STUNTING
CV. ANUGERAH PANGERAN JAYA Press
Art Design, Publishing & Printing
Jalan K.L. Yos Sudarso Pulo Sumatera
Medan, Indonesia
Penulis:
Dr. Ervina Sofyanti drg., Sp.Ort(K)
Prof. Dr. dr. Dina Keumala Sari, M.Gizi., Sp.GK.
drg. M.Zulkarnain, M.Kes
Wandania Farahanny, drg., M.DSc, Sp.KG(K)
Darmayanti Siregar, drg., M.KM
Handoyo Utama Thomas, SKG
Eric Solon Tandean, SKG
ISBN 978-623-94356-0-8
STUNTING
TIM PENYUSUN:
ii
UU No 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta
iii
PRAKATA
Stunting merupakan suatu kondisi gangguan tumbuh kembang pada
anak akibat dari kekurangan gizi kronis dan ditandai dengan perawakan
yang pendek. Indonesia menduduki peringkat nomor 4 tertinggi di dunia
pada kasus anak-anak yang stunting (± 9 juta atau 37% balita Indonesia
mengalami stunting) atau sekitar 1 dari 3 balita di Indonesia menderita
stunting. Dampak dari stunting yaitu perkembangan otak terganggu
mengakibatkan intelektual menurun, rentan terhadap penyakit, dan risiko
kematian meningkat.
Hubungan kesehatan gigi dan mulut dengan stunting terletak pada
nutrisi yang masuk. Mulut adalah pintu masuknya makanan (sumber
nutrisi). Bawaan rasa mual pada Ibu hamil akan memengaruhi kebiasaan
menyikat gigi, mempermudah penumpukan plak sehingga mengakibatkan
lubang pada gigi dan infeksi pada gusi. Stunting sangat memungkinkan
dicegah pada 1000 hari pertama kehidupan (1000 HPK) sehingga dapat
dikategorikan sebagai periode emas yang paling krusial untuk
mengoptimalkan tumbuh kembang. Gangguan gizi pada periode ini akan
berdampak pada fondasi tumbuh kembang anak dan sulit diperbaiki setelah
anak berusia 2 tahun.
Salah satu kunci keberhasilan pencegahan stunting terletak pada
kesehatan gigi dan mulut selama mempersiapkan kehamilan ataupun
selama hamil. Oleh karena itu, penulis menyusun buku yang berjudul
“Panduan pemeliharan kesehatan gigi dan mulut bagi ibu hamil”. Penulis
berharap agar buku ini dapat menambah pengetahuan wanita usia subur,
ibu hamil dan ibu hamil tentang pentingnya 1000 HPK dalam pencegahan
stunting. Selain itu, diharapkan juga buku ini dapat menambah khazanah
karya ilmiah seputar ilmu kedokteran gigi, khususnya pelayanan pada ibu
hamil.
iv
Buku panduan ini dapat tersusun dengan baik karena bantuan dari
berbagai pihak terutama Bapak Prof. Dr. H. Runtung Sitepu SH., M.Hum
sebagai Rektor Universitas Sumatera Utara dan Lembaga
Pengabdian/Pelayanan kepada masyarakat Universitas Sumatera Utara
melalui dana non PNBP No. 258/UN5.2.3.2.1/PPM/2020 pertanggal 12
Mei 2020. Selain itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada Prof. Tulus. Vor.Dipl.Math., M.Si., PhD dan Prof. Dr.
Dra. Irnawati Marsaulina, MS, masyarakat Desa Telagah, Dinas Kesehatan
Kabupaten Langkat, dan Persatuan Dokter Gigi Langkat.
Penyusun
v
LEMBAGA PENGABDIAN/PELAYANAN
KEPADA MASYARAKAT
KATA SAMBUTAN
Assalaamu‟alaikum arohmatulloohi wabarokaatuh.
Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala
nikmat sehingga buku Panduan Ibu Hamil dalam Menjaga Kesehatan Gigi dan
Mulut untuk Mencegah Stunting ini dapat diselesaikan. Peningkatkan kualitas,
efektivitas, dan efisiensi pengelolaan penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat dalam rangka mencapai standar nasional penelitian dan pengabdian
kepada masyarakat sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri Riset,
Teknologi dan Pendidikan Tinggi Nomor 44 Tahun 2015 tentang Standar
Nasional Pendidikan Tinggi.
