Anda di halaman 1dari 22

Tugas “Makalah”

PRINSIP PRINSIP AKIDAH ISLAM

Oleh:

KAHARUDIN (162101002)

AZHAR (162101159)

RUKIANA (162101004)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BUTON

BAUBAU

2021
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


DAFTAR ISI...................................................................................................ii
KATA PENGANTAR....................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................1
C. Tujuan Penelitian.............................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3
A. Pengertian dan Landasan Filsofis Aqidah Islam......................3
B. Fungsi dan Peranan Aqidah Islam.................................................... 8
C. Landasan Religius Aqidan Islam...............................................9
D. Ruang Lingkup Kaidah, Fungsi, Serta Manfaat Aqidah islam......... 11
E. Aliran Aqidah Islam........…..…....….......................….....................16

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN........................................................17


A. Kesimpulam.....................................................................................17
B. Saran ................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................18
LAMPIRAN

ii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Segala puji bagi Allah yang maha megetahui dan maha bijaksana yang telah
memberi petunjuk agama yang lurus kepada hamba-Nya dan hanya kepada-Nya.
Salawat serta salam semoga tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW yang
membimbing umat nya degan suri tauladan-Nya yang baik .
Dan segalah Syukur kehadiran Allah SWT yang telah memberikan
anugrah,kesempatan dan pemikiran kepada kami untuk dapat menyelesaikan
makalah ini . makanlah ini merupakan pengetahuan tentangkonsep aqidah dalam
islam, semua ini di rangkup dalam makalah ini , agar pemahaman terhadap
permasalahan lebih mudah di pahami dan lebih singkat dan akurat .
Sistematika makalah ini dimulai dari pengantar yang merupakan apersepsi atas
materi yang telah dan akan dibahas dalam bab tersebut .Selanjutnya , membaca
akan masuk pada inti pembahasaan dan di akhiri dengan kesimpulan , saran dan
makalah ini. Diharapkan pembaca dapat mengkaji berbagai permasalahan tentang
konsep aqidah islam,kami penyusun mengucapkan terimakasih kepada semua
pihak yang telah membantu proses pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini
bermanfaaat bagi kita semua.
Terimakasih.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

BauBau 19 Oktober 2021

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Aqidah adalah pokok pokok keimanan yang telah ditetapkan oleh Allah,
dan kita sebagai manusia wajib meyakininya sehingga kita layak disebut
sebagai orang yang beriman(mu’min). Namun bukan berarti bahwa
keimanan itu ditanamkan dalam diri seseorang secara dogmatis, sebab
proses keimanan harus disertai dalil-dalil aqli. Akan tetapi, karena akal
manusia terbatas maka tidak semua hal yang harus diimani dapat diindra
dan dijangkau oleh akal manusia
Para ulama sepakat bahwa dalil-dalil aqli yang haq dapat menghasilkan
keyakinan dan keimanan yang kokoh. Sedangkan dalil-dalil naqli yang
dapat memberikan keimanan yang diharapkan hanyalah dalil-dalil yang
qath’i. Makalah kecil ini menampilkan beberapa bahasan yang bisa
membantu siapa saja yang ingin memahami aqidah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan aqidah ?
2. Apa landasan filosofis dan religiusnya?
3. Apa saja ruang lingkup aqidah?
4. Apa kaidah dari aqidah?
5. Apa fungsi dan peran aqidah?
6. prinsip aqidah ?
7. Aliran Aqidah Islam?

C. Tujuan Makalah
1. Menjelaskan pengertian aqidah
2. Menjelaskan landasan filosofis dan religiusnya
3. Menerangkan tentang ruang lingkup aqidah
4. Memaparkan delapan kaidah aqidah

1
2

5. Menyampaikan fungsi dan peran aqidah


6. menyampaikan prinsip Aqidah
7. mempaparkan prinsip Aqidah
BAB II

BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN DAN LANDASAN FILSOFIS AQIDAH ISLAM

a. Pengertian Aqidah Islam

Secara etimologi (lughatan), aqidah berakar dari kata ‘aqada – ya’qidu


– ‘aqdan yang berarti simpul, ikatan, perjanjian dan kokoh. Setelah
terbentuk menjadi aqidah berarti keyakinan. Relevansi antara arti kata
aqdan dan aqidah adalah keyakinan itu tersimpul dengan kokoh di
dalam hati, bersifat mengikat dan mengandung perjanjian.
Secara terminologis (isthilahan), terdapat beberapa definisi (ta’rif)
antara lain:
1. Menurut Hasan al-Banna:

