Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Perilaku Organisasi
Dosen Pengampu:
Disusun oleh:
Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, sehingga
kami mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Perilaku
Organisasi dengan judul “Budaya Organisasi” yang diampu oleh Ibu Mun Yah Zahiroh
SE.,M.B.A
Kami selaku penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan. Untuk itu, saya mengharapkan kritik
serta saran dari pembaca untuk makalah ini, agar makalah ini nantinya bisa menjadi makalah
yang lebih baik lagi. Demikian, apabila ada kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf
yang sebesar-besarnya.
Contents
KATA PENGANTAR.............................................................................................................................................. 2
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................................... 3
BAB I ................................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................................................................. 4
A. LATAR BELAKANG................................................................................................................................... 4
B. RUMUSAN MASALAH ............................................................................................................................. 5
BAB II .................................................................................................................................................................. 6
PEMBAHASAN .................................................................................................................................................... 6
I. Asal Muasal Budaya Organisasi.............................................................................................................. 6
II. Pengertian Budaya Organisasi ............................................................................................................... 6
III. Aspek Budaya Organisasi ................................................................................................................... 8
IV. Asumsi Teori Budaya Organisasi ......................................................................................................10
V. Perkembangan Budaya Organisasi.......................................................................................................14
VI. Pengaruh Budaya Organisasi ...........................................................................................................14
VII. Jenis Budaya Organisasi ...................................................................................................................15
VIII. Contoh Budaya Organisasi ...............................................................................................................17
BAB III ...............................................................................................................................................................19
PENUTUP ..........................................................................................................................................................19
A. KESIMPULAN ........................................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................................20
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Setiap organisasi mempunyai budayanya masing-masing yang menjadi ciri khas suatu
organisasi. Budaya sebuah organisasi memegang peranan yang cukup penting dalam organisasi
tersebut karena budaya yang baik akan dapat memberikan kenyamanan yang kemudian menunjang
peningkatan kinerja anggotanya. Sebaliknya, budaya organisasi yang kurang baik atau yang kurang
sesuai dengan pribadi anggotanya akan memicu penurunan kinerja setiap anggota.
Dewasa ini banyak perusahaan yang mengubah budayanya agar dapat menunjang kemajuan
perusahaan tersebut. Hal ini semakin membuktikan bahwa budaya suatu organisasi dapat
sedemikian mempengaruhi sebuah organisasi. Keberlangsungan suatu organisasipun sedikit-banyak
terpengaruh oleh budaya organisasi. Sebagai contoh, budaya nepotisme di suatu organisasi atau
perusahaan sudah tentu akan mengantarkan organisasi atau perusahaan tersebut ke gerbang
kehancuran. Bagaimana tidak, dengan merekrut orang-orang yang hanya satu ras saja atau satu
keluarga dalam perusahaan tersebut tanpa merujuk pada prestasi, kredibilitas, kemampuan serta
kesetiaan pada perusahaan sudah pasti akan menurunkan kualitas suatu perusahaan yang lama
kelamaan akan tersingkir oleh perusahaan lain yang lebih merekrut karyawan dengan kualitas yang
baik tanpa melihat ras, agama atau warna kulit.