Upaya peningkatan kualitas dan kuantitas penelitian dan pengabdian
kepada masyarakat terus menerus dilakukan oleh Direktorat Jenderal Penguatan
Riset dan Pengembangan (Ditjen Penguatan Risbang) untuk luaran yang
bermutu dan relevan dengan kebutuhan pembangunan nasional. Diharapkan
hasil penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang bermutu tinggi dapat
berkontribusi secara nyata kepada peningkatan kualitas sumber daya
masyarakat Indonesia.
Penerbitan Buku Panduan ini merupakan salah satu luaran kegiatan
pengabdian dalam rangka pemenuhan rencana strategi Talenta USU khususnya
pilar pengabdian/pelayanan kepada masyarakat melalui program desa binaan.
Program Desa Binaan melalui Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat di bidang
kesehatan, Ekonomi, dan Sosial Desa Telagah, Kabupaten Langkat akan
dilaksanakan secara terintegrasi, terpadu, dan berkesinambungan. Selain itu
sebagai salah satu upaya mendukung pelayanan kesehatan gigi dan mulut
secara komprehensif terhadap ibu hamil dan janin yang dikandung sebagaimana
tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia NO. 89 tahun
2015 tentang upaya kesehatan gigi dan mulut.
vi
Saya menyambut terbitnya buku panduan ini dengan senang hati.
Semoga Buku panduan ini juga dapat lebih meningkatkan konseling kesehatan
berupa pemberian Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) kesehatan gigi
dan mulut Ibu hamil, khususnya yang bredomisili di daerah perdesaan.
Wassalaamu‟alaikum warohmatulloohi wabarokaatuh
vii
DAFTAR ISI
PRAKATA ..................................................................................................iv
KATA SAMBUTAN...................................................................................vi
DAFTAR ISI ..................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................xi
BAB I STUNTING............................................................................... 1
REFERENSI ......................................................................................... 7
viii
BAB IV PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN
MULUT ................................................................................. 37
REFERENSI ....................................................................................... 39
PENUTUP ................................................................................................ 40
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
xi
BAB I
STUNTING
Stunting adalah masalah gizi kronis pada balita yang ditandai
dengan tinggi badan yang lebih pendek dibandingkan dengan anak
seusianya. Anak yang menderita stunting akan lebih rentan terhadap
penyakit dan ketika dewasa berisiko untuk mengidap penyakit
degeneratif. Stunting diukur dengan indikator pengukuran tinggi
badan terhadap umur (TB/U) menurut WHO child growth standart
yaitu apabila nilai z-score TB/U <- 2 SD (Menteri Kesehatan RI,
2020). Prevalensi stunting pada balita di Indonesia menurut
RISKESDAS 2013 masih cukup tinggi yaitu 37,2% artinya 1 dari 3
balita Indonesia mengalami stunting. Prevalensi stunting pada balita
di Indonesia menurut RISKESDAS 2018 masih cukup tinggi yaitu
30,8% artinya 1 dari 3 balita Indonesia mengalami stunting (Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI,
2018).
Anak-anak yang mengalami stunting menghadapi kemungkinan
yang lebih besar untuk tumbuh menjadi dewasa yang kurang
pendidikan, miskin, kurang sehat dan lebih rentan terhadap penyakit
tidak menular bahkan meningkatkan risiko terjadinya kematian
1
(Stewart dkk., 2013). Pada wanita yang pada masa anak-anaknya
mengalami stunting akan berisiko menjadi dewasa yang stunting dan
berisiko memiliki keturuan stunting juga yang dikenal dengan
intergerational cycle of poor growth and development (gambar 1)
dan umum terjadi pada negara-negara yang sedang berkembang
(Prendergast dan Humphrey, 2014; Georgiadis dan Penny, 2017).
Gambar 1.