‫ه‬FF‫دك ال يمازج‬FF‫ا عن‬FF‫العقائد هي األمور التى يجب أن يصدق بها قلبك وتطمئن اليها نفسك وتكون يقين‬
‫ريب واليخالطه شك‬

“Aqidah adalah beberapa perkara yang wajib diyakini keberadaannya oleh


hatimu, mendatangkan ketentraman jiwa, menjadi keyakinan yang tidak
bercampur sedikitpun dengan keragu-raguan”
2. Munurut Abu Bakar Jabir al-Jazairy:

‫ان‬FF‫ا اإلنس‬FF‫د عليه‬FF‫ يعق‬,‫ والسمع والفطرة‬,‫العقيدة هي مجموعة من قضايا الحق البدهية المسلمة بالعقل‬
‫ون‬FF‫ح أو يك‬FF‫ قاطعا بوجودها وثبوتها اليرى خالفها أنه يص‬,‫ ويثنى عليها صدره جازما بصحتها‬,‫قلبه‬
‫أبدا‬

3
4

“Aqidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum


(axioma) oleh manusia berdasarkan akal, wahyu dan fithrah. (Kebenaran)
itu dipatrikan oleh manusia di dalam hati serta diyakini kesahihan dan
kebenarannya secara pasti dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan
dengan kebenaran itu”
Untuk lebih memahami kedua definisi di atas maka perlu dikemukakan
beberapa catatan tambahan:

1. Ilmu terbagi dua: pertama ilmu dharuri, kedua ilmu nazhari. Ilmu yang
dihasilkan oleh indera, dan tidak memerlukan dalil disebut ilmu dharuri.
Misalnya anda melihat meja di hadapan mata, anda tidak lagi
memerlukan dalil atau bukti bahwa benda itu ada. Sedangkan ilmu yang
memerlukan dalil atau pembuktian itu disebut ilmu nazhari. Misalnya
1+1=2, tentu perlu dalil untuk orang yang belum tahu teori itu. Di antara
ilmu nazhari itu, ada hal-hal yang karena sudah sangat umum dan
terkenal maka tidak memerlukan lagi adanya dalil, misalnya sepeda
bannya ada dua sedangkan mobil bannya ada empat, tanpa dalil siapapun
pasti mengetahui hal tersebut. Hal inilah yang disebut badihiyah.
Badihiyah adalah segala sesuatu yang kebenarannya perlu dalil
pembuktian, tetapi karena sudah sangat umum dan mendarah daging
maka kebenaran itu tidak perlu pembuktian lagi.

2. Setiap manusia memiliki fithrah mengakui kebenaran (bertuhan), indera


untuk mencari kebenaran, akal untuk menguji kebenaran dan
memerlukan wahyu untuk menjadi pedoman menentukan mana yang
benar dan mana yang tidak. Tentang Tuhan, misalnya, setiap manusia
memiliki fithrah bertuhan, dengan indera dan akal dia bisa buktikan
adanya Tuhan, tapi hanya wahyulah yang menunjukkan kepadanya siapa
Tuhan yang sebenernya.
5

3. Keyakinan tidak boleh bercampur sedikitpun dengan keraguan. Sebelum


seseorang sampai ke tingkat yakin dia akan mengalami lebih dahulu Syak
(50%-50% antara membenarkan dan menolak), kemudian Zhan (salah
satu lebih kuat sedikit dari yang lainnya karena ada dalil yang
menguatkan), kemudian Ghalabatuz Zhan (cenderung menguatkan salah
satu karena dalilnya lebih kuat, tapi masih belum bisa menghasilkan
keyakinan penuh), kemudian Ilmu/Yakin (menerima salah satu dengan
sepenuh hati karena sudah meyakini dalil kebenarannya). Keyakinan
yang sudah sampai ke ringkat ilmu inilah yang disebut aqidah.

