KERACUNAN MAKANAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
2021
LEMBAR PENGESAHAN
REFERAT
KERACUNAN MAKANAN
Fakultas Kedokteran
Disusun Oleh:
Zidnil Ula
1913020050
Telah disetujui:
Agustus 2021
Disahkan Oleh:
ii
DAFTAR PUSTAKA
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................iii
PENDAHULUAN...................................................................................................4
BAB II.....................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................5
A. Definisi Kercunan.......................................................................................5
B. Etiologi Keracunan.....................................................................................5
C. Patofisiologi Keracunan.............................................................................5
F. Komplikasi Keracunan...............................................................................8
G. Penatalaksanaan Keracunan..................................................................8
BAB III..................................................................................................................12
PENUTUP.............................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Kercunan
Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia dalam
tubuh manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang
menggunakannya (Sartono, 2001).
Keracunan adalah keadaan sakit yang ditimbulkan oleh racun. Bahan
racun yang masuk ke dalam tubuh dapat langsung mengganggu organ tubuh
tertentu, seperti paru-paru, hati, ginjal dan lainnya. Tetapi zat tersebut dapat
pula terakumulasi dalam organ tubuh, tergantung sifatnya pada tulang, hati,
darah atau organ lainnya sehingga akan menghasilkan efek yang tidak
diinginkan dalam jangka panjang (Kisanti,2012).
B. Etiologi Keracunan
Ada berbagai macam kelompok bahan yang dapat menyebabkan
keracunan, antara lain (Mansjoer, 2000) :
1. Bahan kimia umum ( Chemical toxicants ) yang terdiri dari berbagai
golongan seperti pestisida ( organoklorin, organofosfat, karbamat ),
golongan gas ( nitrogen metana, karbon monoksida, klor ), golongan
logam (timbal, posfor, air raksa,arsen) ,golongan bahan organik (
akrilamida, anilin, benzena toluene, vinil klorida fenol ).
2. Racun yang dihasilkan oleh makluk hidup ( Biological toxicants ) mis :
sengatan serangga, gigitan ular berbisa , anjing dll
3. Racun yang dihasilkan oleh jenis bakteri ( Bacterial toxicants ) mis :
Bacillus cereus, Compilobacter jejuni, Clostridium botulinum,
Escherichia coli dll.
4. Racun yang dihasilkan oleh tumbuh tumbuhan ( Botanical toxicants ) mis :
jamur amnita, jamur psilosibin, oleander, kecubung dll.
C. Patofisiologi Keracunan
Keracunan dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya yaitu faktor
bahan kimia, mikroba, toksin, dan lain-lain. Dari penyebab tersebut dapat
mempengaruhi vaskuler sistemik sehingga terjadi penurunan fungsi-fungsi
5
organ dalam tubuh. Biasanya akibat dari keracunan menimbulkan mual,
muntah, diare, perut kembung, gangguan pernapasan, gangguan sirkulasi
darah dan kerusakan hati (sebagai akibat keracunan obat dan bahan kimia).
Gejala dan tanda keracunan yang khas biasanya sesuai dengan jalur masuk
racun ke dalam tubuh. Bila masuk melalui saluran pencernaan, maka
gangguan utama akan terjadi pada saluran pencernaan. Bila masuk melalui
jalan nafas maka yang terganggu adalah pernafasannya dan bila melalui kulit
akan terjadi reaksi setempat lebih dahulu. Gejala lanjutan yang terjadi
biasanya sesuai dengan sifat zat racun tersebut terhadap tubuh. Mual dan
muntah terjadi disebabkan karena adanya iritasi pada lambung sehingga asam
lambung meningkat. Makanan yang mengandung bahan kimia beracun (IFO)
dapat menghambat atau menginaktivasi enzim tubuh yaitu kolinesterase
(KhE). Dalam keadaan normal, KhE ini bekerja untuk menghidrolisis
arakhnoid (Akh) dengan jalan mengikat Akh-KhE yang bersifat inaktivasi.
