Disusun Oleh :
1. Sejak beberapa puluh tahun terakhir terjadi perubahan cuaca yang semakin ekstrim.
Dimana terjadi pelelehan es di kutub, daerah yang tadinya bersalju tebal perlahan
berkurang, daratan Arab menjadi semakin dingin bahkan bersalju. Perubahan tersebut
menimbulkan bencana di beberapa wilayah seperti hujan yang lebat menyebabkan
banjir hebat yang berpengaruh pada terhambatnya aktivitas penduduk.
Dari bebrapa penelitian termasuk Nasa, diketahui bahwa dengan adanya es abadi di
beberapa wilayah hal tersebut berfungsi sebagai reflektor cahaya matahari. Tapi
karena pemanasan global maka es mencair dan luasannya semakin menyempit.
Kemampuan refleksi cahaya matahari semakin menurun, menyebabkan panas
matahari tersera ke bumi.
Diketahui bahwa atmosfir bumi atau ozon yang terdiri dari gas-gas rumah kaca seperti
Co2, Metana, CFC, dll berfungsi sebagai selimut bumi yang menjaga suhu bumi agar
tidak terlalu dingin. Tapi karena gas-gas tersebut terlalu banyak yang ditimbulkan dari
pembakaran energi fosil, penggunaan barang elektronik. Maka panas bumi meningkat
karena panas matahari terperangkap tidak terrefleksikan karena terhalang gas
tersebut. Maka suhu bumi menjadi meningkat, dan kemampuan bumi untuk
mengontrol suhu dan iklim pun menjadi berkurang.
Ciri-ciri adanya fenomena perubahan iklim dapat diketahui dari pemanasan global
yang mengakibatkan meningkatnya curah hujan, mencairnya kutub utara dan selatan yang
pada akhirnya dapat berimbas pada kenaikan permukaan air laut, meningkatnya suhu udara
dan sebagainya. Dampak dari perubahan iklim ini pun nyatanya sudah terasa di Kabupaten
Demak, terutama di wilayah pesisirnya yang ditandai dengan banjir rob, abrasi, hingga adanya
krisis air bersih yang mana air bersih ini menjadi komponen yang sangat penting dalam
menjalankan kehidupan sehari hari, entah itu untuk memasak, mencuci, dll.
Sumber air bersih di Desa Kedungkarang, Kabupaten Demak ini mengandalkan air
sumur. Namun, karena adanya kenaikan permukaan air laut mengakibatkan air sumur
masyarakat Desa Kedungkarang terkontaminasi oleh air laut sehingga terasa asin dan hanya
dapat digunakan untuk keperluan mencuci saja. Sementara untuk kebutuhan rumah tangga
lainnya, seperti memasak dan mandi harus membeli air yang mana tentunya cukup
memberatkan masyarakat sekitar sebab diharuskan mengeluarkan pendapatan mereka untuk
menggunakan air bersih.
Penyebab utama dari krisis air bersih ini ialah air sumur yang merupakan sumber air
bersih di Desa Kedungkarang menjadi lebih cepat menguap melalui proses evaporasi yang
dikarenakan meningkatnya suhu udara. Sebagaimana yang telah diketahui bahwa
peningkatan suhu udara merupakan salah satu tanda-tanda dari perubahan iklim. Hal ini
tentunya akan berdampak pada kegiatan masyarakat yang akan terganggu sebab air sumur
ini merupakan sumber air baku di Desa tersebut. Dengan demikian, perlu adanya solusi untuk
menyelesaikan permasalahan ini agar tidak terlalu berlarut-larut mengganggu kegiatan
masyarakat.
Maka dari itu, terdapat solusi yang dapat kami rumuskan untuk permasalahan
tersebut, antara lain:
• Melakukan desalinasi air laut yang bertujuan untuk pemisahan garam dari air laut agar
air sumur yang ada di Desa Kedungkarang tidak terkontaminasi lagi oleh air laut.
• Menambah embung / tampungan air hujan dalam rangka melakukan pemanenan air
hujan yang caranya pun tergolong tidak rumit dan dapat dilakukan di tiap-tiap rumah
tangga.
• Optimalisasi Pamsimas desa sebagai bak penampung air hujan.
Sumber:
Amalia, B. I., & Sugiri, A. (2014). Ketersediaan Air Bersih dan Perubahan Iklim: Studi Krisis Air di
Kedungkarang, Kabupaten Demak. Jurnal Teknik PWK, 3 (2), 295-302.