Menimbang : a Bahwa penanggulangan bencana RS merupakan salah satu bagian dari penanganan
yang harus di selenggarakan oleh RS;
b Bahwa untuk melakukan penanganan bencana ini diperlukan Pedoman untuk
melaksanakannya
c Bahwa berdasarkan hal- hal tersebut diatas maka perlu Kebijakan Direktur
Tentang Penanggulangan Bencana Rumah Sakit di RSU Dadi Keluarga
Ciamis.
Menetapkan
Kesatu : PERATURAN DIREKTUR RSU DADI KELUARGA CIAMIS
TENTANG PENANGULANGAN BENCANA
Ditetapkan di Ciamis
Pada tanggal : 18 Desember 2018
Direktur RSU Dadi Keluarga Ciamis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bencana dapat terjadi kepada siapa saja, dimana saja dan kapan saja, serta
datangnya tidak dapat diduga atau diterka. Hampir semua bencana yang disebabkan
oleh alam maupun ulah manusia mengancam bangsa. Jumlah penduduk yang besar
dengan penyebaran yang tidak merata dan adanya ketimpangan sosial serta masalah
dalam penyimpangan pengelolaan kekayaan alam akan meningkatkan kejadian dan
macam-macam bencana yang tidak lagi disebabkan oleh alam itu sendiri tetapi juga
oleh faktor manusia.
Rumah Sakit sebagai salah satu “Public Area”, tidak mustahil menghadapi
bahaya dari bencana, oleh karena itu diperlukan tindakan penanggulangan terhadap
bencana. Rumah sakit memiliki peranan kunci dalam menanggulangi
kegawatdaruratan dan bencana. Karena itu, rumah sakit harus dipastikan aman dan
memiliki rencana kesiapsiagaan menanggulangi kegawatdaruratan dan bencana.
Maka diperlukanlah organisasi untuk mengantisipasi keadaan dan melakukan
tindakan penanganan yang tepat.
D. BATASAN OPERASIONAL
1. Pengertian
a. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh
faktor alam, faktor non alam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
b. Emergency : suatu keadaan tidak normal/tidak diinginkan yang terjadi pada
suatu tempat/kegiatan, yang cenderung membahayakan bagi manusia,
merusak peralatan/harta-benda, atau merusak lingkungan sekitarnya. Suatu
kejadian yang didalam daerah unit itu sendiri yang disebabkan oleh sesuatu
dari dalam/luar
c. Penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya yang
meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya
bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi.
d. Pencegahan bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
mengurangi atau menghilangkan risiko bencana, baik melalui pengurangan
ancaman bencana maupun kerentanan pihak yang terancam bencana.
e. Prosedur : Suatu tata cara atau pedoman kerja yang harus diikuti dalam
melaksanakan suatu kegiatan agar mendapat hasil yang baik.
f. Prosedur Keadaan Darurat : Tata cara/pedoman kerja dalam
menanggulangi suatu keadaan darurat dengan memanfaatkan sumber tenaga
dan sarana yang tersedia untuk menanggulangi akibat dan suatu kondisi yang
tidak normal dengan tujuan untuk mencegah atau mengurangi kerugian yang
lebih besar.
g. Bencana Internal adalah bencana yang terjadi di dalam area rumah sakit,
bisa berupa banjir, gempa bumi, kebocoran gas, ledakan, dan keracunan
makanan.
h. Bencana Eksternal adalah bencana yang terjadi di luar rumah sakit dapat
berupa banjir , ledakan bom, gempa bumi, bangunan runtuh, kecelakaan lalu
lintas, tsunami, angin ribut (puting beliung), tanah longsor, badai pasir,
kemarau, panas ekstrim, dan keracunan makanan.
i. Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang
tepat guna dan berdaya guna.
j. Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik
melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan
menghadapi ancaman bencana.
k. Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani
dampakburukyang ditimbulkan,yang meliputi kegiatan penyelamatan dan
evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan,
pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana.
l. Triage adalah identifikasi secara cepat korban yang membutuhkan
stabilisasisegeradan identifikasi korbanyang hanyadapatdiselamatkan dengan
pembedahan darurat. Dalam aktifitasnya digunakan kartu warna merah,
kuning, hijau, dan hitam
m. Peringatan dini adalah serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera
mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana pada
suatu tempat oleh lembaga yang berwenang.
n. Risiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana
pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian,
luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau
kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat.
o. Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik
atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pascabencana
dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua
aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah pascabencana.
2. Kategori Bencana
a. Bencana Internal
Bencana internal adalah bencana yang terjadi di dalam rumah sakit dan
bencana eksternal yang berdampak di dalam rumah sakit. Potensi jenis
bencana (hazard) yang mungkin terjadi di RS. DADI KELUARGA CIAMIS
adalah sebagai berikut :
Kebakaran
Kebakaran adalah situasi dimana suatu tempat/lahan/bangunan dilanda api
serta menimbulkan kerugian. Kebakaran merupakan bencana yang paling
sering dihadapi. Bahaya kebakaran dapat terjadi setiap saat, karena banyak
peluang yang dapat memicu terjadinya kebakaran. Sumber kebakaran dapat
berasal dari dalam maupun luar gedung.
Banjir
Banjir adalah dimana suatu daerah dalam keadaan tergenang oleh air dalam
jumlah yang begitu besar. Banjir ialah bencana alam yang sering terjadi di
banyak kota dalam skala yang berbeda dimana air dengan jumlah yang
berlebih berada di daratan yang biasanya kering. Hal itu dapat terjadi sebab
jumlah air yang ada di danau, sungai, ataupun daerah aliran air lainnya yang
melebihi kapasitas normal akibat adanya akumulasi air hujan atau
kemampatan sehingga menjadi meluap.
Kebocoran Gas
Kebocoran gas dapat terjadi pada tabung-tabung besar gas maupun sentral
gas rumah sakit yang dapat disebabkan karena adanya kecelakaan maupun
kerusakan dan sabotase. Tabung-tabung gas maupun salurannya itu sendiri
merupakan sumber dari kebocoran.
