Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

KEPERAWATAN GERONTIK

PUSKESMAS JANTI

OLEH:

MERYL AVIN ZANUARSA


NIM : P17212215048

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS KEPERAWATAN MALANG
2021
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M


DI PUSKESMAS JANTI

Disusun Oleh :
MERYL AVIN ZANUARSA
NIM : P17212215048

Telah diperiksa dan disetujui pada :


Hari :
Tanggal :

Pembimbing Institusi Pembimbing Lahan

( ) ( )

Kepala Ruangan

( )
LAPORAN PENDAHULUAN
DIABETES MELLITUS PADA LANJUT USIA

A. DEFINISI
Diabetes merupakan penyakit tertua pada manusia yang disebabkan oleh
komplikasi akibat ketidakpatuhan pasien terhadap manajemen. Strategi dan
perawatan yang baik diperlukan untuk menurunkan risiko terkait dengan kadar
glukosa darah yang tinggi. Risiko jangka pendek yang akan dihadapi pasien
diabetes mellitus adalah gula darah tinggi, dalam jangka panjang akan
mengakibatkan rusaknya jaringan dan organ serta ketoasidosis karena tubuh
kekurangan insulin. Komplikasi dalam jangka yang panjang dari diabetes adalah
kerusakan mata, kardiovaskuler dan pembuluh darah, neuropati, dan stroke
(Kemenkes RI, 2018).
Menurut WHO, 2016 (dalam Kemenkes RI, 2018) diabetes mellitus adalah
penyakit kronis dengan glukosa tinggi dan terdapat gangguan pada metabolisme
karbohidrat, lemak, dan protein yang tidak memadai, karena adanya gangguan
produksi insulin dalam tubuh. Diabetes melitus merupakan kumpulan efek samping
yang muncul pada individu karena gula darah tinggi akibat resistensi insulin.
Diabetes mellitus dapat menjadi kondisi konstan gula darah yang tinggi karena tubuh
sulit memproduksi hormon insulin (Bruno, 2019).
B. ETIOLOGI
Menurut Pujiningsih (2017) penyebab diabetes mellitus sesuai tipenya, yaitu:
1. Diabetes mellitus tipe 1
Diabetes yang tergantung insulin dapat ditandai dengan hancurnya sel – sel
beta di dalam pankreas yang disebabkan oleh:
a. Faktor genetik penderita tidak mewarisi diabetes tipe itu sendiri, melainkan
mewarisi suatu pre disposisi atau dapat dikatakan sebagai kecenderungan
genetik yang memicu terjadinya diabetes di tipe ini
b. Faktor imunologi atau autoimun
c. Faktor dari lingkungan : virus atau toksin yang dapat memicu terjadinya
proses autoimun yang menyebabkan estruksi sel beta
2. Diabetes mellitus tipe II
Disebabkan karena gagalnya relative sel beta dan resistensi insulin. Faktok
resiko lainnya yang dapat menyebabkan terjadinya diabetes tipe ini ialah : usia,
obesitas, riwayat penyakit, dan riwayat keluarga. Pada diabetes mellitus lansia
terdapat perubahan patofisiologi akibat proses menua, sehingga gambaran
klinisnya bervariasi dari kasus tanpa gejala sampai kasus dengan komplikasi
yang luas. Keluhan yang sering muncul adalah adanya gangguan penglihatan
karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot (neuropati
perifer) dan luka pada tungkai yang sukar sembuh dengan pengobatan lazim.
Gejala-gejala akibat diabetes mellitus pada usia lanjut:
a. Katarak
b. Glaukoma
c. Retinopati
d. Gatal seluruh badan
e. Pruritus Vulvae
f. Infeksi bakteri kulit
g. Infeksi jamur di kulit
h. Dermatopati
i. Neuropati perifer
j. Neuropati viseral
k. Amiotropi
l. Ulkus Neurotropik
m. Penyakit ginjal
n. Penyakit pembuluh darah perifer
o. Penyakit koroner
p. Penyakit pembuluh darah otak
q. Hipertensi
