Anda di halaman 1dari 22

KONSEP TEORI DAN ASUHAN KEPERAWATAN

RHEUMATOID ATRITHIS

Disusun Oleh :

KELOMPOK 1

1. Rina Kamisna
2. Cut Nadia Ulfa
3. Maulani cendy arita
4. Monalisa
5. Haris Zakiyanda
6. Raizatul Hilma

Dosen : Ns. Faridah Hanum, M. Kep


Mata Kuliah : Keperawatan Gerontik
Semester : VII-C

PRODI S1 KEPERAWATAN

STIKes MUHAMMADIYAH LHOKSEUMAWE

2021

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan
rahmat, serta penyertaan-Nya, sehingga makalah ini dapat kami selesaikan. Dalam penulisan
makalah "Konsep Teori Dan Asuhan Keperawatan Rheumatoid Atrithis" ini kami berusaha
menyajikan bahan dan bahasa yang sederhana, singkat serta mudah dicerna isinya oleh para
pembaca.

Kami menyadari bahwa asuhan keperawatan ini jauh dari kata sempurna serta masih
terdapat kekurangan dan kekeliruan dalam penulisan makalah ini. Maka kami berharap
adanya masukan dari berbagai pihak untuk perbaikan dimasa yang akan mendatang. Akhir
kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dipergunakan dengan layak
sebagaimana mestinya.

Lhokseumawe, 10 Desember 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................................. ii
Daftar isi........................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................. 2
1.3 Manfaat.............................................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian.......................................................................................................... 3
2.2 Etiologi.............................................................................................................. 3
2.3 Patofisiologi....................................................................................................... 4
2.4 Klasifikasi.......................................................................................................... 4
2.5 Manifestasi Klinis.............................................................................................. 5
2.6 Tanda dan Gejala............................................................................................... 6
2.7 Komplikasi........................................................................................................ 7
2.8 Pemeriksaan Penunjang..................................................................................... 7
2.9 Penatalaksanaan................................................................................................. 8
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian......................................................................................................... 10
3.2 Diagnosa Keperawatan...................................................................................... 16
3.3 Intervensi dan Implementasi.............................................................................. 17
3.4 Evaluasi............................................................................................................. 18
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan........................................................................................................ 19
4.2 Saran.................................................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 20

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perubahan perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan meningkatnya
usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut pada semua organ dan
jaringan tubuh. Keadaan demikian itu tampak pula pada semua sistem tubuh termasuk sistem
muskuloskeletal. Salah satu golongan penyakit yang sering menyertai usia lanjut yang
menimbulkan gangguan muskuloskeletal terutama adalah reumatoid artritis. Kejadian
penyakit tersebut akan makin meningkat sejalan dengan meningkatnya usia manusia.
Menguntip pendapat Sjamsuhidajat (2002), artritis reumatoid merupakan penyakit autoimun
dari jaringan ikat terutama sinovial dan kausanya multifaktor.Penyakit ini ditemukan pada
semua sendi dan sarung sendi tendon, tetapi paling sering di tangan. Selain menyerang sendi
tangan, dapat pula menyerang sendi siku, kaki, pergelangan kaki dan lutut. Artritis kronik
yang terjadi pada anak yang menyerang satu sendi atau lebih, dikenal dengan artitis
reumatoid juvenil. Biasanya reumatoid artritis timbul secara sistemik.

Gejala yang timbul berupa nodul subkutan yang terlihat pada 30% penderita. Nodul
sering terdapat di ekstremitas atas dan tampak sebagai vaskulitis reumatoid, yang merupakan
manisfestasi ekstraartikuler.Bila penyakit ini terjadi bukan pada sendi, seperti bursa, sarung
tendon, dan lokasi lainnya dinamakan reumatoid ektraarikuler. Reumatik bukan merupakan
suatu penyakit, tapi merupakan suatu sindrom dan golongan penyakit yang menampilkan
perwujudan sindroma reumatik cukup banyak, namun semuanya menunjukkan adanya
persamaan ciri. Menurut kesepakatan para ahli di bidang rematologi, reumatik dapat
terungkap sebagai keluhan atau tanda. Dari kesepakatan, dinyatakan ada tiga keluhan utama
pada sistem muskuloskeletal yaitu: nyeri, kekakuan dan kelemahan, serta adanya tiga tanda
utama yaitu: pembengkakan sendi, kelemahan otot, dan gangguan gerak. (Soenarto, 2000).