Ancaman Bom
Adalah suatu berita yang disampaikan melalui surat atau telepon dan alat
komunikasi lainnya oleh seseorang atau kelompok/organisasi yang tidak
jelas identitasnya tentang keberadaan sebuah atau lebih bom yang setiap saat
dapat meledak. Ancaman bom tentunya akan menimbulkan kepanikan di
rumah sakit.
Angin Topan
Angin Topan adalah pusaran angin kencang dengan kecepatan angin 120
km/jam atau lebih yang sering terjadi di wilayah tropis diantara garis balik
utara dan selatan, kecuali di daerah-daerah yang sangat berdekatan dengan
khatulistiwa. Angin topan disebabkan oleh perbedaan tekanan dalam suatu
sistem cuaca. Angin paling kencang yang terjadi di daerah tropis ini
umumnya berpusar dengan radius ratusan kilometer di sekitar daerah sistem
tekanan rendah yang ekstrem dengan kecepatan sekitar 20 km/jam. Di
Indonesia dikenal dengan sebutan angin badai.
Gempa Bumi
Gempa Bumi merupakan peristiwa pelepasan energi yang menyebabkan
dislokasi (pergeseran) pada bagian dalam bumi secara tiba-tiba. Mekanisme
perusakan terjadi karena energi getaran gempa dirambatkan ke seluruh
bagian bumi. Di permukaan bumi, getaran tersebut dapat menyebabkan
kerusakan dan runtuhnya bangunan sehingga dapat menimbulkan korban
jiwa. Getaran gempa juga dapat memicu terjadinya tanah longsor, runtuhan
batuan, dan kerusakan tanah lainnya yang merusak permukiman penduduk.
Gempa bumi juga menyebabkan bencana ikutan berupa , kecelakaan industri
dan transportasi serta banjir akibat runtuhnya bendungan maupun tanggul
penahan lainnya.
Kecelakaan Oleh Karena Zat-Zat Berbahaya
Kecelakaan oleh karena zat-zat berbahaya meliputi kebocoran atau
tumpahan atau sengaja mengeluarkan cairan dan gas yang mudah terbakar,
zat-zat yang bersifat korosif, beracun, zat-zat radioaktif. Kemungkinan jenis
korban yang terjadi adalah : keracunan, luka bakar, trauma dan meninggal.
Epidemi, Wabah dan Kejadian Luar Biasa
Epidemi, Wabah dan Kejadian Luar Biasa merupakan ancaman yang
diakibatkan oleh menyebarnya penyakit menular yang berjangkit di suatu
daerah tertentu. Pada skala besar, epidemi atau wabah atau Kejadian Luar
Biasa (KLB) dapat mengakibatkan meningkatnya jumlah penderita penyakit
dan korban jiwa. Beberapa wabah penyakit yang pernah terjadi di Indonesia
dan sampai sekarang masih harus terus diwaspadai antara lain demam
berdarah, malaria, flu burung, anthraks, busung lapar dan HIV/AIDS. Wabah
penyakit pada umumnya sangat sulit dibatasi penyebarannya, sehingga
kejadian yang pada awalnya merupakan kejadian lokal dalam waktu singkat
bisa menjadi bencana nasional yang banyak
b. Bencana Eksternal
Bencana eksternal adalah bencana bersumber dari luar rumah sakit
yang dalam waktu singkat mendatangkan korban bencana dalam jumlah
melebihi rata-rata keadaan biasa sehingga memerlukan penanganan khusus
dan mobilisasi tenaga pendukung lainnya. Contoh : korban keracunan.
Dampak dari bencana tersebut yang datang tanpa diduga mengakibatkan
kerugian berupa korban jiwa, kerusakan sarana dan prasarana pendukung
serta terjadinya evakuasi dalam jumlah yang cukup besar. Oleh karena itu
upaya penanggulangan bencana dan penanganan korban perlu dilakukan
pada tahapan sebelum, saat kejadian dan sesudah kejadian bencana.
E. Landasan Hukum
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
A. STRUKTUR ORGANISASI
Dalam penanganan bencana yang terjadi, RS. DADI KELUARGA CIAMIS
siap melakukan penanganan pasien termasuk kesiapan sistem untuk mendukung
proses penanganan tersebut. Sistem ini disusun berupa diberlakukannya struktur
organisasi saat aktivasi sistem penanganan bencana oleh RS. DADI KELUARGA
CIAMIS.
1. Struktur Organisasi
Adapun struktur organisasi dan tata kerja Tim Penanggulangan Bencana
RS. DADI KELUARGA CIAMIS adalah :
2. Uraian Tugas
Uraian tugas yang dimaksud disini adalah tugas dan tanggung jawab yang
dimiliki oleh setiap personal dalam sistem penanganan bencana di rumah sakit
sesuai dengan struktur yang telah disusun. Struktur ini diaktifkan saat terjadinya
situasi bencana baik di dalam rumah sakit maupun penanganan korban bencana
dari luar rumah sakit.
a) Direktur
B. PENGATURAN JAGA
Tim penanggulangan bencana rumah sakit terdiri dari Pimpinan
penanggulangan bencana dan tim pendukung. Pimpinan penanganan bencana rumah
sakit berada langsung dibawah garis komando Direktur rumah sakit, dan
bertanggungjawab atas pelaksanaan penanggulangan bencana kepada Direktur
rumah sakit. Dalam melaksanakan penanggulangan bencana, tim Penaggulangan
Bencana dibantu oleh tim pendukung, yang mana anggotanya terdiri dari setiap unit
kerja terkait dengan tugas, fungsi dan wewenangnya masing-masing, sebagai
berikut:
1. Pimpinan Keadaan bahaya darurat
Pada saat jam dinas kantor yang bertindak sebagai pimpinan keadaan bahaya
darurat adalah Direktur Utama rumah sakit dan di luar jam kantor yang
bertindak sebagai pimpinan keadaan bahaya darurat adalah Kepala Jaga IGD
yang bertugas saat itu sebagai pengganti direktur rumah sakit. Berwenang :
Menentukan keadaan bencana
Menentukan tingkat siaga
Memobilisasi Tenaga yang ada
Mengkoordinasi segenap unsur di rumah sakit yang bertugas
menanggulangi bencana.
Berkoordinasi dengan unsur dari luar rumah sakit bilamana dipandang
perlu setelah berkonsultasi dengan direktur Rumah Sakit.
