Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pekerja merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap
produksi, disamping faktor lain yang menunjang proses produksi seperi
keterampilan, waktu dan modal yang dimiliki. Sebagai tenaga kerja, pekerja
memiliki hak-hak pekerja yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 13
tahun 2013 tentang Ketenagakerjaan, diantaranya adalah hak atas kesehatan
pada dirinya. Tenaga kerja sebagai salah satu aset penting yang dibutuhkan
perusahaan dalam menjalankan aktivitas produksinya (Olusegun et al., 2014).
Kesehatan dan tenaga kerja merupakan satu kesatuan yang tidak bisa
dipisahkan, salah satunya adalah pemenuhan gizi kerja yang sesuai dengan
status gizi setiap pekerja dan beban kerjanya untuk mencapai dan
meningkatkan efisiensi serta produktivitas kerja.
Pekerja sama halnya dengan masyarakat umum yang berhak untuk
mendapatkan persamaan hak-hak dasar, salah satunya hak untuk dapat hidup
sehat. Kebijakan pembangunan kesehatan seperti yang tercantum dalam SDGs
(Sustainable Development Goals) juga ditujukan untuk mewujudkan derajat
kesehatan masyarakat yang optimal, termasuk bagi masyarakat tenaga kerja.
Beragamnya masalah gizi tenaga kerja adalah tantangan yang harus dihadapi
dan dikendalikan seoptimal mungkin. Berbagai faktor yang memengaruhi
keadaan gizi tenaga kerja seperti jenis kegiatan (beban kerja), faktor internal
tenaga kerja (jenis kelamin, usia, keadaan fisiologis, tingkat kesehatan dan
kebiasaan makan) serta lingkungan kerja (meliputi: fisik, kimia, biologi,
fisiologi, psikologi dan ergonomi).
Gizi kerja merupakan salah satu faktor yang memengaruhi tingkat
kesehatan dan produktivitas pekerja. Secara khusus, gizi adalah zat yang
terkandung dalam makanan yang bersumber dari bahan makanan yang
diperlukan oleh pekerja untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan jenis
pekerjaan dan lingkungan kerjanya. Manfaat yang diharapkan dari pemenuhan
gizi kerja ialah untuk meningkatkan dan mempertahankan ketahanan tubuh
serta menyeimbangkan kebutuhan gizi dan kalori terhadap tuntutan tugas
kerja.
Prestasi pekerja dapat ditentukan oleh status gizi pekerja. Kecukupan
dan distribusi kalori yang seimbang selama bekerja dapat membuat pekerja
lebih berenergi selama bekerja dan melakukan pekerjaan dengan baik.
Seseorang yang berstatus gizi kurang tidak mungkin mampu bekerja dengan
hasil yang maksimal karena prestasi kerja dipengaruhi oleh derajat kesehatan
seseorang. Pekerja yang sehat akan bekerja lebih giat, produktif, dan teliti
sehingga dapat mencegah kecelakaan yang mungkin terjadi saat bekerja.
Status gizi memengaruhi produktivitas pekerja. Ketika perusahaan
ingin memaksimalkan produktivitas pekerja, perusahaan tersebut perlu
memberikan makanan yang bergizi atau memberikan kemudahan terhadap
akses makanan sehat. Selain itu, tempat kerja juga dapat dijadikan inisiatif
penyediaan makanan yang sehat dan pendidikan terkait gizi. Penyelenggaraan
makanan sebaiknya didasarkan atas kebutuhan akan zat gizi pekerja agar
memperoleh tingkat kesehatan yang optimal.
Status gizi yang dimiliki pekerja memiliki kaitan erat dengan
produktivitas (Atiqoh, 2014). Keberadaan gizi kerja penting karena status gizi
akan merepresentasikan kualitas fisik serta imunitas pekerja, sebagai
komponen zat pembangun dan masukan energi ketika tubuh merasa lelah
akibat bekerja, serta dapat meningkatkan motivasi atau semangat dalam
bekerja yang akan menentukan produktivitas kerja.
Penekanan konsep gizi kerja sebagai manfaat kesejahteraan ialah
untuk manfaat sosial-ekonomi, yaitu kebutuhan untuk meningkatkan
produktivitas. Pada tahun 1971, Internasional Labour Organization (ILO)
Bersama World Health Organization (WHO) dan Food and Agriculture
Organization (FAO) memeriksa keadaan gizi pekerja. Hasil pemeriksaan
keadaan gizi tersebut kemudian menghasilkan rekomendasi utama: “Bahwa
pemerintah seyogianya mengeluarkan hukum dan peraturan yang mewajibkan
pembentukan program pemberian makan bagi pekerja dengan maksud
meningkatkan Kesehatan, kesejahteraan, dan produktivitas pekerja. Hukum
dan peraturan tersebut harus tersebut memiliki tujuan pemberian makan yang
memadai kepada pekerja dan keluarganya. Harus dirancang untuk merangsang
pembentukan layanan makanan yang tepat dan harus mengakui keterbatasan
ekonomi pekerja, usaha, industry dan negara.”
Stres adalah kondisi ketegangan yang berpengaruh terhadap emosi,
jalan pikiran dan kondisi fisik seseorang. Stres yang tidak diatasi dengan baik
biasanya berakibat pada ketidakmampuan seseorang berinteraksi secara
positif dengan lingkungannya baik dalam arti lingkungan pekerjaan maupun
di luarnya. Artinya karyawan yang bersangkutan akan menghadapi
berbagai gejala negative yang pada gilirannya berpengaruh pada prestasi
kerjanya
Stres yang sering dialami oleh karyawan akibat lingkungan yang di
sekitar tempat bekerjaakan mempengaruhi prestasi kerjanya, sehingga
organisasi atau perusahaan perlu untuk meningkatkan atau mengkaji mutu
organisasional bagi para pegawai. Menurunnya stres yang dialami pegawai
pasti akan meningkatkan kesehatan atau mutu di dalam organisasi. Stres kerja
dapat berakibat positif (eustress) yang dibutuhkan guna menghasilkan prestasi
yang tinggi, namun seringkali stres kerja lebih banyak merugikan pegawai
ataupun perusahaan (Munandar, 2008: 374). Dampak negatif (Distress) yang
diakibatkan oleh stres kerja dapat berupa gejala fisik, maupun psikis. Gejala
fisiologis mengacu pada perubahan metabolisme, meningkatnya tekanan
darah, penyebab serangan jantung, dan sering timbulnya sakit kepala,
sedangkan untuk gejala psikologis bisa berupa cemas, depresi, gelisah, gugup,
dan agresif terhadap orang lain.
Di lingkungan kerja, terdapat beberapa kendala yang dihadapi oleh
pekerja untuk mendapatkan makanan sehat. Akses terdapat makanan sehat
sering kali tidak dapat diperoleh pekerja. Beberapa pekerja tidak dapat
mengonsumsi makanan dengan kalori yang cukup melakukan pekerjaan berat.
Terkadang pekerja juga tidak memiliki waktu untuk makan, tidak ada tempat
untuk makan, atau bahkan tidak ada uang untuk membeli makan. Jika
perusahaan memiliki kantin, belum tentu menawarkan pilihan makanan yang
sehat dan bervariasi. Maka, diperlukan manajemen untuk mengatasi kendala
tersebut yang mencakup biaya, tempat, waktu, kenyamanan, dan aksesibilitas
dalam membuat intervensi makanan ditempat kerja yang sesuai dengan
pronsip gizi dan Kesehatan (Puslitbang Gizi Bogor, 2001).

