Berawal di tahun 1994 masuk kira-kira sekitar hampir 20 tahun, tidak pernah
menyurutkan hati untuk mengabdikan diri sebagai seorang pengajar demi masa
depan anak desa yang terpencil agar mereka juga dapatkan pendidikan yang layak.
"Banyak suka dan dukanya sewaktu saya mengajar jadi guru biasa dan sampai jadi
kepala sekolah disana. Suka dan dukanya ada," katanya.
Dukanya semasa itu anak-anak disana pagi membantu orang tuanya dulu untuk
bekerja, ada yang cari ikan,ada juga yang bantu orang tua keladang,dan siangnya
barulah mereka sekolah untuk menuntut ilmu,terang sapruddin.
"Dan di saat dukanya saya tidak pulang sehingga saya berdiam diri di daerah
terpencil itu dalam waktu yang lama bahkan sampai satu bulan," jelasnya pria paruh
baya ini.
"Saya tetap semangat dimana tempat kita mengabdikan diri sebagai guru,karena
nilai-nilai kehidupan dan nilai luhur rasanya sulit kalau tanpa guru. Oleh karena itu,
sosok guru sebagai teladan kehidupan, karena disamping itu ilmu pengetahun
adalah yang no satu," paparnya kepala sekolah ini.
“Tapi saya kira kalau yang namanya guru tangguh seperti apapun daerahnya,
tempatnya maupun suasananya demi generasi penerus bangsa harus tetap
semangat.Dan pada akhirnya saya sampai abdikan diri sebelum memasuki masa
pensiun yang tinggal berapa tahun lagi sebagai kepala sekolah di SD 14 Pinggir,"
pungkasnya.**(putra)
201Shares
Share
Tweet
Tulis Komentar
Berita Lainnya
Andarias Sesa: Petugas Damkar Toraja Tiba di Tembilahan, Satgas TMMD Ke-111
Utara Selalu Siap Siaga Kodim 0314/Inhil Apel Pengecekan di Pelabuhan
Pelindo
Berawal di tahun 1994 masuk kira-kira sekitar hampir 20 tahun, tidak pernah
menyurutkan hati untuk mengabdikan diri sebagai seorang pengajar demi masa
depan anak desa yang terpencil agar mereka juga dapatkan pendidikan yang layak.
Namun semangat untuk mengabdikan diri di daerah tersebut tidak menyurutkan
hatinya untuk mengajar dan mendidik anak negeri yang tak patah arang,sehingga
dengan penuh semangat melangkahkan kaki ke Desa Bagan Boneo.
"Banyak suka dan dukanya sewaktu saya mengajar jadi guru biasa dan sampai jadi
kepala sekolah disana. Suka dan dukanya ada," katanya.
Dukanya semasa itu anak-anak disana pagi membantu orang tuanya dulu untuk
bekerja, ada yang cari ikan,ada juga yang bantu orang tua keladang,dan siangnya
barulah mereka sekolah untuk menuntut ilmu,terang sapruddin.
"Dan di saat dukanya saya tidak pulang sehingga saya berdiam diri di daerah
terpencil itu dalam waktu yang lama bahkan sampai satu bulan," jelasnya pria paruh
baya ini.
"Saya tetap semangat dimana tempat kita mengabdikan diri sebagai guru,karena
nilai-nilai kehidupan dan nilai luhur rasanya sulit kalau tanpa guru. Oleh karena itu,
sosok guru sebagai teladan kehidupan, karena disamping itu ilmu pengetahun
adalah yang no satu," paparnya kepala sekolah ini.
“Tapi saya kira kalau yang namanya guru tangguh seperti apapun daerahnya,
tempatnya maupun suasananya demi generasi penerus bangsa harus tetap
semangat.Dan pada akhirnya saya sampai abdikan diri sebelum memasuki masa
pensiun yang tinggal berapa tahun lagi sebagai kepala sekolah di SD 14 Pinggir,"
pungkasnya.**(putra)
]