Intergenerational cycle of poor growth and development
(Modifikasi dari : Georgiadis dan Penny, 2017)
2
pertama kelahiran (1000 HPK). Masa 1000 HPK merupakan masa
paling krusial untuk mencegah terjadinya stunting, karena pada masa
ini merupakan masa paling krusial terjadinya pertumbuhan dan
perkembangan pada anak. (Georgiadis dan Penny, 2017).
Para pakar berpendapat bahwa intervensi spesifik oleh sektor
kesehatan hanya berperan sebanyak 30%, sementara 70% lainnya
adalah intervensi sensitif dimana yang berperan adalah sektor diluar
kesehatan (Trihono dkk., 2015).
A. Program intervensi stunting terbagi atas dua, yaitu (Lancet,
2013, dikutip dari Trihono dkk., 2015):
1. Intervensi gizi spesifik (sektor kesehatan)
KEGIATAN INTERVENSI GIZI
SASARAN
SPESIFIK
1. Suplementasi zat besi
2. Suplementasi energi dan protein yang
Ibu Hamil seimbang untuk ibu hamil kurang gizi
3. Penanggulangan penyakit kecacingan
4. Suplementasi kalsium
5. Pengobatan malaria dan penggunaan
kelambu berpestisida
Ibu Menyusui 1. Promosi penggunaan ASI (air susu ibu)
2. Perbaikan perilaku pemberian ASI dan
MP ASI
1. Suplementasi zink
3
2.Penanggulangan diare termasuk dengan
zink
Anak Usia 6- 3. Suplementasi vitamin A
23 bulan
4. Penggunaan garam beryodium
5. Pencegahan malnutrisi akut
6. Penanggulangan penyakit kecacingan
7.Penggunaan makanan yang
difortifikasikan zat gizi
8. Penggunaan kelambu berpestisida
4
5. Jaminan Kesehatan Ibu dan Anak
6. Fortifikasi makanan
7. Pendidikan gizi masyarakat
8.Kesehatan remaja dengan
memperhatikan pola makan yang sehat
dan edukasi kesehatan seksual
9.Pengentasan kemiskinan melalui
program bantuan langsung (Bantuan
Langsung Tunai) maupun tidak
langsung (Kredit Investasi Kecil)
5
dan anak usia 7- ASI apabila usia > 6 bulan
23 bulan Pemberian Obat cacing
Perlindungan terhadap malaria
6
REFERENSI
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2020) Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 2 tahun 2020 tentang standar antropometri
anak.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian
Kesehatan RI. (2018) Riset Kesehatan Dasar 2018. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
Stewart CP, dkk. (2013) „Contextualizing complementary feeding in
a broader framework for stunting prevention‟, Maternal &
Child Nutrition, 9(2), p27-45.
Georgiadis A dan Penny ME. (2017) „Child undernutrition:
opportunities beyond the first 1000 days‟, Lancet Public
Health, 2, pe399.
Prendergast AJ, Humphrey JH. (2014) „The stunting syndrome in
developing countries‟ Paediatrics and International Child
Health. 34(4):250-265.
Trihono, dkk. (2015) Pendek (stunting) di Indonesia, masalah dan
solusinya. Jakarta: Lembaga Penerbit Balitbangkes.
Sekretariat Wakil Presiden Republik Indonesia. (2017) Ringkasan:
100 kabupaten/kota prioritas untuk intervensi anak kerdil
(stunting). Jakarta Pusat: Tim Nasional Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan.
Aryastami NK dan Tarigan I. (2017) „Kajian kebijakan dan
penanggulangan masalah gizi stunting di Indonesia‟, Buletin
Penelitian Indonesia, 45(4), p233-240.
7
BAB II
KARAKTERISTIK FISIK DAN RONGGA MULUT
IBU HAMIL
8
fisiologis dapat terjadi pada seluruh bagian tubuh termasuk pada
rongga mulut. Bau mulut yang disebabkan penurunan pH saliva
merupakan perubahan fisiologis pada rongga mulut.