4. Aqidah harus mendatangkan ketenteraman jiwa. Artinya lahiriyah


seseorang bisa saja pura-pura meyakini sesuatu, akan tetapi hal itu tidak
akan mendatangkan ketenangan jiwa karena dia harus melaksanakan
sesuatu yang berlawanan dengan keyakinannya. Kawin paksa misalnya,
hidup satu rumah dengan orang yang tidak pernah dia sukai, secara
lahiriyah hubungan mereka telah sukses karena berakhir dipelaminan
namun jiwa mereka tidaklah tenteram seperti kelihatan.

5. Bila seseorang sudah meyakini suatu kebenaran, dia harus menolak


segala yang bertentangan dengan kebenaran itu. Artinya seseorang tidak
akan bisa meyakini sekaligus dua hal yang bertentangan. Misalnya ada
meyakini gula itu rasanya manis, tentunya anda akan menolak untuk
meyakini bahwa gula itu rasanya asin, tidak mungkin anda yakin bahwa
gula itu rasanya manis dan asin.

6. Tingkat keyakinan (aqidah) seseorang tergantung kepada tingkat


pemahamannya terhadap dalil. Misalnya:
– Anda akan meyakini adanya beasiswa bila anda mendapatkan informasi
tentang beasiswa tersebut dari orang yang anda kenal tidak pernah
berbohong.
– Keyakinan itu akan bertambah apabila anda mendapatkan informasi
yang sama dari beberapa orang lain, namun tidak menutup kemungkinan
6

bahwa anda akan meragukan kebenaran informasi itu apabila ada


syubuhat (dalil dalil yang menolak informasi tersebut).
– Bila anda melihat pengumuman beasiswa di fakultas maka
bertambahlah keyakinan anda sehingga kemungkinan untuk ragu
semakin kecil
– Apabila anda diberi formulir pengajuan beasiswa maka keyakinan anda
semakin bertambah dan segala keraguan akan hilang bahkan anda tidak
mungkin ragu lagi bahkan anda tidak akan merubah pendirian anda
sekalipun semua orang menolaknya
– Ketika anda bolak balik mengurus segala yang terkait dengan beasiswa
maka bertambahlah pengetahuan dan pengalaman anda tentang beasiswa
yang diyakini tadi.

B. Landasan Filosofis Aqidah Islam

Pada hakikatnya filsafat dalam bahasan aqidah tetap bersumber pada Al-
Qur’an dan As-Sunnah.
Allah mengutus (Rasul) yang membawa pesan dari-Nya untuk
disampaikan kepada seluruh umat manusia. Pesan Allah itu ditulis dalam
Al-Kitab (Al-Qur’an). Allah menganugerahkan kebijakan dan kecerdasan
berfikir kepada manusia untuk mengenal adanya Allah dengan
memperhatikan alam sebagai bukti hasil perbuatan-Nya Yang Maha
Kuasa. Hasil perbuatan Allah itu serba teratur, cermat dan berhati-hati.
Yang menerima hikmah-hikmai inilah yang disebut “Hukuman” atau
“Filosof.Berikut beberapa pendapat para filosof barat tentang Tuhan:

Pendapat Xenophanes menyatakan: “Tuhan hanya satu, yang terbesar di


antara dewa dan manusia, tidak serupa dengan makhluk yang fana.”
“Tuhan Yang Esa itu tidak dijadikan tidak bergerak dan berubah-ubah, dan
ia mengisi seluruh alam. Dia melihat semuanya, mendengar semua dan
memikirkan seluruhnya. Mudah sekali Ia memimpin alam ini dengan
kakuatan fikirNya.” Pendapat Socrates
7

Socrates menyatakan: “Tuhan pencipta ala mini bukanlah hanya untuk


memikirkan dan memperhatikan manusia saja, tapi ialah roh bagi manusia.
Jika tidak begitu cobalah sebutkan padaku, hewan manakah yang dapat
mengetahui adanya Tuhan yang mengatur susunan tubuh yang mempunyai
sifat-sifat tinggi seperti ini! Coba katakana hewan mana selain manusia
yang dapat dibawa akalnya menyembah dan berkhidmah kepada Tuhan?”
Pendapat Descartes Descartes menyatakan: “Saya tidak menjadikan diri
saya sendiri. Sebab kalau saya menjadikan, tentulah saya dapat memberikan
segala sifat kesempurnaan kepada diri saya itu. Oleh sebab itu tentu saya
dijadikan oleh Dzat yang lain. Dan sudah pasti pula Dzat lain itu
menjadikan saya mempunyai sifat-sifat kesempurnaan, kalau tidak akan
sama halnya dengan diri saya.”