Reumatik dapat terjadi pada semua umur dari kanak kanak sampai usia lanjut, atau
sebagai kelanjutan sebelum usia lanjut. Pucak dari reumatoid artritis terjadi pada umur
dekade keempat, dan penyakit ini terdapat pada wanita 3 kali lebih sering dari pada laki- laki.
Pengetahuan tentang asuhan keperawatan muskuloskeletal mengenai reumatoid artritis sangat
dibutuhkan mahasiswa keperawatan ataupun seorang perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan secara kompherensif.Oleh Karena itu kami akan membahas lebih lanjut tentang
asuhan keperawatan reumatoid artritis.

1
1.2 Rumusan masalah

1) Untuk mengetahui konsep teori reumatoid Atritis.

2) Untuk mengetahui asuhan keperawatan reumatoid Atritis.

1.3 Manfaat Penulisan

1) Bagi Masyarakat Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang reumatoid Atritis.

2) Bagi penulis Menambah ilmu pengetahuan tentang konsep teori dan asuhan keperawan
reumatoid Atritis

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 PENGERTIAN
Rhematoid artritis adalah peradangan yang kronis sistemik, progresif dan lebih banyak
terjadi pada wanita, pada usia 25-35 tahun. Penyakit reumatik adalah penyakit inflamasi non-
bakterial yang bersifat sistemik, progesif, cenderung krönik dan mengenai sendi serta
jaringan ikat sendi secara simetris.( Rasjad Chairuddin, Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi, hal.
165) Artritis reumatoid merupakan inflamasi kronik yang paling sering ditemukan pada
sendi. Insiden puncak adalah antara usia 40 hingga 60 tahun, lebih sering pada wanita
daripada pria dengan perbandingan 3 : 1.
Penyakit ini menyerang sendi-sendi kecil pada tangan, pergelangan kaki dan sendi-
sendi besar dilutut, panggul serta pergelangan tangan. (Muttaqin, 2006) Kata arthritis berasal
dari dua kata Yunani. Pertama, arthron, yang berarti sendi. Kedua, itis yang berarti
peradangan.Secara harfiah, arthritis berarti radang sendi. Sedangkan rheumatoid arthritis
adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian (biasanya sendi tangan dan kaki)
mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya
menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi (Gordon, 2002).

2.2 ETIOLIGI
Penyebab pasti rheumatoid arthritis belum diketahui secara pasti, diperkirakan
merupakan kombinasi dari faktor genetik, lingkungan, homonal dan faktor sistem reproduksi.
Namun faktor pencetus terbesar adalah faktor infeksi seperti bakteri, mikoplasma dan virus.
Menurut Smith dan Haynes (2002). ada beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan
seseorang menderita rheumatoid arthritis yaitu :
1. Faktor genetic
Beberapa penelitian yang telah dilakukan melaporkan terjadinya rheumatoid arthritis
sangat terkait dengan faktor genetik. Delapan puluh persen orang kulit putih yang
menderita rheumatoid arthritis mengekspresikan HLA-DRI atau HLA-DR4 pada MHC
yang terdapat di permukaan sel T. Pasien yang mengekspresikan antigen HLA-DR4 3,5
kali lebih rentan terhadap rheumatoid arthritis.
2. Mekanisme IMUN ( Antigen-Antibody) seperti interaksi antara IGC dan faktor
Reumatoid
3. Usia dan jenis kelamin.

3
Insidensi rheumatoid arthritis lebih banyak dialami oleh wanita daripada laki-laki dengan
rasio 2:1 hingga 3:1.Perbedaan ini diasumsikan karena pengaruh dari hormon. Wanita
memiliki hormon estrogen sehingga dapat memicu sistem imun. Onset rheumatoid
arthritis terjadi pada usia sekitar 50 tahun.
4. Infeksi
Infeksi dapat memicu rheumatoid arthritis pada host yang mudah terinfeksi secara genetik.
Virus merupakan agen yang potensial memicu rheumatoid arthritis seperti parvovirus,
rubella, EBV, borellia burgdorferi.
5. Faktor lain nutrisi dan faktor lingkungan (pekerjaan dan psikososial), mekanisme imunitas
(antigen-antibodi). faktor metabolik (Suratun, Heryati, Manuring & Raenah, 2008).

