Nim : 2015004
Pertemuan : 11
Lima Kaidah Pokok dalam al- Qawaid al-Fiqhiyyah dan contohnya” (Kaidah ke-5)
Kaidah fiqh merupakan kaidah yang berasal dari simpulan dalil Al-Quran dan sunnah
terkait hukum – hukum fiqh. Ada banyak sekali kaidah fiqh yang dihasilkan oleh para ulama.
Akan tetapi, ada 5 kaidah umum yang utama. Lima kaidah ini sering disebut sebagai al-
qawaid al-fiqhiyah al-kubra.
Sebagai mana yang telah lalu teman kita paparkan dalam makalahnya sudah
dijelaskan bahwa terdapat Lima kaidah fiqh tersebut diantaranya adalah:
Kelompok kami disini ingin meneruskan dari makalah tugas teman saya yang memang
sudah ditentukan oleh dosen maupun teman-teman semua tentang pembuatan tugas dan
judul dalam makalah sehingga kelompok saya kali ini meneruskan tentang kelanjutan dari
makalah teman saya yaitu ”Lima Kaidah Pokok dalam al- Qawaid al-Fiqhiyyah dan
contohnya” (Kaidah ke-5) adapun kaidahnya sebagai berikut;
Adat atau Kebiasaan Dapat Menjadi Landasan Hukum
Adat kebiasaan masyarakat yang dapat dijadikan sebagai sandaran hukum artinya hukum
asal segala sesuatu adalah boeh hal itu masih dengan pengecualian.
Artinya : ".... apa yang kaum muslim anggap baik, maka baik pula menurut Allah. Dan apa
yang kaum muslim anggap buruk, maka buruk pula menurut Allah." (H.R. Ahmad).
Islam sangat menghargai budaya atau adat yang dianggap baik. Termasuk di dalam kaidah
fiqh ini adalah penetapan masa haid, besaran nafkah, kualitas bahan makanan untuk kafarat,
dan akad jual beli.
Contoh :
Transaksi kurs mata uang (sharf), penyelesaian transaksi tersebut diadministrasikan sampai 2
hari kemudian setelah transaksi, hal tersebut dibenarkan.
Itulah landasan umum yang ke5 kaidah fiqh yang ada dalam agama Islam. Masing-
masing kaidah ini bisa digunakan sesuai dengan waktu dan kondisi yang sesuai. Dengan
memahami kaidah fiqh, akan ada banyak manfaat yang bisa didapat. Salah satunya adalah
menjadi lebih mudah untuk menentukan hukum atau kebolehan suatu perkara.