“Saya selalu merasa diri saya dalam kekurangan, dan pada waktu itu juga
diri saya merasa tentu ada Dzat yang tidak kekurangan, yakni sempurna.
Dan Dzat yang sempurna itu ialah Allah”[5]
Mari kita kaji Al-Qur’an lalu kita perhatikan kandungannya, bahwa apa
yang dinyatakan oleh para filosof di atas, semakna dengan apa yang
dinyatakan oleh Allah di dalam Al-Qur’an: Dan Apakah manusia tidak
memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setitik air(ma
Dan ia membuat perumpamaan bagi kami;dan Dia lupa kepada kejadiannya;
ia berkata: “Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang, yang telah
hancur luluh?”Katakanlah: “Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang
menciptakannya kali yang pertama. dan Dia Maha mengetahui tentang
segala makhluk. [QS.36:77-79].Maka hendaklah manusia memperhatikan.
dari Apakah Dia diciptakan? Dia diciptakan dari air yang dipancarkan,
yang keluar dari antara tulang sulbi laki-laki dan tulang dada perempuan.
Sesungguhnya Allah benar-benar Kuasa untuk mengembalikannya (hidup
sesudah mati). [QS.86:5-8] Dari uraian di atas, nyatalah bahwa pada
hakikatnya landasan aqidah Islam adalah Al-Qur’an dan Sunnah.
8

B FUNGSI DAN PERANAN AKIDAH ISLAM

a. Fungsi akidah islam ,diantaranya yaitu :

1. Sebagai pondasi untuk mendirikan bangunan Islam.

2. Merupakan awal dari akhlak yang mulia. Jika seseorang memiliki


aqidahyang kuat pasti akan melaksanakan ibadah dengan tertib,
memiliki akhlak yang mulia, dan bermu’amalat dengan baik.

3. Semua ibadah yang kita laksanakan jika tanpa ada landasan aqidah
maka ibadah kita tersebut tidak akan diterima

b. Sedangkan peran akidah dalam islam meliputi :

1. Aqidah merupakan misi pertama yang dibawa para rasul Allah.


Allah berfirman:Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-
tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah
Thaghut itu” (QS. An-Nahl: 36).

2. Manusia diciptakan dengan tujuan beribadah kepada Allah.


Allah berfirman:”Dan tidaklah aku menciptakan jin dan manusia kecuali
untuk menyembah-Ku”. (QS. Adz-Dzariyat: 56).

3. Aqidah yang benar dibebanrkan kepada setiap mukallaf.


Nabi bersabda:”Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga
mereka bersaksi bahwasanya tiada sesembahan yang sebenarnya selain
Allah dan bahwasanya Muhammad adalah rasul utusan Allah.” (Muttafaq
‘alaih).

4. Berpengang kepada aqidah yang benar merupakan kewajiban manusia


seumur hidup.
Allah berfirman:”Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan Tuhan
kami ialah Allah kemudian merkea beristiqomah (teguh dalam pendirian
mereka) maka para malaikat akan turun kepada mereka (seraya berkata) :
9

“Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih dan
bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang dijanjikan Allah
kepadamu.”(QS. Fushilat: 30).

5. Aqidah merupakan akhir kewajiban seseorang sebelum meninggalkan


dunia yang fana ini.
Nabi saw bersabda:“Barangsiapa yang akhir ucapannya “Tiada
sesembahan yang berhak disembah selain Allah niscaya dia akan masuk
surga”. (HSR. Al-Hakim dan lainnya).

6. Aqidah yang benar telah mampu menciptakan generasi terbaik dalam


sejarah umat manusia, yaitu generasi sahabat dan dua generasi sesusah
mereka.
Allah berfirman:”Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk
manusia, kamu menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang
mungkar dan beriman kepada Allah.” (QS. Ali-Imran: 110).

7. Kebutuhan manusia akan aqidah yang benar melebihi segala kebutuhan


lainnya karena ia merupakan sumber kehidupan, ketenangan dan
kenikmatan hati seseorang. Dan semakin sempurna pengenalan serta
pengetahuan seorang hamba terhadap Allah semakin sempurna pula
dalam mengagungkan Allah dan mengikuti syari’at-Nya.