2.3 PATOFISLOLOGI
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti vaskular,
eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang berkelanjutan, sinovial menjadi
menebal, terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi. Pada persendian ini granulasi
membentuk pannus, atau penutup yang menutupi kartilago. Pannus masuk ke tulang sub
chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi
kartilago artikuer, sehingga kartilago menjadi nekrosis. Tingkat erosi dari kartilago
menentukan tingkat ketidakmampuan sendi. Bila kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi
adhesi diantara permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis).
Kerusakan kartitago dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa
menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendian. Invasi dari tulang sub chondrial bisa
menyebkan osteoporosis setempat. Lamanya arthritis rhematoid berbeda dari tiap orang.
Ditandai dengan masa adanya serangan dan tidak adanya serangan, sementara ada orang
sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi, terutama yang
mempunyai faktor rhematoid (gangguan rhematoid) gangguan akan menjadi kronis yang
progresif.

2.4 KLASIFIKASI ARTRITIS REUMATOID


a. Buffer (2010) mengklasifikasikan reumatoid arthritis menjadi 4 tipe :
1) Reumatoid Arthritis
Klasik Pada tipe ini harus terdapat 7 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus
berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.

4
2) Reumatoid Arthritis
Defisit Pada tipe ini harus terdapat 5 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus
berlangsung terus meneris, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
3) Probable Reumatoid Arthritis
Pada tipe ini harus terdapat 3 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung
terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
4) Possible Rcumatoid arthritis
Pada tipe ini harus terdapat 2 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung
terus menerus, paling sedikit dalam waktu 3 bulan.

b. Jika ditinjau dari stadium penyakit, terdapat tiga stadium yaitu :


1) Stadium sinovitis
Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang ditandai hiperemi,
edema karena kongesti, nyeri pada saat bergerak maupun istirahat, bengkak dan kekakuan.
2) Stadium destruksi
Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi juga pada
jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon.
3) Stadium deformitas
Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali, deformitas dan
gangguan fungsi secara menetap.

2.5 MANIFESTASI KLINIS


Gejala awal terjadi pada beberapa sendi sehingga disebut poli artritis rheumatoid.
Persendian yang paling sering terkena adalah sendi tangan, pergelangan tangan, sendi lutut,
sendi siku pergelangan kaki, sendi bahu serta sendi panggul dan biasanya bersifat
bilateral/simetris. Tetapi kadang-kadang hanya terjadi pada satu sendi disebut artritis
reumatoid mono-artikular.(Chairuddin, 2003). Gejala yang sering muncul;
1. Kaku pada pagi hari (morning stiffness). Pasien merasa kaku pada persendian dan di
sekitarnya sejak bangun tidur sampai sekurang-kurangnya 1 jam sebelum perbaikan
maksimal.
2. Arthritis pada 3 daerah. Terjadi pembengkakan jaringan lunak atau persendian (soff
tissue swelling) atau lebih efusi, bukan pembesaran tulang (hyperostosis). Terjadi
pada sekurang-kurangnya 3 sendisecara bersamaan dalam observasi seorang dokter.
Terdapat 14 persendian yang memenuhi criteria, yaitu interfalang proksimal.

