Anda di halaman 1dari 29

KIMIA

Laporan Praktikum Pengamatan Korosi

Disusun oleh:
Samuel Taniel Mulyadi (XII IPA 2/26)

SMA Mardi Waluya Cibinong


Jl. Mayor Oking No.15, Kec. Cibinong, Kab. Bogor.
Tahun Pelajaran 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas yang berjudul “Laporan Praktikum
Pengamatan Korosi” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk mengetahui penyebab korosi
dengan berbagai situasi/medium untuk banyak tujuan lainnya. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk memperdalam pengetahuan tentang korosi untuk menentukan alasan dibalik
terjadinya peristiwa dengan bantuan kimia bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada pak Bakti, selaku guru Kimia yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
pelajaran kimia yang saya tekuni ini.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan
semua, terima kasih atas bantuannya sehingga sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini.
Saya menyadari, tugas yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun, saya butuhkan demi kesempurnaan makalah ini. Maafkan saya
jika terdapat kesalahan, terima kasih.
Cibinong, 11 November 2021

Samuel Taniel M

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .............................................................................................................. i


KATA PENGANTAR .............................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................................1
1.1. Latar Belakang ..............................................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah .........................................................................................................1

1.3. Tujuan Praktikum..........................................................................................................1

1.4. Manfaat Praktikum........................................................................................................2

1.5. Metode Praktikum.........................................................................................................2

1.6. Metode Pengumpulan Data ...........................................................................................2

1.7. Sistematika Praktikum ..................................................................................................3

BAB II KAJIAN PUSTAKA.....................................................................................................4


2.1. Korosi ...........................................................................................................................4

2.2. Besi...............................................................................................................................9

BAB III PERIHAL PRAKTIKUM ........................................................................................ 10


3.1. Variabel Praktikum ..................................................................................................... 10

3.2. Hipotesis Praktikum .................................................................................................... 10

3.3. Pengumpulan Data ...................................................................................................... 10

3.4. Hasil Observasi ........................................................................................................... 13

3.5. Pembahasan ................................................................................................................ 18

3.6. Pengujian Hipotesis..................................................................................................... 20

3.7. Kesimpulan Praktikum ................................................................................................ 21

BAB IV PENUTUP ................................................................................................................. 22


4.1. Kesimpulan ................................................................................................................. 22

iii
4.2. Saran........................................................................................................................... 22

4.3. Kritik .......................................................................................................................... 22

LAMPIRAN ............................................................................................................................ 24
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 25

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Korosi dalam istilah sehari-hari kita kenal sebagai peristiwa perkaratan. Korosi sebenarnya
merupakan peristiwa oksidasi logam oleh gas oksigen yang ada di udara membentuk oksidanya.
Proses korosi banyak menimbulkan masalah pada barang-barang yang terbuat dari besi walaupun
logam-logam lain (kecuali logammulia) dapat juga mengalami korosi, sehingga jelas korosi
dikenal sangat merugikan.
Korosi merupakan sistem termodinamika logam dengan lingkungannya, yang berusaha untuk
mencapai kesetimbangan. Sistem ini dikatakan setimbang bila logam telah membentuk oksida atau
senyawa kimia lain yang lebih stabil. Pencegahan korosi merupakan salah satu masalah penting
dalam ilmu pengetahuan dan teknologi modern.
Besi adalah salah satu dari banyak jenis logam yang penggunaannya sangat luas dalam
kehidupan sehari-hari. Namun kekurangan dari besi ini adalah sifatnya yang sangat mudah
mengalami korosi. Padahal besi yang telah mengalami korosiakan kehilangan nilai jual dam fungsi
komersialnya. Akibat dari hal tersebut tentu saja akan merugikan sekaligus membahayakan.
Berdasarkan dari asumsi tersebut, percobaan ini difokuskan dalam upaya pencegahan terjadinya
peristiwa korosi ini khususnya pada besi.
Proses perkaratan pada besi dapat berlanjut terus sampai seluruh bagian dari besi hancur. Hal
ini disebabkan oksida-oksida besi yang terbentuk pada peristiwa awal korosi akan menjadi katalis
(otokatalis) pada peristiwa korosi selanjutnya.

1.2. Rumusan Masalah


Dengan melihat latar belakang yang telah dikemukakan maka beberapa masalahyang dapat
penulis rumuskan dan akan dibahas dalam laporan ini adalah:
1. Apa faktor yang mempengaruhi terjadinya korosi perkaratan pada besi atau paku?
2. Bagaimana proses terjadinya perkaratan pada besi atau paku?

1.3. Tujuan Praktikum


Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian dan penulisan laporan ini yaitu:

1
2

1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya korosi (karat) besi atau
paku.
2. Untuk mengetahui paku yang lebih cepat dan banyak perkaratannya.

1.4. Manfaat Praktikum


Dengan dilakukannya penelitian ini, maka diharapkan akan diperoleh manfaat sebagai berikut:
1. Dapat mengetahui sifat dari berbagai bahan terhadap besi.
2. Dapat menambah informasi mengenai korosi (karat).
3. Dapat menambah pengetahuan tentang larutan elektrolit.