Namun, dalam hal menciptakan serta menumbuhkan sebuah budaya organisasi tidak hanya
bertitik tumpu pada kenyamanan anggota saja. Ada banyak faktor-faktor lain yang harus
diperhatikan. Diperlukan pemikiran yang matang untuk dapat menciptakan dan menumbuh-
kembangkan budaya yang akan dapat berdampak baik perusahaan
B. RUMUSAN MASALAH
1. Menjelaskan asal muasal budaya organisasi
2. Menjelaskan pengertian budaya organisasi\
3. Menjelaskan aspek budaya organisasi
4. Menjelaskan asumsi tentang budaya organisasi
5. Menjelaskan perkembangan budaya organisasi
6. Menjelaskan pengaruh budaya organisasi
7. Menjelaskan jenis budaya organisasi
8. Menjelaskan ontoh budaya organisasi
BAB II
PEMBAHASAN
Secara tradisional, pendiri organisasi memiliki pengaruh besar terhadap budaya awal
organisasi tersebut. Pendiri organisasi tidak memiliki kendala karena kebiasaan atauideologi
sebelumnya. Ukuran kecil yang biasanya mencirikan organisasi baru lebih jauh
memudahkan pendiri memaksakan visi mereka pada seluruh anggota organisasi. Proses
penyiptaan budaya terjadi dalam tiga cara. Pertama, pendiri hanya merekrut dan
mempertahankan karyawan yang sepikiran dan seperasaan dengan mereka. Kedua, pendiri
melakukan indoktrinasi dan menyosialisasikan cara pikir dan berperilakunya kepada
karyawan. Terakhir, perilaku pendiri sendiri bertindak sebagai model peran yang
mendorong karyawan untuk mengidentifikasi diri dan, dengan demikian, menginternalisasi
keyakinan,nilai, dan asumsi pendiri tersebut. Apabila organisasi mencapai kesuksesan, visi
pendiri lalu dipandang sebagai faktor penentu utama keberhasilan itu. Di titik ini, seluruh
kepribadian para pendiri jadi melekat dalam budaya organisasi
Seorang ahli lain pula mendeskripsikan budaya organisasi sebagai sebuah sistem
aturan informal yang menjelaskan bagaimana seseorang berperilaku dalam sebagian besar
waktunya di dalam sebuah organisasi. Dari beberapa definisi tersebut, penyusun mencoba
menarik kesimpulan bahwa budaya organisasi merupakan suatu habbit atau kebiasaan atau
tata cara yang biasanya dilakukan oleh hampir seluruh anggota organisasi/perusahaan
dimana tata cara tersebut tidak tertulis namun telah melekat erat pada setiap anggotanya dan
merupakan ciri khas organisasi tersebut.
Menurut kamus Bahasa Indonesia, kata budaya berasal dari bahasa Sansekerta Bodhya
yang berarti akal budi, sinonimnya adalah kultur yang berasal dari bahasa Inggris
Culture atau Cultuur dalam Bahasa Belanda. Kata Culture sendiri berasal dari bahasa
Latin Colere (dengan akar kata “Calo” yang berarti mengerjakan tanah, mengolah tanah
atau memelihara ladang dan memelihara hewan ternak.
Budaya adalah suatu hasil dari budi dan atau daya, cipta, karya, karsa, pikiran dan adat
istiadat manusia yang secara sadar maupun tidak, dapat diterima sebagai suatu perilaku
yang beradab. Dikatakan membudaya bila kontinu, konvergen
Tubuh atau alat tubuh, aturan, susunan, perkumpulan dari kelompok tertentu dengan
dasar ideologi yang sama.
Organisasi adalah kesatuan (Entity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar dengan
sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasikan, yang bekerja atas dasar yang relatif
terus-menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan.
III. Aspek Budaya Organisasi
1. Sumber dan Proses Penciptaan Budaya Organisasi
Kebiasaan, tradisi, dan cara umum dalam melakukan segala sesuatu yang ada di
sebuah perusahaan dewasa ini merupakan suatu hasil dari apa yang telah dilakukan oleh
anggota-anggota sebelumnya dan seberapa besar kesuksesan yang telah diraihnya di masa
lalu. Hal ini merujuk pada sumber tertinggi budaya sebuah organisasi: para pendirinya. Para
pendiri perusahaan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembentukan suatu
budaya organisasi. Hal ini dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu:
1) Inovasi dan keberanian mengambil risiko. Sejauh mana karyawan didorong untuk
bersikap inovatif dan berani mengambil risiko.
2) Perhatian pada hal-hal rinci. Sejauh mana karyawan diharapkan menjalankan presisi,
analisis, dan perhatian pada hal-hal detail.
