Oleh:
KAHARUDIN (162101002)
AZHAR (162101159)
RUKIANA (162101004)
FAKULTAS EKONOMI
BAUBAU
2021
DAFTAR ISI
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang maha megetahui dan maha bijaksana yang telah
memberi petunjuk agama yang lurus kepada hamba-Nya dan hanya kepada-Nya.
Salawat serta salam semoga tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW yang
membimbing umat nya degan suri tauladan-Nya yang baik .
Dan segalah Syukur kehadiran Allah SWT yang telah memberikan
anugrah,kesempatan dan pemikiran kepada kami untuk dapat menyelesaikan
makalah ini . makanlah ini merupakan pengetahuan tentangkonsep aqidah dalam
islam, semua ini di rangkup dalam makalah ini , agar pemahaman terhadap
permasalahan lebih mudah di pahami dan lebih singkat dan akurat .
Sistematika makalah ini dimulai dari pengantar yang merupakan apersepsi atas
materi yang telah dan akan dibahas dalam bab tersebut .Selanjutnya , membaca
akan masuk pada inti pembahasaan dan di akhiri dengan kesimpulan , saran dan
makalah ini. Diharapkan pembaca dapat mengkaji berbagai permasalahan tentang
konsep aqidah islam,kami penyusun mengucapkan terimakasih kepada semua
pihak yang telah membantu proses pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini
bermanfaaat bagi kita semua.
Terimakasih.
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aqidah adalah pokok pokok keimanan yang telah ditetapkan oleh Allah,
dan kita sebagai manusia wajib meyakininya sehingga kita layak disebut
sebagai orang yang beriman(mu’min). Namun bukan berarti bahwa
keimanan itu ditanamkan dalam diri seseorang secara dogmatis, sebab
proses keimanan harus disertai dalil-dalil aqli. Akan tetapi, karena akal
manusia terbatas maka tidak semua hal yang harus diimani dapat diindra
dan dijangkau oleh akal manusia
Para ulama sepakat bahwa dalil-dalil aqli yang haq dapat menghasilkan
keyakinan dan keimanan yang kokoh. Sedangkan dalil-dalil naqli yang
dapat memberikan keimanan yang diharapkan hanyalah dalil-dalil yang
qath’i. Makalah kecil ini menampilkan beberapa bahasan yang bisa
membantu siapa saja yang ingin memahami aqidah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan aqidah ?
2. Apa landasan filosofis dan religiusnya?
3. Apa saja ruang lingkup aqidah?
4. Apa kaidah dari aqidah?
5. Apa fungsi dan peran aqidah?
6. prinsip aqidah ?
7. Aliran Aqidah Islam?
C. Tujuan Makalah
1. Menjelaskan pengertian aqidah
2. Menjelaskan landasan filosofis dan religiusnya
3. Menerangkan tentang ruang lingkup aqidah
4. Memaparkan delapan kaidah aqidah
1
2
BAB II
PEMBAHASAN
هFFدك ال يمازجFFا عنFFالعقائد هي األمور التى يجب أن يصدق بها قلبك وتطمئن اليها نفسك وتكون يقين
ريب واليخالطه شك
انFFا اإلنسFFد عليهFF يعق, والسمع والفطرة,العقيدة هي مجموعة من قضايا الحق البدهية المسلمة بالعقل
ونFFح أو يكFF قاطعا بوجودها وثبوتها اليرى خالفها أنه يص, ويثنى عليها صدره جازما بصحتها,قلبه
أبدا
3
4
1. Ilmu terbagi dua: pertama ilmu dharuri, kedua ilmu nazhari. Ilmu yang
dihasilkan oleh indera, dan tidak memerlukan dalil disebut ilmu dharuri.
Misalnya anda melihat meja di hadapan mata, anda tidak lagi
memerlukan dalil atau bukti bahwa benda itu ada. Sedangkan ilmu yang
memerlukan dalil atau pembuktian itu disebut ilmu nazhari. Misalnya
1+1=2, tentu perlu dalil untuk orang yang belum tahu teori itu. Di antara
ilmu nazhari itu, ada hal-hal yang karena sudah sangat umum dan
terkenal maka tidak memerlukan lagi adanya dalil, misalnya sepeda
bannya ada dua sedangkan mobil bannya ada empat, tanpa dalil siapapun
pasti mengetahui hal tersebut. Hal inilah yang disebut badihiyah.
Badihiyah adalah segala sesuatu yang kebenarannya perlu dalil
pembuktian, tetapi karena sudah sangat umum dan mendarah daging
maka kebenaran itu tidak perlu pembuktian lagi.
Pada hakikatnya filsafat dalam bahasan aqidah tetap bersumber pada Al-
Qur’an dan As-Sunnah.
Allah mengutus (Rasul) yang membawa pesan dari-Nya untuk
disampaikan kepada seluruh umat manusia. Pesan Allah itu ditulis dalam
Al-Kitab (Al-Qur’an). Allah menganugerahkan kebijakan dan kecerdasan
berfikir kepada manusia untuk mengenal adanya Allah dengan
memperhatikan alam sebagai bukti hasil perbuatan-Nya Yang Maha
Kuasa. Hasil perbuatan Allah itu serba teratur, cermat dan berhati-hati.
