DISUSUN OLEH :
DOSEN PEMBIMBING :
Wahyu Anjas Sari, SST.,M.Kes
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena rahmat dan hidayah-Nya saya
dapat menyelesaikan penyusunan Asuhan Keperawatan ‘’cerebral palsy pada anak‘’. Dalam
kesempatan ini sayamenyampaikan banyak terima kasih atas bantuan semua pihak sehingga
asuhan kebidanan ini dapat terselesaikan karena itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Dra.Hj. Soelijah Hadi, M.Kes, M.M., selaku Ketua STIKes Husada Jombang.
2. Sylvie Puspita, S.Kep,.Ns.,M.Kep. selaku KaprodiS1
Keperawatan
3. Dr. Najah Soraya N. M_M_. Selaku Wakil Ketua II di STIkes Husada Jombang.
4. Wahyu Anjas Sari, SST.,M.Kes Selaku dosen pengajar keperawatan anak II dalam
keperawatan di STIKes Husada Jombang
Penulis menyadari bahwa asuhan keperawatan ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan. Akhirnya semoga Asuhan
Keperawatan ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca pada umumnya.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................3
A. Latar Belakang..........................................................................................................3
B. Tujuan........................................................................................................................6
C. Sistematika Penulisan..............................................................................................6
BAB II TINJAUAN TEORITIS................................................................................8
A. Pengertian..................................................................................................................8
B. Anatomi Fisiologi Paru............................................................................................8
C. Etiologi....................................................................................................................12
D. Patofisiologi............................................................................................................14
E. Patoflowdiagram....................................................................................................16
F. Tanda dan Gejala (Manifestasi Klinis)................................................................16
G. Pemeriksaan Penunjang.........................................................................................17
H. Penatalaksanaan Medis..........................................................................................18
I. Komplikasi..............................................................................................................18
J. Konsep Asuhan Keperawatan Anak dengan cerebral palsy..............................18
1. Pengkajian....................................................................................................18
2. Diagnosa Keperawatan................................................................................21
3. Intervensi.....................................................................................................21
BAB III TINJAUAN KASUS..................................................................................25
BAB IV PENUTUP...................................................................................................44
A. Kesimpulan.............................................................................................................44
B. Saran........................................................................................................................44
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................45
BAB I
PENDAHULUAN
Setiap orangtua tentu menginginkan anaknya lahir dengan sempurna, memperoleh pendidikan dan
pekerjaan yang layak. Ketika hal tersebut tidak terpenuhi, tak jarang di antara mereka yang
Sebenarnya tidak ada anak cacat melainkan anak berkebutuhan khusus, karena anak-anak yang
dianggap cacat itu sebenarnya sama saja dengan anak-anak pada umumnya, punya kelebihan dan
kekurangan. Tetapi karena pemahaman sebagian masyarakat yang kurang, maka masyarakatlah
Untuk itu perlu dipahami sebuah pendekatan kepada masyarakat bahwa mereka yang mempunyai
keterbatasan ada dalam lingkungan mereka, sama-sama mempunyai hak yang sama dengan anak
Jika kita melihat anak-anak yang mengalami kecacatan mental, mungkin kita beranggapan bahwa
mereka mengalami jenis kecacatan mental yang sama. Namun kita harus mengetahui kecacatan
mental yang dialami anak-anak tersebut berbeda penyebabnya yang dalam hal ini adalah cerebral
palsy.
Walaupun perkembangan dan kemajuan dalam bidang obstetrik dan perinatologi akan mengakibatkan
penurunan angka kematian bayi yang pesat, namun tidak dapat mencegah peningkatan jumlah
anak cacat. Ini disebabkan, meskipun bayiberhasil diselamatkan dari keadaan gawat, akan tetapi
Cerebral Palsy adalah salah satu gejala sisa yang cukup banyak dijumpai. IstilahCerebral Palsy
(CP) pertama kali dikemukakan oleh Phelps. Cerebral: yang berhubungan dengan otak; Palsy
tetapi nama ini kurang tepat, sebab CP tidak hanya bermanifestasi spastik dan mengenai 2
anggota gerak saja, tetapi juga dapat ditemukan dalam bentuk lain dan dapat mengenai ke 4
anggota gerak. Nama lain ialah : Little’s disease, oleh karena dokter John Littleadalah orang
B. Tujuan
a. Dapat melakukan pengkajian secara langsung pada anak dengan cerebral palsy.
b. Dapat merumuskan masalah dan membuat diagnosa keperawatan pada anak dengan cerebral
palsy.