3) Orientasi hasil. Sejauh mana manajemen berfokus lebih pada hasil ketimbang pada
teknik dan proses yang digunakan untuk mencapai hasil tersebut.
4) Orientasi orang. Sejauh mana keputusan-keputusan manajemen mempertimbangkan
efek dari hasil tersebut atas orang yang ada di dalam organisasi.
5) Orientasi tim. Sejauh mana kegiatan-kegiatan kerja di organisasi pada tim ketimbang
pada indvidu-individu.
6) Keagresifan. Sejauh mana orang bersikap agresif dan kompetitif ketimbang santai.
7) Stabilitas. Sejauh mana kegiatan-kegiatan organisasi menekankan dipertahankannya
status quo dalam perbandingannya dengan pertumbuhan.
1) Batas
Budaya berperan sebagai penentu batas-batas; artinya, budaya menciptakan perbedaan
atau yang membuat suatu organisasi dan membedakannya dengan organisasi lainnya.
2) Identitas
Budaya memuat rasa identitas suatu organisasi.
3) Komitmen
Budaya memfasilitasi lahirnya komitmen terhadap sesuatu yang lebih besar daripada
kepentingan individu.
4) Stabilitas
5) Budaya meningkatkan stabilitas sistem sosial karena budaya adalah perekat sosial yang
membantu menyatukan organisasi dengan cara menyediakan standar mengenai apa yang
sebaiknya dikatakan dan dilakukan karyawan.
6) Pembentuk sikap dan perilaku
Budaya bertindak sebagai mekanisme alasan yang masuk akal (sense-making) serta
kendali yang menuntun dan membentuk sikap dan perilaku karyawan. Fungsi terakhir
inilah yang paling menarik.
1) Hambatan bagi keragaman. Merekrut karyawan baru yang, karena faktor ras, usia,
jenis kelamin, ketidakmampuan, atau perbedaan-perbedaan lain, tidak sama dengan
mayoritas anggota organisasi lain akan menciptakan sebuah paradoks.
2) Hambatan bagi akuisisi dan merger. Secara historis, faktor kunci yang diperhatikan
manajemen ketika membuat keputusan akuisisi atau merger terkait dengan isu
keuntungan finansial atau sinergi produk. Belakangan ini, kesesuaian budaya juga
menjadi fokus utama.
Kemudian, ada tiga asumsi yang mengarahkan teori budaya organisasi menurut Pacanowsky
dan O’Donnel, yaitu :
1) Anggota – anggota organisasi menciptakan dan mempertahankan perasaan yang dimiliki
bersama mengenai realitas organisasi, yang berakibat pada pemahaman yang lebih baik
mengenai nilai - nilai sebuah organisasi.
2) Penggunaan dan interpretasi symbol sangat penting dalam budaya organisasi.
3) Budaya bervariasi dalam organisasi – organisasi yang berbeda, dan interpretasi tindakan
dalam budaya ini juga beragam.
Tiga asumsi dari teori budaya organisasi ini didasari oleh keyakinan bahwa ketika
para peneliti mempelajari budaya organisasi, mereka akan menemukan jaring yang
kompleks dan rumit. Pacanowsky dan O’Donnel Trujillo yakin bahwa perspektif
interpretasi simbolik memberikan gambaran realistis mengenai budaya tentang sebuah
perusahaan. Metode yang digunakan dalam penelitian teori budaya organisasi ini, dari
Clifford Geertz yaitu pemahaman etnografi. Geertz ( 1973 ) beragumen bahwa untuk
memahami budaya, seseorang harus melihat dari sudut pandang anggota budaya tersebut.
Untuk melakukan hal ini Geertz percaya bahwa para peneliti harus menjadi etnograf. Para
etnograf sering kali menyertakan kajian mereka yang merupakan penelitian naturalistik
dimana mereka yakin bahwa cara yang mereka gunukan dalam mempelajari budaya lebih
natural dibandingkan dengan cara yang digunakan oleh para peneliti kuantitatif.
