Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

(TPK 18225)

PERCOBAAN III

IDENTIFIKASI GUGUS FUNGSI SENYAWA ORGANIK MELALUI KELARUTAN

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktikum Kimia Organik

(TPK 18225)

Dosen Pengampu:

Ratna Kartika Irawati, S.Pd, M.Pd

Asisten praktikum:

- Rahmiati
- Raudatul Janah

Disusun Oleh:

Nor Amaliah (180101090173)

PROGRAM STUDI TADRIS KIMIA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN ANTASARI BANJARMASIN

MARET 2020
PERCOBAAN III

Judul : Identifikasi Gugus Fungsi Senyawa Organik Melalui Kelarutan

Tujuan :Mahasiswa dapat mengidentifikasi gugus fungsi senyawa organik melalui


kelarutan

Hari/Tanggal : Rabu/11 Maret 2020

Tempat : Ruang Laboratorium Tadris Kimia FTK UIN Antasari Banjarmasin

I. LANDASAN TEORI

Gugus fungsi adalah suatu atom atau kumpulan atom yang melekat pada suatu senyawa
dan berperan memberikan sifat yang khas dan berpengaruh pada sifat fisik dan kimia
senyawatersebut. Senyawa organik yang mempunyai gugus fungsional sama akan ditempatkan
padaderet homolog yang sama. Ikatan tunggal karbon-karbon dan karbon-oksigen dalam
senyawaorganik biasanya tidak reaktif karena mereka non polar. Golongan polar membentuk
bagianyang reaktf dalam suatu molekul organik yaitu gugus fungsional tersebut. Misal,
alkoholadalah suatu golongan senyawa yang mengandung gugus fungsi hodroksil (-OH) terikat
padakarbon. Semua alkohol mempunyai reaksi kimia yang sama karena mengandung
gugusfungsional ini. Ikatan rangkap dua dan ikatan rangkap tiga yang menghubungkan atom-
atomkarbon juga dianggap gugusan fungsional, sebab lebih reaktif daripada ikatan tunggal
karbon-karbon.

Tujuan dari identifikasi adalah untuk mengenali gugus fungsi tertentu yang terdapat
dalamsuatu senyawa melalui reaksi kimia tertentu yang spesifik, yaitu reaksi kimia yang hanya
dapat bereaksi dengan senyawa yang mengandung gugus fungsi tertentu dan tidak dapat bereaksi
dengan gugus fungsi yang lain. Masing-masing senyawa organik memiliki sifattertentu yang
bergantung pada gugus fungsionil yang dimilikinya. Beberapa senyawa dengangugus fungsi
berbeda dapat memiliki sifat yang sama/mirip.

Gugus fungsi tertentu bereaksi hanya dengan pereaksi tertentu dengan memberikan
gejalayang khas, karena itu gugus fungsi menjadi ciri suatu kelompok senyawa dan dapat
dikenali dengan peraksi pengenalnya.
Kelarutan adalah jumlah maksimum zat terlarut yang akan larut dalam sejumlah tertentu
pelarut pada suhu tertentu. Zat dikatakan dapat larut jika sebagian besar zat tersebut melarut bila
ditambahkan air. Jika tidak zat tersebut digambarkan sebagai sedikit larut atau tidak dapat larut.
Istilah likes dissolved like merupakan asas umum dari kelarutan, dimana senyawa ion dan polar
larut dalam pelarut polar. Zat cair yang larut satu sama lain disebt saling bercampur, bila kedua
zat cair mempunyai ikatan polarakan saling melarut. Dua zat cair yang polar juga `larut sama
lain. Tapi zat cair polar dengan zat cair nonpolar saling tidak bercampur terjadi tolak menolak
satu sama lain dan akan terpisah menjadi dua lapisa. (Chang, 2005)
II. HIPOTESIS

Rumusan Masalah :

Gugus fungsi apa saja yang terkandung dalam cuka apel, pembersih kuku, pembersih tangan,
pengawet mayat dan desinfektan?