2. Tim Evakuasi
Terdiri dari perawat, petugas kebersihan, petugas administrasi dan keuangan,
Bertugas :
Membantu pasien dan keluarganya untuk keluar dari gedung rumah
sakit menyelamatkan diri.
Menyelamatkan harta benda milik rumah sakit dan pasien.
3. Tim Keamanan
Adalah Satuan Pengamanan dari rumah sakit. Bertugas :
Mengamankan lokasi bencana dari orang-orang yang tidak
bertanggungjawab
Mengamankan jalur lalu lintas ambulance, tenaga medis, dokumen-
dokumen dan harta benda.
Mengamankan jalur transportasi intern rumah sakit
4. Tim Medis
Dipimpin oleh dokter IGD yang bertugas saat itu dan dibantu oleh perawat IGD.
Berwenang :
Menentukan kondisi kegawatdarurat korban
Menentukan penanganan lanjut untuk para korban, misalnya dirujuk atau
tidak
Menentukan tempat rujukan yang tepat buat korban
Memberikan pertolongan medis pertama kepada korban bencana
5. Tim Logistik Umum
Adalah petugas dapur dan laundry
Melakukan perencanaan dan menyediakan logistik umum yang
dibutuhkan oleh petugas maupun korban bencana yang dibutuhkan saat
itu.
6. Tim Penunjang
Tim Penunjang ini terdiri dari :
Penunjang medik yaitu radiologi, farmasi, laboratorium, ambulance,
rekam medis yang bertugas memberikan bantuan penunjang medis sesuai
bidangnya.
Penunjang Umum yaitu petugas tekhnik akan memberikan bantuan
penunjang yang sifatnya umum seperti mengamanan kelistrikan agar
tetap berfungsi dan dapat memberikan tenaga listrik sesuai kebutuhan
dan bantuan komunikasi, serta bantuan umum yang lain yang dibutuhkan
saat bencana.
7. Tim Khusus
Adalah petugas / perawat di Kamar Operasi
- Bila ada operasi yang sedang berlangsung dan operasi harus diselesaikan
maka operasi diselesaikan dan ditutup sementara, maka petugas kamar
operasi
Bertugas :
Mengupayakan tenaga listrik tetap terjamin dengan berkoordinasi
petugas tekhnik.
Berkoordinasi dengan pimpinan keadaan bahaya darurat untuk kondisi
dan situasi bencana.Petugas Kamar Operasi berwenang menghentikan
kegiatan
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. DENAH RUANG
1. Denah / Jalur Evakuasi Rumah Sakit.
a. Pengertian
Denah evakuasi adalah suatu gambaran umum sebuah rumah sakit, yang
didenahkan sesuai dengan gedung-gedung yang berada lingkungan rumah
sakit, yang didalam denah tersebut berisi bagaimana jalur evakuasi apabila
terjadi keadaan darurat meliputi bencana dan kebakaran, yang dilengkapi
dengan petunjuk arah sampai dengan titik berkumpul yang merupakan daerah
yang sudah dianggap aman ketika ada bencana (terlampir)
b. Denah Evakuasi lantai di setiap gedung.
Suatu gambar atau denah rumah sakit yang diperkecil atau dikhususkan
sesuai dengan lantai setiap gedung yang ada di rumah sakit yang didalamnya
terdapat jalur evakuasi apabila terjadi keadaan darurat yang dilengkapi
dengan petunjuk arah sampai dengan titik berkumpul yang merupakan daerah
yang sudah dianggap aman ketika ada bencana (terlampir)
Rambu evakuasi adalah rambu atau tanda yang menunjukkan alur tempat
keluar yang digunakan oleh penghuni gedung pada saat terjadi kejadian yang
tidak diinginkan dalam lingkungan RS. DADI KELUARGA CIAMIS Makassar
yang disebabkan oleh suatu kejadian yang dari dalam/ luar (seperti kebakaran,
kegagalan tenaga, hura-hura dan ancaman bom). Dengan adanya rambu evakuasi
ini, bila terjadi bencana semua pegawai, pasien dan pengunjung dapat selamat
dan diselamatkan dengan mudah.
Upaya yang dilakukan untuk melengkapi setiap gedung dengan
tanda/rambu-rambu keadaan darurat sehingga lebih memungkinkan pengunjung,
pasien dan petugas rumah sakit melihat dan mengikuti arah tersebut, ketika
terjadi keadaan darurat dan kebakaran.
3. Titik berkumpul
Titik berkumpul merupakan suatu tempat yang berada diluar gedung
digunakan sebagai daerah aman ketika terjadi bencana dan kebakaran yang
merupakan tujuan dari jalur evakuasi. Dimana titik berkumpul ditandai dengan
rambu yang berbentuk plang besar dengan ukuran 60 Cm x 60 Cm.
Apar
b. Smoke Detector (Detector Asap)
Detektor asap adalah perangkat yang merasakan adanya asap didalam
gedung dan memperingatkan penghuni, memungkinkan mereka untuk
melarikan diri sebelum api membesar dan dapat memberikan kerugian yang
besar.
c. Fire Alarm
Yang dimaksud dengan alarm kebakaran adalah suatu alat pengindera
dan alarm yang dipasang pada bangunan gedung, yang dapat memberikan
peringatan atau tanda pada saat awal terjadinya suatu kebakaran.
d. Springkler
Sprinkler otomatis adalah suatu sistem pemancar air yang bekerja secara
otomatis bilamana suhu ruangan mencapai suhu tertentu yang menyebabkan
pecahnya tabung/tutup kepala sprinkler sehingga air memancar ke luar.
e. Hydrant
Hidran kebakaran adalah suatu sistem pemadam kebakaran dengan
menggunakan air bertekanan.
f. Konstruksi dan Pintu darurat tahan API
Pintu darurat hanya bisa dibuka dari dalam ruangan menuju tangga dan tidak
bisa sebaliknya. Dari tangga darurat pintu bisa dibuka ke arah dalam hanya di
lantai dasar
2. Sarana Jalan Keluar
Bila terjadi bencana dan harus dilakukan evakuasi, evakuasi dilakukan dengan
menggunakan tangga.