Penyelenggaraan makanan memiliki tujuan untuk menghasilkan


makanan yang berkualitas baik, bervariasi, memenuhi kecukupan gizi.
Apabila manajemen penyelengaraan makanan baik maka pangan yang
tersedia bagi seseorang atau sekelompok orang dapat tercukupi dengan baik
pula (Agharisty et al., 2013).

Penyelenggaraan makanan terdiri dari rangkaian-rangkaian kegiatan


dari perencanaan menu hingga menu sampai ke konsumen atau
pendistribusian menu, yang meliputih kegiatan pencatatan, pelaporan dan
evaluasi guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Penyelenggaraan
makanan adalah program yang terdiri dari perencanaan, pengadaan,
penyimpanan bahan makanan, pengolahan bahan makanan dan pengadaan
bahan makanan secara massal (Ratoa & Siregar, 2014).

Terdapat fungsi manajemen pada penyelenggaraan makanan yang


berada di sebuah institusi, fungsi tersebut mencakup perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan (Agharisty et al., 2013).
Dalam suatu institusi penyelenggaraan makanan massal, menu
merupakan sebuah rangkaian dari berbagai masakan yang disajikan untuk
seseorang atau kelompok dalam satu kali makan. Perencanaan menu pada
penyelenggaraan makanan memiliki tujuan untuk sebagai pedoman dalam
kegiatan pengolahan makanan massal, memberikan variasi dan kombinasi
hidangan, penyusuaian terhadap anggaran biaya makan (Ratoa & Siregar,
2014).
Perencanaa menu merupakan hal yang cukup sulit karena banyak factor
yang mempengaruhi proses perencanaan menu, yaitu (Ratoa & Siregar, 2014):
a. Biaya: biaya merupakan factor yang cukup mempengaruhi variasi
pada siklus menu, biaya menentukan pengaruh corak menu baik menu
sederhana atau menu mewah.
b. Waktu penyajian: factor ini penting dalam proses penyusunan menu
untuk meningkatkan selera makan, misalnya pada saat siang hari
biasanya diberikan makanan berlemak dan panas untuk meningkatkan
selera makan dan kecocokan menu pada waktu makan.
c. Jumlah orang yang makan: factor ini berkaitan dengan jenis makanan
dan penggunaan bahan makan. Factor ini mempengaruhi terhadap
variasi menu dan kesulitan menu yang dibuat, jika dalam
penyelenggaraan makanan terdapat banyak orang yang dilayani maka
menu yang disajikan ialah menu yang mudah dibuatnya dan tidak
memakan banyak waktu, kecuali jika peralatan, sarana, dan prasarana
memupuni dan tenaga kerja juga mencukupi, dapat
mempertimbangkan penyusunan menu dengan menu yang cukup
memakan waktu lama pada saat proses pengolahan. Dan juga
sebainya menyesuaikan jumlah bahan dan jumlah orang.
d. Pemakaian bahan: faktor ini perlu diperhatikan untuk tidak
mendapatkan kesulitaan pada saat proses pengadaan bahan makanan.
e. Kombinasi masakan: kombinasi penting agar menu yang disajikan
terdapat keselarasan dari kombinasi rupa, rasa, dan warna. Hal ini juga
penting untuk menghindari warna makanan yang monoton dan
akhirnya dapat menurunkan nafsu makan atau satu rasa (asin, pedas,
manis) dan satu rupa (kering, berkuah, cair).
Upaya higiene dan sanitasi makanan pada dasarnya meliputi orang
yang menangani makanan, tempat penyelenggaraan makanan, peralatan
pengolahan makanan, penyimpanan makanan dan penyajian makanan
(Purnomo, 2009 dalam Afriyenti, 2002). Penyelenggaraan makanan yang
higiene dan sehat menjadi prinsip dasar penyelenggaraan makanan institusi.
Makanan yang tidak dikelola dengan baik dan benar oleh penjamah makanan
dapat menimbulkan dampak negatif seperti penyakit dan keracunan akibat
bahan kimia, mikroorganisme, tumbuhan atau hewan, serta dapat pula
menimbulkan alergi. Faktor kebersihan penjamah atau pengelola makanan
yang biasa disebut higiene personal merupakan prosedur menjaga kebersihan
dalam pengelolaan makanan yang aman dan sehat. Prosedur menjaga
kebersihan merupakan perilaku bersih untuk mencegah kontaminasi pada
makanan yang ditangani. Prosedur yang penting bagi pekerja pengolah.