Hipotesis :

- Cuka apel : Gugus fungsi yang terdapat dalam cuka apel adalah –COOH yaitu asam
karboksilat atau asam asetat.
- Pembersih kuku: Gugus fungsi yang terdapat dalam pembersih kuku adalah –CO- yaitu
keton atau aseton.
- Pembersih tangan: Gugus fungsi yang terdapat dalam pembersih tangan adalah –OH
yaitu alkohol atau alkanol.
- Pengawet mayat: Gugus fungsi yang terdapat dalam pengawet mayat adalah –CHO yaitu
aldehida.
- Desinfektan: Gugus fungsi yang terdapat dalam desinfektan adalah C6H5OH yaitu fenol.
III. ALAT DAN BAHAN
3.1 Alat:
1. Tabung Reaksi 5 buah
2. Pipet Tetes 5 buah
3. Kertas Indikator Universal 6 lembar
4. Rak Tabung Reaksi 1 buah
5. Gelas ukur 5 buah
3.2 Bahan:
1. Larutan Cuka Apel (Sampel A)
2. Larutan Pembersih Kuku (Sampel B)
3. Larutan Pembersih Tangan (Sampel C)
4. Desinfektan (Sampel D)
5. Larutan Pengawet Mayat (sampel E)
6. Larutan NaOH 5%
7. Larutan HCL 5%
8. Asam Sulfat Pekat
9. Aquades
IV. PROSEDUR KERJA
a. Uji Kelarutan dalam air
Ditambahkan 10 tetes larutan sampel (A, B, C, D atau E, secara bergantian), kedalam
1 mL aquades dalam tebung reaksi.
Diaduk perlahan dengan batang pengaduk kaca dan diamati apakah sampel larut atau
tidak larut.
Jika sampel larut, diuji pH dengan kertas indikator universal.
Diuji juga pH air sebagai kontrolnya.
b. Uji Kelarutan dalam NaOH 5%
Jika sampel larut dalam air, lanjut ke langkah yang c.
Jika sampel tidak larut, ditambahkan 10 tets larutan sampel (A, B, C, D atau E,
secara bergantian) kedalam 1 mL NaOH 5%.
Diaduk perlahan dengan batang pengaduk kaca dan diamati apakah sampel larut atau
tidak larut.
Jika sampel tidak larut, ditambahkan HCl 5% kedalam tabung reaksi tersebut sampai
asam.
Dicatat apakah terbentuk endapan (kekeruhan).
c. Uji Kelarutan dalam NaHCO3 5%
Ditambahkan 10 tetes sampel dalam tebaung reaksi kemudian ditambahkan 1 mL
NaHCO3 5%.
Diamati gelembung yang ada pada permukaan larutan.
Diaduk larutan dengan batang pengaduk kaca.
Dicatat apakah sampel larut dan gelembung CO2 atau tidak larut dan gelembung
CO2.
d. Uji Kelarutan dalam HCl 5%
Untuk sampel tidak larut dalam air dan NaOH 5%,
Ditambahkan HCl 5% sebanyak 1 mL secara berturut-turut hingga 3 mL pelarut
kedalam 10 tetes sampel.
Senyawa bersifat basa akan membentuk Hidroklorida yang larut dalam air, tetapi
akan mengendap pada kelebihan asam.
Jika sampel tidak larut, dipisahkan cairan supernatant, dengan menggunakan pipet.
Kemudian ditambahkan NaOH 5% sampai bersifat basa.
e. Uji Kelarutan dalam H2SO4 (gunakan lemari asam)
Dimasukkan 3 tetes H2SO4 kedalam tabung reaksi kering.
Ditambahkan 10 tetes mL cairan sampel.
Dikocok beberapa lama.
Diamati perubahan yang terjadi, apakah sampel berubah warna atau endapan.
V. HASIL PENGAMATAN
a. Uji Kelarutan dalam air
Perlakuan Hasil pengamatan
Ditambahkan 10 tetes larutan sampel (A, Sampel A, B, C, D, dan E dimasukkan
B, C, D atau E, secara bergantian), kedalam tabung reaksi sebanyak 10 tetes.
kedalam 1 mL aquades dalam tabung
reaksi.
Diaduk perlahan dengan batang Sampel yang sudah dimasukkan kedalam
pengaduk kaca dan diamati apakah tabung reaksi kemudian diaduk perlahan.
sampel larut atau tidak larut. Pada sampel A: larut dalam air
Pada sampel B: larut dalam air
Pada sampel C: larut dalam air
Pada sampel D: tidak larut dalam air
Pada sampel E: larut dalam air
Jika sampel larut, diuji pH dengan kertas Masing-masing sampel diuji pH nya
indikator universal. dengan menggunakan kertas indicator
universal dan didapatkan hasil:
Sampel A memiliki pH: 2