Bila konsentrasi racun lebih tinggi dengan ikatan IFO-KhE lebih banyak
terjadi, maka akibatnya akan terjadi penumpukan Akh di tempat-tempat
tertentu, sehingga timbul gejala-gejala rangsangan Akh yang berlebihan dan
pada akhirnya akan menimbulkan efek muskarinik, nikotinik, dan SSP
(menimbulkan stimulasi dan kemudian depresi SSP) (Sartono,2001).
D. Manifestasi Klinis Keracunan
Ciri-ciri keracunan umumnya tidak khas dan dipengaruhi oleh cara
pemberian,apakah melalui mata,paru,lambung atau melalui suntikan. Karena
hal ini mungkin mengubah tidak hanya kecepatan absorpsi dan distribusi suatu
bahan toksik,tetapi juga jenis dan kecepatan metabolismenya,pertimbangan
lain meliputi perbedaan respon jaringan.
Hanya beberapa racun yang menimbulkan gambaran khas seperti pupil
sangat kecil (pinpoint),muntah,depresi,dan hilangnya pernapasan pada
keracunan akut morfin dan alkaloid. Kulit muka merah,banyak
berkeringat,tinitus,tuli,takikardia dan hiperventilasi sangat mengarah pada
keracunan salisilat akut (aspirin).
Riwayat menurunnya kesadaran yang jelas dan cepat,disertai dengan
gangguan pernapasan dan kadang-kadang henti jantung pada orang muda
6
sering dihubungkan dengan keracunan akut dekstroprokposifen,terutama bila
digunakan bersamaan dengan alkohol (Mansjoer, 2000).
1. Gejala yang paling menonjol meliputi :
a. Kelainan Visus;
b. Hiperaktivitas kelenjar ludah dan keringat;
c. Gangguan Saluran pencernaan;
d. Kesukaran bernafas.
2. Keracunan ringan
a. Anoreksia;
b. Nyeri kepala;
c. Rasa lemah;
d. Rasa takut;
e. Tremor pada lidah dan kelopak mata;
f. Pupil miosis.
3. Keracunan sedang
a. Nausea;
b. Muntah – muntah;
c. Kejang dan kram perut;
d. Hipersalifa;
e. Hiperhidrosis;
f. Fasikulasi otot;
g. Bradikardi.
4. Keracunan berat
a. Diare;
b. Reaksi cahaya negatif;
c. Sesak nafas;
d. Sianosis;
e. Edema paru;
f. Inkontinensia urine dan feses;
g. Kovulsi;
h. Koma;
i. Blokade jantung akhirnya meninggal.
7
(Krintanty, 2011).
E. Pemeriksaan Penunjang Keracunan
Diagnosis pada keracunan diperoleh melalui analisis laboratorium. Bahan
analisis dapat berasal dari bahan cairan,cairan lambung atau urin. Pemeriksaan
laboratorium dengan pemeriksaan lengkap ( urin, gula darah, cairan lambung,
analisa gas darah, darah lengkap, osmolalitas serum, elektrolit, urea N,
kreatinin, glukosa, transaminase hati ), EKG, Foto toraks/ abdomen, Skrining
toksikologi untuk kelebihan dosis obat, Tes toksikologi kuantitatif (Suzanne,
2001).
F. Komplikasi Keracunan
1. Kejang
2. Koma
3. Henti jantung
4. Henti napas
5. Syok
(Mansjoer,2000).
G. Penatalaksanaan Keracunan
Penatalaksanaan kasus keracunan adalah sebagai berikut (Sartono,2001):
1. Penatalaksanaan Kegawatan
Walaupun tidak dijumpai adanya kegawatan,setiap kasus
keracunan harus diperlakukan seperti keadaan kegawatan yang
mengancam nyawa. Penilaian terhadap tanda-tanda Vital seperti jalan
napas, sirkulasi,dan penurunan kesadaran harus dilakukan secara cepat.
2. Resusitasi
Setelah jalan nafas dibebaskan dan dibersihkan,periksa pernafasan
dan nadi.Infus dextrose 5 % kec. 15- 20 tts/menit .,nafas
buatan,oksigen,hisap lendir dalam saluran pernafasan,hindari obat-obatan
depresan saluran nafas,kalu perlu respirator pada kegagalan nafas berat.
Hindari pernafasan buatan dari mulut kemulut, sebab racun organo fhosfat
akan meracuni lewat mlut penolong.Pernafasan buatan hanya dilakukan
dengan meniup face mask atau menggunakan alat bag – valve – mask.