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan dan mampu mengevaluasi tindakan yang telah
LANDASAN TEORI
1. Definisi
Berbagai definisi telah dikemukakan oleh para sarjana. Clark (1964) mengemukakan, yang
dimaksud dengan CP ialah suatu keadaan kerusakan jaringan otak pada pusat motorik atau jaringan
penghubungnya, yang kekal dan tidak progresif, yang terjadi pada masa prenatal, saat persalinan atau
sebelum susunan saraf pusat menjadi cukup matur, ditandai dengan adanya paralisis, paresis,
berikut : CP adalah suatu kelainan dari fungsi gerak dan sikap tubuh yang disebabkan karena adanya
kelainan atau cacat pada jaringan otak yang belum selesai pertumbuhannya. Sedangkan Gilroy dkk
motorik sebagai akibat dari gangguan perkembangan atau kerusakan pusat motorik atau jaringan
Definisi lain : CP ialah suatu keadaan kerusakan jaringan otak yang kekal dan tidak progresif,
terjadi pada waktu masih muda (sejak dilahirkan), dan merintangi perkembangan otak normal dengan
gambaran klinik yang dapat berubah selama hidup, dan menunjukkan kelainan dalam sikap dan
pergerakan, disertai kelainan neurologik berupa kelumpuhan spastik, gangguan ganglia basalis dan
serebelum.
2. Etiologi
a. Pranatal :
2) Infeksi dalam kandungan yang dapat menyebabkan kelainan janin (misalnya; rubela,
5) Asfiksia dalam kandungan (misalnya: solusio plasenta, plasenta previa, anoksi maternal,
b. Natal :
1) Anoksia/hipoksia.
Penyebab terbanyak ditemukan dalam masa perinatal ialah cidera otak. Keadaan inilah yang
menyebabkan terjadinya anoksia. Hal demikian terdapat pada keadaan presentasi bayi abnormal,
disproporsi sefalopelvik, partus lama, plasenta previa, infeksi plasenta, partus menggunakan bantuan
Perdarahan dan anoksia dapat terjadi bersama-sama, sehingga sukar membedakannya, misalnya
perdarahan yang mengelilingi batang otak, mengganggu pusat pernapasan dan peredaran darah
sehingga terjadi anoksia. Perdarahan dapat terjadi di ruang subaraknoid dan menyebabkan
4) Prematuritas.
Bayi kurang bulan mempunyai kemungkinan menderita pendarahan otak lebih banyak
dibandingkan dengan bayi cukup bulan, karena pembuluh darah, enzim, factor pembekuan darah dan
5) Ikterus
Ikterus pada masa neonatus dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak yang kekal akibat
masuknya bilirubin ke ganglia basal, misalnya pada kelainan inkompatibilitas golongan darah.
Meningitis purulenta pada masa bayi bila terlambat atau tidak tepat pengobatannya akan
Beberapa penelitian menyebutkan faktor prenatal dan perinatal lebih berperan daripada faktor
pascanatal. Studi oleh Nelson dkk (1986) (dikutip dari 13) menyebutkan bayi dengan berat lahir
rendah, asfiksia saat lahir, iskemi prenatal, faktor genetik, malformasi kongenital, toksin, infeksi
Faktor prenatal dimulai saat masa gestasi sampai saat lahir, sedangkan faktor perinatal yaitu
segala faktor yang menyebabkan cerebral palsy mulai dari lahir sampai satu bulan kehidupan.
Sedang faktor pasca natal mulai dari bulan pertama kehidupan sampai 2 tahun (Hagberg dkk
1975), atau sampai 5 tahun kehidupan (Blair dan Stanley, 1982), atau sampai 16 tahun (Perlstein,
Hod, 1964).