Menurut Fatmawati, dkk. (2013), salah satu prinsip dasar


penyelenggaraan makanan institusi adalah penyelenggaraan makanan yang
menerapkan higiene dan sanitasi sesuai ketentuan yang berlaku. Salah satu
faktor yang mendukung prinsip higiene dan sanitasi penyelenggaraan
makanan adalah faktor kebersihan penjamah makanan atau higiene
perorangan. Higiene perorangan merupakan perilaku bersih, aman dan sehat
penjamah makanan untuk mencegah terjadinya kontaminasi pada makanan
mulai dari persiapan bahan makanan sampai penyajian makanan. Beberapa
prosedur penting bagi penjamah makanan, yaitu cuci tangan sebelum dan
sesudah memegang bahan makanan, memakai alat pelindung diri yang
lengkap dan kebersihan serta kesehatan diri.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
PKL ini merupakan pembelajaran dari kelompok mata kuliah yang
bertujuan untuk memberikan pengalaman belajar untuk meningkatkan
performance mahasiswa agar memperoleh hasil yang efisien, efektif dan
optimal untuk dapat mencapai kompetensi sebagai Sarjana Terapan Gizi di
Bidang Gizi Kerja.

2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran umum lingkungan kerja (perusahaan)
b. Mengetahui status gizi pekerja di perusahaan melalui pengukuran atau
pemeriksaan. antropometri, biokimia, tekanan darah dan stress kerja.
c. Membuat asuhan gizi di lingkungan kerja.
d. Melakukan konseling gizi kepada pekerja yang memiliki kondisi
medis tertentu.
e. Membuat siklus menu sesuai dengan kebijkaan atau kebutuhan
lingkungan kerja.
f. Mengetahui penerapan (system) penyelenggaraan makanan di instansi
kerja dan kantin sehat.
g. Mengetahui manajemen gizi di lingkungan kerja (perusahaan).
h. Melakukan monitoring dan evaluasi di lingkungan kerja.
C. Tempat dan Waktu
Praktik Kerja Lapang mahasiswa Gizi dan Dietetika dilaksanakan di
PT. Sumalindo Lestari Jaya Global, Tbk. Waktu pelaksanaan praktik kerja
lapang mahasiswa Gizi dan Dietetika dilaksanakan selama 20 hari jam kerja
senin - jumat pada tanggal 22 November – 17 Desember tahun 2021.
D. Metode
Metode yang dilaksanakan pada saat kegiatan Praktik Kerja Lapangan
Gizi Kerja di PT. SLJ Global, Tbk menggunakan metode kualitatif dan
kuantitatif.
BAB II

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lingkungan Kerja


1. Gambaran Umum Perusahaan
Perseroan didirikan pada tanggal 14 April 1980, berdasarkan anggaran
dasar secara garis besar Perseroan berusaha dibidang kehutanan, perindustrian
dan bidang pertambangan. Saat ini unit usaha Perseroan dan anak perusahaan
adalah pengelolaan hutan alam, industri kayu lapis, industri MDF (”Medium
Density Fiberboard”) dan power plant.
a. Tahun 1980
Sejak mulai awal dibentuk Perseroan mengkhususkan diri di bidang
kehutanan dan industri perkayuan dengan mengelola 1 areal IUPHHK
(dahulu Hak Pengusahaan Hutan) seluas 132.000 ha dan pabrik kayu lapis
dengan kapasitas produksi 66.000 m3/tahun
b. Tahun 1985
Melakukan penggabungan usaha dengan 4 (empat) Perseroan
perkayuan yakni PT. Rimba Nusantara, PT. Emporium Lumber, PT.
Rimba Lapis Permai dan PT. Gonpu Indonesia Limited. Melalui
penggabungan usaha tersebut Perseroan mendapat tambahan areal hutan
alam seluas 150.000 ha dan kapasitas produksi kayu lapis dan kayu lapis
olahan menjadi 120.000m3/ tahun.
c. Tahun 1986-1987
Memasang fasilitas tambahan yaitu jalur fasilitas produksi kedua
untuk pembuatan produk kayu lapis yang bernilai tinggi, sehingga
kapasitas produksi kayu lapis Perseroan bertambah menjadi 190.000m3
/tahun.
d. Tahun 1989
Melakukan penggabungan usaha dengan PT. Rimba Abadi, dari
penggabungan usaha tersebut Perseroan mendapatkan tambahan areal
hutan alam seluas 110.000 ha. Pada tahun ini juga Perseroan mulai
melakukan diversifikasi usahanya dengan mengembangkan bidang hutan
tanaman.
e. Tahun 1994
Menjadi Perseroan terbuka (Go Publik) melalui Penawaran Umum
25.000.000 saham biasa atas nama kepada masyarakat dan mencatatkan
seluruh saham yang telah dikeluarkan di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Dana
yang dihasilkan dari penawaran umum inimembiayai investasi
pembangunan industri MDF dengan kapasitas produksi 100.000/m3
pertahun serta untuk membiayai pengembangan hutan tanaman Perseroan
dan anak Perseroan.
f. Tahun 1996
Penyelesaian pabrik MDF line I dengan produksi komersial pertama
tahun 1996 dengan tujuan pasar ekspor Negara Asia serta pasar lokal.
g. Tahun 1998
Melakukan Penawaran Umum Terbatas I dalam rangka Penerbitan
Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (Right Issue I) dengan menawarkan
343.750.000 saham. Dana yang dihasilkan untuk mengakuisisi seluruh
saham yang ditempatkan dan disetor di PT. Suryaraya Wahana (PT.
SRW). PT.SRW adalah Perseroan yang memiliki investasi di bidang
industry MDF (MDF Line II) berkapasitas 100.000/m3 dengan spesifikasi
produk berukuran tipis, industri perekat, memiliki ijin industri pulp and
paper serta pengembangan hutan tanaman. Selanjutnya pada tahun yang
sama usaha PT.SRW digabungkan ke dalam Perseroan.
h. Tahun 2002
PT. Astra International Tbk selaku pemegang saham mayoritas
Perseroan 75% menjual seluruh kepemilikan sahamnya kepada PT.
Sumber Graha Sejahtera (PT. SGS). PT. SGS adalah suatu Perseroan yang
telah cukup lama berkecimpung di bidang Perkayuan.