C. Landasan Religius Aqidah Islam

Sumber aqidah Islam adalah Al-Qur’an dan Sunnah. Artinya apa


saja yang disampaikan oleh Allah dalam Al-Qur’an dan oleh Rasulullah
dalam Sunnahnya wajib diimani (diyakini dan diamalkan).[6]
Akal pikiran tidaklah menjadi sumber aqidah, tetapi hanya berfungsi
memahami nash-nash yang terdapat dalam kedua sumber tersebut dan
mencoba –kalau diperlukan – membuktikan secara ilmiah kebenaran yang
disampaikan Al-Qur’an dan Sunnah. Itupun harus didasari oleh suatu
kesadaran bahwa kemampuan akal sangat terbatas. Sesuatu yang
10

terbatas/akal tidak akan mampu menggapai sesuatu yang tidak terbatas.


Misalkan, saat ditanya, kekal [sesuatu yang tidak terbatas] itu sampai
kapan?, maka akal tidak akan mampu menjawabnya karena akal itu
terbatas.
Aqidah itu mempunyai sifat keyakinan dan kepastian sehingga tidak
mungkin ada peluang bagi seseorang untuk meragukannya. Dan untuk
mencapai tingkat keyakinan ini, aqidah Islam wajiblah bersumber pada
dua warisan tersebut [Al-Qur’an Hadits] yang tidak ada keraguan sedikit
pun padanya. Dan akal bukanlah bagian dari sumber yang tidak ada
keraguan padanya.
Dengan kata lain, untuk menjadi sumber aqidah, maka asal dan
indikasinya haruslah pasti dan meyakinkan, tidak mengandung sedikut pun
keraguan. Jika kita memandang Al-Qur’an dari segi wurud, maka ia adalah
pasti lagi meyakinkan karena telah ditulis selagi Rasulullah masih hidup
dan juga dihafal serta sejumlah besar sehabat yang mustahil mereka
sepakat berdusta untuk memalsukannya. Dan juga karena itu, tidak pernah
timbul perselisihan tentang kesahihan Al-Qur’an di kalangan umat Islam
sejak dahulu hingga sekarang.[7] Tidak pernah ada yang berbeda pendapat
bahwa Tuhan itu ada, bahwa Tuhan itu satu, bahwa Tuhan itu mahakuasa.
Aqidah atau iman itu mempunyai peran dan pengaruh dalam hati. Ia
mendorong manusia untuk melakukan amal-amal yang baik dan
meninggalkan perbuatan keji dan mungkar. Ia mengawal dan membimbing
manusia ke jalan yang lurus dan benar serta menjaganya untuk tidak
tergelincir ke dalam lembah kesesatan; dan juga menanamkan dalam
dirinya kecintaan kepada kebenaran dan kebaikan. Sesungguhnya hidayah
Allah hanya diberikan kepada manusia yang hatinya telah dimasuki iman.
[8]
Allah berfirman dalam Surat al-Taghabun/64:11 :
. . . )11 ‫ابن‬FFFFFFFFFFFF‫(التغ‬. . . ‫ه‬FFFFFFFFFFFF‫د قلب‬FFFFFFFFFFFF‫ؤمن باهلل يه‬FFFFFFFFFFFF‫ومن ي‬
“Dan barang siapa yang beriman kepada Allah niscaya Allah akan
memberi hidayah kepada hatinya.”
11

Pada hakikatnya, iman yang dalam hati itu atau aqidah ibarat nur atau
cahaya yang menerangi hati dan sangat diperlukan oleh manusia dalam
kehidupannya di dunia. Tanpa cahaya itu hati sangat gelap, sehingga akan
sangat mudah orang tergelincir dalam lembah maksiat. Ibarat orang yang
berjalan pada waktu malam tanpa lampu atau cahaya, ia akan sangat
mudah terperosok ke dalam lobang atau jurang. Demikianlah peranan
iman yang merupakan bangunan bawah/fondasi utama dari kepribadian
yang kukuh dan selalu mengawal serta membuat hati agar selalu baik dan
bersih, sehingga dapat memberi bimbingan bagi manusia ke arah
kehidupan yang tenteram dan bahagia.