5
metakarpofalang, pergelangan tangan, siku, pergelangan kaki, dan metatarsofalang
kiri dan kanan.
3. Arthritis pada persendian tangan. Sekuráng-kurangnya terjadi pembengkakan satu
persendian tangan seperti tertera di atas.
4. Arthritis simetris. Maksudnya keterlibatan sendi yang sama : (tidak mutlak bersifat
simetris) pada kedua sisi secara serentak (symetrical polyartritis simultaneously).
5. Nodul rheumatoid, yaitu nodul subkutan pada penonjolan tulang atau permukaan
ektensor atau daerah jukstaartikular dalam observasi seorang dokter.
6. Faktor rheumatoid serum positif. Terdapat titer abnormal faktor rheumatoid serum
yang diperiksa dengan cara yang memberikan hasil positif kurang dari 5% kelompok
control.
7. Terdapat perubahan gambaran radiologis yang khas pada pemeriksaan sinar rontgen
tangan posteroanterior atau pergelangan tangan, yang harus menunjukkkan adanya
erosi atau dekalsifikasi tulang yang berlokalisasi pada sendi atau daerah yang
berdekatan dengan sendi.
Diagnosis artritis rheumatoid dapat ditegakkan jika sekurang-kurangnya terpenuhi 4
dari 7 kriteria di atas. Kriteria I sampai 4 harus terdapat minimal harus dialami selama 6
minggu. (Mansjoer. 2001)

2.6 TANDA DAN GEJALA


1. Tanda dan gejala setempat
Sakit persendian disertai kaku dan gerakan terbatas • Lambat laun membengkak,
panas merah, lemah Semua sendi bisa terserang, panggul, lutut, pergelangan tangan,
siku, rahang dan bahu
2. Tanda dan gejala sistemik
Lemah, demam tachikardi, berat badan turun, anemia (Mansjoer, 2001)
3. Gejala Extra-artikular
- Pada jantung : Reumatoid heard diseasure, Valvula lesion (gangguan katub),
Pericarditis, Myocarditis
- Pada mata : Keratokonjungtivitis, Scleritis Pada lympa : Lhymphadenopathy
- Pada thyroid : Lyphocytic thyroiditis Pada otot : Mycsitis

6
2.7 KOMPLIKASI
1. Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus peptik
yang merupakan komplikasi utama penggunaan obat antiinflamasi nonsteroid
(OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit (disease modifying antirheumatoid
drugs, DMRAD) yang menjadi penyebab mordibitas dan mortalitas utama pada
artitis reumatoid.
2. Komplikasi syaraf yang terjadi tidak memberikan gambaran jelas, sehingga sukar
dibedakan antara akibat lesi artikular dan lesi neuropatik. Umumnya berhubungan
dengan mielopati akibat ketidakstabilan verterbra servikal dan neuropati iskemik
akibat vaskulitis. (Mansjoer, 2001). Vaskulitis (inflamasi sistem vaskuler) dapat
menyebabkan trombosis dan infark.
3. Nodulus reumatoid ekstrasinovial dapat terbentuk pada katup jantung atau pada
panu, mata, atau limpa. Fungsi pemapasan dan jantung dapat terganggu. Glaukoma
dapat terjadi apabila nodulus yang menyumbat aliran keluar cairan okular terbentuk
pada mata.
4. Penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari, depresi, dan
stres keluarga dapat menyertai eksaserbasi penyakit. (Corwin, 2009).
5. Osteoporosis
6. Nekrosis sendi panggul.
7. Deformitaas sendi.
8. Kontraktur jaringan lunak.
9. Sindrom Sjogren (Bilotta, 2011).

2.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Berikut adalah pemeriksaan penunjang yang dapat membantu menegakkan diagnosis :
a, Pemeriksaan cairan sinovial
1) Warna kuning sampai putih dengan derajat kekeruhan yang menggambarkan
peningkatan jumlah sel darah putih.

2) Leukosit 5.000 50.000/mm', menggambarkan adanya proses inflamasi yang


didominasi oleh sel neutrophil (65%).

3) Rheumatoid factor positif, kadarmya lebih tinggi dari serum dan berbanding terbalik
dengan cairan sinovium.

7
b. Pemeriksaan darah tepi

1) Leukosit : normal atau meningkat ( <>3 ). Leukos it menurun bila terdapat


splenomegali: keadaan ini dikenal sebagai Felty's Syndrome.

2) Anemia normositik atau mikrositik, tipe penyakit kronis.

c. Pemeriksaan kadar sero-imunologi

1) Rheumatoid factor Ig M -75% penderita : 95% + pada penderita dengan nodul


subkutan

2) Anti CCP antibody positif telah dapat ditemukan pada arthritis rheumatoid dini,

d. Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan lunak, erosi
sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan ( perubahan awal ) berkembang
menjadi fomasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan subluksasio. Perubahan
osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.
e. Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas/ degenerasi
tulang pada sendi
f. Biopsi membran synovial : menunjukkan perubahan inflamasi dan perkembangan panas.