Sampel B memiliki pH: 7
Sampel C memiliki pH: 6
Sampel D memiliki pH: 8
Sampel E memiliki pH: 6
Diuji juga pH air sebagai kontrolnya. pH air: 7
b. Uji kelarutan dalam NaOH 5%
Perlakuan Hasil Pengamatan
Jika sampel tidak larut, ditambahkan 10 Sampel dimasukkan kedalam tabung
tetes larutan sampel (A, B, C, D atau E, reaksi sebanyak 10 tetes yang berisi 1
secara bergantian) kedalam 1 mL NaOH mL NaOh 5%
5%.
Diaduk perlahan dengan batang pengaduk Sampel yang sudah tercampur kedalam
kaca dan diamati apakah sampel larut atau NaOH kemudian diaduk secara
tidak larut. perlahan dengan batang pengaduk
Jika sampel tidak larut, ditambahkan HCl Apabila sampel yang sudah diaduk
5% kedalam tabung reaksi tersebut sampai tidak larut maka tambahkan HCl 5%
asam. sampai bersifat asam
Dicatat apakah terbentuk endapan Diperoleh hasil:
(kekeruhan). Sampel A: larut
Sampel B: larut
Sampel C: larut
Sampel D:Larut dengan warna kuning
keruh
Sampel E: Larut
c. Uji kelarutan dalam NaHCO3 5% (tidak dilakukan uji coba)
Perlakuan Hasil pengamatan
Ditambahkan 10 tetes sampel dalam -
tebaung reaksi kemudian ditambahkan 1
mL NaHCO3 5%.
Diamati gelembung yang ada pada -
permukaan larutan.
Diaduk larutan dengan batang pengaduk -
kaca.
Dicatat apakah sampel larut dan -
gelembung CO2 atau tidak larut dan
gelembung CO2.
d. Uji kelarutan HCl 5%
Perlakuan Hasil Pengamatan
Ditambahkan HCl 5% sebanyak 1 mL Menambahkan 10 tetes sampel (A, B
secara berturut-turut hingga 3 mL pelarut ,C, D, dan E) kedalam pelarut HCl 5%
kedalam 10 tetes sampel. yang berisi 1 mL
Senyawa bersifat basa akan membentuk Senyawa yang bersifat basa akan
Hidroklorida yang larut dalam air, tetapi membentuk hidroklorida dan larut
akan mengendap pada kelebihan asam. dalam air sedangkan pada senyawa
yang bersifat asam akan mengendap.
Diperoleh hasil:
Sampel A: larut
Sampel B: larut
Sampel C: larut
Sampel D: tidak larut
Sampel E: larut
Jika sampel tidak larut, dipisahkan cairan Sampel yang tidak larut dipisahkan
supernatant, dengan menggunakan pipet. cairan supernatant.
Kemudian ditambahkan NaOH 5% sampai Sampel yang tidak larut tadi
bersifat basa. ditambahkan NaOH 5% sampai bersifat
basa.
e. Uji kelarutan H2SO4
Perlakuan Hasil Pengamatan
Dimasukkan 3 tetes H2SO4 kedalam tabung H2SO4 dimasukkan kedalam tabung
reaksi kering. reaksi sebanyak 3 tetes
Ditambahkan 10 tetes mL cairan sampel. Tabug reaksi yang sudah berisi H2SO4
ditambahkan 10 tetes sampel.
Dikocok beberapa lama. Sampel dikocok
Diamati perubahan yang terjadi, apakah Diperoleh hasil:
sampel larut atau tidak larut. Sampel A: tidak berwarna, agk keruk,
tidak ada endapan
Sampel B: kuning muda dan tidak ada
endapan
Sampel C: kuning keruh dan tidak ada
endapan
Sampel D: berubah warna jadi coklat,
dan ada endapamn hitam
Sampel E; tidak berwarna dan tidak ada
endapan
VI. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Pada percobaan praktikum kali ini adalah Menentukan apakah sampel yang diberikan
termasuk senyawa netral (alkena, alkuna, keton, amida, aldehida, ester, eter atau senyawa nitro)
atau senyawa inert (alkana, alkil halide, atau senyawa aromatic). Senyawa organic adalah
golongan besar kimia yang molekulnya mengandung karbon, kecuali karbida, karbonat dan
oksida karbon. Senyawa organik dibagi Sembilan kelas yang berbeda. Sembilan kelas yang
berbeda digolongkan menurut sifat masing-masing dalam senyawa dalam senyawa tersebut.
Secara kuantitatif untuk menyatakan komposisi atau kelas dari larutan digunakan uji kelarutan
terhadap senyawa tersebut.