1.5. Metode Praktikum


Metode praktikum dalam laporan ini menggunakan eksperimen laboratorium - eksperimen
yang dilakukan di bawah kondisi yang sangat terkontrol (tidak harus laboratorium), yang
memungkinkan untuk melakukan pengukuran secara akurat.
Peneliti dalam hal ini memutuskan di mana eksperimen akan berlangsung, pada jam berapa,
dengan partisipan yang mana, dalam keadaan apa dan menggunakan prosedur standar. Peserta
dialokasikan secara acak untuk setiap kelompok variabel independen.
Kelebihan dalam eksperimen laboratorium, yaitu:
- Lebih mudah untuk meniru (misalnya saja menyalin) teks laporan percobaan laboratorium,
sehingga memiliki prosedur standar.
- Memungkinkan untuk mengontrol variabel penelitian asing dan independen secara tepat,
memungkinkan hubungan sebab dan akibat dibentuk.

Sedangkan kelemahan atau keterbatasan eksperimen laboratorium, yaitu:


- Artifisitas pengaturan dapat menghasilkan perilaku tidak wajar yang tidak mencerminkan
kehidupan nyata, mis. Validitas ekologis yang rendah. Ini berarti tidak mungkin untuk
menggeneralisasi temuan ke pengaturan kehidupan nyata.
- Karakteristik permintaan atau efek eksperimen dapat membuat bias hasil dan menjadi
variabel perancu.

1.6. Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data dalam laporan ini berupa informasi kuantitatif dikarenakan
ketidaklengkapan alat dalam menentukan hasil praktikum, metode pengumpulan data kuantitatif
3

yang digunakan yaitu melalui observasi atau pengamatan - menggunakan instrumen penelitian
berupa lembar pengamatan, panduan pengamatan, panduan observasi (observation sheet atau
observation schedule), dan daftar cocok (checklist).

1.7. Sistematika Praktikum


Untuk mempermudah pembahasan dan pemahaman maka penulis membuat sistematika
laporan ini sebagai berikut:

➢ BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini berisikan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan praktikum,
manfaat praktikum, metode praktikum, metode pengumpulan data serta sistematika
praktikum.

➢ BAB II KAJIAN PUSTAKA


Bab ini berisi tentang literasi yang berkaitan dengan korosi.

➢ BAB III PERIHAL PRAKTIKUM


Dalam bab ini, perihal praktikum dilampirkan, seperti: variabel praktikum, hipotesis
praktikum, pengumpulan data, hasil pengamatan, pembahasan, dan pengujian hipotesis,
kesimpulan praktikum.

➢ BAB IV PENUTUP
Bab ini merupakan penutup yang meliputi tentang kesimpulan dari laporan praktikum yang
dilakukan dari tugas ini serta saran tentang bagaimana caranya untuk meningkatkan presisi
hasil praktikum dan kritik atas laporannya.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1. Korosi
Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi redoks antara suatu logam dengan
berbagai zat di lingkungannya yang menghasilkan senyawa-senyawa yang tidak dikehendaki.
Dalam bahasa sehari-hari, korosi disebut perkaratan. Contoh korosi yang paling lazim adalah
perkaratan besi.
Sebagian orang mengartikan korosi sebagai karat, yakni sesuatu yang hampir dianggap sebagai
musuh umum masyarakat. Karat (rust) adalah sebutan yang belakangan ini hanya dikhususkan
bagi korosi pada besi, padahal korosi merupakan gejala destruktif yang mempengaruhi hampir
semua logam. Walaupun besi bukan logam pertama yang dimanfaatkan oleh manusia, tidak perlu
diingkari bahwa logam itu paling banyak digunakan, dan karena itu, paling awal menimbulkan
masalah korosi serius. Karena itu tidak mengherankan bila istilah korosi dan karat hampir
dianggap sinonim (Chamberlain, 1991).
Reaksi reduksi oksidasi merupakan reaksi yang disertai pertukaran elektron antara pereaksi,
yang menyebabkan keadaan oksidasi berubah. Dari sejarahnya, istilah oksidasi diterapkan untuk
proses-proses dimana oksigen diambil oleh suatu zat. Maka reduksi dianggap sebagai proses
dimana oksigen diambil dari dalam suatu zat. Kemudian pengangkapan hidrogen juga disebut
reduksi, sehingga kehilangan hidrogen harus disebut dengan oksidasi. Sekali lagi reaksi-reaksi lain
dimana baiik oksigen maupun hidrogen yang tidak ambil bagian belum bisa dikelompokkan
sebagai oksidasi atau reduksi sebelum definisi oksidasi dan reduksi yang paling umum, yang
didasarkan pada pelepasan dan pengambilan elektron, disusun orang (Svehla, 1990).
Korosi dapat digambarkan sebagai sel galvanik yang mempunyai hubungan pendek dimana
beberapa daerah permukaan logam bertindak sebagai katoda dan lainnya sebagai anoda, dan
rangkaian listrik dilengkapi oleh aliran electron menuju besi itu sendiri. Sel elektrokimia terbentuk
pada bagian logam dimana terdapat pengotor atau di daerah yang terkena tekanan (Oxtoby, dkk.,
1999).
Pada peristiwa korosi, logam mengalami oksidasi, sedangkan oksigen (udara) mengalami
reduksi. Karat logam umumnya adalah berupa oksida atau karbonat. Rumus kimia karat besi
adalah Fe2O3.nH2O, suatu zat padat yang berwarna coklat-merah.