2. Perubahan Psikis (Perubahan yang Berhubungan dengan
Kejiwaan)
Perubahan Psikis sering terjadi pada usia kehamilan muda
(trimester I atau 0-3 bulan) yang ditandai dengan rasa mual dan ingin
muntah terutama pada waktu pagi hari atau morning sickness. Rasa
lesu, lemas dan terkadang hilang selera makan. Sebaliknya dapat
timbul rasa ngidam ataupun perubahan tingkah laku diluar kebiasaan
sebelum hamil. Keadaan tersebut kadang-kadang ibu hamil sering
kali mengabaikan kebersihan dirinya, termasuk kebersihan giginya.
Akibatnya, ibu hamil sangat rentan terhadap penyakit gigi dan mulut.
Perubahan pada gusi berupa pembesaran gusi akibat perubahan
pada sistem hormonal dan vaskular bersamaan dengan faktor iritasi
lokal dalam rongga mulut. Selama kehamilan, seorang ibu dapat
mengalami beberapa gangguan pada rongga mulutnya yang dapat
disebabkan oleh perubahan hormonal atau karena kelalaian
perawatan gigi dan mulutnya (Direktorat Jendral Bina Upaya
Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, 2012; Pinanty dkk., 2020).
Gangguan kesehatan gigi dan mulut yang buruk pada ibu hamil telah
9
dilaporkan dapat memberi efek terhadap janin seperti bayi prematur
dan berat badan lahir rendah seperti yang ditunjukkan pada gambar
2. (Anggraini dan Andreas, 2015).
Gambar 2.
Patogenesis stunting dari infeksi rongga mulut (karies)
(Modifikasi dari : Anggraini dan Andreas, 2015)
Ada beberapa hal dalam kesehatan gigi dan mulut yang perlu
mendapat perhatian selama masa kehamilan, antara lain (Direktorat
Jendral Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, 2012):
1. Trimester I (masa kehamilan 0 – 3 bulan)
Rasa lesu, mual atau muntah yang timbul pada awal kehamilan
dapat menyebabkan terjadinya peningkatan suasana asam dalam
mulut. Terjadi peningkatan plak karena perubahan rongga mulut
10
dimana asam dapat mempercepat terjadinya kerusakan gigi. Cth:
menghisap permen atau mengulum permen terus-menerus dapat
berisiko karies. Apabila ibu hamil mengalami muntah-muntah
hendaknya setelah itu mulut dibersihkan dengan berkumur dan
menyikat gigi setelah 1 jam. Penggunaan obat muntah selama hamil
sebaiknya sesuai dengan rekomendasi dokter.
11
depan mulut. Penyebabnya adalah meningkatnya hormon seks wanita
dan vaskularisasi gingiva sehingga memberikan respon yang
berlebihan terhadap faktor iritasi lokal. Faktor iritasi lokal dapat
berupa rangsangan lunak, yaitu plak bakteri dan sisa-sisa makanan,
maupun berupa rangsang keras seperti kalkulus, tepi restorasi yang
tidak baik, gigi palsu dan permukaan akar yang kasar. Selama
kehamilan, tingkat progesteron pada ibu hamil bisa 10 kali lebih
tinggi dari biasanya. Artinya, kehamilan bukanlah menjadi penyebab
langsung dari gingivitas kehamilan, tetapi juga tergantung pada
tingkat kebersihan mulut pasien. Pertumbuhan bakteri tertentu yang
meningkat dapat menyebabkan peradangan gusi serta perubahan
kekebalan tubuh selama kehamilan yang dapat berbeda-beda pada
setiap ibu hamil (Direktorat Jendral Bina Upaya Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI, 2012).
12
Gambar 3.
Gingivitis Kehamilan
(Sumber dari : Pirie dkk., 2007)
13
penyebab lain antara lain: trauma, hormon, virus dan pembuluh darah
yang pecah. Granuloma ini biasanya akan menghilang setelah bayi
lahir dan juga menderita gingivitis kehamilan yang luas. (Direktorat
Jendral Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, 2012).
Gambar 4.