C. KLASIFIKASI
Klasifikasi diabetes mellitus menurut ADA, 2018 (dalam Bruno, 2019) terdapat
4 jenis, yaitu:
1. Diabetes Melitus Tipe 1
Terjadi karena destruksi sel beta pankreas karena sistem imun yang
berlebih. Faktor penyebab diabetes melitus tipe 1 adalah infeksi virus yang
disebabkan oleh respon sistem imun yang merusak sel penghasil insulin.
2. Diabetes Melitus Tipe 2
Penderita mengalami hiperinsulinemia, tetapi insulin sulit membawa
glukosa ke dalam jaringan karena resistensi insulin dan terjadi defisiensi relatif
insulin. Sehingga bisa menyebabkan menurunnya sekresi insulin.
3. Diabetes Melitus Tipe Lain
Adanya gangguan metabolisme karena faktor genetik dari sel beta, insulin,
penyakit pankreas eksokrin, penyakit metabolisme endokrin lainnya,
kontaminasi virus, infeksi sistem kekebalan dan gangguan keturunan lainnya
yang berhubungan dengan diabetes mellitus.
4. Diabetes Melitus Kehamilan
Intoleransi gula darah mulai ditemukan selama kehamilan, yang terjadi pada
trimester kedua dan ketiga. Pasien memiliki risiko lebih besar untuk menetap
selama 5-10 tahun setelah melahirkan.
D. PATOFISIOLOGI
Kadar gula darah pada kondisi normal akan selalu terkendali berkisar 70-110
mg/dl, karena pengaruh kerja hormon insulin oleh kelenjar pankreas. Setiap sehabis
makan terjadi penyerapan makanan seperti tepung-tepungan (karbohidrat) di usus
dan kadar gula darah akan meningkat. Peningkatan kadar gula darah ini memicu
produksi hormon insulin oleh pankreas. Berkat pengaruh hormon ini, gula dalam
darah sebagian masuk ke dalam berbagai macam sel tubuh (terbanyak sel otot) dan
akan digunakan sebagai bahan energi dalam sel tersebut. Sel otot kemudian
menggunakan gula untuk beberapa keperluan yakni sebegai energi, sebagian
disimpan sebagai glikogen dan jika masih ada sisa maka sebagian sisa tersebut di
ubah menjadi lemak dan protein. Jika fungsi insulin mengalami defisiensi
(kekurangan) insulin, hiperglikemia akan timbul dan hiperglikemia ini adalah
diabetes. Kekurangan insulin dikatakan relatif apabila pankreas menghasilkan insulin
dalam jumlah yang normal, tetapi insulinnya tidak efektif. Hal ini seperti pada DM
tipe II ada resistensi insulin, baik kekurangan insulin maupun relative akan
mengakibatkan gangguan metabolisme bahan bakar, yaitu karbohidrat, protein, dan
lemak. Tubuh memerlukan metabolisme untuk melangsungkan fungsinya,
membangun jaringan baru, dan memperbaiki jaringan. Semua hormon yang terkait
dalam metabolisme glukosa, hanya insulin yang bisa menurunkan gula darah. Insulin
adalah hormon yang kurang dalam penyakit DM.
Hormon insulin dihasilkan oleh sel beta pulau langherhans yang terdapat pada
pankreas. Peran insulin untuk memastikan bahwa sel tubula dapat memakai bahan
bakar. Insulin mempunyai peran untuk membuka pintu sel agar bahan bakar bisa
masuk ke dalam sel. Permukaan setiap sel terdapat reseptor. Dengan reseptor
membuka (oleh insulin), glukosa bisa masuk ke dalam tubuh. Glukosa bisa masuk ke
dalam sel, sehingga sel tanpa hormon insulin tidak bisa memproduksi untuk
mendapatkan energi. Pulau Langerhans mengandung sel khusus seperti sel alfa, sel
beta, sel delta, dan sel F. Sel alfa menghasilkan glukagon, sedangkan sel beta
menghasilkan insulin. Kedua hormon ini membantu mengatur metabolisme. Sel delta