4
Korosi merupakan proses elektrokimia. Pada korosi besi, bagian tertentu dari besi itu berlaku
sebagai anode, di mana besi mengalami oksidasi.

Fe (aq) → Fe2+(aq) + 2𝑒ҧ

Elektron yang dibebaskan di anode mengalir ke bagian lain dari besi itu yang bertindak
sebagai katode, di mana oksigen tereduksi.

O2 (g) + 4H+ (aq) + 4𝑒ҧ→ 2H2O (l)

atau

O2 (g) + 2H2O (l) + 4𝑒ҧ→ 4OH- (aq)

Ion besi (II) yang terbentuk pada anode selanjutnya teroksidasi membentuk ion besi (III) yang
kemudian membentuk senyawa oksida terhidrasi, yaitu karat besi. Mengenai bagian mana dari besi
itu yang bertindak sebagai anode dan bagian mana yang bertindak sebagai katode, bergantung pada
berbagai faktor, misalnya zat pengotor, atau perbedaan rapatan logam itu.
Besi yang murni adalah logam yang berwarna putih perak yang kukuh dan liat. Ia melebur
pada suhu 1535 oC. Jarang terdapat besi komersial yang murni, biasanya besi mengandung
sejumlah kecil karbida, silsida, fosfida, dan sulfida dari besi, serta sedikit grafit. Zat-zat pencemar
ini memainkan peranan penting dalam kekuatan struktur besi. Berbeda dengan tembaga, tembaga
adalah logam merah muda, yang lunak, dapat ditempa, dan liat. Melebur pada 1038oC. Karena
potensial elektroda standarnya positif, ia tidak larut dalam asam klorida dan asam sulfat encer,
meskipun dengan adanya oksigen ia bisa larut sedikit (Svehla, 1990).
Korosi dapat juga diartikan sebagai serangan yang merusak logam karena logam bereaksi
secara kimia atau elektrokimia dengan lingkungan. Ada definisi lain yang mengatakan bahwa
korosi adalah kebalikan dari proses ekstraksi logam dari bijih mineralnya. Contohnya, bijih
mineral logam besi di alam bebas ada dalam bentuk senyawabesi oksida atau besi sulfida, setelah
diekstraksi dan diolah, akan dihasilkan besi yang digunakan untuk pembuatan baja atau baja
paduan. Selama pemakaian, baja tersebut akan bereaksi dengan lingkungan yang menyebabkan
korosi (kembali menjadi senyawa besi oksida).
Deret Volta dan hukum Nernst akan membantu untuk dapat mengetahui kemungkinan
terjadinya korosi. Kecepatan korosi sangat tergantung pada banyak faktor, seperti ada atau
tidaknya lapisan oksida, karena lapisan oksida dapat menghalangi beda potensial terhadap
elektrode lainnya yang akan sangat berbeda bila masih bersih dari oksida.

2.1.1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Korosi


Ada beberapa faktor yang mempengaruhi suatu logam dapat terkorosi dan kecepatan
laju korosi suatu logam. Suatu logam yang sama belum tentu mengalami kasus korosi yang
sama pula pada lingkungan yang berbeda. Begitu juga dua logam pada kondisi lingkungan
yang sama tetapi jenis materialnya berbeda, belum tentu mengalami korosi yanga sama. Dari
hal tersebut, maka dapat dikatakan bahwa terdapat dua faktor yang dapat mempengaruhi
korosi suatu logam, yaitu faktor metalurgi dan faktor lingkungan.

1. Faktor Metalurgi
Faktor metalurgi adalah pada material itu sendiri. Apakah suatu logam dapat tahan
terhadap korosi, berapa kecepatan korosi yang dapat terjadi pada suatu kondisi, jenis
korosi apa yang paling mudah terjadi, dan lingkungan apa yang dapat menyebabkan
terkorosi, ditentukan dari faktor metalurgi tersebut.
Yang termasuk dalam faktor metalurgi antara lain:

a. Jenis Logam dan Paduannya


Pada lingkungan tertentu, suatu logam dapat tahan tehadap korosi.Sebagai
contoh, aluminium dapat membentuk lapisan pasif pada lingkungan tanah dan air
biasa, sedangkan Fe, Zn, dan beberapa logam lainnya dapat dengan mudah
terkorosi.

b. Morfologi dan Homogenitas


Bila suatu paduan memiliki elemen paduan yang tidak homogen, maka paduan
tersebut akan memiliki karakteristik ketahanan korosi yang berbeda-beda pada tiap
daerahnya.

