Anda di halaman 1dari 1

ARTIKEL ANTROPOLOGI (1)

Nama : Mutia Adeline


NPM : 1614401110053
Kelas : D3 Keperawatan KI
Semester : III
Desa X adalah desa yang masyarakatnya rata-rata tergolong miskin. Dari sekian banyak
bayi dan anak-anak disana hanya sebagian anak yang gizi buruk, padahal orang tua
mereka semuanya kebanyakan petani miskin.
Diketahui bahwa pola pengasuhan anak berpengaruh pada timbulnya gizi buruk. Anak
yang diasuh ibunya sendiri dengan kasih sayang, apalagi ibunya berpendidikan yang
mengerti tentang pentingnya ASI, manfaat posyandu dan kebersihan, meskipun sama-
sama miskin ternyata anaknya lebih sehat. Unsur pendidikan perempuan berpengaruh
pada kualitas pengasuhan anak. Sebaliknya sebagian anak yang gizi buruk ternyata
diasuh oleh nenek atau pengasuh yang juga miskin dan tidak berpendidikan. Selain itu
banyaknya perempuan yang meninggalkan desa untuk mencari kerja di kota bahkan
menjadi TKI, kemungkinan juga dapat menyebabkan anak menderita gizi  buruk.
Selain pola asuh, adat istiadat masyarakat tertentu yang tidak benar dalam pemberian
makan akan sangat merugikan anak. Ada yang kebiasaan memberi minum bayi hanya
dengan air putih, memberikan makanan padat terlalu dini, berpantang pada makanan
tertentu (misalnya tidak memberikan anak-anak daging, telur, santan dll). Hal ini
menghilangkan kesempatan anak untuk mendapat asupan lemak, protein maupun kalori
yang cukup.
Pada masyarakat desa X terdapat anggapan umum bahwa sayur-sayuran dianggap
sebagai “makanan rendah”, sehingga dalam menu makanan jarang ditemui jenis
sayuran. Selain itu ada kepercayaan bahwa anak-anak yang menderita sakit tertentu
dilarang memakan makanan tertentu, seperti anak yang sakit bisul dilarang makan telur,
bayi yang menderita diare tidak boleh minum ASI dan banyak lagi yang lain.
Solusi  terhadap masalah gizi buruk pada sebagian bayi dan anak-anak di desa X selain
diperlukan penanganan klinis, perlu adanya penyadaran pada masyarakat tentang
masalah yang mereka hadapi. Melalui pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan,
diharapkan tumbuhnya kesadaran, pengetahuan, kemauan dan akhirnya kemampuan
masyarakat tentang perilaku sehat. Pemberdayaan masyarakat pada akhirnya akan
menghasilkan kemandirian masyarakat yaitu kemampuan untuk mengidentifikasi
masalah, merencanakan dan melakukan pemecahan masalahnya dengan memanfaatkan
potensi setempat tanpa tergantung pada bantuan dari pihak luar.

Anda mungkin juga menyukai