menghasilkan somastotatin (faktor penghambat pertumbuhan hipotalamik) yang bisa
mencegah sekresi glukagon dan insulin. Sel f menyekresi polipeptida pankreas yang
di keluarkan ke dalam darah setelah individu makan. Penyebab gangguan pankreas
adalah produksi dan kecepatan pemakain metabolik insulin. Kekurangan insulin
dapat mengakibatkan pengikatan glukosa dalam darah dan peningkatan glukosa
dalam urin, dengan insulin, hepar dapat mengambil glukosa, lemak, dan dari
peredaran darah. Hepar menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen, yang lain
disimpan dalam sel otot, dan sel lemak. Glikogen dapat diubah kembali menjadi
glukosa apabila di butuhkan. Kekurangan insulin dapat mengakibatkan hiperglikemia
dan tergantung pada metabolisme lemak. Setelah makan, karena jumlah insulin yang
berkurang atau insulin tidak efektif, glukosa tidak bisa ditarik dari peredaran darah
dan glikogenesis (pembentukan glikogen dari glukosa) akan terhambat. Karena sel
tidak memperoleh bahan bakar, hepar memproduksi glukosa (melalui glikogenesis
atau gluconeogenesis) dan mengirim glukosa ke dalam peredaran darah, keadaan
iniakan memperberat hiperglikemia (Sulistyowati, 2017).
E. PATHWAY
(Varena, 2019)
F. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Soelistijo et al. (2015), Penderita sering tidak menyadari saat diabetes
awal terjadi. Tanda awal seseorang menderita diabetes mellitus adalah urine
penderita yang sering dikerubuti semut.
Gejala dan tanda-tanda diabetes mellitus terdapat 2 yaitu:
1. Gejala akut
a) Lapar yang berlebihan (poliphagi).
Adanya masalah pada insulin menyebabkan gula yang masuk kedalam
sel-sel tubuh menurun, sehingga energi yang dihasilkan menurun dan
mengakibatkan seseorang lemas. Maka tubuh akan meningkatkan asupan
makanan dan menimbulkan rasa lapar yang berlebihan.
b) Sering merasa haus (polidipsi).
Banyak urin yang dikeluarkan, tubuh akan mengalami dehidrasi dan
muncul rasa haus yang berlebihan.
c) Jumlah urin yang dikeluarkan banyak (poliuri).
Saat glukosa diatas batas normal, maka glukosa keluar bersama urine.
2. Gejala kronis
Gejala kronis yang sering dialami penderita diabetes ialah:
a) Kesemutan
b) Kulit panas atau seperti tertusuk jarum
c) Rasa tebal pada kulit
d) Mudah mengantuk
e) Mata kabur
f) Gatal disekitar kemaluan terutama pada wanita
g) Gigi mudah lepas
h) Ibu hamil sering keguguran atau bayi lahir dengan berat badan >4kg.
G. KOMPLIKASI
a. Kerusakan saraf (Neuropati)
Jika dalam jangka panjang gulah darah diatas batas normal, akan
membuat lemah dan merusak pembuluh darah kapiler yang memperkuat saraf
lalu menyebabkan kerusakan saraf disebut neuropati diabetik (Bruno, 2019).
b. Kerusakan ginjal (Nefropati)
Menurut Ndraha, 2014 (dalam Bruno, 2019), nefropati diabetik diartikan
bahwa proteinuria >500 mg, tapi diawali dengan derajat proteinuria yang lebih
kecil atau “mikroalbuminuria”.
c. Kerusakan mata (retinopati)
1) Retina mendapatkan makanannya dari jumlah kapiler kecil. Glukosa yang
tinggi dapat membahayakan pembuluh darah retina.
2) Katarak, titik fokus yang jernih dan menjadi keruh sehingga menghambat
aliran cahaya yang masuk dan membantu terganggunya glukosa yang tinggi.
3) Glaukoma, terjadi peningkatan berat pada bola mata sehingga melemahkan
saraf optik.
d. Kardiovaskuler
Terjadi penumpukan lemak pada pembuluh darah yang rusak. Akibatnya,