c. Perlakuan Panas
Logam yang di-heat treatment akan mengalami perubahan struktur kristal atau
perubahan fasa. Sebagai contoh perlakuan panas pada temperatur 500-800 0C
terhadap baja tahan karat akan menyebabkan terbentuknya endapan krom karbida
pada batas butir. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya korosi intergranular pada
baja tersebut. Selain itu, beberapa proses heat treatment menghasilkan tegangan
sisa. Bila tegangan sisa tesebut tidak dihilangkan, maka dapat memicu terjadinya
korosi retak tegang.

d. Sifat Mampu Fabrikasi dan Pemesinan


Merupakan suatu kemampuan material untuk menghasilkan sifat yang baik
setelah proses fabrikasi dan pemesinan. Bila suatu logam setelah fabrikasi memiliki
tegangan sisa atau endapan inklusi maka memudahkan terjadinya retak.

2. Faktor Lingkungan
Faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi korosi antara lain:
a. Komposisi Kimia
Ion-ion tertentu yang terlarut di dalam lingkungan dapat mengakibakan jenis
korosi yang berbeda-beda. Misalkan antara air laut dan air tanah memiliki sifat
korosif yang berbeda dimana air laut mengandung ion klor yang sangat reaktif
mengakibatkan korosi.Gambar berikut menunjukkan pengaruh komposisi elemen
paduan terhadap ketahan korosi terhadap paduan tembaga.

b. Konsentrasi
Konsentrasi dari elektrolit atau kandungan oksigen akan mempengaruhi
kecepatan korosi yang terjadi. Pengaruh konsentrasi elektrolit terlihat pada laju
korosi yang berbeda dari besi yang tercelup dalam H2SO4 encer atau pekat, dimana
pada larutan encer, Fe akan mudah larut dibandingkan dalam H2SO4 pekat.
Pengaruh konsentrasi terhadap laju korosi dapat dilihat pada gambar berikut.
Suatu logam yang berada pada lingkungan dengan kandungan O2 yang berbeda
akan terbagi menjadi dua bagian yaitu katodik dan anodik. Daerah anodik terbentuk
pada media dengan konsentrasi O2 yang rendah dan katodik terbentuk pada media
dengan konsentrasi O2 yang tinggi.

c. Temperatur
Pada lingkungan temperatur tinggi, laju korosi yang terjadi lebih tinggi
dibandingkan dengan temperatur rendah, karena pada temperatur tinggi kinetika
reaksi kimia akan meningkat.
Gambar berikut menunjukkan pengaruh temperatur terhadap laju korosi pada
Fe. Semakin tinggi temperatur, maka laju korosi akan semakin meningkat, namun
menurunkan kelarutan oksigen. Sehingga pada suatu sistem terbuka, diatas suhu
800C, laju korosi akan mengalami penurunan karena oksigen akan keluar
sedangkan pada suatu sistem tertutup, laju korosi akan terus menigkat karena
adanya oksigen yang terlarut.

d. Gas, Cair, atau Padat


Kandungan kimia di medium cair, gas atau padat berbeda-beda. Misalkan pada
gas, bila lingkungan mengandung gas asam, maka korosi akan mudah terjadi
(contohnya pada pabrik pupuk). Kecepatan dan penanganan korosi ketiga medium
tersebut juga dapat berbeda-beda. Untuk korosi di udara, proteksi katodik tidak
dapat dilakukan, sedangkan pada medium cair dan padat memungkinkan untuk
dilakukan proteksi katodik.

e. Kondisi Biologis
Mikroorganisme seperti bakteri dan jamur dapat menyebabkan terjadinya korosi
mikrobial terutama sekali pada material yang terletak di tanah. Keberadaan
mikroorganisme sangat mempengaruhi konsentrasi oksigen yang mempengaruhi
kecepatan korosi pada suatu material.

2.1.2. Teori Svante August Arrhenius


Mengapa larutan elektrolit dapat menghantarkan arus listrik, sedangkan larutan
nonelektrolit tidak dapat menghantarkan arus listrik? Penjelasan tentang permasalahan di atas
pertama kali dikemukakan oleh Svante August Arrhenius (1859 – 1927) dari Swedia saat
presentasi disertasi PhD-nya di Universitas Uppsala tahun 1884.
Menurut Arrhenius, zat elektrolit dalam larutannya akan terurai menjadi partikel-
partikel yang berupa atom atau gugus atom yang bermuatan listrik yang dinamakan ion. Ion
yang bermuatan positif disebut kation, dan ion yang bermuatan negatif dinamakan anion.
Peristiwa terurainya suatu elektrolit menjadi ion-ionnya disebut proses ionisasi. Ion-
ion zat elektrolit tersebut selalu bergerak bebas dan ion-ion inilah yang sebenarnya
menghantarkan arus listrik melalui larutannya.Sedangkan zat nonelektrolit ketika dilarutkan
dalam air tidak terurai menjadi ion-ion, tetapi tetap dalam bentuk molekul yang tidak
bermuatan listrik.
Hal inilah yang menyebabkan larutan nonelektrolit tidak dapat menghantarkan listrik.
Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan:
Larutan elektrolit dapat menghantarkan arus listrik karena zat elektrolit dalam
larutannya terurai menjadi ion-ion bermuatan listrik dan ion-ion tersebut selalu bergerak
bebas.
Larutan nonelektrolit tidak dapat menghantarkan arus listrik karena zat nonelektrolit
dalam larutannya tidak terurai menjadi ion-ion, tetapi tetap dalam bentuk molekul yang tidak
bermuatan listrik. Zat elektrolit adalah zat yang dalam bentuk larutannya dapat
menghantarkan arus listrik karena telah terionisasi menjadi ion-ion bermuatan listrik. Zat
nonelektrolit adalah zat yang dalam bentuk larutannya tidak dapat menghantarkan arus listrik
karena tidak terionisasi menjadi ion-ion, tetapi tetap dalam bentuk molekul