Epulis Gravidarum
(Sumber dari : Esmaeil dkk., 2017)
14
Masalah lain adalah gigi berlubang atau karies dan bukan
langsung disebabkan oleh kehamilan. Terjadi perubahan lingkungan
di sekitar gigi dan kurangnya kebersihan rongga mulut
mengakibatkan lebih cepatnya proses gigi berlubang yang sudah ada
pada masa kehamilan. Selain itu, juga karena pH saliva wanita hamil
lebih asam jika dibandingkan dengan yang tidak hamil dan konsumsi
cemilan dengan kadar gula tinggi. Perilaku malas sikat gigi berisiko
serangan asam pada plak yang dipercepat dengan adanya asam dari
mulut karena mual atau muntah. Gambar 5 menunjukkan gigi
berlubang yang menimbulkan rasa ngilu bila terkena makanan atau
minuman dingin atau manis. Lubang akan semakin besar dan dalam
sehingga menimbulkan pusing, sakit berdenyut bahkan sampai
mengakibatkan pipi menjadi bengkak karena bisul atau abses apabila
dibiarkan (Direktorat Jendral Bina Upaya Kesehatan Kementerian
Kesehatan RI, 2012; American Dental Asscociation, 2015).
Gambar 5.
Karies gigi
(Sumber dari : American Dental Associtation, 2015)
15
REFERENSI
16
BAB III
PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT
17
bagian gigi terdalam. Pilih juga sikat dengan gagang yang nyaman
dipegang sehingga sikat gigi dilakukan dengan benar tanpa melukai
gusi. Cara menggosok gigi yang benar adalah tidak terburu-buru saat
melakukannya. Banyak orang yang sangat terburu-buru dalam
menyikat gigi, akibatnya masih banyak kotoran yang menempel pada
gigi. Durasi yang di butuhkan untuk menyikat gigi adalah sekitar 2-3
menit, supaya gigi dan mulut lebih bersih dan mencegah gigi kuning.
Gambar 6 menunjukkan tujuh tahapan dalam menyikat gigi yang
baik dan benar (Susita, 2017).
Waktu yang di sarankan untuk menggosok gigi adalah setelah
sarapan pada pagi hari dan sebelum tidur pada malam hari.
Sebaiknya jangan langsung menggosok gigi apabila baru saja
mengkonsumsi makanan atau minuman asam karena dapat membuat
gigi gampang terkikis.
18
Gambar 6.
Tujuh Tahapan dalam Menyikat Gigi
(Sumber dari : Susita, 2017)
19
a. Cara-cara pembersihan gigi lainnya ; benang gigi (dental floss)
dan obat kumur.
- Apabila ingin mendapatkan gigi yang bersih secara maksimal,
maka anda bisa mencoba menggunakan floss atau benang gigi.
Melakukan flossing dapat membersihkan kotoran di sela-sela
gigi yang tidak terjangkau oleh sikat. Caranya cukup dengan
memasukkan benang gigi pada sela-sela gigi, lakukan dengan
perlahan sampai anda merasa gigi sudah benar-benar bersih
(gambar 7). Hindari penggunaan tusuk gigi, karena banyak
bakteri yang menempel pada tusuk gigi (Khetrapal, 2018)
Gambar 7.
Cara Pemakaian Dental Floss
(Sumber dari : Khetrapal, 2018)
20
- Cara selanjutnya untuk mendapatkan gigi yang bersih dan
terhindari dari bau mulut adalah dengan menggunakan
obat kumur. Fungsi dari obat kumur adalah menjangkau
atau membersihkan kotoran yang tidak terjangkau oleh
sikat dan juga benang gigi.
Akan tetapi jangan sembarangan menggunakan obat
kumur, ada beberapa hal yang perlu diketahui dalam
memilih obat kumur. Berikut informasinya (Adrian, 2020):
Obat kumur sebaiknya mengandung astrigents
dan tidak mengandung alkohol agar memberikan
efek nyaman pada rongga mulut.
Pilih obat kumur yang mengandung flouride
untuk kesehatan gigi dan antiplaque agar dapat
mencegah timbulnya plak pada gigi.
21
Jumlah fluor yang aman untuk ibu hamil masih menjadi
perdebatan, akan tetapi penelitian menyatakan 0,7mg/L merupakan
konsentrasi paling efektif dalam memberikan manfaat tanpa efek
samping. Meski bermanfaat, penelitian telah menunjukkan bahwa ibu
dengan kandungan fluor yang lebih tinggi pada urinenya cenderung
melahirkan anak dengan IQ yang rendah dibandingkan dengan ibu
yang memiliki kandungan fluor rendah pada urine. Akan tetapi,
penelitian yang lebih lanjut masih diperlukan (Karidis, 2019).