suplai darah ke otot jantung berkurang dan tekanan darah meningkat, sehingga
bisa terjadi serangan jantung.
e. Gangguan pada hati
Penderita diabetes lebih mudah terserang virus hepatitis B atau hepatitis C
yang menyerang hati.
f. Gangguan Paru-Paru
Penderita diabetes lebih rentan terhadap kontaminasi tuberkulosis paru
daripada orang yang sehat, meskipun orang dengan gizi yang baik akan
meningkatkan gula darah.
g. Gangguan Pencernaan
Terjadi karena kontrol gula darah yang buruk, serta gangguan saraf otonom
pada saluran terkait lambung.
h. Infeksi
Gula darah yang tinggi mempengaruhi kerja sistem imun tubuh dalam
menghadapi terjadinya infeksi sehingga penderita diabetes rentan terhadap
infeksi (Bruno, 2019).
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan yang dapat dilakukan meliputi 4 hal yaitu:
1. Postprandial : Dilakukan 2 jam setelah makan atau setelah minum. Angka diatas
130mg/dl mengindikasikan diabetes.
2. Hemoglobin glikosilat: Hb1C adalah sebuah pengukuran untuk menilaikadar
guladarah selama 140 hari terakhir. Angka Hb1C yang melebihi 6,1%
menunjukkan diabetes.
3. Tes toleransi glukosa oral: Setelah berpuasa semalaman kemudian pasien diberi
air dengan 75 grgula, dan akan diuji selama periode 24 jam. Angka gula darah
yang normaldua jam setelah meminum cairan tersebut harus < dari 140 mg/dl.
4. Tes glukosa darah dengan finger stick, yaitu jari ditusuk dengan sebuahjarum,
sample darah diletakkan pada sebuah strip yang dimasukkan kedalam celah pada
mesin glukometer, pemeriksaan ini 73 digunakan hanya untuk memantau kadar
glukosa yang dapat dilakukan dirumah (Permenkes RI No. 43 2019, 2019).
I. PENATALAKSANAAN MEDIS
Ada lima komponen dalam penatalaksanaan DM, yaitu :
1. Diet
Syarat diet DM hendaknya dapat :
a. Memperbaiki kesehatan umum penderita
b. Mengarahkan pada berat badan normal
c. Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik
d. Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita
e. Menarik dan mudah diberikan
Prinsip diet DM, adalah :
a. Jumlah sesuai kebutuhan
b. Jadwal diet ketat
c. Jenis : boleh dimakan / tidak
Dalam melaksanakan diit diabetes sehari-hari hendaklah diikuti pedoman 3 J
yaitu:
a. Jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi atau ditambah
b. Jadwal diit harus sesuai dengan intervalnya
c. Jenis makanan yang manis harus dihindari
2. Latihan/ Olah raga.
Latihan jasmani teratur 3-4 kali tiap minggu selama + ½ jam. Adanya
kontraksi otot akan merangsang peningkatan aliran darah dan penarikan glukosa
ke dalam sel. Penderita diabetes dengan kadar glukosa darah >250mg/dl dan
menunjukkan adanya keton dalam urine tidak boleh melakukan latihan sebelum
pemeriksaan keton urin menunjukkan hasil negatif dan kadar glukosa darah
mendekati normal. Latihan dengan kadar glukosa tinggi akan meningkatkan
sekresi glukagon, growth hormon dan katekolamin. Peningkatan hormon ini
membuat hati melepas lebih banyak glukosa sehingga terjadi kenaikan kadar
glukosa darah.Untuk pasien yang menggunakan insulin setelah latihan dianjurkan
makan camilan untuk mencegah hipoglikemia dan mengurangi dosis insulinnya
yang akan memuncak pada saat latihan.
3. Penyuluhan
Penyuluhan merupakan salah satu bentuk penyuluhan kesehatan kepada
penderita DM, melalui bermacam-macam cara atau media misalnya: leaflet,