2.2. Besi
Besi adalah logam yang berasal dari bijih besi (tambang) yang banyak digunakan untuk
kehidupan manusia sehari-hari dari yang bermanfaat sampai dengan yang merusakkan. Dalam
tabel periodik, besi mempunyai simbol Fe dan nomor atom 26.
Salah satu kelemahan besi adalah mudah mengalami korosi. Korosi besi memerlukan oksigen
dan air. Berbagai jenis logam contohnya Zinc dan Magnesium dapat melindungi besi dari korosi.

.
BAB III
PERIHAL PRAKTIKUM

3.1. Variabel Praktikum


Terdapat tiga variabel yang sangat menentukan dalam perkaratan paku, variabel tersebut
yaitu:
1. bebas: medium (zat larutan atau benda), dan tutup botol;
2. kontrol: volume larutan, paku, kondisi lingkungan, dan waktu; dan
3. terikat: kecepatan perkaratan.

3.2. Hipotesis Praktikum


Dalam praktikum ini akan diujikan tiga hipotesis:
1. Baik larutan maupun bahan yang menjadi medium paku berada dapat menyebabkan korosi
dan sebaliknya.
2. Larutan yang dapat mengakibatkan korosi pada paku tercepat adalah larutan aquades atau
air dan sebaliknya.
3. Paku yang berada di tempat terbuka dan kaya akan oksigen akan mengakibatkan lebih
banyak korosi pada paku dan sebaliknya.

3.3. Pengumpulan Data


Praktikum yang akan dilakukan yaitu korosi pada paku dalam medium yang berbeda. Seperti
yang dilampirkan pada subbab metode praktikum, praktikum ini menggunakan metode
laboratorium, dimana laboratorium yang digunakan yaitu dapur penulis. Sementara itu, terkutip
dari subbab metode pengumpulan data, praktikum ini menggunakan metode pengumpulan data
kuantitatif melalui pengamatan atau observasi.

3.3.1. Aturan Laboratorium


Dalam praktikum yang menggunakan metode laboratorium harus menetapkan aturan
tertentu untuk menjaga jalannya praktikum supaya baik dan lancer, sehingga peraturan
tersebut yaitu:
1. tidak bermain-main dengan alat dan bahan yang berpotensi kecelakaan;
2. memiliki perlengkapan yang cukup untuk mengatasi bahaya atau kecelakaan;
3. menjaga kondisi praktikum aman;

10
4. harus dilakukan pengamatan dalam 7 hari sesuai yang diperintahkan;
5. mengikuti langkah-langkah praktikum serta perintah pembina dengan cermat dan
waspada;
6. memastikan variabel kontrol tidak terubah; dan
7. pengumpulan data harus orisinil.

3.3.2. Alat dan Bahan Praktikum


Untuk melaksanakan praktikum terdapat alat dan bahan yang diperlukan, alat dan
bahan tersebut yaitu:
• 4 Botol YOU • C1000 140 ml/4 botol kaca (kosong dan dicuci bersih baik dalam
dan luar – label botol)

Gambar 1 dan 2. 4 botol YOU • C1000 140 ml

• Kapas secukupnya (sejumlah setengah botol YOU • C1000 140 ml/4 botol kaca)
• Minyak goreng (sejumlah setengah botol YOU • C1000 140 ml/4 botol kaca)
• Air / larutan aquades (sejumlah setengah botol YOU • C1000 140 ml/4 botol kaca)
• Air garam / larutan NaCl (sejumlah setengah botol YOU • C1000 140 ml/4 botol
kaca)
Gambar 3. Kapas, minyak goreng, air, dan air garam