a. Tanda Jalan keluar
Tanda petunjuk jalur evakuasi di RS. DADI KELUARGA CIAMIS dipasang
dimaksudkan sebagai tanda yang diperuntukkan untuk memandu orang-orang
ketika terjadi kebakaran atau bencana lainnya untuk dapat mengevakuasi
dirinya dan orang lain lebih terarah dan tidak panik menuju titik kumpul
sementara dan titik kumpul akhir
Tanda-tanda emergency exit
Tanda Exit di RS. DADI KELUARGA CIAMIS dipasang sebagai
petunjuk pintu jalan keluar baik itu secara umum maupun didalam
keadaan darurat. Rambu ini dimaksudkan sebagai tanda yang dilihat oleh
semua orang yang ada
didalam ruangan agar tidak kebingungan untuk keluar dan meninggalkan
ruangan
Iluminasi minimum
Penerangan
Lampu ini dimaksudkan agar selalu menyinari lorong-lorong atau tangga
darurat sehingga lebih memudahkan seseorang untuk mengevakuasi
dirinya lebih mudah untuk melewati tangga yang disinari dengan
pencahayaan
Titik Kumpul
Titik kumpul merupakan sebuah tanda dari suatu tempat diluar gedung
yang dianggap aman yang sengaja dibuat ketika terjadi kebakaran atau
kegawatdaruratan lainnya yang mengharuskan seseorang untuk
mengevakuasi dirinya sampai tempat kumpul terkahir. Jumlah titik
kumpul di RS. DADI KELUARGA CIAMIS sebanyak 2 titik kumpul
3. Kelengkapan Evakuasi
1. Kelengkapan Jalur Evakuasi
Di dekat setiap pintu ada perlengkapan penanggulangan bencana yang terdiri
dari
fire extinguisher,
fire hydrant dan ada tombol untuk mengaktifkan alarm dalam kotak kaca
yang dapat dipecahkan dalam keadaan darurat.
pintu baja/tahan api, untuk melindungi tangga evakuasi dari kebakaran,
sehingga memberi waktu lebih banyak untuk evakuasi
a. Perlengkapan Evakuasi Pasien
Basket stretcher.
Ventilator transport. Posisi di UGD, dapat dimobilisasi ke HCU / OT jika diperlukan.
Wheel chair
Stretcher
b. Sarana Di Daerah Evakuasi
Meliputi sarana-sarana yang diperlukan untuk perawatan sementara pasien-
pasien dan staf/ pengunjung yang cedera terutama di daerah evakuasi lanjut (di
luar gedung RS. DADI KELUARGA CIAMIS), diantaranya:
a. Tenda dan kelengkapannya
b. Tempat tidur pasien dan kelengkapannya
c. Tabung Oksigen dan kelengkapannya
c. Penanda Petugas Evakuasi
Pada saat dilakukan evakuasi, diperlukan penanda khusus untuk membedakan
petugas evakuasi, dengan staf RS. DADI KELUARGA CIAMIS dan
pengunjung lainnya. Penanda tersebut berupa helm yang akan dikenakan oleh
petugas evakuasi setiap ruangan atau lantai.
4. Sarana Komunikasi
a. PABX dan Direct line
Menggunakan sistem informasi berupa PABX yang dapat secara langsung
berhubungan dengan berbagai nomor telepon darurat.
b. Handie Talkie
Pemegang HT dalam keadaan darurat adalah :
Command Center (Normal ada di UGD), di pegang oleh ketua tim (baik
definitif maupun sementara)
Seluruh Koordinator lapangan (sesuai struktur organisasi di atas)
Seluruh Petugas Security di setiap lantai
c. Paging
Media komunikasi lain adalah paging system. Seluruh informasi paging system
selama disaster berasal dari ketua tim. Agar paging system selalu siap dalam
keadaan apapun, maka volume paging selalu harus berada dalam posisi
maksimal.
5. Sarana Transportasi
Mobil Ambulance untuk mentransfer pasien kritis ke RS lain
BAB IV
TATA LAKSANA PENANGANAN BENCANA
A. BENCANA INTERNAL
Bencana internal adalah bencana yang terjadi di dalam rumah sakit.
Kemungkinan bencana yang terjadi di RS. DADI KELUARGA CIAMIS adalah
kebakaran, banjir, ancaman bom, gempa bumi, kecelakaan oleh karena zat
berbahaya, kejadian luar biasa penyakit.
Aktifasi Sistem Bencana
Komandan Bencana
Aktifkan Sistem
Tidak Perlu Diaktifkan
Penanggulangan Bencana
Penanggulangan Bencana
Aktifkan Posko
Penanggulangan Bencana
Evaluasi Proses
Penanggulangan Yang Sudah
Dilakukan
Kode Emergency
Kode darurat diperuntukkan sebagai upaya atau system yang di buat oleh
rumah sakit DADI KELUARGA CIAMIS untuk memberikan informasi kepada
seluruh orang yang ada di rumah sakit dan untuk menghindari kepanikan di
rumah sakit ketika terjadi bencana. Adapun kode tersebut sebagai berikut:
- “Red Code” Atau “Kode Merah” Untuk Informasi Kebakaran
- “Green Code” Atau “Kode Hijau” Untuk Informasi Gempa
- “Yellow Code” Atau “Kode Kuning” Untuk Informasi Banjir
- “Purple Code” Atau “Kode Ungu” Untuk Informasi Evakuasi
- “Pink Code” Atau “Kode Pink” Informasi Penculikan Bayi
- “Black Code” Atau “Kode Hitam” Untuk Informasi Teror Bom
Bila usaha pemadaman tidak berhasil atau api sudah besar jangan ambil
resiko, tinggalkan menuju tempat yang aman jangan lupa menutup pintu
ruangan.
Laporkan kejadian kebakaran ke Penanggung Jawab Unit saat itu dan
dokter UGD.
Bila kebakaran terdeteksi oleh sistem deteksi dan alarm kebakaran atau
terjadi di luar jam kerja atau pada malam hari, peralatan sistem deteksi
dan alarm kebakaran akan membunyikan alarm.
Berikut adalah prosedur yang harus dilaksanakan petugas jika alarm kebakaran
berbunyi
Lihat papan panel kebakaran di ruang monitor atau pusat pengendali
kebakaran
Petugas jaga dibantu regu pemadam kebakaran wajib segera datang ke
lokasi kebakaran untuk mengatasi penyebab alarm berbunyi tersebut
Laksanakan pemadaman awal sesuai prosedur pemadaman awal tersebut
di atas.
