Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

ISLAM WASHATIYAH SEBAGAI RAHMATAN LIL'ALAMIN

Oleh :

NAMA : SUTRIA WALI ( 190301084 )

ERNAWATI ULATH ( 190301092 )

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI AMBON

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur atas kehadiran allah yang maha kuasa, karenan atas berakat rahmat dan
pertolongan-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Ini dengan judul " Islam washatiyah
sebagai rahmatan lil'alamin ". Tidak lupa pula salam tetap tercurahkan Kepada baginda besar
Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman kebodohan sampai ke zaman yang
penuh dengan ilmu pengetahuan Ini.

Oleh karena itu kami mengucapakan terima kasih kepada bapak selaku dosen pembimbing
Akidah akhlak yang telah memberikan kesempatan untuk kami membuat hasil makalah ini
dengan judul " Islam washatiyah sebagai rahmatan lil'alamin ".

Dalam makalah Ini terdapat banyak kekurangannya. oleh sebab itu, kritik dan saran dari bapak
kami harapkan.

Wassalamualaikum. Wr.wb.
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………...

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………..

A. Latar belakang…………………………………………………………………………..
B. Rumusan masalah……………………………………………………………………….
C. Tujuan…………………………………………………………………………………..

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………………

A. Islam Washatiyah …………………………………………………..

B. Islam washatiyah sebagai rahmatan lil A'lamin…………………………………………………………………..

C. Radikalisme ……………………………………………………………………………..

BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………...

A. kesimpulan
BAB II

PEMBAHASAN

A. Islam Washatiyah

1. Menelaah makna dan dalil islam washatiyah


Secara Bahasa, Kata washatiyah berasal dari kata wasatha ( ‫ )طسو‬yang berarti adil atau
sesuatu yang berada di pertengahan. Ibnu' Asyur mendefenisikan kata "wasath" dengan dua
makna. Pertama, defenisi menurut etimologi, Kata wasath berarti sesuatu yang ukurannya
sebanding. Kedua, defenisi menurut terminologi bahasa, makna wasatha adalah nilai-nilai Islam
yang dibangun atas dasar pola pikir yang lurus dan pertengahan, tidak berlebihan dalam hal
tertentu.
Islam washatiyah adalah yakni Islam tengah diantara dua titik ekstrem yang saling
berlawanan, yaitu antara taqshir (meremehkan) Dan ghuluw (berlebih-lebihan) Atau antara
liberalisme dan radikalisme. Islam washatiyah berarti Islam Jalan tengah. Tidak terlibat
kekerasan, sampai pembunuhan, terbuka dan berada di atas untuk semua golongan. Hal ini
berdasarkan sabda Rasul:

Yang artinya :"pilihlah perkara yang berada diantara dua hal dan sebaik-baik persoalan adalah
sikap paling moderat (tengah). " ( HR. Baihaqi)

Islam washatiyah, Selanjutnya dikenal dengan islam moderat, adalah Islam yang cinta damai,
toleran, menerima perubahan demi kemaslahatan, perubahan fatwa Karena situasi dan kondisi,
dan pernedaan penetapan hukum Karena pernedaan kondisi dan psikologi seoramg adalah adil
dan bijaksana.
Allah berfirman dalam Al-Qur'an surah Al-Baqarah: 143.

Yang artinya: " Dan demikian (pula) kami telah menjadikan kamu ( umat Islam), umat yang
wasath (adil) Dan pilihlah agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia Dan agar Rasul
(Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. " (QS. Al-baqarah [2]: 143).

Adapun makna "ummatan wasathan " pada ayat di atas adalah ummat yang adil dan terpilih.
Wasath Atau Jalan tengah dalam beragama Islam dapat diklasifikasi ke dalam empat lingkup
yaitu:
a) Wasath dalam Akidah.
Contohnya :
 Islam tidak seperti keimanan mistisisme yang cenderung berlebihan dalam mempercai
benda ghaib.
 Akidah Islam menentang dengan tegas sistem keyakinan kaum atheis yang menafikan
wujud Tuhan
 Islam memberikan porsi seimbang antara fikir dan dzikir. Islam memosisikan wahyu
sebagai pembimbing nalar, menuju kemaslahatan dunia akhirat melalui syari'ahnya
b) Wasath dalam persoalan ibadah.
c) Wasath dalam persoalan perangai dan budi pekerti.
d) Wasath dalam persoalan tasyri' (pembentukan Shari'ah).

