Riva Ismawati
Universitas Tidar, Jalan Kapten Suparman No.39, Magelang 56116, Telp (0293) 364113
e-mail: rivaismawati@untidar.ac.id
ABSTRAK
Kegiatan pembelajaran kimia di kelas kurang bermakna karena materi kimia memuat konsep yang
bersifat teoritis, abstrak, dan tidak nyata. Kegiatan pembelajaran kimia perlu diarahkan pada kegiatan
aktif siswa dengan mengaitkan materi pembelajaran dengan situasi nyata. Artikel ini merupakan
gagasan mengenai penerapan strategi pembelajaran REACT. Strategi REACT merupakan
implementasi pendekatan pembelajaran kontekstual melaui tahap-tahapannya yaitu relating
(mengaitkan), experiencing (mengalami), applying (menerapkan), cooperating (bekerja sama),
transferring (memindahkan). Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mendiskripsikan penerapan
kegiatan pembelajaran aktif menggunakan strategi REACT pada pembelajaran kimia.
ABSTRACT
Chemistry learning activities in the classroom is less meaningful because it contains concepts that are
theoretical, abstract, and unreal. Chemical learning activities should be directed to students active
activities by linking learning materials with real situations. This article is an idea of applying REACT
learning strategies. REACT strategy is the implementation of contextual learning approach through its
stages of relating, experiencing, applying, cooperating, transferring. The purpose of writing this
article is to describe the application of active learning activities using REACT strategy on chemistry
learning.
dikumpulkan dan dikaji. Informasi yang afektif, psikomotor berturut turut sebesar
diperoleh dari artikel tersebut kemudian 75,52, 80,56, dan 81,56. Kelas kontrol
disusun menjadi sebuah tulisan. mendapat rata rata hasil belajar kognitif,
afektif, psikomotor berturut turut sebesar
HASIL DAN PEMBAHASAN 67,14, 71,16, dan 75,52. Hasil belajar kelas
eksperimen lebih unggul dari kelas kontrol.
Gallagher (2007) menyampaikan bahwa Hal ini dimungkingkan karena (1) siswa
paradigma baru dalam pembelajaran kimia terbiasa berperan aktif mengkontruksikan
adalah pembelajaran dimana guru lebih konsep-konsep yang dipelajari, sehingga
banyak memberikan pengalaman belajar terjadi peningkatan pemahaman bukan
kepada siswa dan membimbing siswa agar ingatan, (2) siswa dihadapkan dengan
dapat menggunakan pengetahuan tersebut kegiatan pembelajaran yang
dalam kehidupan sehari-hari siswa. Siswa membangkitkan rasa keingintahuan untuk
tidak hanya dituntut untuk lebih banyak melakukan penyelidikan, sehingga siswa
mempelajari konsep dan prinsip sains dapat menemukan sendiri jawaban dan
secara verbalis, hafalan, pengenalan rumus- mengkomunikasikannya kepada orang lain.
rumus, dan pengenalan istilah melalui Penerapan REACT dengan metode
serangkaian latihan secara verbal. experimen dan penyelesaian masalah juga
Berdasarkan pendapat Gallagher tersebut, menunjukkan pengaruh kemampuan
guru dapat menggunakan pendekatan analisis terhadap prestasi belajar kognitif
kontekstual dalam kegiatan pembelajaran. siswa. Prestasi kognitif siswa kemampuan
Suyanti (2010) menyatakan bahwa guru analisis tinggi lebih baik daripada siswa
seharusnya mengaitkan materi dengan kemampuan analisis reandah
pembelajaran dengan situasi dunia nyata (Durotulaila et al., 2014).
siswa dan mendorong siswa membuat Menurut Navarra (2006) strategi
hubungan antara pengetahuan yang REACT berhasil diterapkan dalam
dimilikinya dengan penerapannya dalam pembelajaran kontekstual jika (1) aktifitas
kehidupan sehari hari. pembelajaran yang dilakukan berkaitan
Davtyan (2014) menyatakan bahwa dengan kehidupan siswa sehari-hari, (2)
pembelajaran berdasarkan pendekatan siswa termotivasi untuk mendapatkan data
kontekstual harus disusun untuk yang diperlukan, (3) siswa mendapat
mendorong lima tahap penting bentuk kesempatan untuk menerapkan
pembelajaran yaitu relating (mengaitkan), pengetahuan, (4) siswa belajar secara
experiencing (mengalami), applying kooperatif, (5) guru membantu siswa dalam
(menerapkan), cooperating (bekerja sama), mentransfer pengetahuan dalam konteks
dan transferring (memindahkan). Lima yang lain. Berikut akan dibahas mengenai
tahap pembelajaran tersebut lebih dikenal penerapan tahap-tahap strategi REACT
sebagai strategi REACT. dalam pembelajaran kimia SMA. Penulis
Strategi REACT yang merupakan memberikan contoh penerapan strategi
bentuk implementasi pendekatan REACT dalam materi kelarutan dan hasil
kontekstual sangat sesuai untuk diterapkan kali kelarutan.