Yang menerima hikmah-hikmai inilah yang disebut “Hukuman” atau
“Filosof.Berikut beberapa pendapat para filosof barat tentang Tuhan:
“Saya selalu merasa diri saya dalam kekurangan, dan pada waktu itu juga
diri saya merasa tentu ada Dzat yang tidak kekurangan, yakni sempurna.
Dan Dzat yang sempurna itu ialah Allah”[5]
Mari kita kaji Al-Qur’an lalu kita perhatikan kandungannya, bahwa apa
yang dinyatakan oleh para filosof di atas, semakna dengan apa yang
dinyatakan oleh Allah di dalam Al-Qur’an: Dan Apakah manusia tidak
memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setitik air(ma
Dan ia membuat perumpamaan bagi kami;dan Dia lupa kepada kejadiannya;
ia berkata: “Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang, yang telah
hancur luluh?”Katakanlah: “Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang
menciptakannya kali yang pertama. dan Dia Maha mengetahui tentang
segala makhluk. [QS.36:77-79].Maka hendaklah manusia memperhatikan.
dari Apakah Dia diciptakan? Dia diciptakan dari air yang dipancarkan,
yang keluar dari antara tulang sulbi laki-laki dan tulang dada perempuan.
Sesungguhnya Allah benar-benar Kuasa untuk mengembalikannya (hidup
sesudah mati). [QS.86:5-8] Dari uraian di atas, nyatalah bahwa pada
hakikatnya landasan aqidah Islam adalah Al-Qur’an dan Sunnah.
8
3. Semua ibadah yang kita laksanakan jika tanpa ada landasan aqidah
maka ibadah kita tersebut tidak akan diterima
“Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih dan
bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang dijanjikan Allah
kepadamu.”(QS. Fushilat: 30).
Pada hakikatnya, iman yang dalam hati itu atau aqidah ibarat nur atau
cahaya yang menerangi hati dan sangat diperlukan oleh manusia dalam
kehidupannya di dunia. Tanpa cahaya itu hati sangat gelap, sehingga akan
sangat mudah orang tergelincir dalam lembah maksiat. Ibarat orang yang
berjalan pada waktu malam tanpa lampu atau cahaya, ia akan sangat
mudah terperosok ke dalam lobang atau jurang. Demikianlah peranan
iman yang merupakan bangunan bawah/fondasi utama dari kepribadian
yang kukuh dan selalu mengawal serta membuat hati agar selalu baik dan
bersih, sehingga dapat memberi bimbingan bagi manusia ke arah
kehidupan yang tenteram dan bahagia.
1. Apa yang saya dapat dengan indera saya, saya yakin adanya, kecuali bila
akal saya mengatakan “tidak” berdasarkan pengalaman masa lalu.
Misalnya, bila saya untuk pertama kali melihat sepotong kayu di dalam
gelas berisi air putih kelihatan bengkok, atau melihat genangan air di
tengah jalan [fatamorgana], tentu saja saya akan membenarkan hal itu.
Tapi bila terbukti kemudian bahwa hasil penglihatan indera saya salah
maka untuk kedua kalinya bila saya melihat hal yang sama, akal saya
langsung mengatakan bahwa yang saya lihat tidak demikian adanya.
5. Akal hanya bisa menjangkau hal-hal yang terikat dengan ruang dan
waktu.
Tatkala mata mengatakan bahwa tiang-tiang listrik berjalan waktu kita
menyaksikannya lewat jendela kereta api akal dengan cepat
mengoreksinya. Tapi apakah akal bisa memahami dan menjangkau
segala sesuatu? Tidak. Karena kemampuan akalpun terbatas. Akal tidak
bisa menjangkau sesuatu yang tidak terikat dengan ruang dan waktu.
E. Fungsi Aqidah
Satu sama lain saling terkait. Seseorang yang memiliki aqidah yang kuat,
pasti akan melaksanakan ibadah dengan tertib, memiliki akhlak yang
mulia dan bermu’amalat dengan baik. Ibadah seseorang tidak akan
diterima oleh Allah swt kalau tidak dilandasi dengan aqidah. Misalnya
orang nonmuslim memberi beras kepada seorang yang miskin, amal
ibadah orang itu nilainya NOL di hadapan Allah, Allah tidak menerima
ibadahnya karena orang itu tidak punya landasan aqidah.
a. Tauhid (Ke-Esaan)
b. Al-Adlu (Keadilan )
BAB V
A. Kesimpulan
Pada hakikatnya filsafat dalam bahasan aqidah tetap bersumber pada Al-Qur’an
bukti hasil perbuatan-Nya Yang Maha Kuasa. Hasil perbuatan Allah itu serba
teratur, cermat dan berhati-hati. Sumber aqidah Islam adalah Al-Qur’an dan
Sunnah.
disampaikan Al-Qur’an dan Sunnah. Itupun harus didasari oleh suatu kesadaran
bahwa kemampuan akal sangat terbatas. Sesuatu yang terbatas/akal tidak akan
mampu menggapai sesuatu yang tidak terbatas. Jadi aqidah berfungsi sebagai
ruh dari kehidupan agama, tanpa ruh/aqidah maka syari’at/jasad kita tidak ada
guna apa-apa.
18
B. Saran
Semoga apa yang telah kami sajikan tadi dapat diambil intisarinya yang
kemudian diamalkan juga semoga berguna bagi kehidupan kita di masa yang
akan datang.
19
Daftar Pustaka
Ibid. h. 21