D. RUANG LINGKUP, KAIDAH, FUNGSI SERTA MANFAAT AQIDAH


ISLAM

1. Ruang Lingkup Pembahasan Aqidah


Meminjam sistimatika Hasaln al-Banna maka ruang lingkup pembahasan
aqidah adalah:

i. Ilahiyat. Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang


berhubungan dengan Ilah (Tuhan, Allah) seperti wujud Allah, nama-
nama dan sifat-sifat Allah, af’al Allah dan lainnya.

ii. Nubuwat. Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang


berhubungan dengan Nabi dan Rasul, termasuk tentang Kitab-Kitab
Allah, mu’jizat, karamat dan lain sebagainya.

iii. Ruhaniyat. Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang


berhubungan dengan alam metafisik seperti Malaikat, Jin, Iblis,
Syetan, Roh dan lain sebagainya.

iv. Sam’iyyat. Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang hanya


bisa diketahui lewat Sam’i (dalil naqli berupa Al-Qur’an dan
Sunnah) seperti alam barzakh, akhirat, azab kubur, tanda-tanda
12

kiamat, surga neraka dan lain sebagainya.


Di samping sistimatika di atas, pembahasan aqidah bisa juga
mengikuti sistimatika arkanul iman (rukun iman) yaitu:

1. Iman Kepada Allah SWT.

2. Iman Kepada Malaikat (termasuk juga makhluk ruhani lain


seperti Jin, Iblis dan Syetan).

3. Iman Kepada Kitab-Kitab Allah.

4. Iman Kepada Nabi dan Rasul.

5. Iman Kepada Hari Akhir.

6. Iman Kepada Takdir Allah.

2. Delapan Kaidah Aqidah

1. Apa yang saya dapat dengan indera saya, saya yakin adanya, kecuali bila
akal saya mengatakan “tidak” berdasarkan pengalaman masa lalu.
Misalnya, bila saya untuk pertama kali melihat sepotong kayu di dalam
gelas berisi air putih kelihatan bengkok, atau melihat genangan air di
tengah jalan [fatamorgana], tentu saja saya akan membenarkan hal itu.
Tapi bila terbukti kemudian bahwa hasil penglihatan indera saya salah
maka untuk kedua kalinya bila saya melihat hal yang sama, akal saya
langsung mengatakan bahwa yang saya lihat tidak demikian adanya.

2. Keyakinan, di samping diperoleh dengan menyaksikan langsung, juga


bias melalui berita yang diyakini kejujuran si pembawa berita.
Banyak hal yang memang tidak atau belum kita saksikan sendiri tapi kita
meyakini adanya. Misalnya anda belum pernah ke Thailand, Afrika atau
Yaman, tapi anda meyakini bahwa negeri-negeri tersebut ada. Atau
tentang fakta sejarah, tentang Daulah Abbasiyah, Umayyah atau tentang
13

kerajaan Majapahit, dan lain-lain, anda meyakini kenyataan sejarah itu


berdasarkan berita yang anda terima dari sumber yang anda percaya.

3. Anda tidak berhak memungkiri wujudnya sesuatu, hanya karena anda


tidak bisa menjangkaunya dengan indera anda.
Kemampuan alat indera memang sangat terbatas. Telinga tidak bisa
mendengar suara semut dari jarak dekat sekalipun, mata tidak bisa
menyaksikan semut dari jarak jauh. Oleh karena itu, seseorang tidak bisa
memungkiri wujudnya sesuatu hanya karena inderanya tidak bisa
menyaksikannya.

4. Seseorang hanya bisa menghayalkan sesuatu yang sudah pernah


dijangkau oleh inderanya.
Khayal manusiapun terbatas. Anda tidak akan bisa menghayalkan sesuatu
yang baru sama sekali. Waktu anda menghayalkan kecantikan seseorang
secara fisik, anda akan menggabungkan unsur-unsur kecantikan dari
banyak orang yang sudah pernah anda saksikan.

5. Akal hanya bisa menjangkau hal-hal yang terikat dengan ruang dan
waktu.
Tatkala mata mengatakan bahwa tiang-tiang listrik berjalan waktu kita
menyaksikannya lewat jendela kereta api akal dengan cepat
mengoreksinya. Tapi apakah akal bisa memahami dan menjangkau
segala sesuatu? Tidak. Karena kemampuan akalpun terbatas. Akal tidak
bisa menjangkau sesuatu yang tidak terikat dengan ruang dan waktu.