2.9 PENATALAKSANAAN
Tujuan penatalaksanaan reumatoid artritis adalah mengurangi nyeri, mengurangi
inflamasi, mënghentikan kenusakan sendi dan meningkatkan fungsi dan kemampuan
mobilisasi penderita. Adapun penatalaksanaan umum pada rheumatoid arthritis antara lain :
1. Pemberian terapi
Pengobatan pada rheumatoid arthritis meliputi pemberian aspirin untuk mengurangi
nyeri dan proses inflamasi, NSAIDS untuk mengurangi inflamasi, pemberian corticosteroid
sistemik untuk memperlambat destruksi sendi dan imunosupressive terapi untuk
menghambat proses autoimun.
2. Pengaturan aktivitas dan istirahat
Pada kebanyakan penderita, istirahat secara teratur menupakan hal penting untuk
mengurangi gejala penyakit. Pembebatan sendi yang terkena dan pembatasan gerak yang
tidak perlu akan sangat membantu dalam mengurangi progresivitas inflamasi. Namun
istirahat harus diseimbangkan dengan latihan gerak untuk tetap menjaga kekuatan otot dan
pergerakan sendi.

8
3. Kompres panas dan dingin
Kompres panas dan dingin digunakan untuk mendapatkan efek analgesic dan relaksan
otot. Dalam hal ini kompres hangat lebih efektive daripada kompres dingin.
4. Diet
Untuk penderita rheumatoid arthritis disarankan untuk mengatur dietnya. Diet yang
disarankan yaitu asam lemak omega-3 yang terdapat dalam minyak ikan.Mengkonsumsi
makanan seperti tahu untuk pengganti daging, memakan buah beri untuk menurunkan kadar
asam urat dan mengurangi inflamasi. Hindari makanan yang banyak mengandung purin
seperti bir darí minuman beralkohol, ikan anchovy, sarden, herring, ragi, jerohan, kacang-
kacangan, ekstrak daging. jamur, bayam, asparagus, dan kembang kol karena dapat
menyebabkan penimbunan asam urat dipersendian.
5. Banyak minum air untuk membantu mengencerkan asam urat yang terdapat dalam darah
sehingga tidak tertimbun di sendi. (NANDA, 2013).
6. Gizi
Pemenuhan gizi pada atritis reumatoid adalah untuk mencapai dan mempertahankan
status gizi yang optimal serta mengurangi peradangan pada sendi. Adapun syarat-syarat diet
atritis rheumatoid adalah protein cukup, lemak sedang, cukup vitamin dan mineral, cairan
disesuaikan dengan urine yang dikeluarkan setiap hari.Rata-rata asupan cairan vang
dianjurkan adalah 2 -2 % L/hari, kärbohidrat dapat diberikan lebih banyak yaitu 65 -75%
dari kebutuhan energi total.
7. Pembedahan
Pembedahan dilakukan apabila rheumatoid arthritis sudah mencapai tahap akhir.
Bentuknya dapat berupa tindakan arhthrodesis untuk menstabilkan sendi, arthoplasty atau
total join replacement untuk mengganti sendi.

9
BAB III
TINJAUAN TEORI
ASUHAN KEPEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
a. Aktivitas/Istirahat
Gejala : Nyeri sendi karena pergerakan, nyeri tekan, yang memburuk dengan stress pada
sendi; kekakuan sendi pada pagi hari, biasanya terjadi secara bilateral dan simetris.
Keterbatasan fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, aktivitas istirahat, dan
pekerjaan. Gejala lain adalah keletihan dan kelelahan yang hebat.
Tanda : Malaise, keterbatasan rentang gerak: atrofi otot, kulit; kontraktur/kelainan pada sendi
dan otot.
b. Kardiovaskuler
Gejala : Fenomena Raynaud jari tangan/kaki, misal pucat intermitten, sianotik, kemudian
kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal.
c. Integritas Ego
Gejala : Faktor-faktor stress akut/kronis, misal finansial, pekerjaan, ketidakmampuan, faktor-
faktor hubungan sosial. Keputusasaan dan ketidak berdayaan. Ancaman pada
konsep diri, cîtra tubuh, identitas diri misal ketergantungan pada orang lain, dan
perubahan bentuk anggota tubuh.
d. Makanan/Cairan
Gejala : Ketidakmampuan untuk menghasilkan/mengkonsumsi makan/cairan adekuat; mual,
anoreksia, dan kesulitan untuk mengunyah. Tanda Penurunan berat badan, dan
membran mukosa kering.
e. Hiegiene
Gejala : Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi secara mandiri.
Ketergantungan pada orang lain.
f. Neurosensori
Gejala : Kebas/kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan. Tanda :
Pembengkakan sendi simetris.
g. Nyeri
Gejala : Fase akut dari nyeri (disertai/tidak disertai pembengkakan jaringan lunak pada
sendi). Rasa nyeri kronis dan kekakuan (terutama pada pagi hari).

