Anda di halaman 1dari 3

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA INDONESIA

FAKULTAS AGAMA ISLAM


PROGRAM STUDI AHWAL SYAKHSIYAH
Jl. Taman Amir Hamzah 5 Jakpus (021) 3906501 – unusia.ac.id

Nama : riyan hidayatulloh


Nim : 2015004
Prodi :ahwalu syahksiyah
Mata Kuliah : Hukum Perdata Islam
Dosen : Rina Septiani,

1. Jelaskan teori keberlakuan hukum Islam di Indonesia


2. Jelaskan latar belakang pembentukan kompilasi hukum Islam
3. Jika ada pertentangan antara fiqh klasik dengan hukum perdata Islam di Indonesia upaya
apa yang harus dilakukan jelaskan pendapat Anda
4. Bagaimana penyelesaian kasus perceraian dengan mahar yang terhutang
5. Jelaskan prosedur pencatatan pernikahan bagi perkawinan campuran
6. Jelaskan prosedur pembuatan perjanjian pernikahan
7. Jika si A dan si B bercerai kemudian dalam waktu 200 hari si A melahirkan bagaimana
status anak yang dilahirkan si A? Jelaskan
8. Jika B melakukan poligami tanpa diketahui istri pertama kemudian istri kedua hamil
bagaimana status anak dari istri kedua apakah anak yang dilahirkan berhak mendapatkan
waris dari ayahnya? Jelaskan
9. Jika si B melakukan poligami dengan memaksa istri menandatangi surat poligami
kemudian mengancam istrinya untuk menyetujui suami poligami saat sidang poligami
kemudian hakim menyetujui permohonan poligami dari suami bagaimana status
perkawinan poligami dari suaminya? Langkah hukum apa yang bisa dilakukan oleh istri
pertama
10. Jika si A melakukan nikah kontrak dengan si B kemudian si A melahirkan seorang anak
bagaimana status hukum dari anak yang dilahirkan jelaskan

(Jawaban)
1. Periode pernerimaan hukum Islam secara penuh(Receptio in
complexu) adalah periode dimana hukum Islam diberlakukan
sepenuhnya oleh orang-orang Islam sebagai pegangan dalam
kehidupan beragama. Sebelum Belanda datang ke Indonesia,
kehidupan beragama. Sebelum Belanda datang ke Indonesia,
hukum Islam telah banyak juga didirikan lembaga-lembaga
peradilan agama dengan berbagai nama yang ada. Lembaga-
lembaga peradilan agama ini didirikan ditengah-tengah kerajaan
atau kesultanan dalam rangka membantu dalam penyelesaian
maalah-masalah yang ada hubungannya dengan hukum Islam,
dimana waktu itu hukum perkawinan dan hukum kewarisan
Islam telah menjadi hukum yang hidup dan berlaku di
Indonesia. Oleh sebab itu tidaklah heran kalau Badan Peradilan
Agama telah secara tetap dan mantap dapat menyelesaikan
perkara-perkara perkawinan dan kewarisan orang-orang Islam
2. Latar belakang diadakannya kompilasi hukum islam di dasarkan
dalam pelaksanaan hukum islam di lingkungan peradilan agama
Proses penyusunan kompilasi ini berlangsung sejak tahun 1985.
Berdasarkan UU No.7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama
menjadi dorongan dan memacu lahirnya hukum materil yaitu
Kompilasi Hukum Islam.
3. Mendiskusikan permasalahan hukum itu
4. Apabila gugatan mahar dikumulasikan dengan cerai gugat atau
diajukan dalam gugatan rekonvensi dalam perkara cerai talak,
hampir tidak bermasalah karena sudah biasa dipraktikkan di
Pengadilan Agama, namun apabila dipisahkan (splitsing) secara
tersendiri sebelum perceraian terjadi, akan menimbulkan
polemik dan akan membuat rumah tangga menjadi tidak
nyaman karena mahar adalah hak mutlak istri dan karena mahar
yang belum ditunaikan penyerahannya menjadi hutang suami
5. Perkawinan Campuran yang dilangsungkan di Indonesia
dilakukan menurut Undang-undang Perkawinan dan harus
memenuhi syarat-syarat perkawinan. Syarat perkawinan
diantaranya: ada persetujuan kedua calon mempelai, izin dari
kedua orangtua/wali bagi yang belum berumur 21 tahun, dan
sebagaimana diatur dalam Pasal 6 UU Perkawinan.
6. Pembuatan Perjanjian Perkawinan atau yang biasa disebut
dengan Prenuptial Agreement merupakan hal yang populer
dilakukan oleh pasangan-pasangan muda yang akan menikah.
Hal tersebut dikarenakan banyaknya manfaat serta adanya
implikasi bisnis bagi pasangan yang memiliki usaha. Fakta
sederhana untuk mengetahui apakah Perjanjian Perkawinan
dibutuhkan atau tidak, adalah kenyataan bahwa pasangan atau
Anda sendiri memiliki aset yang harus dilindungi.
7. Jadi apabila anak tersebut lahir setelah adanya perceraian li'an
atau maka anak tersebut diserahkan ke ibunya dan keluarga
ibunya.
8. Untuk menyelesaikan permasalahan waris maka upaya pertama
dilakukan adalah musyawarah diantara para ahli waris. Apabila
tidak berhasil maka anda dapat mengajukan permohonan fatwa
waris ke pengadilan agama yang akan mengeluarkan penetapan
besarnya bagian masing-masing ahli waris.
9. Jika istri tidak mau memberikan persetujuan, Pengadilan Agama
dapat menetapkan pemberian izin setelah memeriksa dan
mendengar istri yang bersangkutan di persidangan Pengadilan
Agama. Atas penetapan ini, istri/suami dapat mengajukan
banding atau kasasi.
10. Anak zina/haram

Anda mungkin juga menyukai