Bila usaha pemadaman tidak berhasil atau api besar, jangan ambil resiko
tinggalkan menuju tempat aman dan jangan lupa menutup pintu ruangan
Segera laporkan kejadian kebakaran kepada staf senior unit tersebut, atau
langsung laporkan ke dokter UGD.
Untuk UGD dan ruang perawatan pasien, segera matikan valve oksigen
sentral dan pindahkan sementara ke tabung oksigen cadangan sambil
mencari back up tabung oxygen portabel
b. Penanggulangan Lanjut
Dokter UGD menerima laporan kebakaran yang tidak dapat dikendalikan
dari unit.
Dokter UGD melapor ke :
- Koordinator penanggulangan bencana RS. DADI KELUARGA
CIAMIS.
- Regu pemadam kebakaran RS. DADI KELUARGA CIAMIS
Dokter UGD kemudian bertindak selaku ketua tim sementara hingga
koordinator penanggulangan bencana tiba di RS. DADI KELUARGA
CIAMIS
Koordinator penanggulangan bencana RS. DADI KELUARGA CIAMIS
melapor ke direktur utama RS. DADI KELUARGA CIAMIS
Jika ada kebakaran yang tidak dapat dilokalisir oleh suatu unit dan akan
meluas ke unit terdekatnya, atau kebakaran telah menyebabkan padamnya
listrik, tidak dapat diatasi oleh sumber daya unit setempat, Ketua Tim /
Ketua Tim Sementara mengaktifkan Code Red. Cara mengaktifkan code
red dengan melalui operator dan meminta operator mengumumkan
melalui paging system “Code Red (.. diikuti lantai / unit yang
terkena..)” disebutkan 3 (tiga) kali. Pesan diulang oleh operator setiap 5
menit hingga diperintahkan berhenti oleh dokter UGD selaku ketua tim
sementara atau Koordinator penanggulangan bencana RS.DADI
KELUARGA CIAMIS
Tim penanggulangan bencana sementara berkumpul di UGD atau di
tempat aman jika UGD dekat dengan lokasi kebakaran.
Perintah evakuasi datang dari ketua tim dan daerah yang belum
mendapatkan perintah evakuasi tetap menjalankan aktivitas seperti biasa
dengan tingkat kesiagaan tinggi.
Evakuasi dilakukan sesuai prosedur evakuasi kebakaran
Jika Tim penanggulangan bencana sudah berkumpul, koordinasi diserah
terimakan pada tim penanggulangan bencana dari dokter UGD dan staf
sementara, berikut serah terima mengenai langkah-langkah yang sudah
dan sedang dilakukan.
Selama proses evakuasi dan penanggulangan kebakaran dilakukan, tim
tetap berkoordinasi dengan pihak dinas kebakaran, kepolisian dan pihak-
pihak lain yang terkait
Setelah semua keadaan teratasi, maka Ketua tim setelah berkoordinasi
dengan pihak dinas pemadam kebakaran mengumumkan berhentinya
kode merah.
Perintah menghentikan pengumuman datang dari ketua tim / ketua
pelaksana dan diumumkan dengan bunyi“Code Red Selesai... “
disebutkan 3 (tiga) kali
c. Pelaksanaan Evakuasi :
Command center memegang data pasien dan karyawan segera setelah
mengumumkan code red. Seluruh anggota tim berkumpul di command
center
Analisis jumlah pasien serta tingkat ketergantungan dilakukan (bila
mungkin) sementara proses pemadaman berlangsung, dan petugas
masing-masing unit menyiapkan pasien dan keluarga di setiap unit guna
menunggu perintah evakuasi.
Komando evakuasi muncul paling lambat 5 menit sejak pengumuman
code red dengan menyebutkan area tujuan via paging.(UGD / Lobby atau
final assembly area 1,2)
Pada saat terjadi kebakaran dan evakuasi akan dimulai, petugas di lantai
lain selain lantai yang mengalami kebakaran menutup pintu darurat yang
diperintahkan, karena tangga darurat tertentu akan digunakan hanya untuk
mengevakuasi lantai yang terbakar.
Seluruh staf yang tidak tahu akan mendapat tugas apa berkumpul di ruang
tertentu untuk mendapat pengarahan dan dilakukan absensi, setelah
sebelumnya melakukan pengamanan aset di unit masing-masing minimal
berupa mengunci pintu (bilamana memungkinkan).
Masing masing unit diberi prioritas menggunakan tangga darurat, di mana
pengaturan ditentukan oleh ketua penanggulangan bencana
Khusus tindakan operasi, diprioritaskan untuk menyiapkan pasien untuk
di transfer, dalam arti mengupayakan pasien durante operasi untuk dalam
kondisi siap ditransport (misal, luka ditutup dulu, dsb). Kamar operasi
mendapat giliran terakhir untuk evakuasi dan mendapat perlindungan
maksimal dari segenap sumber daya, dalam arti upaya utama selain
memadamkan kebakaran adalah mencegah selama mungkin agar
kebakaran tidak mendekati kamar operasi.
Evakuasi yang dilakukan terhadap pasien kelas A dan B yang bersama
penunggu / pengunjung berkumpul di depan pintu darurat yang
ditentukan, kemudian turun bersama-sama dipimpin oleh 1 orang petugas.
Pasien kelas B harus ada yang menemani (keluarga). Dalam hal tidak ada
yang menemani,dimasukkan dalam gelombang kedua.
Evakuasi dilakukan terhadap pasien kelas C. Penunggu bekerja sama
dengan petugas RS menggendong pasien, turun ke lantai dasar, langsung
menuju ke UGD ke lokasi yang sudah ditujukan untuk lantai tertentu di
UGD. Ratio maksimal 1 perawat memonitor 3 pasien. Masing-masing
pasien dibawa oleh keluarga.
Untuk pasien kelas D harus dibawa dengan stretcher. Masing-masing
pasien dibawa oleh 4 orang. Stretcher dimobilisasi berdasarkan prioritas,
instruksi dari tim. Petugas pembawa stretcher terdiri dari 3 orang non
medis, dan 1 orang medis (dokter / perawat) yang merupakan pimpinan.