Gambar 8.
Fluorida
(Sumber dari : WikiHow, 2020)
22
Pada gambar 8 terlihat fluorida dalam berbagai sumber yang
dapat diguanakan secara sistemik ataupun secara lokal (WikiHow,
2020).
a. Secara sistemik: fluoridasi air minum, tablet fluor, pemberian
fluor dalam bentuk garam dapur
- Fluoridasi air minum adalah penambahan fluor dalam
konsentrasi tertentu ke dalam sumber air minum penduduk
sampai konsentrasi 1 ppm yang maksudnya satu bagian fluor
dalam 1000 bagian air. Bila sejak lahir minum air yang
difluoridasi maka frekuensi karies turun sampai 60 %.
Apabila sumber air minum penduduk di fluoridasi, maka
penambahan fluor dapat dilakukan pada sumber air minum di
sekolah-sekolah. Cara ini dapat mengurangi terjadinya karies
sampai 40 %, lebih rendah dari manfaat fluoridasi air minum.
- Tablet fluor, obat tetes fluor atau tablet hisap fluor dapat
diresepkan oleh dokter gigi bila sumber air minum tidak
mengandung cukup fluor. Karena fluor cukup mahal dan
membutuhkan disiplin, maka perlu dipakai secara teratur
untuk memaksimalkan manfaat.
23
b. Secara lokal: menyikat gigi setiap hari dengan pasta yang
mengandung fluor, kumur-kumur dengan larutan fluor,
pengolesan gigi dengan larutan fluor. Keadaan ini berpengaruh
pada gigi geligi yang sudah tumbuh (post erupsi).
- Kumur-kumur dengan larutan fluor, diharapkan paling
berhasil untuk program usaha kesehatan sekolah oleh karena
mempunyai beberapa keuntungan yaitu waktu yang
diperlukan sedikit, caranya mudah diajarkan, tidak
membutuhkan tenaga kesehatan gigi yang khusus dan
perawatan yang teratur dapat dilaksanakan dengan tidak
mengganggu pelajaran-pelajaran sekolah.
24
email gigi. Disamping makan tablet fluor, dokter gigi juga
akan melakukan pengolesan gigi dengan larutan fluor.
Sebelum dioleskan dokter gigi atau perawat gigi
membersihkan gigi terlebih dahulu, lalu setelah dioleskan
gigi dibiarkan dalam keadaan kering ± 1 jam.
25
- Vitamin C: banyak terdapat dalam buah-buahan seperti
jeruk, mangga, jambu biji dan delima.
- Vitamin D: banyak terdapat dalam ikan serta daging.
- Fluor dan Kalsium terdapat dalam makanan berasal dari laut
seperti ikan, udang, kerang, kepiting.
Dampaknya jika kekurangan vitamin dan mineral yaitu
(Direktorat Jendral Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan
RI, 2012) :
- Vitamin A: Terganggu pertumbuhan gigi janin yang dapat
mengakibatkan kelainan bentuk gigi;
- Vitamin C: Gangguan pembentukan gigi dan jaringan lunaknya
pada janin
- Vitamin D: Gangguan kesehatan struktur tulang janin dan ibu
- Kalsium dan fluor: Gangguan pertumbuhan gigi janin sehingga
rentan terhadap lubang gigi.
26
Ada beberapa jenis obat yang dapat mengganggu perkembangan
janin (contoh: Bayi berat lahir rendah) sehingga perlu
dipertimbangkan dalam penggunaannya pada saat ibu sedang hamil
(Kurien dkk., 2013). Penggunaan obat tersebut harus berdasarkan
azas keselamatan ibu dan janin. Dalam perawatan dental,
penggunaan anestesi lokal mungkin diperlukan pada kasus
pencabutan gigi atau perawatan gigi yang abses. Penggunaan jenis
obat untuk perawatan ibu hamil sebaiknya dikomunikasikan juga
dengan dokter kandungan. Perubahan fisiologis yang relevan dan
implikasi pengobatannya, risiko berbagai obat untuk ibu dan janin,
pengelolaan masalah medis yang bersamaan pada pasien hamil,
pemilihan waktu oral dan maksilofasial yang tepat. operasi selama
kehamilan, dan manajemen keadaan darurat selama kehamilan perlu
diketahui oleh semua tenaga kesehatan (Kurien,dkk, 2013).