6. Iman adalah fithrah setiap manusia.


Setiap manusia memiliki fithrah mengimani adanya Tuhan. Pada saat
seseorang kehilangan harapan untuk hidup, padahal dia masih ingin
hidup, fithrahnya akan menuntun dia untuk meminta kepada Tuhan.
Misalnya bila anda masuk hutan, dan terperosok ke dalam lubang, pada
saat anda kehilangan harapan untuk bisa keluar dari lubang tiu, anda akan
berbisik “Oh Tuhan!”
14

7. Kepuasan materil di dunia sangat terbatas.


Manusia tidak akan pernah puas secara materil. Seorang yang belum
punya sepeda ingin punya sepeda. Setelah punya sepeda ingin punya
motor dan seterusnya sampai mobil, pesawat, dan lain lain. Bila
keinginan tercapai maka akan berubah menjadi sesuatu yang “biasa”,
tidak ada rasa kepuasan pada keinginan itu. Selalu saja keinginan
manusia itu ingin lebih dari apa yang sudah di dapatnya secara materil.
Dan keinginan manusia akan dipuaskan secara hakiki di alam sesudah
dunia ini.

8. Keyakinan tentang hari akhir adalah konsekuensi logis dari keyakinan


tentang adanya Allah.
Jika anda beriman kepada Allah, tentu anda beriman dengan segala sifat-
sifat Allah, termasuk sifat Allah Maha Adil. Kalau tidak ada kehidupan
lain di akhirat, bisakah keadilan Allah itu terlaksana? Bukankah tidak
semua penjahat menanggung akibat kejahatannya di dunia ini? Bukankah
tidak semua orang yang berbuat baik merasakan hasil kebaikannya?. Bila
anda menonton film, ceritanya belum selesai tiba-tiba saja dilayar tertulis
kalimat “Tamat”, bagaimana komentar anda? Oleh sebab itu, iman anda
dengan Allah menyebabkan anda beriman dengan adanya alam lain
sesudah alam dunia ini yaitu Hari Akhir.

E. Fungsi Aqidah

Aqidah adalah dasar, fondasi untuk mendirikan bangunan.


Semakin tinggi bangunan yang akan didirikan harus semakin kokoh pula
fondasi yang dibuat. Kalau fondasinya lemah bangunan itu akan cepat
ambruk. Tidak ada bangunan tanpa fondasi.[10]
Kalau ajaran Islam kita bagi dalam sistimatika Aqidah Ibadah Akhlak dan
Mu’amalat, atau Aqidah Syari’ah dan Akhlak, atau Iman Islam dan Ihsan,
maka ketiga/keempat aspek tersebut tidak bisa dipisahkan sama sekali.
15

Satu sama lain saling terkait. Seseorang yang memiliki aqidah yang kuat,
pasti akan melaksanakan ibadah dengan tertib, memiliki akhlak yang
mulia dan bermu’amalat dengan baik. Ibadah seseorang tidak akan
diterima oleh Allah swt kalau tidak dilandasi dengan aqidah. Misalnya
orang nonmuslim memberi beras kepada seorang yang miskin, amal
ibadah orang itu nilainya NOL di hadapan Allah, Allah tidak menerima
ibadahnya karena orang itu tidak punya landasan aqidah.

Seseorang bisa saja merekayasa untuk terhindar dari kewajiban


formal, misalnya zakat, tapi dia tidak akan bisa menghindar dari aqidah.
Misalnya, aqidah mewajibkan orang percaya bahwa Tuhan itu cuma satu
yaitu Allah, orang yang menuhankan Allah dan sesuatu yang lain [uang
misalnya] maka akan kelihatan nanti, tidak bisa ditutup-tutupi, tidak bisa
direkayasa. Entah dari bicaranya yang seolah-olah uang telah membantu
hidupnya, tanpa uang dia tidak akan nisa hidup, atau dari perilakunya yang
satu minggu sekali datang ke pohon besar dan berdoa disitu.
Itulah sebabnya kenapa Rasulullah SAW selama 13 tahun periode Mekah
memusatkan dakwahnya untuk membangun aqidah yang benar dan kokoh.
Sehingga bangunan Islam dengan mudah berdiri di periode Madinah. Dalam
dunia nyatapun ternyata modal untuk membangun sebuah bangunan itu
lebih besar tertanam di fondasi.
Jadi aqidah berfungsi sebagai ruh dari kehidupan agama, tanpa ruh/aqidah
maka syari’at/jasad kita tidak ada guna apa-apa.