Keempat, untuk pasien kelas E, harus dibawa seperti pasien kelas D,
namun oleh 5 orang, di mana orang kelima bertanggung jawab atas
instrumen, airway dan pernapasan.
Kebutuhan tenaga pengangkut pasien dilaporkan oleh koordinator
evakuasi lantai yang bersangkutan kepada tim.
Setelah pasien semua terangkut, rekam medis diselamatkan sebisanya.
Prioritas berikut adalah alat medis yang disa di bawa dengan tangan (hand
carry) seperti monitor, defibrillator, pulse oxymetri, infusion pump,
syringe pump, guna melanjutkan proses perawatan di tempat evakuasi.
Di UGD, tim menilai kapasitas tempat evakuasi, dan menghubungi bantuan
RS lain untuk mengirim ambulans guna mentransfer pasien ke RS lain,
terutama pasien-pasien kritis, durante operasi, dan pasien kelas E.
Koordinator sarana menyiapkan tempat evakuasi di luar RS bekerja sama
dengan pihak keamanan. Jalur ambulans diamankan oleh koordinator
keamanan, bekerja sama dengan pihak yang berwajib.
Apabila kebakaran dapat teratasi, Koordinator Penanggulangan Bencana
RS. DADI KELUARGA CIAMIS akan meminta laporan dari
Koordinator Penanggulangan Kebakaran dan atau Tim Pemadam dari
Dinas Kebakaran yang bertugas tentang kondisi bangunan dan kelayakan
untuk pemakaian kembali. Berdasarkan laporan kondisi bangunan
tersebut,
2. Ancaman Banjir
Banjir ialah bencana alam yang sering terjadi di banyak kota dalam skala
yang berbeda dimana air dengan jumlah yang berlebih berada di daratan yang
biasanya kering. Hal itu dapat terjadi sebab jumlah air yang ada di danau, sungai,
ataupun saluran aliran air lainnya yang melebihi kapasitas normal akibat adanya
akumulasi air hujan atau pemampatan sehingga menjadi meluap. Tujuan
pentingnya penanganan penanggulangan banjir adalah:
Dapat melakukan pencegahan dan penanggulangan banjir yang dapat
terjadi sewaktu-waktu.
Melindungi pasien, pengunjung, rekanan, dan karyawan RS DADI
KELUARGA CIAMIS yang berada di tempat kejadian.
Melindungi lingkungan fisik beserta isinya (asset atau investasi rumah
sakit).
Melindungi agar jangan sampai terjadi dampak yang meluas
LEDAKAN GAS
MENGHUBUNGI
CONTROL
ROOM/ROOM/HOUSE
MENGHUBUNGI TIM
PENAGGULANGAN
BUNYIKAN SIRINE
TANDA BAHAYA
TIDAK
EVAKUASI
YA
EVAKUASI
PENANGANAN
SELESAI
6. Kecelakaan Oleh Karena Zat-Zat Berbahaya
Kecelakaan oleh karena zat-zat berbahaya meliputi kebocoran atau tumpahan atau
sengaja mengeluarkan cairan dan gas yang mudah terbakar, zat-zat yang bersifat
korosif, beracun, zat-zat radioaktif. Kemungkinan jenis korban yang terjadi adalah :
keracunan, luka bakar, trauma dan meninggal.
Pada setiap kecelakaan oleh karena zat-zat berbahaya selalu diperhatikan :
Keamanan adalah yang utama
Isolasi areal terjadinya tumpahan atau kebocoran
Evakuasi korban dilakukan pada area yang berlawanan dengan arah angin di
lokasi kejadian
Hubungi operator untuk menyiagakan tim penanggulangan bencana rumah
sakit
Tanggulangi tumpahan atau kebocoran, jika anda pernah mendapat
pelatihan tentang hal tersebut, tapi jangan mengambil risiko jika anda tidak
pernah mendapatkan pelatihan tentang cara menanggulangi tumpahan atau
kebocoran zat-zat berbahaya
Lakukan dekontaminasi sebelum penanganan korban
7. Kejadian Luar Biasa (KLB) Penyakit
Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah suatu kejadian kesakitan/kematian dan atau
meningkatnya suatu kejadian kesakitan/kematian yang bermakna secara
epidemiologi pada suatu kelompok penduduk dalam kurun waktu tertentu. (Peraturan
Menteri Kesehatan No.949/Menkes/SK/VIII/2004) Kecelakaan KLB penyakit adalah
:
Timbulnya penyakit yang sebelumnya tidak ada di suatu daerah
Adanya peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan
jumlah kesakitan yang luar biasa terjadi pada kurun waktu yang sama tahun
sebelumnya
Tindakan yang harus dilakukan bila terjadi KLB penyakit :
Catat dan laporkan jumlah kejadian/penyakit yang terjadi di ruangan kepada
Wakil Direktur Pelayanan dan Bidang Keperawatan bila shift pagi atau pada
hari kerja dan ke Direktur Utama bila di luar jam kerja
Tingkat standar untuk mencegah penularan ke pasien lain atau ke petugas
kesehatan
Sub komite pengendalian infeksi nosokomial melakukan penyelidikan
epidemiologi terhadap terjadinya KLB untuk mengetahui penyebab
terjadinya KLB dan membuat rekomendasi untuk mengambil tindakan
selanjutnya
B. BENCANA EKSTERNAL
RS. DADI KELUARGA CIAMIS sebagai salah satu rumah sakit terbesar di
Makassar dan pusat rujukan, sangat memungkinkan untuk menerima korban
bencana eksternal, maupun memberikan bantuan terhadap korban bencana keluar
rumah sakit di Makassar maupun diluar Makassar. Potensi bencana eksternal yang
berdampak kepada rumah sakit adalah : ledakan/bom, kecelakaan transportasi,
gempa bumi, banjir, kebakaran, dan tanah longsor.
Bencana dari luar maupun dari dalam Rumah Sakit akan mendatangkan
korban yang bersifat massal, karenanya berdasarkan jumlah korban yang datang
bencana dengan korban massal dibagi menjadi 2 tingkat, yaitu :
a. Siaga I (satu) : Jumlah korban 15 – 25 orang.