3. Patofisiologi
Adanya malformasi hambatan pada vaskuler, atrofi, hilangnya neuron dan degenarasi laminar
akan menimbulkan narrowergyiri, suluran sulci dan berat otak rendah. Serebral palsi digambarkan
sebagai kekacauan pergerakan dan postur tubuh yang disebabkan oleh cacat nonprogressive atau luka
otak pada saat anak-anak. Suatu presentasi serebral palsi dapat diakibatkan oleh suatu dasar kelainan
(structural otak : awal sebelum dilahirkan , perinatal, atau luka-luka /kerugian setelah kelahiran dalam
a. Spastisitas
Terdapat peninggian tonus otot dan refleks yang disertai dengan klonus dan reflek Babinski yang
positif. Tonus otot yang meninggi itu menetap dan tidak hilang meskipun penderita dalam keadaan
tidur. Peninggian tonus ini tidak sama derajatnya pada suatu gabungan otot, karena itu tampak sifat
yang khas dengan kecenderungan terjadi kontraktur, misalnya lengan dalam aduksi, fleksi pada sendi
siku dan pergelangan tangan dalam pronasi serta jari-jari dalam fleksi sehingga posisi ibu jari
telapak kaki berputar ke dalam. Tonic neck reflex dan refleks neonatal menghilang pada waktunya.
kepada letak dan besarnya kerusakan yaitu monoplegia/ monoparesis. Kelumpuhan keempat anggota
gerak, tetapi salah satu anggota gerak lebih hebat dari yang lainnya; hemiplegia/ hemiparesis adalah
kelumpuhan lengan dan tungkai dipihak yang sama; diplegia/ diparesis adalah kelumpuhan keempat
anggota gerak tetapi tungkai lebih hebat daripada lengan; tetraplegia/ tetraparesis adalah kelimpuhan
keempat anggota gerak, lengan lebih atau sama hebatnya dibandingkan dengan tungkai.
Golongan spastitis ini meliputi / 3 – ¾ penderita cerebral palsy. Bentuk kelumpuhan spastitis
Kelumpuhan keempat anggota gerak, tetapi salah satu anggota gerak lebih hebat dari yang
lainnya.
Kelumpuhan keempat anggota gerak, tetapi tungkai lebih hebat daripada lengan.
dengan tungkai.
Bayi pada golongan ini, pada usia bulan pertama tampak fleksid (lemas) dan berbaring seperti
kodok terlentang sehingga tampak seperti kelainan pada lower motor neuron. Menjelang umur 1 tahun
barulah terjadi perubahan tonus otot dari rendah hingga tinggi. Bila dibiarkan berbaring tampak
fleksid dan sikapnya seperti kodok terlentang, tetapi bila dirangsang atau mulai diperiksa otot
tonusnya berubah menjadi spastis, Refleks otot yang normal dan refleks babinski negatif, tetapi yang
khas ialah refelek neonatal dan tonic neck reflex menetap. Kerusakan biasanya terletak di batang otak
Kelainan yang khas yaitu sikap yang abnormal dengan pergerakan yang terjadi dengan
sendirinya (involuntary movement). Pada 6 bulan pertama tampak flaksid, tetapa sesudah itu barulah
muncul kelainan tersebut. Refleks neonatal menetap dan tampak adanya perubahan tonus otot. Dapat
timbul juga gejala spastisitas dan ataksia, kerusakan terletak diganglia basal disebabkan oleh asfiksia
d. Ataksia
Ataksia adalah gangguan koordinasi. Bayi dalam golongan ini biasanya flaksid dan menunjukan
perkembangan motorik yang lambat. Kehilangan keseimbangan tamapak bila mulai belajar duduk.
Mulai berjalan sangat lambat dan semua pergerakan canggung dan kaku. Kerusakan terletak
diserebelum.
Terdapat 5-10% anak dengan serebral palsi. Gangguan berupa kelainan neurogen terutama
persepsi nadi tinggi, sehingga sulit menangkap kata-kata. Terdapat pada golongan koreo-atetosis.
