PENDAHULUAN
warga negaranya.”1
dan sistem politik yang konkrit, yaitu pada akhir abad ke-19, dianggap bahwa
konstitusi tertulis, yang dengan tegas menjamin hak-hak asasi dari warga
negara.”3
1
Miriam budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik Edisi Revisi, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama,
2008, hal 107.
2
Ibid.
3
Ibid.
1
2
22
pemerintah dalam tangan satu orang atau satu badan.”4 “Perumusan yuridis
dari prinsip-prinsip ini dikenal dengan istilah negara hukum (Rechtsstaat) dan
Rule of Law.”5
1945 dari sudut pandang Hukum Tata Negara merupakan ”Conditio Sine
ini dilakukan dalam rangka mendesain demokrasi atau kedaulatan rakyat yang
lakukan oleh bangsa Indonesia yang salah satunya adalah kepastian sistem
pertama dilakukan pada tahun 1999, titik berat dalam perubahan pertama
amandemen ketiga dilakukan pada tahun 2001, titik berat perubahan tentang
4
Ibid, hal 107-108.
5
Ibid.
6
Dahlan Thaib, Ketatanegaran Indonesia Perspektif Konstitusi, Total Media, 2009, hal 173.
7
Ibid.
8
Iswanto, Bahan Kuliah HTN II, Hak Legislasi “Hak Legislasi dalam Tiga Undang-Undang
Dasar Republik Indonesia”, Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2006, hal 19.
3
Balances.”12
John Locke pada tahun 1690 dan kemudian dikembangkan oleh Montesquieu
9
Ibid.
10
Ibid.
11
Teguh Satya Bhakti, Pola Hubungan Presiden dan Legislatif Menurut Perubahan UUD 1945,
Jurnal Konstitusi Volume 6 Nomor 4, Nopember 2009, hal 117.
12
Sumali, Reduksi Kekuasaan Eksekutif dibidang peraturan pengganti uu (perpu), Malang,
Universitas Muhammadiyah Malang, 2002, hal 39.
13
Ibid, hal 9.
14
Ibid.
4
berikut:
lain).”17
15
Moh. Mahfdud MD, Dasar & Struktur Ketatanegaraan Indonesia Edisi Revisi, Rineka Cipta,
2001, hal 72.
16
Ibid.
17
Ibid.
18
Ibid.
19
Ibid, hal 72-73.
5
berikut:
”Dalam lampiran dari bukunya ”The Law and The Constitution”, Prof.
menentukan tindakan seseorang atau kelompok lain ke arah tujuan dari pihak
determine the action of another in the direction of the former’s own ends).23
20
Ibid.
21
Ismail Suny, Pembagian Kekuasaan Eksekutif suatu penyelidikan perbandingan dalam Hukum
Tata Negara Inggeris, Amerika Serikat, Uni Sovyet, dan Indonesia, Aksara Baru, 1982, hal 3.
22
Ibid.
23
Miriam Budiarjo, Op Cit. hal 60.
6
kabur, kadang menunjuk pada jabatan Presiden atau Perdana Menteri, namun
kabinet.”25
dan tanggungjawabnya.”27
24
Sumali, Op Cit.
25
Ibid.
26
Inu Kencana Syafiie, Pengantar Ilmu Pemerintahan, Bandung, Rafika Aditama, 2009, hal 121.
27
Ibid.
28
Sumali, Op Cit.
29
CST Kansil, Hukum Tata Negara Republik Indonesia, Bina Aksara, 1986, hal 70.
7
Sistem dan Pemerintahan. Kata sistem dilihat dari segi etimologi adalah
atau badan tertinggi yang memerintah suatu negara, daerah atau negara.”33
arti luas yang bekerja bersama-sama untuk mencapai suatu tujuan dari
30
Ibid.
31
Ibid, hal 71.
32
Dasril Radjab, Hukum Tata Negara, Jakarta, Rineka Cipta, 2005, hal 5.
33
Ibid.
34
Soehino, Hukum Tata Negara; Sistem Pemerintahan Negara, Yogyakarta, Liberty, 1993, hal 77.
35
Ibid.
8
dilaksanakan oleh masing-masing badan dalam hal ini juga ditentukan dalam
lembaga yang satu dengan yang lainnya untuk mewujudkan tujuan dari
Indonesia yaitu dalam pembukaan UUD 1945. Dalam suatu negara yang
36
Ibid.
37
Ibid.
9
undang-undang.
itu hanya relevan dalam sistem parlementer yang memang mempunyai dua
dalam konteks pengertian negara hukum dan prinsip Rule Of Law, dapat
38
Jimly Asshidiqie, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, Jakarta, Konstitusi Press, 2005,
hal 203.
