Anda di halaman 1dari 7

|1

Indonesian Journal of Science and Education


Volume 1, Nomor 1, Oktober 2017, pp: 1~7
p-ISSN: 2598-5213, e-ISSN: 2598-5205
e-mail: ijose@untidar.ac.id, website: jurnal.untidar.ac.id/index.php/ijose

STRATEGI REACT DALAM PEMBELAJARAN KIMIA SMA

Riva Ismawati
Universitas Tidar, Jalan Kapten Suparman No.39, Magelang 56116, Telp (0293) 364113
e-mail: rivaismawati@untidar.ac.id

Received: 4 September 2017 Revised: 4 Oktober 2017 Accepted: 19 Oktober 2017

ABSTRAK
Kegiatan pembelajaran kimia di kelas kurang bermakna karena materi kimia memuat konsep yang
bersifat teoritis, abstrak, dan tidak nyata. Kegiatan pembelajaran kimia perlu diarahkan pada kegiatan
aktif siswa dengan mengaitkan materi pembelajaran dengan situasi nyata. Artikel ini merupakan
gagasan mengenai penerapan strategi pembelajaran REACT. Strategi REACT merupakan
implementasi pendekatan pembelajaran kontekstual melaui tahap-tahapannya yaitu relating
(mengaitkan), experiencing (mengalami), applying (menerapkan), cooperating (bekerja sama),
transferring (memindahkan). Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mendiskripsikan penerapan
kegiatan pembelajaran aktif menggunakan strategi REACT pada pembelajaran kimia.

Kata Kunci: pembelajaran aktif, pembelajaran contextual, strategi REACT

ABSTRACT
Chemistry learning activities in the classroom is less meaningful because it contains concepts that are
theoretical, abstract, and unreal. Chemical learning activities should be directed to students active
activities by linking learning materials with real situations. This article is an idea of applying REACT
learning strategies. REACT strategy is the implementation of contextual learning approach through its
stages of relating, experiencing, applying, cooperating, transferring. The purpose of writing this
article is to describe the application of active learning activities using REACT strategy on chemistry
learning.

Keywords: active learning,contextual learning, REACT strategy

PENDAHULUAN diskusi yang dilakukan kurang menarik dan


menjenuhkan, (3) metode mengajar guru
Materi kimia dianggap sulit untuk kurang bervariasi dan inovatif.
dipahami siswa SMA karena kimia memuat Belajar terjadi ketika siswa memperoleh
banyak konsep-konsep yang menyangkut informasi dan pengetahuan baru. Otak akan
reaksi dan perhitungan kimia yang bersifat memprosesnya, sehingga informasi dan
abstrak. Materi kimia merupakan materi pengetahuan tersebut tersimpan dalam
yang relatif baru bagi siswa SMA kelas X. ingatan. Kegiatan pembelajaran di kelas
Pada saat SMP, siswa hanya sedikit perlu dirancang agar proses belajar siswa
mendapat materi kimia yang tergabung dapat terjadi. Pembelajaran kontekstual
dalam pelajaran IPA. Menurut Sunyono et merupakan suatu pendekatan pembelajaran
al. (2009) rendahnya aktifitas, minat, dan yang mengaitkan materi pembelajaran
hasil belajar kimia siswa dapat disebabkan dengan situasi kehidupan nyata.
oleh (1) guru tidak memberikan Pembelajaran yang demikian akan
pengalaman secara langsung, (2) kegiatan membantu otak untuk menyimpan