10
h. Keamanan
Gejala : Kulit mengilat, tegang: nodus subkutaneus. Lesi kulit, ulkus kaki. kesulitan dalam
menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga. Demam ringan menetap, kekeringan
pada mata, dan membran mukosa.
i. Interaksi sosial
Gejala : Kerusakan interaksi dengan keluarga/orang kain, perubahan peran isolasi.
j. Status kesehatan
a. Pengkajian Masalah Kesehatan Kronis
N Keluhan kesehatan atau gejala yang Selalu Sering Jarang Tidak
o dirasakan klien dalam waktu 3 bulan (3) (2) (1) pernah
terakhir. (0)
A Fungsi penglihatan
1. Penglihatan kabur
2. Mata berair
3. Nyeri pada mata
B Fungsi pendengaran
1. Pendengaran berkurang
2. Telinga berdenging
C Fungsi Paru (Pernafasan)
1. Batuk lama disertai keringat
malam
2. Sesak nafas
3. Berdahak/sputum
D Fungsi jantung
1. Jantung berdebar-debar
2. Cepat lelah
3. Nyeri dada
E Fungsi pencernaan
1. Mual/muntah
2. Nyeri ulu hati
3. Makan/minum banyak
(berlebihan)
4. Perubahan kebiasaan buang air
besar (mencret/sembelit)

11
F Fungsi pergerakan
1. Nyeri kaki saat berjalan
2. Nyeri pinggang atau tulang
belakang
3. Nyeri persendian atau bengkak
G Fungsi persarafan
1. Lumpuh atau kelemahan pada
kaki dan tangan
2. Kehilangan rasa
3. Gemetar/tremor
4. Nyeri/pegal pada daerah tekuk
H Fungsi Saluran perkemihan
1. Buang air kecil banyak
2. Sering buang air kecil
3. Pengeluaran air kemih
(Ngompol)
Keterangan :
Skor :
≤ 25 tidak ada masalah kesehatan kronis s/d masalah kesehatan kronis ringan
26 – 50 masalah kesehatan kronis sedang
≥ 51 masalah kesehatan berat
b. Fungsi Kognitif
N Item Pertanyaan Benar Salah
o (1) (0)
1. Jam berapa sekarang?
2. Kapan bapak/ibu lahir?
3. Tahun berapa sekarang?
4. Berapa umur bapak/ibu?
5. Dimana alamat?
6. Berapa jumlah anggota keluarga yang
tinggal bersama?
7. Siapa nama anggota keluarga yang
tinggal bersama?
8. Tahun berapa hari kemerdekaan
Indonesia?
9. Siapa nama presiden RI saat ini?
10 Coba hitung angka terbalik dari angka