i. Tahun 2006
Januari : Menerima sertifikat FSC yaitu bentuk pengakuan berskala
internasional di bidang pengelolaan hutan lestari di areal Hutan Alam
SLJUnit II.
Juli: Melakukan Penawaran Umum Terbatas II dengan menawarkan
155.713.448 saham dan sebanyak 155.713.488 waran seri I. Dana yang
dihasilkan dari Right Issue II sebagian besar digunakan untuk membiayai
program Strategic Cost Reduction Perseroan (pembangunan Power plant
dan Mini rotary plant ).
j. Tahun 2007
Menyelesaikan pembangunan Power plant yang langsung di
operasikan pada unit operasi MDF Perseroan. Beroperasinya Mini rotary
plant sebagai industri penunjang dari keseluruhan operasi produksi
Perseroan.
k. Tahun 2008
Pembangunan Power plant ke II dengan lokasi di area industri kayu
lapis Perseroan, Loa Janan, Samarinda. Perseroan mengambilalih areal
IUPHHK Hutan Alam PT. Essam Timber yang berlokasi di Kabupaten
Malinau, Provinsi Kalimantan Timur dengan luas 355.800 hektar.
Perseroan melalui anak perusahaan PT. Sumalindo Alam Lestari juga
mengambil alih 99.2 % saham PT. Wana Kaltim Lestari suatu unit usaha
hutan tanaman industry dengan luas 16.280 hektar di propinsi Kalimantan
Timur.
l. Tahun 2009
Pada tahun 2009 Perseroan kembali mendapatkan kepercayaan dari
emerintah dengan memberikan 1(satu) ijin pengelolaan hutan alam seluas
69.765 ha yakni PT. Sumalindo Lestari Jaya Tbk (PT. SLJ Tbk) sesuai SK
438/Menhut-II/2009 tanggal 27 Juli 2009. Areal baru ini berlokasi di
Kabupaten Malinau, Kalimantan Timur, berdampingan dengan areal hutan
alam Perseroan dan anak perusahaan lainnya yakni IUPHHK-HA PT.
SLJ-Unit- II Long Bagun dan areal IUPHHKHA PT. Essam Timber.
m. Tahun 2010
Pada tahun 2010 Perseroan melaksanakan Penawaran Umum Terbatas
(PUT) III pada 24 Maret sampai 30 Maret 2010 dengan melepas saham
sejumlah 1.236.022.311 lembar saham. Pada bulan Desember 2010
Perseroan melakukan divestasi sebagian saham di anak perusahaan PT.
Sumalindo Mitra Resindo.
2. Gambaran Umum Kantin
Kantin yang berada di PT. SLJ Global, Tbk berdiri mulai tanggal 16
November 2005 dan berada bawah naugan koperasi. Kantin PT. SLJ Global,
Tbk berada di dua tempat yaitu di Perusahaan dan site. Kantin melayani
karyawan Borongan, TKM, dan Staff fungsional, dan Kepala departemen
(Ka.Dept) Kantin melayani makan siang untuk karyawan Borongan, TKM,
dan Staff serta makan malam untuk karyawan Borongan dan TKM. Proses
penyelenggaraan makanan dikantin PT. SLJ Global, Tbk terdiri dari
pengadaan bahan makanan, penerimaan bahan makanan, penyimpanana bahan
makanan, persiapan bahan makanan, pengolahan bahan makanan, dan
distribusi makanan,
B. Visi dan Misi
1. Visi
Menjadi Perusahaan terbaik di Indonesia yang bergerak dibidang
pengolahan sumber daya alam, industri kehutanan dan energi yang
menerapkan kaidahkaidah Sustainable Forest Management (SFM) dalam
pengelolaan sumber daya Hutan guna menjamin kelangsungan pasokan
bahan baku industry secara berkelanjutan.
2. Misi
a) Mengelola kelompok usaha industri perkayuan terpadu di bidang kayu
lapis dan kayu lapis olahan, MDF serta produk-produk turunan lainnya
yang berkaitan dengan industri perkayuan serta mempunyai tanggung
jawab sosial.
b) Mengembangkan produk hasil hutan non kayu termasuk pengembangan
dibidang ketahanan pangan, pertambangan dan ekowisata yang
berwawasan lingkungan yang berorientasi pada aspek konservasi alam,
sosial budaya serta pendidikan, dan pengembangan sumber daya lainnya.
c) Menjaga keberlangsungan kebutuhan bahan baku yang dipenuhi dari
hutan alam dan hutan tanaman yang dikelola berdasarkan prinsip
pengelolaan hutan lestari.
d) Melakukan proses produksi yang memenuhi standar ramah lingkungan
e) Mengoptimalkan nilai tambah produk melalui peningkatan nilai di
setiap proses tahapannya.
C. Tata Kelola Perusahaan
Prinsip Tata Kelola Perusahaan yang baik (Good Corporate
Governance – GCG). Implementasi GCG dalam lingkungan bisnis Perseroan
telah dilakukan secara maksimal dan menyeluruh sejak Perseroan dan entitas
anak perusahaan berdiri. Setiap rencana tindakan korporasi serta kebijakan
yang akan diambil dalam pelaksanaan tata kelola perusahaan khususnya untuk
hal-hal yang dianggap penting.
Direksi melakukan konsultasi serta mengajukan permohonan
persetujuan yang disertai dengan penjelasan–penjelasan yang memadai
kepada Dewan Komisaris. Dalam hal penyusunan rencana, strategi maupun
kebijakan yang akan diambil khususnya terkait dengan kegiatan operasional
dan fungsional seharihari, Direksi mengikutsertakan peran para karyawan
melalui divisi–divisi yang dibentuk dalam organisasi sesuai dengan fungsinya
masing-masing.
Dengan demikian apa yang diputuskan dan dilaksanakan tetap
berpedoman pada prinsip Good Corporate Governance (GCG), Standard
Operational Procedure (SOP) Perseroan, selain memperhatikan dan memenuhi
setiap ketentuan yang berlaku di bidang pasar modal, Anggaran Dasar
Perseroan serta peraturan dan perundangan terkait lainnya. Kami menerapkan
prinsip-prinsip GCG secara konsisten dengan memandang bahwa
implementasi GCG merupakan sebuah kewajiban.
Perseroan terus berupaya untuk menetapkan prinsip-prinsip Tata Kelola
Perusahaan (GCG) dalam setiap usahanya pada seluruh tingkatan atau jenjang
organisasi, mulai dari Dewan Komisaris, Direksi, sampai dengan pegawai
tingkat pelaksana. Pelaksanaan GCG Perseroan berlandaskan pada 5 (lima)
prinsip dasar, yaitu :
1. Transparansi
2. Akuntabilitas
3. Pertanggungjawaban
4. Independensi
5. Kewajaran
D. Struktur Organisasi