Dengan mengingat hal ini, Geertz menyatakan bahwa etnografi bukan ilmu
eksperimental melainkan sebuah metode yang menguak makna. Menemukan makna
merupakan hal yang paling penting etnografi. Dalam tulisannya, Geertz ( 1973 )
menhimpulkan bahwa etnografi sejenis deskripsi tebal ( Thick Description ) atau penjelasan
mengenai lapisa – lapisan rumit dari makna yang mendasari sumber budaya. Karena itu para
etnograf berusaha memahami deskripsi tebal dari budaya untuk “menyelediki makna yang
tidak tampak dari sesuatu”. Geertz percaya tidak ada analisis budaya yang lengkap karena
semakin dalam seseorang berusaha masuk, semakin kompleks budaya tersebut. Oleh karena
itu sangat tidak mungkin untuk sepenuhnya pasti mengenai sebuah budaya dan norma atau
nilainya. Teori budaya organisasi berakar pada etnografi, dan budaya organisasi hanya dapat
dilihat dengan mengadopsi prinsip – prinsip etnografi.
Ada komponen yang penting dalam Teori Budaya Organisasi, yaitu Performa
Komunikatif. Pacanowsky dan O’Donnel Trujilo (1982) menyatakan bahwa anggota
organisasi melakukan performa komunikasi tertentu yang berakibat pada munculnya budaya
organisasi yang unik. Performa adalah metafora yang menggambarkarkan proses simbolik
dari pemahaman akan perilaku manusia dalam sebuah organisasi. Performa ini terbagi atas :
1) Performa ritual
Semua performa komunikasi yang terjadi secara teratur dan berulang disebut
performa ritual. Ritual terdiri atas empat jenis, yaitu personal,tugas, sosial dan
organisasi. Ritual Personal mencakup semua hal yang anda lakukan secara rutin
ditempat kerja. Misalnya, banyak anggota organisasi secara teratur mengecek pesan
sura atau e-mail mereka ketika mereka bekerja setiap hari. Ritual Tugas adalah
perilaku rutin yang dikaitkan dengan pekerjaan seseorang. Ritual tugas membantu
menyelesaikan pekerjaan. Misalnya, ritual tugas seorang karyawan di Departemen
Kendaraan Bermotor termasuk mengeluarkan ujian mata dan tertulis, mengambil
foto dari calon pengemudi, dan melaksanakan ujian mengemudi, memverifikasi
asuransi mobil, dan menerima pembayaran. Ritual Sosial adalah rutinitas verbal dan
nonverbal yang biasanya mempertimbangkan interaksi dengan orang lain. Misalnya,
beberapa anggota organisasi berkumpul bersama untuk menghabiskan waktu
bersama pada hari jumat untuk merayakan akhir pekan. Ritual sosial juga dapat
mencakup perilaku nonverbal didalam organisasi. Ritual Organisasi adalah kegiatan
perusahaan yang sering dilakukan seperti rapat divisi, rapat fakultas dan bahkan
piknik perusahaan.
2) Performa Hasrat
Performa hasrat merupakan kisah – kisah mengenai organisasi yang sering kali
diceritakan secara antusias oleh para anggota organisasi dengan orang lain.
3) Performa sosial
Perfoma sosial merupakan perpanjangan sikap santun dan kesopanan untuk
mendorong kerja sama diantara anggota organisasi. Pepatah mengatakan “hal kecil
memulai hal yang besar” bererhubungan langsung dengan performa ini. baik dengan
senyuman maupun sapaan “selamat pagi”, menciptakan suatu rasa kekeluargaan
seringkali merupakan bagian dari budaya organisasi.
4) Performa politik
Budaya ini menjalakan kekuasaan atau kontrol. Walaupun demikian banyak
organisasi bersifat hararki: harus ada seseorang dengan kekuasaan untuk mencapai
sesuatu dan memiliki kontrol yang cukup untuk mempertahankan dasar – dasar yang
ada. Ketika anggota organisasi terlibat dalam performa politis, mereka
mengkomunikasikan keinginan untuk mempengaruhi orang lain.