• 4 Buah paku

Gambar 4. 4 buah paku

• 4 Label dan pulpen

3.3.3. Langkah Kerja


Langkah kerja dalam praktikum ini yaitu:
1. Siapkan alat dan bahan sesuai dengan yang sudah dilampirkan di atas.
2. Pada botol pertama, masukkan 1 paku (P.1) lalu isi botol dengan air sampai
pakunya tenggelam setengah. Tinggalkan penutup botol sehingga botol terbuka.
Kemudian berikan label dengan nama mediumnya (tinjauan pada Gambar 3.
Kapas, minyak goreng, air, dan air garam).
3. Pada botol kedua, masukkan 1 paku (P.2) lalu isi botol dengan minyak goreng
sampai pakunya tenggelam setengah. Tutup botolnya dengan rapat. Kemudian
berikan label dengan nama mediumnya (tinjauan pada Gambar 3. Kapas, minyak
goreng, air, dan air garam).
4. Pada botol ketiga, masukkan kapas sampai setengah botol tertutup. Kemudian
tancapkan 1 paku (P.3) ke dalam kapas sampai menuju dasar botol. Tinggalkan
penutup botol sehingga botol terbuka. Kemudian berikan label dengan nama
mediumnya (tinjauan pada Gambar 3. Kapas, minyak goreng, air, dan air garam).
5. Pada botol keempat, masukkan 1 paku (P.4) lalu isi botol dengan air garam sampai
pakunya tenggelam setengah. Tutup botolnya dengan rapat. Kemudian berikan
label dengan nama mediumnya (tinjauan pada Gambar 3. Kapas, minyak goreng,
air, dan air garam).
6. Letakkan keempat botol pada dalam ruangan di tempat yang aman dan tidak
terganggu.
7. Amatilah keempat botol dan kumpulkan data baik dengan foto, checklist, tabel
pengamatan dan lainnya selama 7 hari pada pukul 15.00.
8. Dari data yang dikumpulkan buatlah laporan praktikum seperti laporan ini.

3.4. Hasil Observasi


Dari praktikum yang sudah saya lakukan pada 6 November 2021 pukul 12.50, didapatkan
hasil pengamatan pada pukul 15.00 sebagai berikut:

Hari Foto Pengamatan

1
2

4
5

Tabel 1. Hasil pengamatan dalam bentuk foto

Data diatas merupakan data dalam bentuk foto, jika diuraikan dalam bentuk pendeskripsian
dan poin maka akan menjadi seperti tabel di bawah ini:

Paku di botol Paku di botol Paku di botol Paku di botol air


Hari
aquades (P.1) minyak (P.2) kapas (P.3) garam (P.4)
Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
1
perubahan [0] perubahan [0] perubahan [0] perubahan [0]

Terdapat bintik
Tidak ada Tidak ada Tidak ada
2 coklat di ujung
perubahan [0] perubahan [0] perubahan [0]
paku [0.2]
Terdapat bintik
hitam di ujung
Tidak ada Tidak ada Tidak ada
3 paku dan bercak
perubahan [0] perubahan [0] perubahan [0]
coklat di seluruh
paku [0.4]

Terdapat bercak
Kapasnya hitam di sekitar
Terdapat bintik mengembang ujung paku dan
Tidak ada
4 coklat di ujung sementara paku lebih banyak
perubahan [0]
paku [0.1] tidak ada bercak coklat di
perubahan [0] seluruh paku
[0.7]

Bagian atas paku


lebih bercak Larutan agak
Terdapat bercak coklat sedikit keruh dan
Tidak ada
5 coklat di seluruh sementara yang semakin banyak
perubahan [0]
paku [0.4] tertutup kapas bercak coklat
tidak ada dan hitam [1]
perubahan [0.1]

Larutan lebih
Bercak coklat
keruh dan
semakin banyak,
Bagian atas paku semakin banyak
terdapat bintik
Bintik kecil lebih bercak bercak coklat
hitam sangat
coklat di bagian coklat sedikit dan hitam tetapi
kecil di ujung,
6 atas (mungkin sementara yang paku masih
tetapi paku
sudah dari awal) tertutup kapas mengkilap dan
masih
[0.1] tidak ada tidak
mengkilap dan
perubahan [0.3] sepenuhnya
tidak
mengalami
sepenuhnya
korosi [1.2]
mengalami
korosi. [0.8]

Keterangan: poin dari 0-10 dengan 10 sebagai paku sudah mengalami proses puncak korosi.
Tabel 2. Deskripsi hasil pengamatan

Untuk pengambilan kesimpulan dengan penuh presisi maka dilakukan perbandingan dengan
paku di hari pertama dan di hari akhir percobaan. Perbandingannya terdapat dalam tabel dibawah
ini:

Paku Hari Pertama Hari Keenam

P.1

P.2

P.3

P.4
Tabel 3. Paku pada hari pertama dan pada hari keenam

Dari pengamatan tersebut kita bisa mengambil beberapa poin penting dalam praktikum ini,
poin-poin tersebut akan dibahas di subbab pembahasan.