3. Eliminasi
8
Emesis, merangsang penderita supaya muntah pada penderita yang
sadar atau dengan pemeberian sirup ipecac 15 - 30 ml. Dapat diulang
setelah 20 menit bila tidak berhasil. Katarsis, ( intestinal lavage ), dengan
pemberian laksan bila diduga racun telah sampai diusus halus dan besar.
Kumbah lambung atau gastric lavage, pada penderita yang kesadarannya
menurun,atau pada penderita yang tidak kooperatif. Hasil paling efektif
bila kumbah lambung dikerjakan dalam 4 jam setelah keracunan.
Keramas rambut dan memandikan seluruh tubuh dengan sabun.
Emesis,katarsis dan kumbah lambung sebaiknya hanya dilakukan bila
keracunan terjadi kurang dari 4 – 6 jam . pada koma derajat sedang hingga
berat tindakan kumbah lambung sebaiknya dukerjakan dengan bantuan
pemasangan pipa endotrakeal berbalon,untuk mencegah aspirasi
pnemonia.
4. Pemberian antidot/penawar
Tidak semua racun ada penawarnya sehingga prinsip utama adalah
mengatasi keadaan sesuai dengan masalah.
Atropin sulfat ( SA ) bekerja dengan menghambat efek akumulasi Akh
pada tempat penumpukan.
a. Mula-mula diberikan bolus IV 1 - 2,5 mg.
b. Dilanjutkan dengan 0,5 – 1 mg setiap 5 - 10 - 15 menitsamapi timbulk
gejala-gejala atropinisasi ( muka merah, mulut kering, takikardi,
midriasis, febris dan psikosis).
c. Kemudian interval diperpanjang setiap 15 – 30 - 60 menit selanjutnya
setiap 2 – 4 –6 – 8 dan 12 jam.
d. Pemberian SA dihentikan minimal setelaj 2 x 24 jam. Penghentian
yang mendadak dapat menimbulkan rebound effect berupa edema paru
dan kegagalan pernafasan akut yang sering fatal.
5. Penilaian Klinis
6. Upaya yang paling penting adalah anamnese atau aloanamnesis yang rinci.
Beberapa pegangan anamnesis yang penting dalam upaya mengatasi
keracunan,ialah :
9
a. Kumpulkan informasi selengkapnya tentang seluruh obat yang
digunakan,termasuk yang sering dipakai.
b. Kumpulkan informasi dari anggota keluarga,teman dan petugas
tentang obat yang digunakan.
c. Tanyakan dan simpan sisa obat dan muntahan yang masih ada untuk
pemeriksaan toksikologi.
d. Tanyakan riwayat alergi obat atau syok anafilaktik.
Pada pemeriksaan fisik diupayakan untuk menemukan tanda/kelainan
fungsi autonom yaitu pemeriksaan tekanan darah,nadi,ukuran
pupil,keringat,air liur, dan aktivitas peristaltik usus.
7. Dekontaminasi
Umumnya bahan kimia tertentu dapat dengan cepat diserap melalui
kulit sehingga dekontaminasi permukaan sangat diperlukan. Di samping
itu,dilakukan dekontaminasi saluran cerna agar bahan yang tertelan hanya
sedikit diabsorpsi,biasanya hanya diberikan pencahar,obat perangsang
muntah,dan bilas lambung.
Induksi muntah atau bilas lambung tidak boleh dilakukan pada
keracunan parafin,minyak tanah, dan hasil sulingan minyak mentah
lainnya. Upaya lain untuk megeluarkan bahan/obat adalah dengan dialisis.
8. Terapi suportif,konsultasi,dan rehabilitasi
Terapi suportif,konsultasi dan rehabilitasi medik harus dilihat secara
holistik dan efektif dalam biaya.
9. Observasi dan konsultasi
10. Rehabilitasi
10
BAB III
PENUTUP
11
DAFTAR PUSTAKA
Kisanti, Annia. 2012. Panduan Lengkap Pertolongan Pertama pada Darurat Klinis.
Yogyakarta:Araska.
Krisanty, dkk. 2011. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta: Trans Info
Media.
12