Disebabkan oleh gangguan pendengaran atau retradasi mental. Gerakan yang terjadi dengan
sendirinya dibibir dan lidah menyebabkan sukar mengontrol otot-otot tersebut sehingga anak sulit
Gangguan mata biasanya berupa strabismus konvergen dan kelainan refraksi.pada keadaan
h. Paralisis
Dapat berbentuk atetosis, khoreoatetosis, tremor dengan tonus yang dapat bersifat flaksid,
j. Kejang
Dapat bersifat umum atau fokal.
Retardasi mental ditemukan kira-kira pada 1/3 dari anak dengan cerebral palsy terutama pada
grup tetraparesis, diparesis spastik dan ataksia. Cerebral palsy yang disertai dengan retardasi mental
pada umumnya disebabkan oleh anoksia serebri yang cukup lama, sehingga terjadi atrofi serebri yang
menyeluruh. Retardasi mental masih dapat diperbaiki bila korteks serebri tidak mengalami kerusakan
menyeluruh dan masih ada anggota gerak yang dapat digerakkan secara volunter. Dengan
dikembangkannya gerakan-gerakan tangkas oleh anggota gerak, perkembangan mental akan dapat
5. Komplikasi
a. Ataksi
b. Katarak
c. Hidrosepalus
IQ di bwh 50, berat/beban dari otak motoriknya IQ rendah nya, dengan suatu ketegangan
k. Lateralisasi
Dominan pada anak [sebelum/di depan] [yang] normal nya dan yang di / terpengaruh oleh gejala
hemiplegia, kemudian akan ada berbagai kesulitan untuk pindah;gerakkan pusat bicara
l. Inkontinensia
RM, dan terutama oleh karena berbagai kesulitan pada pelatihan kamar kecil.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis lengkap tentang riwayat kehamilan, perinatal dan
pascanatal, dan memperhatikan faktor risiko terjadinya cerebral palsy. Juga pemeriksaan fisik lengkap
dengan memperhatikan perkembangan motorik dan mental dan adanya refleks neonatus yang masih
menetap.
Pada bayi yang mempunyai risiko tinggi diperlukan pemeriksaan berulang kali, karena
gejaladapat berubah, terutama pada bayi yang dengan hipotoni, yang menandakan perkembangan
motorik yang terlambat; hampir semua cerebral palsy melalui fase hipotoni.
Pemeriksaan penunjang lainnya yang diperlukan adalah foto polos kepala, pemeriksaan pungsi
lumbal. Pemeriksaan EEG terutama pada pendenita yang memperlihatkan gejala motorik, seperti
tetraparesis, hemiparesis, atau karena sering disertai kejang. Pemeriksaan ultrasonografi kepala atau
Pemeriksaan psikologi untuk menentukan tingkat kemampuan intelektual yang akan menentukan
7. Penatalaksanaan
a. Medik
Pengobatan kausal tidak ada, hanya simtomatik. Pada keadaan ini perlu kerja sama yang baik dan
merupakan suatu tim dokter anak, neurolog, psikiater, dokter mata, dokter THT, ahli ortopedi,
psikolog, fisioterapi, occupatiional therapist, pekerja sosial, guru sekolah luar biasa dan orangtua
pasien.
b. Fisioterapi
Tindakan ini harus segera dimulai secara intensif. Orang tua turut membantu program latihan
dirumah. Untuk mencegah kontraktur perlu diperhatikan posisi pasien pada waktu istirahat atau tidur.
Bagi pasien yang berat dianjurkan untuk sementara tinggal dipusat latihan. Fisioterapi ini dilakukan
Bila terdapat hipertonus otot atau hiperspastisitas, dianjurkan untuk dilakukan pembedahan otot,
tendon atau tulang untuk reposisi kelainan tersebut. Pembedahan stereotatik dianjurkan pada pasien
d. Obat-obatan
Pasien sebral palsi (CP) yang dengan gejala motorik ringan adalah baik, makin banyak gejala
penyertanya dan makin berat gejala motoriknya makin buruk prognosisnya. Bila di negara maju ada
tersedia institute cerebral palsy untuk merawat atau untuk menempung pasien ini.