Indonesian Journal of Science and Education, Volume 1, Nomor 1, Oktober 2017


|2

pengetahuan baru tidak hanya dalam Langkah-langkah pembelajaran yang


memori jangka pendek tetapi juga memori dirasa baru bagi siswa akan menambah
jangka panjang (Davtyan, 2014). minat siswa dalam belajar, sehingga dapat
Pembelajaran di Indonesia pada mengoptimalkan pencapaian kompetensi
umumnya hanya menonjolkan hafalan dan dasarnya (Berlyne, 1960 dalam Saptorini &
tidak disertai pemahaman mendalam yang Mursiti, 2007). Salah satu strategi
bisa diterapkan ketika berhadapan dengan berdasarkan pembelajaran kontekstual yang
situasi nyata (Muslich, 2007). Pembelajaran dapat diterapkan dalam pembelajaran kimia
yang berorientasi pada penguasaan materi SMA adalah strategi REACT.
terbukti berhasil dalam kompetisi Strategi pembelajaran REACT
mengingat jangka pendek tetapi gagal merupakan strategi pembelajaran aktif yang
membekali siswa memecahkan persoalan terdiri dari relating, experiencing, applying,
dalam kehidupan jangka panjang (Suyanti, cooperating, transfering. Trianto (2017)
2010). menyatakan bahwa strategi pembelajaran
Ilmu kimia merupakan ilmu yang aktif bertujuan untuk menumbuhkan jiwa
diperoleh dan dikembangkan berdasarkan kemandirian dan kreativitas belajar siswa
eksperimen untuk mencari jawaban atas sehingga siswa mampu menciptakan
pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana inovasi. Crawford (2001) menyatakan
fenomena terjadi di alam (Depdiknas, bahwa lima bentuk strategi REACT
2003). Hal tersebut menuntut pembelajaran merupakan lima aspek yang menjadi satu
kimia di kelas perlu diarahkan pada kesatuan yang tidak terpisahkan dalam
kegiatan yang mendorong siswa aktif. Guru pelaksanaan pembelajaran. Strategi
dituntut untuk merancang strategi REACT dilaksanakan dengan
pembelajaran yang kreatif dan inovatif agar menghubungkan materi pembelajaran di
siswa mampu menemukan pengetahuan kelas dengan konteks kehidupan sehari-hari
barunya sendiri. Strategi pembelajaran (relating), melakukan pencarian dan
yang diterapkan tersebut haruslah penyelidikan secara aktif oleh siswa untuk
mempertimbangkan karakteristik siswa, mendapatkan makna konsep yang
materi kimia, serta kondisi / fasilitas yang dipelajari, mempresentasikan pembelajaran
dimiliki sekolah. dalam pemanfaatan (applying),
Kualitas pengalaman siswa pada saat memberikan kesempatan kepada siswa
belajar sangat ditentukan oleh motivasi dari belajar melalui kerjasama (cooperating),
siswa yang bersangkutan untuk serta memanfaatkan pengetahuan dalam
menemukan sendiri. Dengan demikian, penyelesaian masalah dalam kehidupan
diperlukan suatu strategi pembelajaran sehari-hari (transferring).
kimia yang diharapkan mampu Tulisan ini membahas mengenai
meningkatkan motivasi siswa dalam penerapan strategi REACT sebagai
mencari dan menemukan pengetahuan implementasi strategi berjenjang
baru. Strategi belajar-mengajar merupakan pembelajaran kontekstual dalam berbagai
pola perencanaan kegiatan siswa-guru lingkungan tempat belajar, baik di kelas
dalam perwujudan kegiatan belajar maupun laboratorium pada mata pelajaran
mengajar untuk mencapai tujuan kimia SMA. Selain itu, tulisan ini juga
pendidikan. Suyanti (2010) menyatakan bertujuan mendorong guru untuk
bahwa strategi pembelajaran dapat merancang pembelajaran aktif sehingga
diartikan sebagai perencanaan guru dalam tujuan pembelajaran dapat tercapai.
pembelajaran di kelas yang mencerminkan
setiap komponen pembelajaran saling METODE PENELITIAN
terkait satu sama lain, tersusun sistematik,
sehingga tujuan pembelajaran yang telah Metode penulisan bersifat studi
ditetapkan dapat tercapai. pustaka. Artikel mengenai strategi REACT