poster, TV, kaset video, diskusi kelompok, dan sebagainya.
4. Obat-Obatan
a. Tablet OAD (Oral Antidiabetes)/ Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
1) Mekanisme kerja sulfanilurea
Obat ini bekerja dengan cara menstimulasi pelepasan insulin yang
tersimpan, menurunkan ambang sekresi insulin dam meningkatkan
sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa. Obat golongan ini
biasanya diberikan pada penderita dengan berat badan normal dan masih
bisa dipakai pada pasien yang berat badannya sedikit lebih.
2) Mekanisme kerja Biguanida
Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi mempunyai efek lain
yang dapat meningkatkan efektivitas insulin, yaitu :
a) Biguanida pada tingkat prereseptor → ekstra pankreatik
1. Menghambat absorpsi karbohidrat
2. Menghambat glukoneogenesis di hati
3. Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin
b) Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan jumlah reseptor
insulin
c) Biguanida pada tingkat pascareseptor: mempunyai efek intraselluler
b. Insulin
Beberapa cara pemberian insulin:
a) Suntikan insulin subkutan
b) Insulin regular mencapai puncak kerjanya pada 1 – 4 jam, sesudah
suntikan subcutan, kecepatan absorpsi di tempat suntikan tergantung pada
beberapa faktor antara lain (Raharjo, 2018).
J. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Pengumpulan data
a. Identitas
Nama, umur, agama, jenis kelamin, tanggal masuk dan penanggung jawab
b. Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan dahulu
Apakah klien pernah mengalami sakit yang sangat berat
b) Riwayat kesehatan sekarang
Beberapa hal yang harus diungkapkan pada setiap gejala yaitu sakit
kepala,kelelahan,pundak terasa berat
c. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah keluarga pernah mengalami penyakit yang sama
d. Aktivitas / istirahat
1. Gejala: kelelahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton
2. Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irma jantung, dan
takipnea
e. Sirkulasi
1. Gejala: riwayat penyakit, aterosklerosis, penyakit jantung koroner,
dan penyakit serebrovaskuler. Dijumpai pula episode palpitasi
2. Tanda : Kenaikan TD (pengukuran serial dari tekanan darah)
diperlukan untuk menegakkan diagnosis. Hipertensi postural mungkin
berhubungan dengan regimen obat.
f. Integritas Ego
1. Gejala : riwayat kepribadian, ansietas, faktor stress multiple
(hubungan keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan)
2. Tanda : letupan suasana hati, gelisah, penyempitan continue perhatian,
tangisan meledak, otot muka tegang, pernapasan menghela,
peningkatan pola bicara
g. Eliminasi
Gejala : adanya gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau
riwayat penyakit ginjal pada masa lalu
h. Makanan/cairan
Gejala : makanan yang disukai dapat mencakup makanan tinggi garam,
tinggi lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang di goreng, keju,
telur), gula-gula yang berwarna hitam, dan kandungan tinggi kalori, mual,
muntah dan perubahan BB meningkat / turun, riwayat penggunaan obat
diuretik
i. Neurosensori
Gejala : keluhan pusing, berdenyut, sakit kepala suboksipita ( terjadinya
saat bangun dan menghilang secara spontan setelah beberapa jam,
gangguan penglihatan (diplobia, penglihatan kabur, epistakis)
j. Nyeri / ketidaknyamanan