Mengobservasi dengan cermat bayi-nayi baru lahir yang beresiko. Jika telah diketahui bayi lahir
dengan resiko terjadi gangguan pada otak walaupun selama di ruang perawatan tidak terjadi kelainan
agar dipesankan kepad orangtua/ibunya jika melihat sikap bayi tidak normal supaya segera dibawa
konsultasi ke dokter.
kemampuan motorik halus, penderita dilatih supaya bisa mengenakan pakaian, makan, minum dan
keterampilan lainnya.
Diberikan pada anak dengan gangguan wicara bahasa, yang ditangani seorang ahli.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
d. Kaji iritabel anak, kesukaran dalam makan/menelan, perkembangan yang terlambat dari
anak normal, perkembangan pergerakan kurang, postur tubuh yang abnormal, perkembangan
pergerakan kurang, postur tubuh yang abnormal, refleks bayi yang persisten, ataxic, kurangnya tonus
otot.
k. Kesukaran bergerak dengan tepat seperti menulus atau menekan tombol.
l. Anak-anak dengan cerebral palsy mungkin mempunyai permasalahan tambahan, termasuk
yang berikut: kejang, masalah dengan penglihatan dan pendengaran serta dalam bersuara, terdapat
kesulitan belajar dan gangguan perilaku, keterlambatan mental, masalah yang berhubungan dengan
masalah pernafasan, permasalahan dalam buang air besar dan buang air kecil, serta terdapat
n. Riwayat penyakit sekarang : Kelemahan otot, Retardasi Mental, Gangguan hebat-
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan factor
biologis.
c. Penurunan kapasitas adaptasi intracranial berhubungan dengan cedera otak.
e. Risiko injury berhubungan dengan spasme, pergerakan yang tidak terkontrol dan kejang.
f. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan kesukaran dalam artikulasi.
h. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan spasme dan kelemahan otot-otot.
k. Perubahan proses pikir berhubungan dengan serebral injury, ketidakmampuan belajar.
l. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan spasme otot, meningkatnya aktivitas,
perubahan kognitif.
m. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan perawatan di rumah dan kebutuhan terapi.
n. Perubahan peran orang tua berhubungan dengan ketidakmampuan anak dalam kondisi
kronik.
o. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan penggunaan atau alat penyokong.
Tujuan :
Intervensi :
c. Berikan bantal atau sokongan agar jalan nafas memungkinkan tetap terbuka.
e. Berikan atau tingkatkan istirahat dan tidur sesuai dengan kebutuhan klien atau dengan
i. Berikan posisi tegak lurus atau setengah duduk saat makan dan minum.
DP. 2 : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan factor
biologis.
Tujuan :
Intervensi :
c. Catat adanya anoreksia, muntah dan terapkan jika ada hubungan dengan medikasi.
d. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan nutrisi dan kalori agar BB naik.
e. Informasikan pada keluarga, nutrisi apa saja yang dibutuhkan bagi klien.
f. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk mengembangkan perencanaan , melibatkan
Tujuan :
Tujuan :
Intervensi :
DP. 5 : Risiko injury berhubungan dengan spasme, pergerakan yang tidak terkontrol dan kejang.
Intervensi :
a. Hindari anak dari benda-benda yang membahayakan; misalnya dapat terjatuh.
e. Bila ada kejang; pasang alat pengaman dimulut agar lidah tidak tergigit
DP. 6 : Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan kesukaran dalam artikulasi.
Tujuan : Anak akan mengekspresikan tentang kebutuhan dan mengembangkan berat badan dalam
batas normal.
Intervensi :
d. Jelaskan kepada anak dan keluarga mengapa anak tidak bisa berbicara atau memahami
dengan tepat.
e. Sering berikan pujian positif kepada anak yang berusaha untuk berkomunikasi.
g. Berikan perawatan dalam sikap yang rileks, tidak terburu-buru, dan menghakimi.
Tujuan : Anak akan berinteraksi secara sesuai dengan orang lain dan lingkungan.