Indonesian Journal of Science and Education, Volume 1, Nomor 1, Oktober 2017


|3

dikumpulkan dan dikaji. Informasi yang afektif, psikomotor berturut turut sebesar
diperoleh dari artikel tersebut kemudian 75,52, 80,56, dan 81,56. Kelas kontrol
disusun menjadi sebuah tulisan. mendapat rata rata hasil belajar kognitif,
afektif, psikomotor berturut turut sebesar
HASIL DAN PEMBAHASAN 67,14, 71,16, dan 75,52. Hasil belajar kelas
eksperimen lebih unggul dari kelas kontrol.
Gallagher (2007) menyampaikan bahwa Hal ini dimungkingkan karena (1) siswa
paradigma baru dalam pembelajaran kimia terbiasa berperan aktif mengkontruksikan
adalah pembelajaran dimana guru lebih konsep-konsep yang dipelajari, sehingga
banyak memberikan pengalaman belajar terjadi peningkatan pemahaman bukan
kepada siswa dan membimbing siswa agar ingatan, (2) siswa dihadapkan dengan
dapat menggunakan pengetahuan tersebut kegiatan pembelajaran yang
dalam kehidupan sehari-hari siswa. Siswa membangkitkan rasa keingintahuan untuk
tidak hanya dituntut untuk lebih banyak melakukan penyelidikan, sehingga siswa
mempelajari konsep dan prinsip sains dapat menemukan sendiri jawaban dan
secara verbalis, hafalan, pengenalan rumus- mengkomunikasikannya kepada orang lain.
rumus, dan pengenalan istilah melalui Penerapan REACT dengan metode
serangkaian latihan secara verbal. experimen dan penyelesaian masalah juga
Berdasarkan pendapat Gallagher tersebut, menunjukkan pengaruh kemampuan
guru dapat menggunakan pendekatan analisis terhadap prestasi belajar kognitif
kontekstual dalam kegiatan pembelajaran. siswa. Prestasi kognitif siswa kemampuan
Suyanti (2010) menyatakan bahwa guru analisis tinggi lebih baik daripada siswa
seharusnya mengaitkan materi dengan kemampuan analisis reandah
pembelajaran dengan situasi dunia nyata (Durotulaila et al., 2014).
siswa dan mendorong siswa membuat Menurut Navarra (2006) strategi
hubungan antara pengetahuan yang REACT berhasil diterapkan dalam
dimilikinya dengan penerapannya dalam pembelajaran kontekstual jika (1) aktifitas
kehidupan sehari hari. pembelajaran yang dilakukan berkaitan
Davtyan (2014) menyatakan bahwa dengan kehidupan siswa sehari-hari, (2)
pembelajaran berdasarkan pendekatan siswa termotivasi untuk mendapatkan data
kontekstual harus disusun untuk yang diperlukan, (3) siswa mendapat
mendorong lima tahap penting bentuk kesempatan untuk menerapkan
pembelajaran yaitu relating (mengaitkan), pengetahuan, (4) siswa belajar secara
experiencing (mengalami), applying kooperatif, (5) guru membantu siswa dalam
(menerapkan), cooperating (bekerja sama), mentransfer pengetahuan dalam konteks
dan transferring (memindahkan). Lima yang lain. Berikut akan dibahas mengenai
tahap pembelajaran tersebut lebih dikenal penerapan tahap-tahap strategi REACT
sebagai strategi REACT. dalam pembelajaran kimia SMA. Penulis
Strategi REACT yang merupakan memberikan contoh penerapan strategi
bentuk implementasi pendekatan REACT dalam materi kelarutan dan hasil
kontekstual sangat sesuai untuk diterapkan kali kelarutan.
dalam pembelajaran kimia. Strategi
REACT dapat dipadukan dengan berbagai Relating (mengaitkan)
model dan metode pembelajaran. Ismawati Relating merupakan belajar dalam
et. al. (2013) telah menggunakan model konteks mengaitkan pengetahuan baru
inkuiri dengan strategi REACT dalam dengan pengalaman hidup (Suprijono,
pembelajaran kimia. Kelas eksperimen 2009; Johnson, 2002). Dalam
yang memperoleh pembelajaran dengan menggunakan strategi ini, guru harus
model inkuiri berstrategi REACT mengaitkan materi yang dipelajari dengan
memperoleh rata rata hasil belajar kognitif, sesuatu yang sudah familiar oleh siswa