dalam pembelajaran kimia. Strategi
REACT dapat dipadukan dengan berbagai Relating (mengaitkan)
model dan metode pembelajaran. Ismawati Relating merupakan belajar dalam
et. al. (2013) telah menggunakan model konteks mengaitkan pengetahuan baru
inkuiri dengan strategi REACT dalam dengan pengalaman hidup (Suprijono,
pembelajaran kimia. Kelas eksperimen 2009; Johnson, 2002). Dalam
yang memperoleh pembelajaran dengan menggunakan strategi ini, guru harus
model inkuiri berstrategi REACT mengaitkan materi yang dipelajari dengan
memperoleh rata rata hasil belajar kognitif, sesuatu yang sudah familiar oleh siswa
(Power & Guan, 2000). Konteks perlu berusaha menemukan dan menciptakan hal
dirancang guru untuk membantu peserta yang baru dari apa yang dipelajari
didik agar apa yang dipelajari bermakna. (Suprijono, 2009). Siswa membangun dan
Seperti yang dinyatakan Dahar (1988) menemukan konsep melalui kegiatan
dalam Trianto (2007) belajar bermakna praktikum maupun menggali informasi dari
akan terjadi jika informasi baru yang sumber belajar lainnya. Kegiatan praktikum
diperoleh siswa sesuai dengan konsep- maupun membaca buku yang dilakukan
konsep relevan yang terdapat dalam siswa harus berada dalam jangkauan
struktur kognitif seseorang. Hal tersebut perkembangan kognitif. Hal tersebut sesuai
juga bersesuaian dengan pendapat Piaget dengan teori Vygotsky bahwa proses
bahwa siswa akan lebih mudah mencerna pembelajaran akan berlangsung ketika
konsep dan pengetahuan baru apabila di siswa bekerja maupun menangani tugas
dalam dirinya sudah terdapat struktur dan yang belum dipelajari selama tugas tersebut
strata intelektual (Sunyono et al., 2009). masih berada dalam jangkauan
Dengan demikian guru dapat menggunakan perkembangan kognitif mereka. Dengan
pengetahuan lama siswa dalam membangun kata lain, tugas yang dikerjakan masih
pengetahuan baru dan menggugah minat berada sedikit di atas daerah tingkat
siswa terhadap topik yang dipelajari. perkembangan seseorang atau disebut
Sebagai contoh guru akan membahas sebagai zone of proximal development
mengenai pengertian kelarutan. Guru dapat (Nur, 2008).
menggiring pikiran siswa melalui Pada tahap strategi REACT
pertanyaan yang berkaitan dengan situasi sebelumnya, yaitu relating, siswa sudah
lingkungan nyata, seperti: 1) Apabila kita dapat menejelaskan pengertian kelarutan.
melarutkan satu sendok teh gula ke dalam Pada tahap experiencing siswa diberi
segelas air, kemudian diaduk, apa yang pengalaman belajar secara langsung
terjadi?. 2) Apabila gula ditambah terus melalui kegiatan praktikum menentukan
menerus, apa yang akan terjadi? kelarutan NaCl. Kegiatan praktikum
Jawaban siswa terhadap pertanyaan tersebut dirancang agar siswa mampu
guru tersebut dapat dirangkum menjadi menjelaskan sifat larutan jenuh, kelarutan
suatu pengertian kelarutan. Tahap relating suatu garam dalam pelarut air, dan
merupakan tahap penting dalam kegiatan menentukan hasil kali kelarutannya.
pembelajaran. Tahap relating berguna Tahap experiencing mampu
untuk menarik dan memusatkan perhatian menciptakan kegiatan belajar bermakna
siswa. Guru diharapkan mampu karena siswa dapat menemukan konsep-
menggugah rasa keingintahuan siswa konsep yang mereka pelajari melalui
dengan mengaitkan pengetahuan baru siswa kegiatan praktikum dan menggali informasi
dengan situasi nyata. dari sumber belajar lain. Guru memberikan
bantuan kepada siswa pada awal tahap
Experiencing (mengalami) experiencing kemudian guru mengurangi
Experiencing merupakan belajar dalam bantuan tersebut dan memberikan
konteks kegiatan penggalian (exploration), kesempatan kepada siswa untuk mengambil
penemuan (discovery), dan penciptaan alih tanggung jawab penemuan
(invention). Pembelajaran akan efektif pengetahuan baru.