Nama Jabatan
Amir Sunarto Presiden Direktur
DR. David, SE, MM Wakil Presiden Direktur
Rudy Gunawan Direktur
Wijasih Cahyasasi Presiden Komisaris
Amiruddin Arris Komisaris
DR. Saud Usman Nasution, SH, Komisaris Independen
MM, MH
DR. Saud Usman Nasution, SH, Ketua Komite Audit
MM, MH
Jeo Hariono Anggota Komite Audit
DR. Sylvie Veronica N.P. Siregar, Anggota Komite Audit
SE

E. Deskripsi Kerja
a. Kasie Dryer
1) Fungsi Jabatan
Menjamin tersedianya Dry Venner untuk produksi plywood sesuai WOS
pada unit terkait.
2) Tugas Utama dan Tanggung Jawab
a) Melaksanakan rencana kerja harian & bulanan sesuai WOS
b) Mengkoordinir kegiatan dan mobilisasi tenaga kerja di area CD 1, RD
2, RD 3, CD 4 dan CD 5.
c) Memonitor operasional mesin CD 1, RD 2, RD 3, CD 4 dan CD 5.
d) Memonitor dan mengendalikan pencapaian target di area kerjanya tiap
1 jam
e) Melakukan koordinasi dengan pihak terkait apabila terjadi masalah
pada area kerjanya
f) Mengendalikan penggunaan material dan supplies
g) Memonitor pelaksanaan pemeliharaan mesin sesuai SOP
h) Menjamin ketersediaan & keakuratan data harian & bulanan produksi
CD 1, RD 2, RD 3, CD 4 dan CD 5
i) Pada unit departemen terkait
j) Melakukan pembinaan terhadap bawahanya
3) Tugas Tambahan
a) Mengendalikan kehadiran tenaga kerja langsung dan tidak langsung
b) Mengatur jadwal cuti bawahanya
4) Wewenang
a) Merekomendasikan penghentian kegiatan diarea CD 1, RD 2, RD 3,
CD 4 dan CD 5 jika keadaan kritis
b) Merekomendasikan perubahan layout & metode kerja
c) Merekomendasikan penggunaan material & supplies subtitusi
d) Menyetujui pemberian izin sementara kepada bawahanya
e) Memutuskan boleh / tidaknya bawahanya bekerja yang disebabkan
oleh hal-hal tertentu
f) Menegur bawahanya jika terjadi penyimpangan
b. Kasie Grading
1) Fungsi Jabatan
Menjamin terlaksananya proses grading sesuai dengan grade yang telah di
tentukan dan sesuai dengan WOS
2) Tugas Utama dan Tanggung Jawab
a) Melaksanakan rencana kerja harian & bulanan sesuai WOS
b) Mengkoordinir kegiatan dan mobilisasi tenaga kerja di area seleksi.
c) Memonitor operasionalisasi seleksi.
d) Memonitor & mengendalikan pencapaian target diarea seleksi setiap
1jam.
e) Melakukan koordinasi dengan pihak terkait apabila terjadi masalah
pada area kerja seleksi.
f) Mengendalikan penggunaan material & supplies.
g) Memonitor pelaksanaan pemeliharaan mesin sesuai SOP.
h) Menjamin ketersediaan & keakuratan data harian & bulanan produksi
plywood pada unit Dept. terkait.
i) Melakukan pembinaan terhadap bawahannya.
j) Mengendalikan tingkat kehadiran bawahan.
3) Tugas Tambahan
a) Mengendalikan kehadiran tenaga kerja langsung dan tidak langsung
b) Mengatur jadwal cuti bawahannya
4) Wewenang
a) Merekomendasikan penghentian kegiatan diarea seleksi jika keadaan
kritis.
b) Merekomendasikan penggunaan material & supplies subtitusi.
c) Menyetujui pemberian izin sementara kepada bawahannya.
d) Memutuskan boleh /tidaknya bawahan bekerja yang disebabkan oleh
hal hal tertentu.
e) Menegur bawahan jika terjadi penyimpangan.
f) Merekomendasikan pemberian sanksi bawahan.
g) Terlibat dalam penilaian karya bawahannyaa.
h) Mengatur jadwal cuti bawahannya
c. Kasie Mekanik
1) Fungsi Jabatan
Melaksanakan Pembuatan Alat/part-part serta Rekayasa alat atau mesin
guna menunjang proses produksi.
2) Tugas Utama dan Tanggung Jawab
a) Kesiapan mesin Perkakas
b) Melaksanakan Program kerja Harian/Mingguan/ Bulanan
c) Mengusulkan order Spare part / Material
3) Tugas Tambahan
a) Melaksanakan 5K + S di seksinya
b) Mendampingi serta membantu Tehnisi mesin ( Pengecheckan
maupun pemasangan mesin).
4) Wewenang
d. Kasie Packing
1) Fungsi Jabatan
Menjamin terlaksananya proses pengemasan produk (plywood) sesuai
dengan grade, ukuran dan WOS yang ada.