3.5. Pembahasan
Dari pengumpulan data yang sudah dilampirkan diatas secara kuantitatif maka kita dapat
menguraikan beberapa poin yaitu factor-faktor yang mempengaruhi korosi pada paku:

1. Medium
Jenis medium yang berbeda dalam setiap botol menunjukkan adanya perbedaan yang jelas
pada setiap paku. Kita tahu bahwa yang membuat perbedaan mediumnya banyak sekali. Mari
kita uraikan medium yang kita gunakan:

a. Air (H2O)
Air yang kaya akan oksigen dapat menurunkan suhu sehingga dapat menurunkan energi
elektron yang saling bertukar energi dengan air terutama dengan gerakan menarik dari
molekul air. Karena paku yang kita gunakan bersifat logam yaitu besi, yang memiliki
energi yang cukup rendah sehingga elektron dapat dengan mudah melompat ke dalamnya.
Tetapi air memiliki energi yang sangat tinggi sehingga susah untuk elektron terisi, tetapi
walaupun elektron sudah ditermal oleh air dan dielektrik oleh air, elektron masih dapat
menempati air sehingga bergerak sepanjang air. molekul air di sekitar elektron yang baru
terperangkap mulai bereaksi terhadap medan listriknya. Ketika ini terjadi, energi elektron
berkurang. Pada tahap akhir, elektron bergabung dengan ion bermuatan positif. Ion dan
oksigen inilah yang dapat memecah ikatan kimia pada paku dan mengakibatkan korosi
(oksidasi besi terhidrasi).
Di dekat titik pertemuan air, besi, dan udara, reaksi elektrokimia menarik oksigen dari
udara, membentuk ion hidroksida di dalam air. Dimana logam tertutup air, atom besi
kehilangan elektron, yang menyebabkan logam perlahan-lahan hancur; besi terionisasi
larut ke dalam air. Di dalam air, besi terlarut bereaksi dengan ion hidroksida untuk
membentuk karat. Sehingga paku dalam air mengalami korosi dalam waktu 7 hari.

b. Minyak (CH3(CH2)14COOH)
Kita tahu bahwa korosi adalah oksidasi besi yang terhidrasi. Kita juga tahu bahwa
minyak tidak dapat bercampur dengan udara yang dapat mencegah korosi karena tidak
adanya hidrasi dan oksidasi yang terjadi. Minyak juga memiliki titik panas yang lebih
tinggi sehingga terjadi proses ditermal yang lebih tinggi daripada udara yang dapat
mengakibatkan elektron untuk memasuki minyak yang mengakibatkan ionisasi sulit
terjadi. Selain itu juga artinya minyak tidak membiarkan oksigen menembus
permukaannya. Sehingga paku dalam minyak tidak mengalami korosi dalam waktu 7 hari,
mungkin dalam waktu lebih lama.

c. Kapas
Pada kapas paku tidak terjadi korosi tetapi hanya pada bagian atas yang mengalami
sedikit korosi. Ini mungkin terjadi karena kapas menghambat oksigen untuk masuk ke
dalam bagian bawah paku yang menyebabkan susahnya terjadi oksidasi pada paku
sehingga mencegah terjadinya korosi. Kapas juga menyerap air atau moisture dari udara.
Sehingga paku dalam kapas tidak mengalami korosi dalam waktu 7 hari, mungkin dalam
waktu lebih lama. Sementara itu, bagian atas paku dalam kapas mengalami korosi bukan
karena kapasnya tetapi karena oksigen dari udara terbuka.

d. Air Garam
Arus lebih mudah mengalir di air garam daripada di air tawar. Ini karena air garam,
larutan elektrolit, mengandung lebih banyak ion terlarut daripada air tawar, yang berarti
elektron dapat bergerak lebih mudah. Karena karat adalah tentang pergerakan elektron, besi
berkarat lebih cepat di air garam daripada di air tawar. Benda logam tertentu yang
menghabiskan banyak waktu terendam air garam, seperti mesin perahu, cepat berkarat.
Namun, benda tidak harus sepenuhnya terendam dalam air garam untuk hal ini terjadi
karena peningkatan kelembaban di udara dan semprotan garam dapat memberikan
elektrolit kation (ion positif) dan anion (ion negatif).
Salah satu bentuk korosi yang terjadi ketika logam dan air garam bersatu disebut korosi
elektrokimia. Ion logam larut dalam air dan air garam menghantarkan listrik dan
mengandung ion, yang menarik ion dari senyawa lain. Selama korosi elektrokimia, elektron
dari senyawa lain tertarik ke ion logam. Air garam menyerang logam dan terjadi korosi.
Sebagai jenis korosi kedua yang terjadi ketika logam terkena air garam untuk waktu
yang lama, korosi anaerobik meninggalkan endapan yang mengandung sulfat dan
mengelilingi logam saat berada di air asin; Hidrogen sulfida diproduksi yang kemudian
menimbulkan korosi pada logam. Pada saat yang sama, bakteri tumbuh di air asin yang
menggunakan hidrogen untuk menimbulkan korosi pada logam juga. Di antara ion, sulfat,
dan bakteri, logam diserang dari semua sudut saat berada di air garam. Sehingga paku
dalam air garam atau larutan NaCl mengalami korosi dalam waktu 7 hari.

2. Tutup Botol
Tutup botol yang memberikan opsi pada tiap botol untuk ditutup dapat mengakibatkan
beberapa hal sepeti kelembaban udara yang dapat mempengaruhi paku, jumlah oksigen dan
banyak lagi. Contohnya pada botol pertama dan botol ketiga, pada botol ketiga tutupnya
terbuka membiarkan oksigen dan kelembaban udara untuk membantu proses korosi pada
paku.