ketika siswa dapat menggunakan alat bahan
dalam kegiatan penemuan (Bjornavold, Applying (menerapkan)
2000; Falk & Dierking, 2000). Belajar Applying merupakan belajar yang
adalah suatu kegiatan “mengalami”, peserta menekankan pada kegiatan
didik berproses secara aktif dengan hal mendemostrasikan pengetahuan yang
yang dipelajari dan berupaya melakukan dimiliki dalam konteks dan
eksplorasi terhadap hal yang dikaji, pemanfaatannya (Suprijono, 2009). Siswa
dinyatakan dapat menerapkan konsep jika merupakan tahap penting dalam strategi
mereka dapat menggunakan pengetahuan pembelajaran kontekstual (Davtyan, 2014).
dalam pemecahan masalah. Guru dapat Siswa yang belajar secara individual
memotivasi siswa dengan menyediakan kadang tidak dapat memperlihatkan
masalah nyata dan bersesuaian dengan perkembangan yang signifikan dalam
kehidupan sehari-hari (Gerlai, 1998). penyelesaian masalah dibandingkan dengan
Dengan demikian, siswa memahami dari siswa yang belajar dalam kelompok
apa yang mereka alami saat kegiatan (Crawford, 2001; Borko & Mayfield,
pembelajaran tidak belajar dengan 1995). Cooperating menjadi tahap penting
menghafal. Pembelajaran dengan untuk membantu siswa yang kesulitan
menghafal tidak banyak membantu siswa belajar secara individual. Hal ini
dalam mendapatkan pengetahuan, akan dimungkinkan karena kerjasama dalam
tetapi pembelajaran harus bermakna agar kelompok memungkinkan adanya
siswa dapat menyelesaikan masalah dalam bimbingan dari teman yang lebih kompeten
kehidupannya (Suyono & Hariyanto, 2011). dalam membantu siswa memahami materi
Pengetahuan yang diperoleh dari pembelajaran. Dalam kehidupan
kegiatan praktikum menentukan kelarutan selanjutnya, pengalaman ini akan
NaCl dapat digunakan mencari hubungan membantu mereka di dalam lingkungan
kelarutan (s) dengan hasil kali kelarutan pekerjaan untuk berkomunikasi secara
(Ksp). Siswa diminta untuk menuliskan efektif, berbagi informasi baik, dan bekerja
persamaan dan tetapan kesetimbangan yang dengan nyaman dalam sebuah tim (Powers
terjadi dalam larutan jenuh. Guru dapat & Guan, 2000). Tahap cooperating dapat
mengklarifikasi bahwa tetapan dilakukan melalui kegiatan-kegiatan
kesetimbangan dari kesetimbangan garam praktikum, diskusi, analisis data, maupun
sukar larut disebut sebagai tetapan hasilkali telaah literatur oleh siswa dalam kelompok
kelarutan (Ksp). Konsentrasi kecil.
kesetimbangan ion-ion dalam larutan dapat Guru akan membahas mengenai
dikaitkan dengan kelarutan garam yaitu pengaruh ion senama terhadap kelarutan.
bersesuaian dengan stoikiometri reaksi. Guru meminta siswa dalam kelompok
Jika kelarutan garam dinyatakan dengan s, untuk melakukan kegiatan praktikum
maka secara umum hubungan kelarutan (s) kelarutan suatu elektrolit jika terdapat
dengan tetapan hasil kali kelarutan (Ksp) sumber lain dari ion senama dalam larutan.
untuk garam AxBy dapat dinyatakan sebagai Dari kegiatan praktikum tersebut guru
berikut: meminta siswa untuk: 1) menghitung
kelarutan dan hasil kali kelarutan elektrolit
AxBy (aq) xAy+(aq) + yB x+(aq) (1) tersebut. 2) mendiskusikan pengaruh
s xs ys keberadaan ion senama dalam larutan
terhadap kelarutan elektrolit. 3)
Ksp = [Ay+]x [Bx-]y (2) mempresentasikan hasil diskusi.
= (xs)x (ys)y Tahap cooperating memungkinkan
= xx yy s(x+y) interaksi multi arah, sehingga kegiatan
pembelajaran di kelas tidak hanya
Setelah mengetahui hubungan kelarutan didominasi oleh guru melainkan siswa.
dengan tetapan kelarutan, siswa diminta Selain itu, tahap cooperating juga melatih
untuk mengerjakan soal yang berkaitan. siswa untuk bertanggung jawab mencari
pengetahuan baru serta percaya diri pada
Cooperating (bekerja sama) kemampuannya sendiri.
Cooperating adalah belajar dalam
konteks saling berbagi, menanggapi, dan
berkomunikasi diantara siswa. Tahap ini