Senyawa organik banyak digunakan dalam banyak larutan yaitu campuran pelarut dan
terlarut. Namun, tidak semua senyawa organik dapat larut dalam satu jenis pelarut yang sama,
ada beberapa sifat kelarutan yang berbeda-beda pada setiap senyawa organik. Kelarutan
merupakan kemampuan suatu zat untuk dapat bercampur secara sempurna dengan suatu pelarut
tertentu. Secara umum dikatakan larut apabila zat terlarut dan pelarutnya berada dalam fase yang
sama sehingga sifat-sifatnya sama diseluruh cairan. Campuran ini disebut juga campuran
homoge. Tetapi suatu pelarut tertentu dicampur kemudian membentuk 2 lapisan maka campuran
dua fase atau biasa disebut dengan campuran heterogen.

Senyawa yang bersifat polar akan larut dengan baik dalam pelarut yang bersangkutan
atau larut dalam senyawa polar dan senyawa yang bersifat non polar akan larut dengan baik pada
sesame senyawanya sendiri atau senyawa non polar atau dengan kata lain senyawa polar tidak
larut dalam pelarut senyawa non polar. Uji kelarutan cukup penting dalam studi suatu senyawa
organic. Kelarutan dari sejumlah senyawa di uji pada tahap air, HCl 5%, NaOH 5%, NaHCO3,
dan H2SO4 ini berguna untuk menunjukkan suatu senyawa apakah senyawa tersebut larutan
besifat asam, basa atau netral.

Dalam percobaan kali ini yang harus dilakukan adalah menentukan sifat-sifat dari setiap
sampel yang digunakan. Pada percobaan ini sampel senyawa organik yang digunakan adalah
cuka apel, pembersih kuku, pembersih tangan, desinfektan dan pengawet mayat tidak diketahui
kandungan apa yang terkandung didalamnya atau sifat apa dan senyawa apa yang terkandung
dalam larutan tersebut. Pada analisa kali ini digunakan aquades untuk menguji larutan dimana
larut atau tidaknya larutan dalam sampel. Apabila sampel larut dalam aquades maka dilakukan
pengamatanyang lebih lanjut. Namun apabila sampel tidak larut dilakukan pengamatan lebih
lanjut dengan penambahan NaOH 5%. Penambahan NaOH 5% dimaksudkan untuk melihat
reaksi dari sampel yang tidak larut. Apabila larutan tidak larut dalam kelarutan NaOH 5% maka
akan dilanjutkan dengan penambahan HCl 5% untuk mengetahui larut tidaknya suatu zat dan
apabila larutan sampel tetap tidak larut pada penambhan larutan HCl 5% maka akan dilakukan
penambahan larutan H2SO4 pekat. Setiap penambahan larutan pada senyawa larutan sampel,
bertujuan untuk mengetahui sifat kelarutan pada larut tidaknya suatu senyawa pada setiap
penambahan larutan.

Untuk memastikan sampel larut atau tidaknya, dilihat pada penambahan 1 mL aquades
kemudian tabung reaksi digoyang-goyangkkaan secara perlahan supaya larutannya tercampur
atau dihomogenkan. Untuk percobaan percobaan pertama pada penambahan akuades diperoleh
bahwa sampel yang larut pada senyawa aquades yaitu sampel A, B, C dan E, dimana sampel
tersebut larut sempurna dalam aquades, kemudian dilakuan pengamatan yang lebih lanjut dengan
memasukkan kertas indikator universal, dimana sampel yang larut diuji pH nya dengan
menggunakan kertas indikator universal dan didapatkan hasil:
Sampel A memiliki pH: 2
Sampel B memiliki pH: 7
Sampel C memiliki pH: 6
Sampel E memiliki pH: 6