F. ALIRAN AKIDAH ISLAM

Aliran Mu’tazilah lahir kurang lebih + 120 H.pada abad permulaan


kedua hijriah di kota Basyrah dan mampu bertahan sampai sekarang,
karena paham ini mampu menyusup ke dalam masyarakat Islam di Barat
dan di Timur bahkan sampai ke Indonesia.
16

Pokok-pokok pendirian mu’tazillah setiap orang yang memeluk aliran


mu’tazillah diharusan untuk memegang kepada lima ajaran :

a. Tauhid (Ke-Esaan)

b. Al-Adlu (Keadilan )

c. Wal-wal Wa’id (Janji dan Acaman)

d. Al-Manzilah Bainal Manziladaini (tempat diantara dua)

e. Amar Ma’rup Nahi Munkar (Menyuruh krbaikan dan


melarang kejelekan)

Ahli sunnah dan jama’ah ini kelihatannya timbul sebagaireaksi


terhadap paham-paham glongan mu’tazilah yang telah dijelaskan
sebelumnya dan terhadap sikap mereka dalam menyiarkan ajaran-
ajaran itu. Aliran ini terdiri dari beberapa ajaran, diantaranya : Ajaran-
Jaran Al-asy’ariyahAjaran Maturi
17

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dalam keseluruhan bangunan Islam, aqidah dapat diibaratkan sebagai

fondasi. Di mana seluruh komponen ajaran Islam tegak di atasnya. Aqidah

merupakan beberapa prinsip keyakinan. Dengan keyakinan itulah seseorang

termotivasi untuk menunaikan kewajiban-kewajiban agamanya. Karena sifatnya

keyakinan maka materi aqidah sepenuhnya adalah informasi yang disampaikan

oleh Allah Swt. melalui wahyu kepada nabi-Nya, Muhammad Saw.

Pada hakikatnya filsafat dalam bahasan aqidah tetap bersumber pada Al-Qur’an

dan Sunnah. Allah menganugerahkan kebijakan dan kecerdasan berfikir kepada

manusia untuk mengenal adanya Allah dengan memperhatikan alam sebagai

bukti hasil perbuatan-Nya Yang Maha Kuasa. Hasil perbuatan Allah itu serba

teratur, cermat dan berhati-hati. Sumber aqidah Islam adalah Al-Qur’an dan

Sunnah.

Akal pikiran tidaklah menjadi sumber aqidah, tetapi hanya berfungsi

memahami nash-nash yang terdapat dalam kedua sumber tersebut dan

mencoba –kalau diperlukan – membuktikan secara ilmiah kebenaran yang

disampaikan Al-Qur’an dan Sunnah. Itupun harus didasari oleh suatu kesadaran

bahwa kemampuan akal sangat terbatas. Sesuatu yang terbatas/akal tidak akan

mampu menggapai sesuatu yang tidak terbatas. Jadi aqidah berfungsi sebagai

ruh dari kehidupan agama, tanpa ruh/aqidah maka syari’at/jasad kita tidak ada

guna apa-apa.
18

B. Saran

Semoga apa yang telah kami sajikan tadi dapat diambil intisarinya yang

kemudian diamalkan juga semoga berguna bagi kehidupan kita di masa yang

akan datang.
19

Daftar Pustaka

Drs. H. Yunahar Ilyas.  Kuliah Aqidah Islam. (Yogyakarta: 1992). h. 1

Al-Banna, Majmu’atu ar-Rasail. Muassasah ar-Risalah Beirut: tanpa tahun.


h.165

Al-Jazairy, Aqidah al-Mukmin. (Cairo: 1978). h. 21


Drs. Edi Suresman. A.Md. Aqidah Islam. Malang. IKIP. 1993.

Drs. Edu Suresman. Aqidah Islam. (Malang: 1993). h. 1

Ibid. h. 21

Al-Jazairy, Abu Bakar Jabir. Aqidah al-Mukmin. Cairo. Maktabah al-Kulliyat al-


Azhariyah. 1978.

Drs. H. Yunahar Ilyas.  Kuliah Aqidah Islam. (Yogyakarta: 1992). h. 6


Dr. Ahmad Daudy, Kuliah Aqidah Islam. Jakarta. Bulan Bintang. 1997

Anda mungkin juga menyukai