Indonesian Journal of Science and Education, Volume 1, Nomor 1, Oktober 2017


|4

(Power & Guan, 2000). Konteks perlu berusaha menemukan dan menciptakan hal
dirancang guru untuk membantu peserta yang baru dari apa yang dipelajari
didik agar apa yang dipelajari bermakna. (Suprijono, 2009). Siswa membangun dan
Seperti yang dinyatakan Dahar (1988) menemukan konsep melalui kegiatan
dalam Trianto (2007) belajar bermakna praktikum maupun menggali informasi dari
akan terjadi jika informasi baru yang sumber belajar lainnya. Kegiatan praktikum
diperoleh siswa sesuai dengan konsep- maupun membaca buku yang dilakukan
konsep relevan yang terdapat dalam siswa harus berada dalam jangkauan
struktur kognitif seseorang. Hal tersebut perkembangan kognitif. Hal tersebut sesuai
juga bersesuaian dengan pendapat Piaget dengan teori Vygotsky bahwa proses
bahwa siswa akan lebih mudah mencerna pembelajaran akan berlangsung ketika
konsep dan pengetahuan baru apabila di siswa bekerja maupun menangani tugas
dalam dirinya sudah terdapat struktur dan yang belum dipelajari selama tugas tersebut
strata intelektual (Sunyono et al., 2009). masih berada dalam jangkauan
Dengan demikian guru dapat menggunakan perkembangan kognitif mereka. Dengan
pengetahuan lama siswa dalam membangun kata lain, tugas yang dikerjakan masih
pengetahuan baru dan menggugah minat berada sedikit di atas daerah tingkat
siswa terhadap topik yang dipelajari. perkembangan seseorang atau disebut
Sebagai contoh guru akan membahas sebagai zone of proximal development
mengenai pengertian kelarutan. Guru dapat (Nur, 2008).
menggiring pikiran siswa melalui Pada tahap strategi REACT
pertanyaan yang berkaitan dengan situasi sebelumnya, yaitu relating, siswa sudah
lingkungan nyata, seperti: 1) Apabila kita dapat menejelaskan pengertian kelarutan.
melarutkan satu sendok teh gula ke dalam Pada tahap experiencing siswa diberi
segelas air, kemudian diaduk, apa yang pengalaman belajar secara langsung
terjadi?. 2) Apabila gula ditambah terus melalui kegiatan praktikum menentukan
menerus, apa yang akan terjadi? kelarutan NaCl. Kegiatan praktikum
Jawaban siswa terhadap pertanyaan tersebut dirancang agar siswa mampu
guru tersebut dapat dirangkum menjadi menjelaskan sifat larutan jenuh, kelarutan
suatu pengertian kelarutan. Tahap relating suatu garam dalam pelarut air, dan
merupakan tahap penting dalam kegiatan menentukan hasil kali kelarutannya.
pembelajaran. Tahap relating berguna Tahap experiencing mampu
untuk menarik dan memusatkan perhatian menciptakan kegiatan belajar bermakna
siswa. Guru diharapkan mampu karena siswa dapat menemukan konsep-
menggugah rasa keingintahuan siswa konsep yang mereka pelajari melalui
dengan mengaitkan pengetahuan baru siswa kegiatan praktikum dan menggali informasi
dengan situasi nyata. dari sumber belajar lain. Guru memberikan
bantuan kepada siswa pada awal tahap
Experiencing (mengalami) experiencing kemudian guru mengurangi
Experiencing merupakan belajar dalam bantuan tersebut dan memberikan
konteks kegiatan penggalian (exploration), kesempatan kepada siswa untuk mengambil
penemuan (discovery), dan penciptaan alih tanggung jawab penemuan
(invention). Pembelajaran akan efektif pengetahuan baru.
ketika siswa dapat menggunakan alat bahan
dalam kegiatan penemuan (Bjornavold, Applying (menerapkan)
2000; Falk & Dierking, 2000). Belajar Applying merupakan belajar yang
adalah suatu kegiatan “mengalami”, peserta menekankan pada kegiatan
didik berproses secara aktif dengan hal mendemostrasikan pengetahuan yang
yang dipelajari dan berupaya melakukan dimiliki dalam konteks dan
eksplorasi terhadap hal yang dikaji, pemanfaatannya (Suprijono, 2009). Siswa