3.6. Pengujian Hipotesis


Dalam praktikum ini akan diujikan tiga hipotesis:
1. Baik larutan maupun bahan yang menjadi medium paku berada dapat menyebabkan korosi
dan sebaliknya.
Untuk pengujian hipotesis tersebut larutan maupun bahan yang menjadi medium paku
berada dapat menyebabkan korosi ditandai dengan perbedaan korosi dari keempat paku.

2. Larutan yang dapat mengakibatkan korosi pada paku tercepat adalah larutan aquades atau
air dan sebaliknya.
Untuk pengujian hipotesis tersebut larutan yang dapat mengakibatkan korosi pada paku
tercepat adalah air garam atau larutan NaCl (penjelasan alasannya terdapat pada subbab
pembahasan).

3. Paku yang berada di tempat terbuka dan kaya akan oksigen akan mengakibatkan lebih
banyak korosi pada paku dan sebaliknya.
Untuk pengujian hipotesis tersebut terdapat jelas bahwa oksigen tidak lebih berpengaruh
dibandingkan medium sehingga paku yang berada di tempat terbuka dan kaya akan oksigen
tidak akan mengakibatkan lebih banyak korosi pada paku karena tidak bisa diuji dengan
percobaan yang dilakukan.

3.7. Kesimpulan Praktikum


Kesimpulan praktikum tersebut dari pembahasan dua variabel di atas dapat kita tentukan poin-
poin yang penting tentang faktor yang menyebabkan korosi. Hal yang sama pada seluruh poin di
atas adalah oksigen, medium yang dapat menghantarkan ion lebih baik (komposisi kimia dan
konsentrasi zat), temperature, waktu, dan mikroorganisme juga dapat mempengaruhi korosi.
Sementara itu urutan medium yang mengakibatkan korosi dari tercepat yaitu air garam, air,
kapas, dan minyak. Dimana air garam mengakibatkan korosi tercepat tanpa penutup botol yang
mengakibatkan kesimpulan bahwa medium lebih mempengaruhi kecepatan korosi dibandingkan
udara atau oksigen.
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Korosi adalah proses suatu logam mengalami reaksi oksidasi dan hidrasi. Korosi juga
merupakan reaksi redoks antara logam dengan zat yang ada di sekitarnya dan menghasilkan
senyawa yang tidak dikehendaki. Senyawa tersebut biasanya berupa oksida logam atau logam
karbonat. Faktor yang menyebabkan terjadinya korosi diurutkan dari yang megalami lebih banyak
korosi yaitu:
- Wujud material (komposisi kimia, konsentrasi zat, dan keelektrolitan material)
- Oksigen dan hydrogen serta kelembapan udara
- Temperatur (bervariasi sehingga posisinya leluasa)
- Waktu
- Mikroorganisme (kecuali mikroorganisme lab yang dapat mengakibatkan korosi lebih)

4.2. Saran
Dalam pembuatan laporan ini, ada saran yang dapat saya berikan, yakni:
Adapun saran yang dapat saya berikan, yakni:
- Alat dan bahan yang dipakai kurang lengkap.
- Logam yang digunakan seharusnya berbeda-beda karena paku yang digunakan tidak
mewakili logam lainnya.
- Metode pengumpulan data yang tradisional menunjukan kurangnya keakuratan data yang
dapat menghasilkan kesimpulan yang salah.
- Jangan lalai dengan kewajibannya untuk mengamati dan mencatat perubahan yang terjadi
pada gelas setiap hari
- Ikuti petunjuk dan ketentuan yang berlaku.

4.3. Kritik
Pengamatan yang dilakukan kurang presisi dan tidak sampai 7 hari sehingga menghasilkan
data yang tidak akurat. Pembahasan yang dilakukan juga kurang jelas asal pemikirannya dari apa.
Paku yang digunakan tidak bervariasi sehingga hanya terjadi pada satu jenis logam dan tidak bisa

22
mewakili logam lainnya. Selain itu juga, laporan ini terlalu formal seperti skripsi untuk laporan
kimia Sekolah Menengah Atas.
LAMPIRAN

Gambar 5. Hasil pengamatan di hari terakhir pukul 15.00 WIB

Gambar 5. Hasil pengamatan di hari terakhir pukul 15.00 WIB

24
DAFTAR PUSTAKA

BUKU
Hartajo, Budi. Chemistry Is Fun. Jakarta: Salemba. 2010.

Gunawan, Priyo. Corrosion. Jakarta: Salemba. 2013.

ARTIKEL, JURNAL, DAN LAPORAN


Pamadhitya, Wisnu. “Variabel Praktikum Korosi Pada Paku”. Laporan Kimia Korosi Pada Paku
(November, 2015)

Gillespie, Claire. “How Does Salt Water Rust Metals?”. What Chemicals Rust Metal Rapidly?
(April, 2018)

John, Christ. “Can oil really be used to prevent rust creation? And is there a difference between
types?”. Can oiling keep tools from rusting? (Juni, 2016)

25

Anda mungkin juga menyukai