Yang mana merupakan larutan sampel tersebut adalah asam karena memiliki pH kurang dari 7,
sedangkan pH yang sama dengan 7 adalah larutan netral. Pada larutan sampel D pada
penambahan senyawa aquades dimana larutan tidak larut dan dilakukan lagi penambahan larutan
NaOh 5% dimana sampel D tetap tidak larut kemudian dilakukan penambahan 1 mL larutan HCl
5% sampel 1 tidak mengalami perubahan dimana sampel D tetap tidak larut dan begitu juga pada
saat penambahan larutan H2SO4 pekat. Sampel D yang tidak larut pada penambahan larutan
apapunlarutan aapun merupakan salah satu tanda bukti bahwa tidak semua larutan senyawa
organik dapat larut dalam 1 jenis pelarut atau bahkan dengan beberapa jenis penambahan larutan.
Selanjutnya untuk mengetahui apakah senyawa tersebut senyawa netral atau inert adalah
dengan ditambahkan larutan H2SO4 pekat, dan ternyata hasil menunjukkan bahwa campuran
tersebut tidak larut. Berdasarkan dari hasik pengamatan ini, mungkin sampel D yang diberikan
adalah senyawa inert (sukar bereaksi atau tidak aktif), hal ini sesuai dengan diagram uji
kelarutan.

Senyawa-senyawa yang tidak larut dalam senyawa H2SO4 pekat atau pelarut lain disebut
sebagai senyawa inert. Untuk senyawa organik yang tidak larut dalam air tapi larut dalam NaOH
5% maka dapat dikatakan bahwa senyawa tersebut lebih asam daripada air dan mempunyai
gugus fungsional asam.

Pada sampel A adalah cuka apel dimana menentukan termasuk senyawa apa, yaitu
dengan cara menambhakan H2O. Ketika ditambahkan dengan H2O cuka apel larut. Kemudian
cuka apel dimasukkan kedalam NaOH 5% hasilnya larut, dan ketika cuka apel dimasukkan
kedalam HCl 5% hasilnya pun juga larut, karena larutan cuka apel tersebut merupakan asam
lemah yang artinya hanya terdisosiasi sebagian menjadi ion H+ dan CH3COO-.

CH3COOH + H2O  H+ + CH3COO-

Setelah itu larutan tadi dimasukkan kertas indikator universal. Ternyata hasil pH nya
adalah 2, karena cuka apel atau bisa disebut dengan asam asetat dapat dilepaskan sebagian ion
H+ (proton), sehingga memberikan sifat asam. Asam asetat adalah asam lemah monoprotik
dengan nilai pKa= 4,8. Basa konjugasinya adalah asetat (CH3COO-). Hal ini menunjukkan
bahwa asam asetat termasuk senyawa asam karboksilat.

Pada sampel B yaitu pembersih kuku. Pembersih kuku bersifat polar karena gugus
karbonilnya polar atau termasuk kedalam keton yang mempunyai sebuah gugus karbonil terikat
pada dua gugus alkilnya. Pada percobaan kelarutan dengan air dapat larut secara bebas dalam air
tetapi kelarutannya berkurang seiring dengan bertambahnya panjang rantai. Keton berukuran
dapat bercampur dengan air pada semua perbandingan volume. Hal ini disebabkan karena keton
mampu berikatan dengan hidrogen molekul air meskipun pada dasarnya keton tidak dapat
berikatan dengan hidrogen sesamanya.
Pada percobaan pembersih kuku ketika ditambahkan air akan larut karena kelarutannya
dalam air sangat tinggi bahkan dapat larut dalam berbagai perbandingan. Kemudian larutan pada
pembersih kuku dengan kertas indikator universal, hal ini menunjukkan pH nya 7. Pada
percobaan penambahan H2SO4 pembersih kuku menghasilkan warna yakni warna kuning. Hasil
tersebut sesuai dengan litearatur karena pembersih kuku tidak memiliki gugus fungsi alkohol
sehingga warna tidak berubah atau tetap berwarna kuning.