Intervensi :
b. Identifikasi faktor yang berpengaruh terhadap gangguan persepsi sensori, seperti deprivasi
sebagainya.
d. Tingkatkan jumlah stimuli untuk mencapai input sensori yang sesuai.
kontraktur.
Intervensi :
f. Evaluasi kebutuhan alat-alat khusus untuk makan, menulis dan membaca dan aktivitas.
g. Ajarkan dalam menggunakan alat bantu jalan.
h. Ajarkan cara duduk, merangkak pada anak kecil, berjalan, dan lain-lain.
Intervensi :
batas normal.
Intervensi :
b. Ajarkan untuk intervensi awal dengan terapi rekreasi dan aktivitas sekolah.
c. Berikan aktivitas yang sesuai, menarik diri dan dapat dilakukan oleh anak.
DP. 11 : Perubahan proses pikir berhubungan dengan serebral injury, ketidakmampuan belajar.
Intervensi :
b. Ajarkan dalam memahami percakapan dengan verbal atau non verbal.
c. Ajarkan menulis dengan menggunakan papan tulis atau alat lain yang dapat digunakan
perubahan kognitif.
Intervensi :
perseorangan, mengenakan pakaian, aktivitas bermain.
c. Libatkan keluarga dan bagi anak yang kooperatif dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
DP. 13 : Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan perawatan di rumah dan kebutuhan terapi.
Tujuan : Pengetahuan tercapai.
Intervensi :
c. Ajarkan tentang kondisi yang dialami anak dan terkait dengan latihan terapi fisik dan
kebutuhan.
DP. 14 : Perubahan peran orang tua berhubungan dengan ketidakmampuan anak dalam kondisi
kronik.
Intervensi :
pemenuhan kebutuhan.
utuh.
Intervensi :
a. Kaji area yang terpasang alat penyokong.
d. Berikan posisi yang nyaman dan berikan support dengan bantal.
4. Implementasi
Implementasi keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatan dapat bersifat mandiri dan kolaboratif. Selama
5. Evaluasi
6. Penkes
CP dapat dicegah dengan jalan menghilangkan faktor etiologik kerusakan jaringan otak pada
masa prenatal, natal dan post natal. Sebagian daripadanya sudah dapat dihilangkan, tetapi
masih banyak pula yang sulit untuk dihindari. "Prenatal dan perinatal care" yang baik dapat
menurunkan insidens CP. Kernikterus yang disebabkan "haemolytic disease of the new born" dapat
dicegah dengan transfusi tukar yang dini, "rhesus incompatibility" dapat dicegah dengan pemberian
"hyperimmun anti D immunoglobulin" pada ibu-ibu yang mempunyai rhesus negatif. Pencegahan lain
yang dapat dilakukan ialah tindakan yang segera pada keadaan hipoglikemia, meningitis, status
PENUTUP
A. Kesimpulan
Cerebral palsy adalah suatu gangguan atau kelainan yang terjadi pada suatu kurun waktu dalam
perkembangan anak, mengenai sel-sel motorik di dalam susunan saraf pusat, bersifat kronik dan tidak
progresif akibat kelainan atau cacat pada jaringan otak yang belum selesai pertumbuhannya.
Walaupun lesi serebral bersifat statis dan tidak progresif, tetapi perkembangan tanda-tanda neuron
perifer akan berubah akibat maturasi serebral. Yang pertama kali memperkenalkan penyakit ini adalah
William John Little (1843), yang menyebutnya dengan istilah cerebral diplegia, sebagai akibat
prematuritas atau afiksia neonatorum. Sir William Olser adalah yang pertama kali memperkenalkan
istilah cerebral palsy, sedangkan Sigmund Freud menyebutnya dengan istilah Infantile Cerebral
Paralysis
B. Saran
Diharapkan dengan hadirnya makalah ini, mahasiswa maupun praktisi kesehatan dapat lebih
memahami asuhan keperawatan pada anak dengan cerebral palsy dan dapat mengimplementasikan
dengan benar.
DAFTAR PUSTAKA
Latief, abdul dkk. 2007. Ilmu kesehatan anak. Jakarta : bagian ilmu kesahatan anak fakultas