2. Ciri-ciri Islam washatiyah

a. Tawassuth ( mengambil Jalan tengah) yaitu Pemahaman dan pengamalan yang tidak ifraath
(berlebih-lebihan dalan beragama) dan tafriith (mengurangi ajaran agama).
b. Tawazun (Berkeseimbangan) yaitu Pemahaman dan pengamalan agama secara seimbang yang
meliputi semua aspek kehidupan, baik duniawi maupun ukhrawi.
c. I'tidal (lurus dan tegas) yaitu menempatkan sesuatu pada tempatnya dan melaksanakan hak dan
memenuhi kewajiban secara proportional.
d. Tasamuh (toleransi) yaitu mengakui dan menghormati perbedaan, baik dalam aspek keagamaan
dan berbagai aspek kehidupan lainnya.
e. Musawah (persamaan) yaitu tidak bersikap diskriminasi pada yang lain sebab perbedaan
keyakinan, tradisi dan asal usul seseorang.
f. Syura (Musyawara) yaitu Setiap persoalan diselesaikan dengan jalan musyawarah untuk
mencapai mufakat dengan prisip kemaslahatan di atas segalanya.
g. Ishlah ( reformasi) yaitu mengutamakan prinsip reformatif untuk mencapai keadaan lebih baik
yang mengakomodasi perubahan dan kemajuan zaman dengan berpijak pada kemaslahatan umum
dengan tetap berpegang pada prinsip melestarikan tradisi lama yang baik, dan menetapkan hal-hal
baru yang lebih baik.
h. Aulawiyah (mendahulukan yang peroritas ) yaitu kemampuan mengientifikasi hal ihwal yang
lebih penting harus diutamakan untuk diimplementasikan dibandingkan dengan kepentingan lebih
rendah.
i. Tathawur WA ibtikar ( dinamis dan inofatif) Selalu terbuka untuk melakukan perubahan-
perubahan sesuai dengan perkembangan zaman serta menciptakan hal-hal baru untuk
kemaslahatan dan kemajuan umat Manusia.
j. Tahadhdur (berkeadaan) yaitu menjunjung tinggi akhlak mulia, karakter, identitas, dan integrasi
sebagai khairu ummah dalam kehidupan manusia Dan peradabab.

B. Islam washatiyah sebagai rahmatan lil A'lamin

Dewasa Ini kita dihadapkan pada munculnya kelompok Islam yang intoleren, eksklusif, mudah
mengkafirkan orang, kaku, dan kelompok lain yang gampang mengatakan permusuhan dan
melakukan konflik, bahkan kalau perlu melakukan kekerasan terhadap sesama muslim yang tidak
sepaham dengan kelompok lainnya. Selain itu kita juga dihadapkan pada munculnya komunitas
Islam yang cenderung liberal dan pesimis.
Kedua kelompok tersebut tergolong kelompok ekstrem kanan (tatharuf yamin) Dan ekstrem
Kiri (yasar), yang bertentangan dengan wujud ideal dalam mengimplementasikan ajaran Islam di
indonesia bahkan dunia. Bagi kita bangsa indonesia khususnya menolak pemikiran Atau paham
keagamaan Dan ideologi serta gerakan kedua kelompok tersebut, Karena tidak sesuai dengan
nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang dianut dan di bangun bangsa indonesia, yaitu mewujudkan
persatuan umat.
Islam washatiyah sejatinya merupakan ajaran ulama nusantara yang selama Ini dianut dan
diamalkan oleh umat Islam di nusantara. Namun setelah terjadinya revolusi teknologi informasi,
dimana semua keagamaan bisa diakses dengan mudah Dan bebas oleh masyarakat, Maka
mulailah ajaran keagamaan yang tidak di kenal di Indonesia dan Hanya berkembang di negara
lain, Dan mulai masuk di ajarankan di Indonesia.
Termasuk ajaran keagamaan yang radikal yang bisa membimbing pemeluknya melakukan
tindakan teror. Oleh Karena itu merupakan hal yang Sangat penting untuk mengembalikan umat
Islam Kepada ajaran ulama nusantara. Antara lain dengan mengembalikan pada Pemahaman
Islam washatiyah.