5) Performa enkulturasi
Performa ini merujuk pada bagaimana anggota mendapatkan pengetahuan dan
keahlian untuk dapat menjadi anggota organisasi yang mampu mengkontribusi.
Performa ini berupa sesuatu yang berani maupun yang hati – hati, dan performa ini
mendemonstrasikan kompetensi seorang anggota dalam sebuah organisasi.
V. Perkembangan Budaya Organisasi
Teori Organisasi berkembang melalui 3 pendekatan yang munculnya berurutan, yaitu:
Jenis budaya organisasi adalah terdiri dari dua macam. Yaitu, budaya kinerja terbuka dan
partisipatif, serta budaya kinerja tertutup dan otokratis.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Budaya organisasi adalah sebuah sistem makna bersama yang dianut oleh para
anggota yang membedakan suatu organisasi dari organisasi-organisasi lainnya. Sistem
makna bersama ini adalah sekumpulan karakteristik kunci yang dijunjung tinggi oleh
organisasi. Teori Budaya Organisasi ini, dicetuskan oleh Pacanowsky dan O'Donnell
Trujillo. Maka dari pembahasan ini dapat kita disimpulkan bahwa teori budaya organisasi
ini merupakan teori yang memiliki pengaruh penting dalam teori dan penelitian di bidang
komunikasi organisasi. Dengan kata lain, budaya organisasi adalah esensi dari kehidupan
organisasi. Orang-orang memegang peranan penting dalam organisasi dan karena itu, sangat
penting untuk mempelajari perilaku dalam organisasi. Pacanowsky dan O’donnel Trujillo
menyatakan bahwa anggota-anggota dari organisasi terlibat didalam banyak perilaku
komunikasi yang memberikan kontribusi bagi budaya organisasi tersebut, budaya organisasi
ini dapat diuraikan dalam berbagai cara salah satunya melalui metode yang digunakan
Clifford Geertz yaitu pemahaman etnografi. Oleh karena itu, budaya organisasi disimpulkan
pula sebagai “ruh” organisasi karena bersemayam filosofi, misi dan visi organisasi yang
akan menjadi kekuatan penting untuk berkompetisi didalam organisasi itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
1. Arifin Tahir. (2014). Perilaku Organisasi (Edisi 1). Yogyakarta: CV Budi Utama.
2. Fattah, H. (2017). Kepuasan Kerja dan Kinerja Pegawai. Yogyakarta: Elmatera.
3. Fauzan, M. O., & Fathiyah. (2017). J-MAS Vol.2 No.2, Oktober 2017, 2(2),
183–195.
4. Hari Sulaksono. (2015). Budaya Organisasi Dan Kinerja. Yogyakarta: CV Budi
Utama.
5. Latib, Fathoni, A., & Minarsih, M. M. (2016). Pengaruh Budaya Organisasi,
Kepemimpinan dan Motivasi Terhadap Komitmen Organisasi dan Kinerja
Pegawai (Studi Pegawai Dinas Pasar Kota Semarang). Journal of Management,
2(2), 2015–2017. Https://doi.org/10.1111/jeb.12825
6. Timotius Duha. (2014). Perilaku Organisasi. Yogyakarta: CV Budi Utama.
7. https://ilmumanajemenindustri.com/jenis-tipe-budaya-
organisasi/#:~:text=Empat%20Tipe%20Budaya%20Organisasi%201%20Kebuda
yaan%20Klan%20%28,hasil.%20...%204%20Kebudayaan%20Hirarki%20%28
%20Hierarchy%20culture%29 diakses pada 28, November 2021. Pada pukul
11.03 WIB
8. https://www.harmony.co.id/blog/ketahui-contoh-budaya-organisasi, diakses pada
28 November 2021. Pada pukul 14.21 WIB