Pada sampel C yaitu pembersih tangan. Pelarut air saat dicampurkan dengan pembersih
kuku dapat larut karena persamaan sifat yaitu polar. Hal ini sesuai dengan teori bahwa pelarut
polar akan larut pada pelarut polar juga. Molekul air dibentuk oleh atom H dan atom O oleh
ikatan sigma. Gugus OH tersebut yang membuat alkohol memiliki polaritas seperti air, namun
kepolaritasan yang dimiliki oleh pembersih tangan ini seperti senyawa turunan alkohol tidak
sebanding dengan polaritas air. Semakin panjang alkil yang dimiliki maka semakin besar sifat
non polarnya. Hal ini menunjukkan bahwa pembersih tangan termasuk gugus fungsi alkohol. Hol
mempunyai gugus fungsi R-OH. Alkohol mudah larut dalam air karena dapat membentukikatan
hidrogen. Alkohol dapat bersifat asam, semakin panjang ikatan karbon maka akan emakin bear
pHnya.

Sudah jelas sekali bahwa pembersih tangan pada percobaan ini adalah asam, karena
perbedaan keelektronegatifan antara oksigen dan hidrogen pada gugus karbonilnya, yang
memampukan hidrogen lepas dengan mudah. Bila didekat karbon hidroksi terdapat gugus
penarik elektron, maka keasaman meningkat. Sebaliknya, semakin banyak gugs pendorong
elektron keasaman menurun. Pada percobaan yang dlakukan bahwa pembersih tangan
merupakan asam dengan pH 6.

Pada sampel D yaitu desinfektan. Pada saat uji kelarutan dalam air sukar larut, karena
pelarut (air) bersifat polar sedangkan desinfektan bersifat nonpolar. Ini membuktikan bahwa
pelarut polar tidak akan larut dalam senyawa nonpolar. Desinfektan memiliki rantai C yang lebih
panjang sehingga sukar dalam air. Ukuran gugus alkil pada desinfektan, kelarutannya dalam air
berkurang. Hal ini disebabkan oleh kemampuan gugus alkil yang dapat mengganggu
pembentukan ikatan hydrogen antara gugus hidroksi dengan air. Jika gangguan ini menjadi
cukup besar, akibatnya molekul-molekul air akan menolak molekul-molekul desinfektan untuk
menstabilkan kembali ikatan hydrogen antar molekul air. Jika gugus nonpolar terikatan pada
cincin aromatic, maka kelarutan desinfektan dalam air akan berkurang. Berdasarkan teori,
senyawa dengan Ka kecil atau pKa besar berarti lemah, sedangkan senyawa dengan Ka besar
atau pKa kecil berarti asam kuat. Adanya gugus alkil akan mempengaruhi sifat keasaman dan
kebasaan. Desinfektan dengan pH=6 merupakan asam yang lebih kuat dari air. Desinfektan
memiliki sifat keasaman karena dapat melepaskan ion H+.. Uji selanjutnya menggunakan pelarut
NaOH 5%, namun pada pengujian ini juga tidak larut. Tujuan Penambahan NaOH adalah untuk
menguji sifat keasaman dari desinfektan. Dan ketika penambahan HCl dan H2SO4 tetap tidak
larut. Berdasarkan teori menunjukkan bahwa desinfektan termauk senyawa inert, dimana
senyawa inert itu tidak bisa bereaksi dengan solute.

Pada sampel E yaitu pengawet mayat. Pada pengawet mayat dimana untuk menentukan
pengawet mayat tersebut termasuk senyawa apa, yaitu dengan cara penambahan H2O. Ketika
ditambahkan H2O pengawet mayat larut, karena berat jenis pengawet mayat lebih besar dari air.
Larutan pengawet mayat dan air kemudian diuji dengan kertas indicator universal dengan hasil
pH=6. Sehingga berdasarkan pengamatan senyawa ini termasuk jenis aldehid.

