NPM : 1614401110053 Kelas : D3 Keperawatan KI Semester : III Desa X adalah desa yang masyarakatnya rata-rata tergolong miskin. Dari sekian banyak bayi dan anak-anak disana hanya sebagian anak yang gizi buruk, padahal orang tua mereka semuanya kebanyakan petani miskin. Diketahui bahwa pola pengasuhan anak berpengaruh pada timbulnya gizi buruk. Anak yang diasuh ibunya sendiri dengan kasih sayang, apalagi ibunya berpendidikan yang mengerti tentang pentingnya ASI, manfaat posyandu dan kebersihan, meskipun sama- sama miskin ternyata anaknya lebih sehat. Unsur pendidikan perempuan berpengaruh pada kualitas pengasuhan anak. Sebaliknya sebagian anak yang gizi buruk ternyata diasuh oleh nenek atau pengasuh yang juga miskin dan tidak berpendidikan. Selain itu banyaknya perempuan yang meninggalkan desa untuk mencari kerja di kota bahkan menjadi TKI, kemungkinan juga dapat menyebabkan anak menderita gizi buruk. Selain pola asuh, adat istiadat masyarakat tertentu yang tidak benar dalam pemberian makan akan sangat merugikan anak. Ada yang kebiasaan memberi minum bayi hanya dengan air putih, memberikan makanan padat terlalu dini, berpantang pada makanan tertentu (misalnya tidak memberikan anak-anak daging, telur, santan dll). Hal ini menghilangkan kesempatan anak untuk mendapat asupan lemak, protein maupun kalori yang cukup. Pada masyarakat desa X terdapat anggapan umum bahwa sayur-sayuran dianggap sebagai “makanan rendah”, sehingga dalam menu makanan jarang ditemui jenis sayuran. Selain itu ada kepercayaan bahwa anak-anak yang menderita sakit tertentu dilarang memakan makanan tertentu, seperti anak yang sakit bisul dilarang makan telur, bayi yang menderita diare tidak boleh minum ASI dan banyak lagi yang lain. Solusi terhadap masalah gizi buruk pada sebagian bayi dan anak-anak di desa X selain diperlukan penanganan klinis, perlu adanya penyadaran pada masyarakat tentang masalah yang mereka hadapi. Melalui pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan, diharapkan tumbuhnya kesadaran, pengetahuan, kemauan dan akhirnya kemampuan masyarakat tentang perilaku sehat. Pemberdayaan masyarakat pada akhirnya akan menghasilkan kemandirian masyarakat yaitu kemampuan untuk mengidentifikasi masalah, merencanakan dan melakukan pemecahan masalahnya dengan memanfaatkan potensi setempat tanpa tergantung pada bantuan dari pihak luar.