39
Ibid.
40
Ibid.
41
Ibid.
42
Ibid.
10
Presiden bersama-sama lembaga negara atau subyek hukum tata negara lain
persetujuan DPR sebagai wakil rakyat.”44 Oleh ”karena itu tidak adanya
”Sebagaimana kita ketahui dalam pasal 5 ayat (1) UUD 1945 Presiden
absolut. Oleh karena itu dalam proses amandemen UUD 1945 kekuasaan
dipertegas.”47
dibandingkan dengan hak inisiatif anggota DPR, baik pada masa lalu maupun
43
Ibid.
44
http// www. Legalitas. Org. diakses pada tanggal 1 maret 2010. pukul 10.00. hal 1.
45
Ibid.
46
Ibid, hal 2.
47
Ibid.
11
dewasa ini. Hal ini sudah merupakan kecenderungan umum.”48 ”Dalam sistem
”Menjadi tidak jelas arah yang dituju atas perubahan Pasal 5 ayat (1)
dan Pasal 20 ayat (1) dalam pembentukan UU, apakah berkiblat ke AS atau
DPR, sedangkan di AS, Presidennya memiliki hak veto yang bisa di counter
veto oleh Congres sebagai perwujudan dari Checks and Balances System.”51
12
Jika dikatakan berkiblat ke Negara-negara Eropa dengan sistem Continental,
tentu saja tidak perlu mengubah ketentuan Pasal 5 ayat (1) dan pasal 20 ayat
(1).”52
UUD 1945 maka rumusan pasal Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 ayat (1) UUD
48
Abdy Yuhana, Sistem Ketatanegaraan Indonesia Pasca Perubahan UUD 1945 Edisi Revisi,
Bandung, Fokus Media, 2009, hal 10.
49
Ibid, hal 10 -11.
50
Ibid, hal 10.
51
Ibid.
52
Ibid.
12
53
Perubahan Pertama disahkan pada tanggal 19 Oktober 1999.
54
Perubahan kedua disahkan pada tanggal 18 Agustus 2000.
55
http// www. Legalitas. Org, Op Cit, hal 2.
56
Ibid, hal 3.
13
yang stabil dan efektif. Kedua, adalah personal dan kapasitas yang menjadi
Presiden.”57
demikian itulah yang semula dibayangkan ideal oleh kalangan para perancang
UUD 1945.”61
presidensial yang dianut dalam UUD 1945 itu tidak sama sekali murni
57
Ibid.
58
Jimly Ashissdiqie, Hukum Tata Negara Dan Pilar-pilar Demokrasi Serpihan Pemikiran
Hukum, Media Dan HAM, Jakarta, Konstitusi Press, 2005, hal 108.
59
Ibid.
60
Ibid.
61
Ibid.
62
Ibid.
63
Ibid.
14
”Salah satu sistem parlementer yang dianut dalam UUD 1945 adalah
lainnya, atau perbuatan tercela maupun apabila terbukti tidak lagi memenuhi
haluan negara itu bersifat sangat luas yaitu dapat mencakup pengertian politik
untuk dikaji jauh lebih mendalam lagi, oleh sebab itu dalam penelitian ini
64
Ibid, hal 108-109.
65
Ibid.
66
Ibid.
67
Ibid.
15
B. Pembatasan masalah
C. Perumusan masalah
dengan tujuan yang telah ditetapkan, oleh karena itu perumusan masalah
Indonesia?
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Objektif
eksekutif di Indonesia.
16
E. Manfaat Penelitian
Surakarta.
F. Metode Penelitian
dan benar akan diperoleh validitas data serta dapat mempermudah penulis
penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Jenis penelitian
68
Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tujuan Singkat, Jakarta,
Rajawali, 1990, hal 15.
17
2. Metode Pendekatan
dengan berpijak pada pola pikir dari konsep hukum formal dan norma-
3. Jenis data
69
Kudzalifah Dimyati dan Kelik Wardiono, Metode Penelitian Hukum (Bahan Kuliah MPH),
Surakarta, Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2008, hal 6.
18
pemerintahan di Indonesia.
dengan masalah
70
Kamus Besar Bahasa Indonesia.
19
71
Roni Hanitjo Soemitro, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri, Jakarta, Ghalia Indonesia,
1988, hal 64.
72
Amiruddin dan H. Zainal Askin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT Raja Grafindo
Persada, 2004, hal 164 – 167.
20
G. Sistematika skripsi
Penulisan skripsi ini terdiri atas empat (4) bab yang disusun secara
sistematis, dimana bab yang satu dengan yang lainnya merupakan satu
DAFTAR PUSTAKA.