Islam rahmatan lil alamin adalah islam yang dinamis dan tidak kaku tetapi juga tidak
memudah –mudahkan masalah. tidak galak tetapi juga tidak mencari yang mudah-mudah
saja.islam wsathiyah “islam yang bias menerima NKRI. Karena Indonesia bukan milik kita
tapi milik kita semuanya.”

Sebagai paham atas perkembangannya paham dan gerakan yang intoleran rigid {kaku},
dan mudah mengkafirkan {takfiri}, maka amaliyah keagamaan islam washatiyah perlu
dikembangkan sebagai implementasi islam {rahmatan lil alami}, untuk memperjuangkan nilai-
nilai ajaran islam yang moderat dalam kehidupan keagamaan, kemasyarakatan,kebangsaan, dan
kenegaraan. Sikap moderat adalah bentuk manifestasi ajaran islam sebagai rahmatn lil
alaminm, rahmat bagi segenap alam semesta. Sikap mederat perlu diperjuangkan untuk lahirnya
umat terbaik {khairu ummah}.Majelis ulama Indonesia {MUI} mensosilasikan islam
wasathiyah yakni islam yang moderat penuh kasih saying sebagai upaya dalam mencegah
penyebaran radikalisme di masyarakat, mengembalikan praktik beragama agar agama benar-
benar berfungsi menjaga harkat dan martabat manusia.

.C. Radikalisme

a. makna radikalisme
kata radikalisme sebagai turunan kata “radikal” bersifat netral dan tidak terkait dengan
masalah agama. Radikal merupakan sebuah kata yang sering digunakan dalam kajian filsafat.
Radikal berasal dari bahasa latin yaitu “radix” yang berarti “akar”.Secara etimologis kata
radikal mengandung arti segala sesuatu yang sifatnya mendasar sampai ke akar-akarnya atau
sampai pada prinsipnya. Sikap radikal akan mendorong perilaku individu untuk membela secara
mati-matian mengenai suatu kepercayaan, keyakinan,agama atau ideologi yang di anutnya.

Radikalisme dijadikan sebagai salah satu paham atau aliran yang menuntut perubahan dan
pembaharuan system social dan politik dengan cara kekerasan atau ekstrem. Paham radikalisme
sering kali di kaitkan dengan agama / mengatas namakan agama, padahal semua agama tidak
mengajarkan kekrasan. Namaun agama yang menjadi target adalah islam, sehinga muncul
adanya orang islam yang radikal, yaitu orang islam yang mempunyai pikiran yang kaku dan
sempit dalam ,memahami islam, serta eksklusif dalam memandang agama-agama lain.

Radikalisme mengatas namakan agama ini tidak jarang kemudian menimbulkan konflik
sampai pada puncaknya, terjadinya terorisme dalam taraf membahayakan stabilitas dan
keamanan Negara. Dan pada akhirnya radikalisme ini menjadi penyebabkan peperangan yang
justru menimbulkan rasa tidak aman. Pada taraf rendah, radikalisme sampai menganggu
keharmonisan dan kerukunan masyarakat klaim, “sesat”, “bida’ah”,dan “kafir” bagi kalangan
yang tidak sependapat denganya. Tapi perlu digaris bawahi, hakikat islam adalah agama yang
cinta dan membawa kedamaian , mereka yang menerapkan yang menjadi penyebab adanya
radikalisme diantaranya adalah :
 pengetahuan agama yang setengah-setengah melalui proses belajar doktriner
 memahami islam dari kulitnya saja tetapi minim wawasan tentang esensi agama
 disibukan oleh masaah sekunder dan melupakan masalah-masalah prime.
 Lemah dalam wawasan sejarah dan sosiologi sehingga fatwa-fatwa mereka sering bertentangan
dengan kemasalahatan umat, akal sehat, semangat zaman.