27
Tabel 1. Obat yang Aman untuk Konsumsi Ibu Hamil
PEMAKAIAN
PEMAKAIAN
OBAT SAAT DAMPAK
SAAT HAMIL
MENYUSUI
ANTIBIOTIK
Amoxicillin
Metronidazole Tetracycline :
Erythromycin Ya Ya Diskolorisasi warna
Penicillin gigi
Cephalosporins
Gentamycin Ya Ya Chloramphenicol:
Clindamycin Keracunan atau
Tetracycline Tidak Tidak kematian pada janin
Chloramphenicol
Analgesik
Acetaminophen
Morphine Ya Ya
Meperidine
Oxycodone Aspirin :
Hyrocodone Dalam Dalam Perdarahan post
Propoxyphene Pengawasan Pengawasan partum
Pentazocine (perdarahan
Aspirin Tidak pada Tidak berlebihan saat
Ibuprofen Trimester III melahirkan)
Naproxen
Anastesi Lokal
Lidocaine Mepivacaine dan
Prilocaine Ya Ya Bupivacaine :
Etidocaine Bradikardia pada
Mepivacaine Dalam Ya janin (detak jantung
Bupivacaine Pengawasan lemah)
Kortikosteroid
Prednisolone Ya Ya Kelahiran bayi
premature dan
Resistensi insulin
28
Anti Jamur
Clotrimazole Ya Ya Ketokonazole :
Nystatin Keracunan pada
Fluconazole Dalam Dalam janin
Ketokonazole Pengawasan Pengawasan
B. Perawatan Gigi
B.1. Tahapan Perawatan
Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh seorang dokter gigi
dalam rangka pencegahan penyakit gigi dan mulut adalah:
1. Penyuluhan kesehatan gigi
Pada waktu pemeriksaan gigi ke dokter gigi, penderita akan
diberitahu mengenai cara-cara menyikat gigi, memakai benang gigi
atau tusuk gigi serta nasihat mengenai diet yang baik untuk
kesehatan gigi.
2. Penambalan gigi
Penambalan gigi atau disebut restorasi merupakan terapi utama
ketika karies gigi berkembang. Bahan tambalan terdiri dari berbagai
macam jenis seperti resin, porselen, atau kombinasi beberapa bahan.
Penumpatan atau penambalan gigi merupakan salah satu cara untuk
mempertahankan gigi agar tidak dicabut. Berbagai macam bahan
tambal dikenal dalam dunia kedokteran gigi. Dahulu, dunia tambal
29
menambal dikuasai pemain legendaris: amalgam. Namun sekarang
orang lebih banyak menghendaki bahan tambal yang sewarna dengan
gigi (orang secara salah kaprah disebut tambalan putih). Dari semua
bahan tambal yang ditawarkan tentu ada sejumlah keuntungan dan
kerugiannya. Semua digunakan harus sesuai dengan indikasi.
Sebelum dokter gigi melakukan tindakan gigi, sebaiknya pasien
diberi penjelasan tentang hal-hal yang berkaitan dengan prosedur
yang akan dilakukan, termasuk jenis bahan tambal yang akan
dipakai.
30
4. Pembersihan karang gigi
Karang gigi yang melekat pada gigi merupakan penyebab
penyakit periodontal. Karang gigi ini tidak dapatdibersihkan dengan
sikat gigi oleh karena kekerasannya serta melekat erat pada gigi.
Untuk membersihkan akan dilakukan oleh dokter gigi atau perawat
gigi. Gambar 9 menunjukkan keadaan gigi sebelum dan sesudah
dilakukan pembersihan karang gigi.
Gambar 9.