12
20 ke 1 .
Keterangan :
Skor Benar : 8 – 10 Tidak ada gangguan
Skor Benar : 0 – 7 Ada gangguan
c. Fungsi Fungsional
No Aktivitas Mandiri Tergantung
(1) (0)
1. Mandi dikamar mandi (menggosok,
membersihkan dan mengeringkan badan)
2. Menyiapkan pakaian, membuka dan
mengenakan
3. Memakan makanan yang telah disiapkan
4. Memelihara kebersihan diri untuk
penampilan diri ( menyisir rambut,
mencuci rambut, menggosok gigi)
5. Buang air besar di WC (membersihkan
dan mengeringkan daerah bokong)
6. Dapat mengontrol pembuangan feses
(tinja)
7. Buang air kecil dikamar mandi
(membersihkan dan mengeringkan
daerah kemaluan)
8. Dapat mengontrol pembuangan air kemih
9. Berjalan di lingkungan tempat tinggal
atau keluar ruangan tanpa alat bantu
seperti tongkat
10. Menjalankan ibadah sesuai kepercayaan
yang dianut
11. Melakukan pekerjaan rumah seperti
merapikan tempat tidur, mencuci
pakaian, memasak dan membersihkan
ruangan
12. Berbelanja untuk kebutuhan sehari-hari
dan kebutuhan keluarga
13. Mengelola keuangan (menyiapkan dan
menggunakan uang sendiri)
14. Menggunakan sarana transformasi umum

13
untuk bepergian
15. Menyiapkan obat dan meminum obat
sesuai aturan
16. Merencanakan dan mengambil keputusan
untuk kepentingan keluarga dalam
penggunaan uang, aktivitas sosial yang
dilakukan dan kebutuhan akan pelayanan
kesehatan
17. Melakukan aktivitas diwaktu luang
( kegiatan keagamaan, sosial, rekresi,
olahraga dan menyalurkan hobi)
Keterangan :
Skor : 13-17 Mandiri
Skor : 0-12 Ketergantungan
d. Status Psikologis
No Apakah bapak/ibu dalam satu minggu Ya Tidak Jawaban
. terakhir
1. Merasa puas dengan kehidupan yang
dijalani
2. Banyak meninggalkan kesenangan/minat
dalam aktivitas anda
3. Merasa bahwa kehidupan anda hampa
4. Sering merasa bohong
5. Penuh harapan akan masa depan
6. Diganggu oleh pikiran yang tidak dapat di
ungkapkan
7. Mempunyai semangat yang baik setiap
waktu
8. Merasa bahagia di sebagian besar waktu
9. Merasa takut sesuatu terjadi pada anda
10. Sering kali merasa tidak berdaya
11. Sering merasa gelisah dan gugup
12. Memilih tinggal dirumah dari pada pergi
melakukan sesuatu yang bermanfaat
13. Sering kali merasa khawatir akan masa
depan
14. Merasa mempunyai lebih banyak masalah
dengan daya ingat dibandingkan orang lain

14
15. Berfikir bahwa hidup ini sangat
menyenangkan sekarang
16. Sering kali merasa merana
17. Meraasa kurang bahagia
18. Sangat khawatir terhadap masa lalu
19. Merasakan bahwa hidup ini sangat
mengairahkan
20. Merasa berat untuk memulai sesuatu hal
yang baru
21. Merasa dalam keadaan penuh semangat
22. Berfikir bahwa banyak orang yang lebih
baik daripada anda
23. Berfikir bahwa kehidupan anda tidak ada
harapan
24. Sering kali kesal dengan hal yang sepele
25. Sering kali merasa ingin menangis
26. Merasa sulit untuk berkonsentrasi
27. Menikmati tidur
28. Memilih menghindar dari perkumpulan
sosial
29. Mudah mengambil keputusan
30. Mempunyai pikiran yang jernih
Keterangan :
Terganggu : nilai 1
Normal : nilai 0
Nilai :
- 6-15 Depresi sampai sedang
- 16-30 Depresi berat
- 0-5 Normal

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri berhubungan dengan agen pencedera, distensi jaringan oleh akumulasi
cairan/proses inflamasi, destruksi sendi
2. Gangguan mobilitas fisik b.d kekakuan pada sendi dan penurunan integritas tulang
3. Defisit perawatan diri b.d kerusakan musculoskeletal, penurunan kekuatan, daya
tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi

15
4. Gangguan citra tubuh/perubahan penampilan peran b.d peruahan kemampuan untuk
melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan energy,
ketidakseimbangan mobilitas.
5. Gangguan pola tidur b.d insomnia dalam waktu lama, terbangun lebih awal/
terlambat bangun dan penurunan kemampuan fungsi yang ditandai dengan
perubahan pola tidur dan cemas