Indonesian Journal of Science and Education, Volume 1, Nomor 1, Oktober 2017


|5

dinyatakan dapat menerapkan konsep jika merupakan tahap penting dalam strategi
mereka dapat menggunakan pengetahuan pembelajaran kontekstual (Davtyan, 2014).
dalam pemecahan masalah. Guru dapat Siswa yang belajar secara individual
memotivasi siswa dengan menyediakan kadang tidak dapat memperlihatkan
masalah nyata dan bersesuaian dengan perkembangan yang signifikan dalam
kehidupan sehari-hari (Gerlai, 1998). penyelesaian masalah dibandingkan dengan
Dengan demikian, siswa memahami dari siswa yang belajar dalam kelompok
apa yang mereka alami saat kegiatan (Crawford, 2001; Borko & Mayfield,
pembelajaran tidak belajar dengan 1995). Cooperating menjadi tahap penting
menghafal. Pembelajaran dengan untuk membantu siswa yang kesulitan
menghafal tidak banyak membantu siswa belajar secara individual. Hal ini
dalam mendapatkan pengetahuan, akan dimungkinkan karena kerjasama dalam
tetapi pembelajaran harus bermakna agar kelompok memungkinkan adanya
siswa dapat menyelesaikan masalah dalam bimbingan dari teman yang lebih kompeten
kehidupannya (Suyono & Hariyanto, 2011). dalam membantu siswa memahami materi
Pengetahuan yang diperoleh dari pembelajaran. Dalam kehidupan
kegiatan praktikum menentukan kelarutan selanjutnya, pengalaman ini akan
NaCl dapat digunakan mencari hubungan membantu mereka di dalam lingkungan
kelarutan (s) dengan hasil kali kelarutan pekerjaan untuk berkomunikasi secara
(Ksp). Siswa diminta untuk menuliskan efektif, berbagi informasi baik, dan bekerja
persamaan dan tetapan kesetimbangan yang dengan nyaman dalam sebuah tim (Powers
terjadi dalam larutan jenuh. Guru dapat & Guan, 2000). Tahap cooperating dapat
mengklarifikasi bahwa tetapan dilakukan melalui kegiatan-kegiatan
kesetimbangan dari kesetimbangan garam praktikum, diskusi, analisis data, maupun
sukar larut disebut sebagai tetapan hasilkali telaah literatur oleh siswa dalam kelompok
kelarutan (Ksp). Konsentrasi kecil.
kesetimbangan ion-ion dalam larutan dapat Guru akan membahas mengenai
dikaitkan dengan kelarutan garam yaitu pengaruh ion senama terhadap kelarutan.
bersesuaian dengan stoikiometri reaksi. Guru meminta siswa dalam kelompok
Jika kelarutan garam dinyatakan dengan s, untuk melakukan kegiatan praktikum
maka secara umum hubungan kelarutan (s) kelarutan suatu elektrolit jika terdapat
dengan tetapan hasil kali kelarutan (Ksp) sumber lain dari ion senama dalam larutan.
untuk garam AxBy dapat dinyatakan sebagai Dari kegiatan praktikum tersebut guru
berikut: meminta siswa untuk: 1) menghitung
kelarutan dan hasil kali kelarutan elektrolit
AxBy (aq) xAy+(aq) + yB x+(aq) (1) tersebut. 2) mendiskusikan pengaruh
s xs ys keberadaan ion senama dalam larutan
terhadap kelarutan elektrolit. 3)
Ksp = [Ay+]x [Bx-]y (2) mempresentasikan hasil diskusi.
= (xs)x (ys)y Tahap cooperating memungkinkan
= xx yy s(x+y) interaksi multi arah, sehingga kegiatan
pembelajaran di kelas tidak hanya
Setelah mengetahui hubungan kelarutan didominasi oleh guru melainkan siswa.
dengan tetapan kelarutan, siswa diminta Selain itu, tahap cooperating juga melatih
untuk mengerjakan soal yang berkaitan. siswa untuk bertanggung jawab mencari
pengetahuan baru serta percaya diri pada
Cooperating (bekerja sama) kemampuannya sendiri.
Cooperating adalah belajar dalam
konteks saling berbagi, menanggapi, dan
berkomunikasi diantara siswa. Tahap ini