2) Tugas Utama dan Tanggung Jawab
a) Melaksanakan rencana kerja sesuai harian & bulanan sesuai dengan
WOS
b) Mengkoordinir kegiatan dan mobilisasi tenaga kerja di area packing
c) Melakukan koordinasi & pengecekan program dari PPC.
d) Melakukan pengecekan plywood dan sablon sebelum di packing.
e) Melakukan pengecekan pembuatan palet dan memastikan bahwa palet
harus kuat.
f) Melakukan pengecekan terhadap hasil produksi packing.
3) Tugas Tambahan
a) Mengendalikan kehadiran tenaga kerja langsung dan tidak langsung
b) Mengatur jadwal cuti bawahannya
4) Wewenang
a) Menyetujui pemberian izin sementara kepada bawahannya.
b) Memutuskan boleh /tidaknya bawahan bekerja yang disebabkan oleh
hal hal tertentu.
c) Menegur bawahan jika terjadi penyimpangan.
d) Merekomendasikan pemberian sanksi bawahan
e. Kasie Peeling Rotary
1. Fungsi Jabatan
Menjamin tersedianya green veener untuk produksi plywood sesuai WOS
pada unit terkait
2) Tugas Utama dan Tanggung Jawab
a) Melaksanakan rencana kerja harian & bulanan sesuai WOS
b) Mengkoordinir kegiatan dan mobilisasi tenaga kerja di area peeling
unit I
c) Memonitor operasionalisasi mesin rotary di unit 1
d) Memonitor & mengendalikan pencapaian target di area kerjanya tiap 1
jam
e) Melakukan koordinasi dengan pihak terkait apabila terjadi masalah
pada area kerjanya
f) Mengendalikan penggunaan material & supplies
g) Memonitor pelaksanaan pemeliharaan mesin sesuai SOP
h) Menjamin ketersediaan & keakuratan data harian & bulanan produksi
green veneer pada unit departemen terkait
3) Tugas Tambahan
a) Mengendalikan absensi kehadiran tenaga kerja
b) Mengatur jadwal cuti bawahanya
c) Melaksanakan inspeksi hasil kupasan Rotary
4) Wewenang
a) Merekomendasikan penghentian kegiatan diarea peeling unit I jika
keadaan kritis
b) Merekomendasikan penggunaan material & supplies subtitusi
c) Menyetujui pemberian izin sementara kepada bawahanya
d) Memutuskan boleh / tidaknya bawahanya bekerja yang disebabkan
oleh hal-hal tertentu
e) Menegur bawahanya jika terjadi penyimpangan
f. Kasie PPIC
1. Fungsi Jabatan
Membuat rencana produksi berdasarkan order yang masuk dalam rangka
mengoptimalkan volume produksi dengan cara mengendalikan inventory
(volume dan finish goods).
2. Tugas Utama dan Tanggung Jawab
a) Mengontrol penerimaan order dari buyer maupun marketing.
b) Membuat rencana produksi bulanan, mingguan, harian dan kebutuhan
bahan baku.
c) Mengontrol perkembangan WIP veneer dan finish goods.
d) Mengontrol cargo ready (pemenuhan order) dan melaporkan ke
marketing dan Ka. Dept. PPIC.
e) Monitor free stock WHFG dan melaporkan ke marketing dan Ka.
Dept. PPIC.
f) Membuat rencana sales bulanan dan mingguan dan disampaikan di
meeting koordinasi Sales dan Marketing, WHFG dan Export Dept. dua
kali seminggu. 7. Monitor Lead Time Order (LTO). 8. Kontrol
Laporan Output Produksi.
3. Tugas Tambahan
a) Auditor Internal Audit.
b) Mengontrol pelaksanaan system mutu di Dept. PPIC (PK dan
dokumen-dokumen system)
c) Memonitor pelaksanaan Program Aplikasi Proses Produksi Plywood
4. Wewenang
a) Menentukan prioritas proses produksi.
b) Menghentikan proses produksi jika tidak sesuai.
c) Menentukan alokasi material produksi.
d) Menegur dan memberi sanksi bawahan.
g) Kasie Repair Plywood
1. Fungsi Jabatan
Mengatur dan menjaga volume produksi, kualitas serta recovery
sesuai dengan yang telah ditargetkan.
2. Tugas Utama
a) Mengecek kesiapan tenaga kerja, material, mesin serta
mengawal jalannya oprasional produksi untuk mencapai hasil
yang maksimal.
b) Memberi pengarahan dan motivasi kepada bawahan bila ada
hal – hal yang menyimpang
3. Tugas Tambahan
Mengikuti gemba kualitas rutin setiap hari
4. Wewenang
Memberikan keputusan yang jelas sesuai standar operasional