Gigi Sebelum dan Sesudah Dilakukan Pembersihan Karang Gigi
(Sumber dari : google image)
1. Trimester I
31
- Masa pembelahan sel pada janin yang paling kritis dan cepat
dan dimulainya organogenesis (pembentukan organ tubuh
janin)
- Berisiko teratogen pada janin (perkembangan abnormal janin)
dan aborsi spontan
Perawatan gigi yang disarankan:
- Edukasi pasien tentang perubahan rongga mulut selama
kehamilan
- Instruksi kebersihan mulut dan kontrol plak
- Batasi perawatan gigi, kecuali darurat dan scalling
- Sebisa mungkin hindari radiografi gigi
2. Trimester II
- Masa organogenesis (pembentukan organ tubuh janin) telah
selesai
- Risiko terhadap janin rendah
- Perawatan dental aman dilakukan
Perawatan gigi yang disarankan:
- Instruksi kebersihan mulut dan kontrol plak
- Dapat melakukan perawatan gigi yang bersifat elektif
- Sebisa mungkin hindari radiografi gigi
32
3. Trimester III
- Risiko terhadap janin rendah
- Ketidaknyamanan pada ibu hamil karena perut sudah
membesar
- Risiko terjadi supine hypotension atau penurunan tekanan
darah
Perawatan gigi yang disarankan:
- Instruksi kebersihan rongga mulut dan kontrol plak
- Perawatan gigi dianjurkan dilakukan pada awal trimester II
- Perawatan gigi dilakukan singkat dan hindari posisi supine.
Kondisi harus diperhatikan pada perawatan dental yang
membutuhkan waktu lama, misalnya: perawatan endodonti
(Ibhawoh dan Enabulele, 2020)
- Sebisa mungkin hindari tindakan radiografi gigi
33
ortodontik tidak nyaman. Contohnya, morning sickness yang
membuat ibu hamil lelah dan dehidrasi. Gabungan rasa sakit ketika
mendapat tarikan perawatan ortodonti, ketidaknyamanan, dan
kekurangan gizi perlu diperhatikan. Rasa sakit dapat memengaruhi
nafsu makan ibu hamil.
Perawatan ortodonti selama kehamilan dapat memperburuk
gingivitis yang disebabkan oleh faktor lokal dan sistemik.
Periodontitis selama kehamilan dapat menyebabkan komplikasi dan
bayi prematur berat badan rendah. Komunikasi yang baik antar
layanan kesehatan profesional akan bermanfaat bagi ibu hamil yang
mengalami perubahan fisik dan psikologis agar kualitas hidup ibu
hamil tetap terjaga (Soni dkk., 2015).
34
REFERENSI
George A, dkk. (2011) „Periodontal treatment during pregnancy and
birth outcomes: a meta-analysis of randomized trials‟,
International Journal of Evident Based Health, 9, 122-147.
35
WikiHow. (2020) „How to use a fluoride Rinse‟, WikiHow, 15 July.
Available at: https://www.wikihow.com/Use-a-Fluoride-
Rinse (Accessed 03 August 2020).
36
BAB IV
PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT
Stunting merupakan sebuah kondisi gangguan tumbuh
kembang pada anak akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak
terlalu pendek untuk usianya. Salah satu faktor resiko terjadinya
stunting yaitu penyakit gigi dan mulut pada ibu hamil. Mulut
merupakan pintu masuk makanan (sumber nutrisi). Jika terjadi
gangguan, maka asupan nutrisi juga akan terganggu (Abiola dkk.,
2011).
Ibu hamil yang mual akan mempengaruhi kebiasaan menyikat
gigi. Gigi menjadi mudah menumpuk plak gigi sehingga mudah
berdarah dan terjadi karies. Pada gambar 10 menunjukkan bahwa
karies yang tidak dirawat pada ibu hamil mengakibatkan rasa sakit
pada gigi, sehingga mengganggu pengunyahan (asupan gizi kurang)
dan juga gangguan tidur pada anak, dimana kedua permasalahan ini
akan menyebabkan gangguan tumbuh kembang janin (Pinanty dkk.,
2020).
37
Gambar 10.
Dampak Kelainan Rongga Mulut Terhadap Terjadinya Stunting
(Modifikasi dari: Pinanty dkk., 2020)
38
REFERENSI
39
PENUTUP
40