Keadaan dimana jumlah korban melebihi kemampuan pelayanan Instalasi
Gawat Darurat (IGD) RS. DADI KELUARGA CIAMIS, sehingga harus
dibantu dengan memobilisasi petugas dari unit kerja lain, tetapi masih terbatas
didalam lingkungan RS. DADI KELUARGA CIAMIS. Adapun pekerjaan
rutin sebagian terpaksa ditunda, tetapi sebagian lagi masih dapat dilakukan
tanpa terganggu.
b. Siaga II (dua) : Jumlah korban lebih dari 25 orang.
Keadaan siaga ini ditentukan oleh dokter yang bertugas pada saat itu, yang
selanjutnya dilaporkan kepada ketua tim penanggulangan bencana Rumah
Sakit DADI KELUARGA CIAMIS.
1. Penangangan Korban
Apabila terjadi bencana eksternal, maka sistem penanggulangan bencana di
rumah sakit diaktifkan, antara lain :
a. Pusat Komando diaktifkan oleh Komandan Bencana
b. Korban hidup dimasukkan melalui satu pintu di Instalasi Rawat Darurat,
sedangkan korban meninggal langsung ke kamar jenazah
c. Semua korban di triase di ruangan Triase-IRD
Triase adalah tindakan pemilihan korban sesuai kondisi kesehatannya
untuk mendapat lebel tertentu dan kemudian dikelompokkan serta
mendapatkan pertolongan/ penanganan sesuai dengan kebutuhan. Tatacara
penilaian awal, dipergunakan dalam prosedur kegawatdaruratan rutin yang
dapat diadaptasi untuk kecelakaan-kecelakaan besar. Triase adalah tindakan
pemilihan korban sesuai kondisi kesehatannya untuk mendapat label tertentu
dan kemudian dikelompokkan serta mendapatkan pertolongan / penanganan
sesuai dengan kebutuhan. Triase dipimpin oleh dokter bersama perawat.
Penanggulangan awal penderita dilakukan oleh dokter, perawat dan tenaga
kesehatan dari ruangan lain yang dimobilisasikan.
Korban dikelompokkan dalam 5 kondisi kesehatan dan diberi label sebagai
berikut:
Label Hijau
Penderita yang tidak mengalami luka dan bila dibiarkan tidak berbahaya.
Korban yang tak memerlukan pengobatan atau pemberian pengobatan dapat
ditunda, mencakup korban dengan :
- Fraktur minor Luka minor,
- luka bakar minor
Label Kuning
Korban dengan cidera berat yang perlu mendapatkan perawatan khusus dan
kemudian dapat dipulangkan atau dirawat di rumah sakit atau dirujuk ke
rumah sakit lain, termasuk dalam kategori ini :
- Korban dengan risiko syok (korban dengan gangguan jantung,
trauma abdomen berat)
- Fraktur disable
- Luka bakar luas
- Gangguan kesadaran / trauma kepala
Label Biru
Penderita yang trauma kepala berat dan pendarahan dalam rongga perut.
Label Merah
Korban dengan cidera berat yang memerlukan observasi ketat, kalau perlu
tindakan operasi. Penderita yang memerlukan tindakan cepat, live saving
sehingga terhindar dari kecacatan atau kematian Dengan kemungkinan
harapan hidup yang masih besar dan memerlukan perawatan rumah sakit
atau rujuk ke rumah sakit lain, termasuk dalam kategori ini :
- Syok oleh berbagai kausa
- Gangguan pernapasan
- Trauma kepala dengan pupil anisokor
- Perdarahan eksternal missal
Label Hitam
Korban yang sudah meninggal dunia. Pada label dituliskan : nama korban,
umur, jenis kelamin, alamat pasien. Bila korban tidak dikenal ditulis “tidak
dikenal”.
1. PENANGANAN KORBAN
Proses penanganan yang diberikan kepada korban dilakukan secepatnya untuk
mencegah resiko kecacatan dan atau kematian, dimulai sejak di lokasi kejadian,
proses evakuasi dan proses transportasi ke IRD atau area berkumpul. Kegiatan
dimulai sejak korban tiba di IRD.
Penanggung jawab: Ketua Tim Medical support (Ka IRD)
Tempat : Triage-IRD/lokasi kejadian/ area berkumpul/ tempat perawatan definitif
Prosedur :
Di lapangan:
1. Lakukan triage sesuai dengan berat ringannya kasus (Hijau, Kuning, Merah)
2. Menentukan prioritas penanganan
3. Evakuasi korban ketempat yang lebih aman
4. Lakukan stabilisasi sesuai kasus yang dialami.
5. Transportasi korban ke IRD.
Di rumah sakit (IRD):
1. Lakukan triage oleh tim medik.
2. Penempatan korban sesuai hasil triage.
3. Lakukan stabilisasi korban.
4. Berikan tindakan definitif sesuai dengan kegawatan dan situasi yang ada
(Merah, Kuning,Hijau)
5. Perawatan lanjutan sesuai dengan jenis kasus (ruang perawatan dan OK)
6. Lakukan rujukan bila diperlukan baik karena pertimbangan medis maupun
tempat perawatan.
2. PENGELOLAAN BARANG MILIK KORBAN
Barang milik korban hidup baik berupa pakaian, perhiasan, dokumen, dll
ditempatkan secara khusus untuk mencegah barang tersebut hilang maupun tertukar.
Sedangkan barang milik korban meninggal, setelah di dokumentasi oleh koordinator
tim forensik, selanjutnya diserahkan ke pihak kepolisian yang bertugas di forensik.
Tempat : Ruang Triage-IRD
Penanggungjawab : Kepala Ruangan Triage IRD
Prosedur :
1. Catat barang yang dilepaskan dari korban atau dibawa oleh korban
2. Bila ada keluarga korban maka barang tersebut diserahkan kepada keluarga
korban dengan menandatangani formulir catatan.
3. Tempatkan barang milik korban pada kantong plastik dan disimpan di
lemari/ locker yang terkunci.
4. Bila sudah 1 minggu barang milik korban belum diambil baik oleh pasien
sendiri maupun keluarganya, maka barang-barang tersebut diserahkan
kepada Ka Sub Bag Humas dengan menandatangani dokumen serah terima,
selanjutnya ka Sub Bag Humas menghubungi pasien maupun keluarganya.