Indonesian Journal of Science and Education, Volume 1, Nomor 1, Oktober 2017


|6

Transferring (Memindahkan) DAFTAR PUSTAKA


Transferring merupakan kegiatan
pembelajaran dimana guru memberikan Bjornavold, J. (2000). Making Learning
bantuan kepada siswa untuk menggunakan visible: Identification, Assesment and
apa yang telah mereka pelajari dan Recognition of Non-Formal Learning in
menerapkannya dalam situasi atau konteks Europe : ERIC.
baru (Lent et al., 2001). Kegiatan
pembelajaran diarahkan untuk menganalisis Borko, H., & Mayfield, V. (1995). The
dan memecahkan permasalahan sehari hari Roles of the Cooperating Teacher and
degan menggunakan pengetahuan yang University Supervisor in Learning to
telah dimiliki siswa. Tahap transferring Teach. Teaching and Teacher
dapat bersifat horizontal dan vertikal. Education, 11(5), 501-518.
Transfer bersifat horizontal, yaitu apabila
apa yang dipelajari siswa dapat digunakan Crawford, M. (2001). Teaching
untuk situasi-situasi lain yang bersamaan Contextually: Research, rationale, and
atau setaraf tingkatmya. Transfer vertical techniques for Improving Students
yaitu apa yang dipelajari dapat digunakan Motivation and Achievement in
untuk mencapai prinsip yang lebih tinggi Mathematics and Science. Texas: CCI
(Nasution, 2000). Publishing.
Pada tahap transferring siswa diminta
untuk mengkaji beberapa penenarapan Durotulaila, A., H., Masykuri, M., &
konsep kelarutan dalam kehidupan sehari- Mulyani, B. (2014). Pengaruh Model
hari melalui kegiatan diskusi kelompok. Pembelajaran REACT (Relating,
Misalnya penambahan senyawa fluoride ke Experiencing, Applying, Cooperating,
dalam pasta gigi. Siswa diminta mengkaji transferring) dengan Metode Experimen
senyawa fluorida apa yang ditambahkan dan Penyelesaian Masalah Terhadap
dalam pasta gigi, manfaat senyawa fluorida Prestasi Belajar Ditinjau dari
ditambahkan dalam pasta gigi. kemampuan Analisis Siswa. Jurnal
Pendidikan Kimia (JPK), 3(4),66-74.
SIMPULAN
Davtyan, R. (2014). Contextual Learning.
Materi kimia akan lebih mudah ASEE Zone I Conference. USA:
dipahami oleh siswa jika kegiatan University of Bridgeport.
pembelajaran di kelas dikaitkan dengan
situasi nyata. Kegiatan pembelajaran Depdiknas. (2003). Standar Kompetensi
dikelas akan sangat bergantung pada guru. Mata Pelajaran Kimia SMA dan MA.
Guru harus tepat dalam memilih strategi Jakarta: Pusat kurikulum Balitbang.
pembelajaran yang disesuaikan dengan
materi, kondisi siswa, dan fasilitas sekolah. Falk, J. H., & Dierking, L., D. (2000).
Strategi REACT merupakan perencanaan Learning from Museums: Visitors
kegiatan siswa guru yang dirasa tepat untuk Experiences and The Making of
menyampaikan materi kimia SMA. Strategi Meaning. Altamira Press.
REACT merupakan implementasi dari
pendekatan pembelajaran kontekstual yang Gallagher, J., J. (2007). Teaching Science
mampu melibatkan siswa secara aktif for Understanding: A Practical Guide
melalui tahap-tahapannya. Penulis berharap for School Teachers. New Jersey:
guru mampu merancang serta menerapkan Pearson Merril Prentice Hall.
strategi REACT dalam materi kimia yang
lain selain materi kelarutan dan hasil kali Gerlai, R. (1998). Contextual learning and
kelarutan. Cue Association in Fear Conditioning in

