satu faktor risiko stunting. Buku panduan ini ditujukan pada
Ibu hamil dengan sebagai salah satu upaya pemberdayaan
masyarakat, khususnya ibu hamil yang sangat berperan untuk
mempersiapkan sumber daya manusia Indonesia yang sehat jasmani
dan rohani serta bermartabat.
Lembaga Pengabdian/Pelayanan kepada Masyarakat
Universitas Sumatera Utara dalam program Desa Binaan melalui
Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat Desa Telagah, Kabupaten
Langkat di bidang kesehatan, Ekonomi, dan Sosial dalam upaya
meningkatkan kemandirian masyarakat melalui “Edukasi Kesehatan
Gigi dan Mulut Ibu damil dalam Upaya pencegahan Stunting”.
Kegiatan ini juga merupakan bagian dari usaha jangka panjang dari
strategi pemerintah Indonesia untuk pengentasan masalah gizi yang
berkaitan dengan kesehatan gigi dan mulut untuk mencegah
terjadinya infeksi tubuh secara komprehensif.

40

Anda mungkin juga menyukai