a. Uji kelarutan dalam air


Percobaan diawali dengan menambahkan beberapa tetes air kedalam tabung reaksi
berisi bahan organik yang akan diuji kelarutan dan sifat senyawanya. Jika senyawa
tersebut larut dalam air, maka senyawa tersebut tegolong senyawa polar, pada sampel
A, B, C,dan E dapat larut dalam air, hal tersebut membuktikan bahwa sampel tersebut
termasuk senyawa polar. Kemudian diuji sifat asam, basa atau netral dengan
menggunakan kertas indikator universal. Ketika kertas dimasukkan kedalam Larutan
berubah warna dan didapatkan hasil pH pada sampel A=2, B=7, C=6, D=8, dan E=6.
Sedangkan pH air itu netral yaitu 7. Pada pH yang dibawah dari 7 termasuk golongan
asam sedangkan pH yang diatas 7 termasuk kedalam golongan basa.
b. Uji kelarutan dalam NaOH 5%
Kemudian jika senyawa organik tersebut tidak larut dalam air (sampel D), maka di uji
dengan menambahkan NaOH 5% kedalam tabung reaksi, jika senyawa itu larut
langkah selanjutnya adalah menguji sifat dari senyawa tersebut dengan
menambhankan NaHCO3 5%.
c. Uji kelarutan NaHCO3 5%
Percobaan selanjutnya adalah menguji sifat dari senyawa tersebut dengan
menambahakan NaHCO3 5%, jika senyawa tersebut larut NaHCO3 5% maka senyawa
tersebut bersifat asam, tetapi jika tidak maka senyawa tersebut bersifat basa lemah.
d. Uji kelarutan HCl 5%
Kemudian percobaan berikutnya diuji kembali dengan menambahkan larutan HCl
5%, jika senyawa tersebut tidak larut kedalam HCl 5%, maka senyawa tersebut
bersifat basa. Pada sampel D tidak larut dalam HCl 5% maka senyawa tersebut
bersifat basa.
e. Uji kelarutan H2SO4 Pekat
Sedangkan jika tidak larut maka diuji dengan menambahkan H2SO4 Pekat. Bila
senyawa itu larut, maka tergolong kedalam senyawa netral (alkohol, alkena atau
keton) tetapi jika tetap tidak larut maka senyawa itu termasuk senyawa inert.
Senyawa inert merupakan senyawa yang tidak dapat larut dengan bahan kimia lain,
senyawa itu juga sulit untuk bereaksi. Pada percobaan yang termasuk kedalam
senyawa inert adalah desinfektan (sampel D).
VII. KESIMPULAN

Senyawa organik dapat diklasifikasikan berdasarkan kelarutan dalam pelarut organiknya


itu senyawa polar larut dalam pelarut polar dan senyawa nonpolar larut dalam senyawa nonpolar.

Kelarutan dari senyawa organik dalam pelarut inert dan dalam pelarut aktif, secara kimia
tergantung pada struktur molekulnya serta sifat fisika dan kimia zat pelarut.
DAFTAR PUSTAKA

Ayuni, N. P.S dan N.W. Yuningrat.(2014). Kimia Analitik. Yogyakarta:Garha Ilmu.

Chang, Raymond.(2005). Kimia dasar Konsep-Konsep Inti Edisi ketiga Jilid 1. Jakarta:
Erlangga.

Fatimah, I dan J. Nugraha.(2007). “Analisis Hubungan Kuantitatif Struktur dan Kelarutan


senyawa aktif pestisida organofosfat : pendekatan model linear dan metode Kluster”.
Jurnal Ilmu Dasar. Vol. 8(1) : 91-102.

Petrucci, R. H.(1985). Kimia Dasar : Prinsip dan Aplikasi Modern. Jakarta: Erlangga.

Putranti, W., S. Martodihardjo dan E. lukitaningsih.(2014). “Studi kelarutan propagenium


dengan metode kromatografi cair kinerja tinggi”. Jurnal Pharmaciana. Vol. 4(2) : 125-
133.

Sastrohamodjojo, H.(2012). Kimia Dasar. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.


LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. LAMPIRAN LAPORAN SEMENTARA

Lengkapi tabel berikut berdasarkan hasil pengamatan kalian

Kelarutan Air (pH 7) NaOH 5% NaHCO3 5% HCl 5% H2SO4 pekat


Sampel A Larut (pH 2) Larut - Larut Tidak berwarna,
agak keruh, tidak
ada endapan
Sampel B Larut (pH 7) Larut - Larut Kuning muda
dan tidak ada
endapan
Sampel C Larut (pH 6) Larut - Larut Kuning keruh
dan tidak ada
endapan
Sampel D Tidak larut Larut (kuning - Tidak larut Coklat dan
(pH 8) Keruh) endapan hitam
Sampel E Larut (pH 6) Larut - Larut Tidak berwarna
dan tidak ada
endapan
 Berdasarkan tabel pengamatan, maka dapat ditafsirkan bahwa pada
Sampel Kandungan Gugus Fungsi
Sampel A Asam Karboksilat
Sampel B Keton
Sampel C Alkohol
Sampel D Fenol
Sampel E Aldehid
 Apakah hipotesis kalian sama dengan hasil pengamatan? Jelaskan!
Belum sesuai karena pada desinfektan (D) setelah percobaan adalah fenol, sedangkan
sampel A, B, C, dan E sesuai dengan Hipotesis.
D. Conclusion
Berdasrkan hasil uji coba, maka dapat disimpulkan bahwa
Dari hasil percobaan tersebut didapatkan bahwa:
Sampel A (Cuka apel) : Gugus fungsinya asam karboksilat
Sampel B (Pembersih kuku) : Gugus fungsinya keton
Sampel C (Pembersih tangan) : Gugus fungsinya alkohol
Sampel D (Desinfektan) : Gugus fungsinya fenol
Sampel E (Pengawet mayat) : Gugus fungsinya aldehid
2. LAMPIRAN FOTO
a. Uji Kelarutan dalam air
Perlakuan Hasil pengamatan
Ditambahkan 10 tetes larutan sampel a. Cuka apel
(A, B, C, D atau E, secara bergantian),
kedalam 1 mL aquades dalam tabung
reaksi.

b. Pembersih kuku

c. Pembersih tangan

d. Desinfektan
e. Pengawet mayat

Diaduk perlahan dengan batang


pengaduk kaca dan diamati apakah
sampel larut atau tidak larut.

Jika sampel larut, diuji pH dengan a. Cuka apel


kertas indikator universal.

b. Pembersih kuku

c. Pemberih tangan
d. Desinfektan

e. Pengawet mayat

Diuji juga pH air sebagai kontrolnya.

b. Uji kelarutan dalam NaOH 5%


Perlakuan Hasil Pengamatan
Jika sampel tidak larut, ditambahkan 10
tetes larutan sampel (A, B, C, D atau E,
secara bergantian) kedalam 1 mL NaOH
5%. Diaduk perlahan dengan batang
pengaduk kaca dan diamati apakah
sampel larut atau tidak larut. Jika sampel
tidak larut, ditambahkan HCl 5%
kedalam tabung reaksi tersebut sampai
asam. Dicatat apakah terbentuk endapan
(kekeruhan).
c. Uji kelarutan dalam NaHCO3 5% (tidak dilakukan uji coba)
Perlakuan Hasil pengamatan
Ditambahkan 10 tetes sampel dalam -
tebaung reaksi kemudian ditambahkan 1
mL NaHCO3 5%.
Diamati gelembung yang ada pada -
permukaan larutan.
Diaduk larutan dengan batang pengaduk -
kaca.
Dicatat apakah sampel larut dan -
gelembung CO2 atau tidak larut dan
gelembung CO2.
d. Uji kelarutan HCl 5%
Perlakuan Hasil Pengamatan
Ditambahkan HCl 5% sebanyak 1 mL
secara berturut-turut hingga 3 mL pelarut
kedalam 10 tetes sampel. Senyawa bersifat
basa akan membentuk Hidroklorida yang
larut dalam air, tetapi akan mengendap
pada kelebihan asam. Jika sampel tidak
larut, dipisahkan cairan supernatant,
dengan menggunakan pipet. Kemudian
ditambahkan NaOH 5% sampai bersifat
basa.
e. Uji kelarutan H2SO4 pekat
Perlakuan Hasil Pengamatan
Dimasukkan 3 tetes H2SO4 kedalam
tabung reaksi kering.

Ditambahkan 10 tetes mL cairan sampel. a. Cuka apel

b. Pembersih kuku

c. Pembersih tangan
d. Desinfektan

e. Pengawet mayat
Dikocok beberapa lama.

Diamati perubahan yang terjadi, apakah


sampel larut atau tidak larut.

Anda mungkin juga menyukai