Apabila dalam waktu 1 bulan barang belum diambil, maka barang tersebut
diserahkan oleh KaBag Hukum dan Humas ke Polsek setempat
2. Menyiapkan penambahan dan jaga stabilitas listrik agar layak pakai dan
aman
3. Menyiapkan penambahan line telpon untuk SLI maupun sambungan keluar
lainnya
4. Menjaga kualitas air sesuai dengan syarat kualitas maupun kuantitas air
bersih dan hindari kontaminasi sehingga tetap aman untuk digunakan
5. Melakukan koordinasi dengan Instansi terkait (PLN, PT TELKOM, PDAM)
untuk menambah daya, menambah line dan tetap menjaga ketersediaan
listrik, telpon, maupun Air.
6. Mendistribusikan kebutuhan listrik, telpon dan air ke area yang
membutuhkan
7. Berkoordinasi dengan pengguna/ruangan dan penanggung jawab area.
8. Melakukan monitoring secara rutin
A. PENGELOLAAN LOGISTIK
A. PENGERTIAN
Keselamatan pasien (safety) adalah segala upaya atau tindakan yang harus
diterapkan dalam rangka menghindari kecelakaan yang terjadi akibat kesalahan
kerja petugas ataupun kelalaian / kesengajaan. RS harus menjamin keselamatan
pasien agar petugas merasa nyaman dan aman sehingga dapat meningkatkan
produktifitas kerja. Keselamatan kerja juga akan berdampak pada keselamatan
pasien
B. TUJUAN
Adapun tujuan kegiatan upaya keselamatan pasien dalam hal penanganan bencana
adalah:
a. Untuk mengurangi adanya resiko korban manusia (pasien, pengujung, staf atau
pihak lain seperti rekanan rumah sakit) dari yang teringan seperti luka sampai
yang terberat atau korban jiwa.
d. Mengurangi resiko kerusakan asset, meskipun kerugian ini bersifat finansial,
namun dapat mengakibatkan kerugian secara ganda karena hilangnya waktu
pelayanan.
Memeriksa dan memperbaiki bila ada kerusakan di lantai, dinding dan atap
Memperbaiki kabel-kabel listrik yang rusak dan pipa gas yang bocor.
Semuanya berpotensi untuk timbulnya kebakaran ketika terjadi gempa.
Mengikat lemari ke dinding.
Menempatkan peralatan yang besar dan berat di rak yang rendah.
Menyimpan benda atau peralatan yang mudah pecah di rak yang rendah dan
mempunyai penutup.
Menggantung benda yang berat seperti lukisan atau kaca jauh dari tempat tidur,
kursi dan semua tempat pasien, pengunjung atau karyawan duduk.
Memperkuat struktur lampu-lampu, kipas atau peralatan lain yang menepel di
langit-langit.
Menyimpan cairan kimia dan bahan-bahan yang mudah terbakar di lemari
tertutup dan rak terbawah
5 Identifikasi dan pengujian
fasilitas/sistem a. Pengujian fasilitas
Pengujian fasilitas Smoke detector, sprinkler, hydrant dan alarm
Inspeksi keadaan fasilitas tersebut (jadwal dan lembar check list)
Perbaikan dan pembenahan fasilitas tersebut
Upaya yang dimaksud, dilaksanakan ketika didapatkan masalah atau
dari hasil inspeksi dan pengujian berkala.
b Identifikasi lingkungan area-area beresiko terjadi kebakaran.
Penentuan dan Maping area yang resti terhadap kebakaran
Identifikasi fasilitas yang ada dalam area tersebut.
A. MONITORING
Monitoring merupakan aktivitas guna memantau seberapa jauh program
pencegahan dan penanggulangan bencana di RS. DADI KELUARGA CIAMIS
berjalan dengan efektif. Tujuan monitoring ini adalah untuk menilai perkembangan
dan kemajuan yang telah dicapai program penanganan kebakaran dirumah sakit.
Bila dalam monitoring dan evaluasi ini ada masalah yang didapatkan dan kelemahan
program dapat cepat diperbaiki. Bagian yang mengadakan monitoring ini terdiri dari
unsur Direksi,
Direktorat Pelayanan Medik, Tim Penanggulangan Bencana, K3, IPSRS, dan Diklat.
Data
C. CONTINUOUS IMPROVEMENT
Merupakan perumusan upaya-upaya perbaikan dari hasil analisis.
Tujuannya adalah menyusun rencana atau program kerja dengan tujuan untuk
memperbaiki performance / mutu yang diperoleh dari proses monitoring.
Continuous improvement selain berupa :
Bencana dapat terjadi kepada siapa saja, dimana saja dan kapan saja, serta
datangnya tidak dapat diduga atau diterka. Rumah Sakit sebagai salah satu “Public
Area”, tidak mustahil menghadapi bahaya dari bencana, oleh karena itu diperlukan
tindakan penanggulangan terhadap bencana. Rumah sakit memiliki peranan kunci
dalam menanggulangi kegawatdaruratan dan bencana. Karena itu, rumah sakit harus
dipastikan aman dan memiliki rencana kesiapsiagaan menanggulangi kegawatdaruratan
dan bencana. Untuk itu diperlukanlah organisasi untuk mengantisipasi keadaan dan
melakukan tindakan penanganan yang tepat
Penanganan bencana di rumah sakit memerluakan sistem koordinasi yang
melibatkan seluruh komponen internal dan beberapa komponen external yang terkait
dengan pelayanan kesehatan. Penanganan ini tidak hanya melibatkan tim medis namun
juga keterlibatan tim menajemen untuk menunjang kelancaran proses penanganan
korban.
Bencana yang terjadi di dalam maupun di luar rumah sakit memerlukan
kesiapsiagaan dan respon cepat dari seluruh tim. Adanya sumber daya yang tersedia
baik fasilitas, SDM dan sistem yang mendukung akan memperlancar proses tersebut.
Tersedianya buku pedoman, kartu instruksi kerja, keadaan bahaya darurat kit baik
medik maupun non medik, ambulance dan tim reaksi cepat merupakan suatu bentuk
kesiapan pihak rumah sakit dalam penanganan bencana.