Indonesian Journal of Science and Education, Volume 1, Nomor 1, Oktober 2017


|7

Mice: A Strain Comparisonand A Surabaya: Pusat Sains dan Matematika


Lesion Study. Behavioural Brain Unesa.
Research, 95(2), 191-203.
Powers, S., & Guan, S. (2000). Examining
Ismawati, R., Saptorini, & Wijayati, N. The Range of Student needs in The
(2013). Pengaruh Model Pembelajaran Design and Development of A Web-
Inkuiri Berstrategi REACT terhadap Based Course. Instructional and
Hasil Belajar Kimia Siswa SMA kelas Cognitive Impacts of Web-Based
XI. Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Educatio, 200-216.
7(1), 1044-1050.
Saptorini, & Mursiti, S. (2007) Chemistry
Johnson, E., B. (2002). Contextual Instruction in High School based on
Teaching and Learning: What It Is And Competence Based Curriculum by
Why It’s Here to Stay. Corwin-Volume Inquiry-based Learning Associated with
Discount. Contectual Teaching and Leraning in
The Small Grup. Jurnal Inovasi
Lent, R., W., Brown, S., D., Brenner, B., Pendidikan Kimia, 1, 71-76.
Chopra, S., P., Davis, T., Talleyrand, R.,
& Suthakaran, V. (2001) The role of Sunyono, Wirya, I. W., Suyanto, E., &
Contextual Supports and Barriers in The Suyadi, G. (2009). Identifikasi Masalah
Choice of Math/Science Educational Kesulitan dalam Pembelajaran Kimia
options: A Test of Social Cognitive SMA Kelas X di Provinsi Lampung.
Hypotheses. Journal of Counseling Jurnal Pendidikan MIPA (JPMIPA),
Psychology, 48(4), 474. 10(2), 9-18.

Muslich, M. (2007). KTSP Dasar Suprijono, A. (2009). Cooperative


Pemahaman dan Pengembangan. Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Jakarta: Bumi Aksara.
Suyanti, R., D. (2010). Strategi
Nasution. (2000). Berbagai pendekatan Pembelajaran Kimia. Yogyakarta:
dalam Proses belajar dan Mengajar. Graha Ilmu.
Jakarta: bumi Aksara.
Suyono & Hariyanto. (2011). Belajar dan
Navarra, A. (2006). Achieving Pedagogical Pembelajaran. Bandung : Remaja Rosda
Equity in the Classroom. Cord Karya.
Publishing
Trianto. (2007). Model-model
Nur, M. (2008). Pengajaran Berpusat Pembelajaran Inovatif Berorientasi
kepada Siswa dan Pendekatan Kontruktivistik. Jakarta: Prestasi
Konstruktivistik dalam Pengajaran. Pustaka.

Indonesian Journal of Science and Education, Volume 1, Nomor 1, Oktober 2017

Anda mungkin juga menyukai