h) Kasie Glue Spreader


1. Fungsi Jabatan
Mengatur dan mengawal jalannya proses di seksi Glue Spreader,
dan mengawasi agar tidak terjadi penyimpangan proses sehingga
dapat tercapainya hasil yang maksimal.
2. Tugas Utama
a) Melakukan pengecekan komposisi bahan
b) Memastikan mesin Glue Spreader dalam kondisi baik dan
aman
c) Memastikan bahan yang akan diproses sesuai dengan tipe glue
dan WOS
d) Melakukan pengecekan hasil kerja bawahan
3. Tugas Tambahan
Mengikuti gemba kualiatas
4. Wewenang
a) Merekomendasikan penghentian kegiatan di glue spreader,
cold press & hot press jika keadaan kritis.
b) Merekomendasikan penggunaan material & supplies subtitusi.
c) Menyetujui pemberian izin sementara kepada bawahannya.
d) Memutuskan boleh /tidaknya bawahan bekerja yang
disebabkan oleh hal hal tertentu.
e) Mengatur jadwal cuti bawahannya

i) Kasie Core Arr NL


1. Fungsi Jabatan
Menyiapkan core untuk produksi plywood sesuai work order sheet
(WOS) pada unit terkait.
2. Tugas Utama
a) Melaksanakan rencana kerja harian & bulanan sesuai WOS.
b) Mengkoordinir kegiatan dan mobilisasi tenaga kerja di area
Core Arr NL
c) Memonitor operasionalisasi mesin composer di NL .
d) Memonitor & mengendalikan pencapaian target diarea
kerjanya setiap 1 jam.
e) Melakukan koordinasi dengan pihak terkait apabila terjadi
masalah pada area kerjanya.
f) Mengendalikan penggunaan material & supplies.
g) Memonitor pelaksanaan pemeliharaan mesin sesuai SOP.
h) Menjamin ketersediaan & keakuratan data harian & bulanan
produksi core pada unit Dept. terkait.
i) Melakukan pembinaan terhadap bawahannya.
3. Tugas Tambahan
a) Mengendalikan kehadiran tenaga kerja langsung dan tidak
langsung
b) Mengatur jadwal cuti bawahannya.
4. Wewenang
a) Merekomendasikan penghentian kegiatan diarea core arr NL
jika keadaan kritis.
b) Merekomendasikan perubahan layout & metode kerja
c) Merekomendasikan penggunaan material & supplies subtitusi.
d) Menyetujui pemberian izin sementara kepada bawahannya.
e) Memutuskan boleh /tidaknya bawahan bekerja yang
disebabkan oleh hal hal tertentu.
f) Menegur bawahan jika terjadi penyimpangan.
g) Merekomendasikan pemberian sanksi bawahan.
h) Terlibat dalam penilaian karya bawahannya.

j) Pengawas Double Saw Sandar


1. Fungsi Jabatan
Menjamin hasil Double saw dan Sander Sesuai standart (SOP,
Instruksi kerja dan parameter). 2. Menjamin tidak terjadi
kerusakan plywood akibat kesalahan kerja (roll mark, sander mark,
ukuran kurang dan rusak handling dll)
2. Tugas Utama
Mengontrol kehadiran bawahannya. 2. Awal shift mengumpulkan
kartu Amano dan akhir shift membagikan kartu Amano. 3.
Memastikan bahan yang dikerjakan sesuai WOS (spesifikasi)
sesuai mesin yang direkomendasikan per item atau instruksi
atasan. 4. Memastikan crew dan Op DSS memahami dan
melaksanakan sesuai standar INK dan PAR. 5. Memastikan
kondisi mesin layak operasi atau tidak, lihat check list. 6.
Memastikan setiap awal kerja, pergantian ukuran dilakukan
pengecheckkan bahan dan setting mesin. 7. Memastikan amplas
(sand paper) mesh yang digunakan sesuai per untukannya. 8.
Memastikan setiap lot output Double Saw Sander sesuai standar. 9.
Memastikan setiap lot output Double Saw dan Sander ada identitas
dan label yang jelas.
3. Tugas Tambahan
a) Memberikan Feedback ke pengawas putty bila terjadi
penyimpangan standar (Jougi terbalik, campur ketebalan, putty
susut atau over , dll).
b) Bekerja sama dengan Inspector QC melakukan sampling
kualitas.
4. Wewenang
a) Memberikan teguran lisan kebawahan atas pelanggaran ringan
b) Memberikan izin (Badge Izin) pada bawahan yang akan ke WC
dan Musholla.
c) Merekomendasikan ke Kasie untuk memberikan sangsi atas
pelanggaran bawahan, (Indisipliner maupun standart kerja).
d) Merekomendasikan ke kasie untuk tidak memperpanjang
kontrak kerja pelaksana yang hasil kerjanya dibawah target (3
bulan terakhir).
e) Menyetop mesin sementara bila terjadi penyimpangan.