Gejala : Angina (penyakit arteri koroner / keterlibatan jantung), sakit
kepala oksipital berat, seperti yang pernah terjadi sebelumnya
k. Pernapasan
1. Gejala: dispnea yang berkaitan dengan aktivitas atau kerja. Takipnea,
orthopnea, dispnea, batuk dengan atau tanpa pembentukan sputum,
riwayat merokok
2. Tanda : distress respirasi atau penguunaan otot aksesori pernapasan,
bunyi nafas tambahan (krakles / mengi), sianosis
l. Keamanan
Gejala : gangguan koordinasi / cara berjalan, hipotensi postural
2. Pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Menggambarkan persepsi, pemeliharaan, dan penanganan kesehatan
2) Pola nutrisi
Menggambarkan masukan nutrisi, balance cairan, dan elektrolit, nafsu
makan, pola makan, diet, kesulitan menelan,mual/muntah, dan makanan
kesehatan
3) Pola eliminasi
Menjelaskan pola fungsi eksresi, kandung kemih, defekasi, ada tidaknya
masalah defekasi, masalah nutrisi, dan penggunaan kateter
4) Pola tidur dan istirahat
Menggambarkan pola tidur, istirahat, dan persepsi terhadap energy,
jumlah tidur pada siang dan malam, masalah tidur, dan insomnia
5) Pola aktivitas dan istirahat
Menggambarkan pola latihan, aktivitas, fungsi pernafasan, dan sirkulasi.
Riwayat penyakit jantung, frekuensi, irama, dan kedalaman pernafasan
6) Pola hubungan dan peran
Menggambarkan dan mengetahui hubungan dan peran klien terhadap
anggota keluarga dan masyarakat tempat tinggal, pekerjaan, tidak punya
rumah, dan masalah keuangan
7) Pola sensori dan kognitif
Menjelaskan persepsi sensori dan kognitif, pola persepsi sensori meliputi
pengkajian penglihatan, pendengaran,perasaan, dan pembau. Pada klien
katarak dapat ditemukan gejala gangguan penglihatan perifer, kesulitan
memfokuskan kerja dengan merasa diruang gelap. Sedangkan tandanya
adalah tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil, peningkatan air
mata.
8) Pola persepsi dan konsep diri
Menggambarkan sikap tentang diri sendiri dan persepsi terhadap
kemampuan konsep diri. Konsep diri menggambarkan gambaran harga
diri, peran, identitas diri. Manusia sebagai sistem terbuka makhluk bio-
psiko-sosiokultural-spritual, kecemasan, ketakutan, dan dampak terhadap
sakit. Pengkajian tingkat depresi menggunakan Tabel Inventaris Depresi
Back
9) Pola seksual dan reproduksi
Menggambarkan kepuasan/masalah terhadap seksualitas
10) Pola mekanisme/penanggulangan stress dan koping
Menggambarkan kemampuan untuk menangani stress
11) Pola tata nilai dan kepercayaan
Menggambarkan dan menjelaskan pola, nilai keyakinan termasuk
spiritual
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakstabilan gula darah berhubungan dengan resistensi insulin
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
3. Infeksi berhubungan dengan peningkatan Leukosit
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilitas
C. Intervensi Keperawatan
N Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
o Keperawatan
1 Ketidakstabilan Setelah dilakukan Manajemen hiperglikemia
gula darah b.d tindakan keperawatan Observasi:
resistensi insulin selama 1x 24 jam maka - Identifikasi
ketidakstabilan gula kemungkinan penyebab
darah membaik KH : hiperglikemia
1. Kestabilan kadar - Monitor tanda dan
glukosa darah gejala hiperglikemia
membaik Terapeutik:
2. Status nutrisi - Berikan asupan cairan
membaik oral
3. Tingkat Edukasi:
pengetahuan - Ajurkan kepatuhan
meningkat terhadap diet dan olah
raga
Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian
insulin 6 Iu
Edukasi program
pengobatan
Observasi:
- Identifikasi pengobatan
yang direkomendasi
Terapeutik:
- Berikan dukungan
untuk menjalani
program pengobatan
dengan baik danbenar
Edukasi:
- Jelaskan mamfaat dan
efek samping
pengobatan
- Anjurkan mengosomsi
obat sesuai indikasi
2 Nyeri Akut b.d Setelah dilakukan Manajemen nyeri
Agen cedera fisik tindakan Keperawatan 1 Observasi:
x24 jam diharapkan nyeri - Identifikasi identifikasi
menurun KH : lokasi, karakteristik,
1. Tingkat nyeri durasi, frekuensi,
menurun kualitas,intensitas nyeri
2. Penyembuhan luka - Identifikasi skala nyeri
membaik Terapeutik :
3. Tingkat cidera - Berikan teknik non
menurun farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Edukasi:
- Jelaskan penyebab dan
periode dan pemicu
nyeri
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian
analgetik
Edukasi teknik nafas
dalam
Observasi :
- Identifikasi kesiapan
dan kemampuan
menerima informasi
Terapeutik :
- Sediakan materi dan
media pendidikan
kesehatan
Edukasi:
- Jelaskan tujuan dan
mamafaat teknik nafas
dalam
- Jelaskan prosedur
teknik nafas dalam
3 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan Terapi aktivitas
b/d imobilitas tintdakan keperawatan Observasi :
selama 1x 24 jam - Identifikasi defisit
intoleransi aktivitas tingkat aktivitas
membaik KH : - Identifikasi kemapuan
1. Toleransi aktivitas berpartisipasi dalam
membaik aktivitas tertentu
2. Tingkat keletihan Terapeutik :
menurun - Fasilitasi pasien dan
keluarga dalam
menyesuiakan
lingkungan untuk
mengakomodasi
aktivitas yang di pilih
- Libatkan keluarga
dalam aktivitas
Edukasi:
- Ajarkan cara
melakukan aktivitas
yang dipilih
Manajenen program
latihan
Observasi :
- Identifikasi
pengetahuan dan
pengalaman aktivitas
fisik sebelumnya
- Identifikasi
kemampuan pasien
beraktivitas
Terapeutik :
- Motivasi untuk
memulai/ 65
melanjutkan aktivitas
fisik
Edukasi:
- Jelaskan mamnfaat
aktivitas fisik
DAFTAR PUSTAKA
Bruno, Latour. 2019. “Konsep Diabetes Mellitus.” Journal of Chemical Information
and Modeling 53(9):1689–99.
Kemenkes RI. 2018. “Hari Diabetes Sedunia Tahun 2018.” Pusat Data Dan Informasi
Kementrian Kesehatan RI 1–8.
Permenkes RI No. 43 2019. 2019. No Title ‫س‬.
Pujiningsih, Sri. 2017. “Hubungan Depresi Dengan Kadar Gula Darah Acak Pada
Penderita Diabetes Melitus Tipe 2.” Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan
Cendekia Medika Jombang 2.
Raharjo, Muji. 2018. “Asuhan Keperawatan Ny . N Dengan Diabetes Melitus Di Ruang
Kirana Rumah Sakit.” (Doctoral Dissertation, Poltekkes Kemenkes Yogyakarta).
Soelistijo, Soebagijo, Hermina Novida, Achmad Rudijanto, Pradana Soewondo, Ketut
Suastika, Asman Manaf, Harsinen Sanusi, Dharma Lindarto, Alwi Shahab, Bowo
Pramono, Yuanita Langi, Dyah Purnamasari, and Nanny Soetedjo. 2015.
“Konsesus Pengelolaan Dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe2 Di Indonesia
2015.” Perkeni 82.
Sulistyowati, Fitri. 2017. “HUBUNGAN KADAR GULA DARAH PUASA DENGAN
KADAR HbA1c PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2.”
Repository.Unimus.Ac.Id 9–35.
Varena, Muthia. 2019. “Karya Tulis Ilmia Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus.” 121.

Anda mungkin juga menyukai