b. cirri-ciri Radikalisme

menganilisis cirri-ciri radikalisme dan terorisme menjadi penting bagi masyarakat untuk melakukan
pencegahan paham ekstrem tersebut.

Adapun cirri-ciri radikalisme adalah sebagai berikut :

 Intoleransi dengan orang lain yang memiliki perbedaan pandangan dan mengingkari fakta
kebhinekaan yang ada di Indonesia.
 Sikap berlebihan berlebihan dalam beragama sehingga melanggar hukum dan norma agama.
 Memaksakan kehendak dengan berbagai dalil termaksuk dalil agama. Bahkan ingin mengubah
moral masyarakat beragama dengan cara-cara khawarijayah { berontak},bukan tajridiyyah
{bertahap, berproses}.
 Mengunakan cara-cara kekerasan, baik verbal ataupun fisik, yang menumbuhkan kecemasan
{teror} dan penghancuran fisik { vandalisme} kepada orang lain yang tidak sepaham.
 Merasa dirinya paling benar, shingga tidak mau mendengarkan argumentasi dari kelompok
lain.
c. Islam Menentang Radikalisme

siakp melampaui batas tidak akan membuahkan hasil yang baik dalam semua urusan, apalagi dalam
urusan agama. Diantara sikap melampaui batas adalah bersiakap radiakal dengan segala bentuknya
yang menyelesihi Syri’at. islam melarang umatnya melampaui batas, dengan mengamalkan agama
yang ekstrem sehingga melebihi batas kewajaran.

Sebagaimana sabda Rasulullah :

َ‫نَ ی دل ا َه ی ف هَ و ل غ ل ا ب َه م ک ل ب ق َه ن ا ک هَ ن م َه ک ل ه أَ ا م ن إ ف َه ن ید ل ا‬

“hadirlah oleh kalian tindakan melampaui batas {ghuluw } dalam beragama sebab sungguh ghuluw
dalam beragama telah menghancurkan orang sebelum kalian “ {HR. an-Nasa’I dan ibnu majah}.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Secara Bahasa, Kata washatiyah berasal dari kata wasatha ( ‫ )طسو‬yang berarti adil atau
sesuatu yang berada di pertengahan, Islam washatiyah adalah yakni Islam tengah diantara dua
titik ekstrem yang saling berlawanan, yaitu antara taqshir (meremehkan) Dan ghuluw (berlebih-
lebihan) Atau antara liberalisme dan radikalisme. Islam washatiyah, Selanjutnya dikenal dengan
islam moderat, adalah Islam yang cinta damai, toleran, menerima perubahan demi kemaslahatan,
perubahan fatwa Karena situasi dan kondisi, dan pernedaan penetapan hukum Karena perbedaan
kondisi dan psikologi seoramg adalah adil dan bijaksana.

Sedangkan Islam rahmatan lil alamin adalah islam yang dinamis dan tidak kaku tetapi juga
tidak memudah –mudahkan masalah. tidak galak tetapi juga tidak mencari yang mudah-mudah
saja.islam wsathiyah “islam yang bias menerima NKRI. Karena Indonesia bukan milik kita
tapi milik kita semuanya.” Sebagai paham atas perkembangannya paham dan gerakan yang
intoleran rigid {kaku}, dan mudah mengkafirkan {takfiri}, maka amaliyah keagamaan islam
washatiyah perlu dikembangkan sebagai implementasi islam {rahmatan lil alami}, untuk
memperjuangkan nilai-nilai ajaran islam yang moderat dalam kehidupan keagamaahenganya

Anda mungkin juga menyukai