k) Pengawas Seleksi Plywood


1. Fungsi Jabatan
Menjamin kualitas hasil seleksi sesuai dengan standar GRD
Plywood.
2. Tugas Utama
a. Mengontrol kehadiran bawahannya.
b. Awal shift mengumpulkan kartu Amano dan akhir shift
membagikan kartu Amano.
c. Memastikan bahan yang dikerjakan sesuai WOS atau instruksi
atasan.
d. Memastikan Grader dan Crew seleksi memahami INK dan
Grading Rule masing-masing produk.
e. Memastikan alat bantu kerja tersedia (meteran, digital caliper,
Beji, Putty, Kapi, Amplas, dll)
f. Memastikan setiap output / crate sesuai spesifikas
3. Tugas Tambahan
a) Memberikan Feedback ke pengawas DSS dan Putty bila terjadi
penyimpangan standar..
b) Memberikan feedback ke QC inspector bila terjadi ketidak
jelasan spesifikasi produk, atau ada defect yang berulang
4. Wewenang
a) Memberikan teguran lisan kebawahan atas pelanggaran ringan
b) Memberikan izin (Badge Izin) pada bawahan yang akan ke WC
dan Musholla.
c) Merekomendasikan ke Kasie untuk memberikan sangsi atas
pelanggaran bawahan, (Indisipliner maupun standart kerja).
d) Merekomendasikan ke kasie untuk tidak memperpanjang
kontrak kerja pelaksana yang hasil kerjanya dibawah target (3
bulan terakhir).
e) Menyetop sementara bila terjadi ketidak sesuaian bahan (Over
thickness, under thickness, selisih ukuran, dll).

l) Pengawas Shikumi
1. Fungsi Jabatan
Menjamin pekerjaan shikumi sesuai dengan standart (SOP,
Instruksi Kerja, Parameter, dan Grading Veneer)
2. Tugas Utama
a) Mengontrol kehadiran bawahannya.
b) Awal shift mengumpulkan kartu Amano, dan akhir shift
membagikan kartu Amano tepat waktu.
c) Memastikan bahan yang dikerjakan sesuai WOS (Spesifikasi)
atau instruksi atasan.
d) Memastikan crew shikumi memahami dan melaksanakan
sesuai standart, INK, PAR, GRD Veneer.
e) Memonitoring dan mengevaluasi kinerja crew shikumi.
f) Memastikan output shikumi sesuai standart dan ada identitas /
label yang jelas
3. Tugas Tambahan
a) Memberikan Feedback ke Op / Pengawas Continous Dryer bila
menemukan ketidak sesuaian standart (Thickness, MC, dan
dimensi)
b) Bekerja sama dengan Inspector QC melakukan sampling
kualitas
4. Wewenang
a) Memberikan teguran lisan kebawahan atas pelanggaran ringan.
b) Memberikan izin (Badge Izin) pada bawahan yang akan ke WC
dan Musholla.
c) Merekomendasikan ke Kasie untuk memberikan sangsi atas
pelanggaran bawahan, (Indisipliner maupun standart kerja).
d) Merekomendasikan ke kasie untuk tidak memperpanjang
kontrak kerja pelaksana yang hasil kerjanya dibawah target (3
bulan terakhir).
DAFTAR PUSTAKA

Aldi, Yanne. Febsri Susanti. 2017. Pengaruh Stress Kerja dan Motivasi Kerja
Terhadap Prestasi Karyawan Pada PT. Frisian Flag Indonesia Wilayah Padang.
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi. Padang

Ramadhanti, Ajeng, Ardhya. 2020. Status Gizi dan Kelelahan Terhadap Produktivitas
Kerja. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada. Vol 11, No.1. Pendidikan Dokter,
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

Fatmawati, Siti. Ali Rosidi. Erma Handarsari. 2013. Perilaku Higiene Pengolah
Makanan Berdasarkan Pengetahuan Tentang Higiene Mengolah Makanan Dalam
Penyelenggaraan Makanan Di Pusat Pendidikan Dan Latihan Olahraga Pelajar Jawa
Tengah. Jurnal Gizi. Volume 2, nomor 2. Universitas Muhammadiyah Semarang

Miranti, Edinda, Ayu. Annis Catur Adi. 2016. Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap
dan Hygiene Perorangan (Personal Hygiene) Penjamah Makanan Pada Makanan Pada
Penyelenggaraan Makanan Asrama Putri. Media Gizi Indonesia. Vol 2, Nomor 2.
Universitas Airlangga: Surabaya

Anda mungkin juga menyukai