3.3 Intervensi

No Diagnosa NOC NIC

1 Nyeri berhubungan Setelah dilakukan Pain Management


dengan agen pencedera, tindakan keperawatan 1. Lakukan pengkajian nyeri
distensi jaringan oleh selama 2×24 jam pasien secara konferhensif
akumulasi cairan/proses diharapkan nyeri hilang termasuk lokasi,
inflamasi, destruksi dengan criteria : karakteristik, durasi,
sendi Kontrol Nyeri frekuensi, kualitas, dan
1. Mengenali faktor faktor presipitasi
penyebab 2. Observasi reaksi nonverbal
2. Mengenali onset dari ketidaknyamanan.
(lamanya sakit) Gunakan teknik
3. Menggunakan metode komunikasi terapeutik
non-analgetik untuk mengetahui
4. Menggunakan pengalaman nyeri pasien.
analgetik 3. Kaji kultur yang
5. Mengenali gejala- mempengaruhi respon
gejala nyeri nyeri
6. Catat pengalaman 4. Kaji tipe dan sumber nyeri
nyeri sebelumnya untuk menentukan
Tingkatan nyeri intervensi

16
1. Melaporkan adanya 5. Ajarkan tentang teknik
nyeri nonfarmakologi
2. Frekuensi nyeri 6. Berikan analgetik
3. Ekspresi nyeri pada 7. Evaluasi efektifitas control
wajah nyeri
4. Ketegangan otot 8. Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak
berhasil.
2 Gangguan pola tidur b.d Setelah dilakukan Peningkatan tidur
insomnia dalam waktu tindakan keperawatan 1. Tetapkan pola kegiatan
lama, terbangun lebih selama 2×24 jam pasien dan tidur pasien
awal/ terlambat bangun diharapkan pasien dapat 2. Monitor pola tidur pasien
dan penurunan memperbaiki pola tidur dan jumlah jam tidurnya
kemampuan fungsi yang dengan criteria : 3. Jelaskan pentingnya tidur
ditandai dengan 1. Mengatur jumlah jam selama sakit dan stress
perubahan pola tidur tidur fisik
2. Tidur secara rutin
dan cemas 4. Bantu pasien untuk
3. Meningkatkan pola mrenghilangkan situasi
tidur
stress sebelum jam
4. Meningkatkan kualitas tidurnya.
tidur

5. Tidak ada gangguan


tidur

3.4 Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sitematsi dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan tujuan atau
criteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan.
Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga
kesehatan lainnya. Jika hasil evaluasi menunjukkan tercapainya tujuan dan criteria hasil,
klien bisa keluar dari siklus proses keperawatan. Jika sebaliknya, klien akan masuk kembali
kedalam siklus tersebut mulai dari pengkajian ulang. (Asmadi, 2008).

17
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Rheumatoid arthritis adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian (biasanya
sendi tangan dan kaki) mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan
seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi. Penyakit ini menyerang
sendi-sendi kecil pada tangan, pergelangan kaki dan sendi-sendi besar dilutut, panggul serta
pergelangan tangan.
Rhematoid arthritis adalah peragangan yang kronis sistemik, progresif, dan lebih
banyak terjadi pada wanita, usia 25-35 tahun. Penyakit reumatik adalah penyakit inflamasi
non-bakterial ini cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi secara
simetris.
Diagnosa yang biasanya muncul pada klien dengan rheumatid arthritis adalah Nyeri ,
Gangguan mobilitas fisik, Defisit perawatan diri, Gangguan citra tubuh/perubahan
penampilan peran, dan Gangguan pola tidur.
4.2 Saran
Diharapkan masyarakat dapat menambah wawasan dan dapat meningkatkan
pengetahuan tentang penyakit Rhematoid arthritis. Dan sebagai perawat masa depan, penulis
berharap mampu menambah pengetahuan tentang konsep dan teori mengenai asuhan
keperawatan pada pasien Rhematoid arthritis.

18
DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah. Jakarta :
EGC. 2002
Kumar, V., Cotran, R. S., Robbins, S. L., 2007 BUKU AJAR PATOLOGI Edisi 7. Jakarta :
EGC
Price, SA, Dan Wilson LM., 1993, Patofisiologi : Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit bag
2. Jakarta : EGC

19

Anda mungkin juga menyukai