Anda di halaman 1dari 2

SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA INDONESIA

JAKARTA

Mata Kuliah: Filsafat Ilmu

Dosen: Zainul Maarif

1. Mengapa ilmu memerlukan bahasa universal dan formal? (nilai 25)

2. Kapan ilmu sosial-humaniora menggunakan bahasa? (nilai 25)

3. Tugas ilmu ada empat. Pada tugas ilmu yang mana ilmuwan bersikap objektif, dan pada tugas
ilmu yang mana pula ilmuwan cenderung subjektif ? (nilai 25)

4. Jelaskan hubungan antara determinisme dalam ilmu dan qadla-qadar dalam agama! (nilai 25)

Selamat mengerjakan !

Jawaban
1. Bahasa adalah alat yang paling utama bagi seorang filsuf serta merupakan media
untuk analisis dan refleksi. Oleh karena itu, bahasa sangat sensitif terhadap
kekaburan serta kelemahan-kelemahan lainnya, sehingga banyak filsuf menarik
perhatian untuk menyempurnakannya. Hal ini terutama dengan lahirnya aliran
filsafat analitika bahasa yang memandang bahwa problema-problema filosofis akan
menjadi terjelaskan secara

2. Ilmu sosial dan humaniora merupakan cabang ilmu untuk memahami aspek
kehidupan manusia. Kedua ilmu ini telah dikaji sejak zaman pra-Islam
maupun pada masa berkembangnya sains Islam modern.

3. Istilah objektif dan subjektif seringkali di kaitkan dengan istilah kuantitatif dan
kualitatif istilah objektif dalam fase “pendekatan objektif” sering juga diasosiasikan
sebagai empiris behavioristik,positivistik,mekanistik,determinsitik,klasik,liniear atau
kuantitatif. Sedangkan subjektif dalam fase “pendekatan subjektif” sering di
hubungkan sebagai interpretif
fenomenologis,konstruktivis,naturalistik,holistik,eksploratori diantara peristilahan itu
sering di gunakan untuk merujuk pembagian paradigama secara dikotomis adalah
istilah kuantitatif dan kualitatif
4. determinisme bermakna bahwa manusia terpaksa dan tidak memiliki kebebasan dalam
seluruh aktifitas dan perbuatannya. Para teolog Asy’ariah (penganut paham Determinisme),
sekaitan dengan aktifitas dan perbuatan manusia, berpandangan bahwa manusia terpaksa
dalam setiap perbuatannya dan sama sekali tidak memiliki kehendak, ikhitiar dan kebebasan.
Mereka menyandarkan seluruh perbuatan manusia itu kepada Tuhan. Karena itu, menurut
mereka, manusia laksana benda-benda dan bebatuan yang dilemparkan dari atas jatuh ke
bawah dan lintasan gerakan dari atas ke bawah ini dilalui tanpa adanya kebebasan yang
dimilikinya dan lintasan tersebut dilalui secara paksa.

Anda mungkin juga menyukai