Anda di halaman 1dari 17

KONSEP DAN IMPLEMENTASI DEMOKRASI PANCASILA DALAM

SISTEM BERPOLITIK DI INDONESIA

Nur Alifah Z. Yahya (291421052)

Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial

Abstrak
Negara hukum yang berasaskan demokrasi adalah negara demokrasi yang dibatasi
oleh konstitusi atau demokrasi konstitusional (constitutional democracy),
merupakan negara hukum yang dipandang paling ideal. Demokrasi merupakan
salah satu bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai
upaya mewujudkan kedaulatan rakyat atau negara yang dijalankan oleh
pemerintah. Pancasila sebagai suatu dasar filsafat negara, maka sila-sila Pancasila
merupakan suatu sistem nilai. Oleh karena itu, sila-sila Pancasila itu pada
hakikatnya merupakan suatu kesatuan. Proses transformasi sejarah yang terjadi
pada era modern ini merupakan proses yang menghapuskan segala bentuk
pemerintahan yang tidak demokratis ataupun antidemokratik, dan yang kemudian
menegakkan bentuk pemerintahan serta sistem politik yang demokratis.
Pelaksanaan demokrasi di Indonesia dapat dibagi ke dalam lima priode yaitu pada
masa revolusi, orde lama, orde baru, transisi, dan revormasi.
Kata Kunci : Implementasi, Demokrasi, Pancasila, Indonesia

1. PENDAHULUAN

Demokrasi merupakan salah satu bentuk atau mekanisme sistem

pemerintahan suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat

atau negara yang dijalankan oleh pemerintah. Semua warga negara memiliki

hak yang setara dalam pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup

mereka. Demokrasi mengizinkan warga negara berpartisipasi baik secara

langsung atau melalui perwakilan dalam perumusan, pengembangan, dan

pembuatan hukum.

Secara etimologis kata demokrasi dalam bahasa Yunani adalah bentukan

dari dua kata, demos (rakyat) dan cratein atau cratos (kekuasaan dan

kedaulatan). Perpaduan kata demos dan cratein atau cratos tersebut

1
membentuk kata demokrasi yang memilki pengertian umum sebagai sebuah

bentuk pemerintahan rakyat (government of the people), kekuasaan tertinggi

berada di tangan rakyat dan dilakukan secara langsung oleh rakyat atau

melalui para wakil mereka melalui mekanisme pemilihan yang berlangsung

secara bebas.

Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia sebelum disahkan

pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan

Indonesia, tetapi nilai-nilainya telah ada pada bangsa Indonesia sejak zaman

dahulu kala sebelum bangsa Indonesia mendirikan negara, yang berupa nilai-

nilai adat istiadat, kebudayaan serta nilai-nilai religius. Pancasila sebagai

suatu dasar filsafat negara, maka sila-sila Pancasila merupakan suatu sistem

nilai. Oleh karena itu, sila-sila Pancasila itu pada hakikatnya merupakan suatu

kesatuan. Meskipun dalam setiap sila terkandung nilai-nilai yang memiliki

perbedaan antara satu dengan lainnya, tetapi semuanya itu merupakan suatu

kesatuan yang sistematis. Sejarah eksistensi Pancasila sebagai dasar filsafat

negara Republik Indonesia mengalami berbagai macam interpretasi dan

manipulasi politik sesuai dengan kepentingan penguasa demi kokoh dan

tegaknya kekuasaan yang berlindung di balik legitimasi ideologi negara

Pancasila. Berdasarkan kenyataan tersebut, gerakan reformasi berupaya untuk

mengembalikan kedudukan dan fungsi Pancasila sebagai dasar negara

Republik Indonesia.

2
Demokrasi modern yang berbasis pada nasionalisme religius adalah

bentuk demokrasi yang dicita-citakan bangsa Indonesia yang Kemudian

merupakan cikal bakal lahirnya Demokrasi Pancasila.

2. METODOLOGI

Metode yang digunaka adalah metode penelitian yuridis normatif.

Metode yuridis normative  adalah penelitian hukum kepustakaan yang

dilakukan dengan cara meneliti bahan-bahan kepustakaan atau data sekunder

3. PEMBAHASAN

Negara hukum yang berasaskan demokrasi adalah negara demokrasi

yang dibatasi oleh konstitusi atau demokrasi konstitusional (constitutional

democracy), merupakan negara hukum yang dipandang paling ideal. Adanya

lembaga Mahkamah Konstitusi RI dengan kewenangan memutus yang

bersifat final dan mengikat, mempunyai kedudukan yang sangat inti dalam

sistem demokrasi konstitusioanl dalam negara hukum yang demokratis

(constitutional democracy and democratic rule of law). Oleh karena

Indonesia sebagai negara majemuk, maka dalam mengembangkan praktik

demokrasi modern kerapkali harus menghadapi fenomena pertentangan -

pertentangan politik kepentingan yang bersifat primodial sebagai akibat

ketidaksamaan pemahaman mengenai landasan filosofi bangsa yaitu:

Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945, serta tujuan utama dalam

berbangsa dan bernegara. Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara

Republik Indoensia 1845, sesungguhnya merupakan hasil karya intelektual

anak bangsa (pendiri bangsa) yang sangat fundamental dalam membangun

3
konsensus politik bangsa ditengah perbedaan pemahaman tentang prinsip -

prinsip dasar dalam etika bernegara.

a. Pengertian Demokrasi Pancasila

Demokrasi pancasila adalah paham demokrasi berdasarkan paham

kekeluargaan dan gotongroyong yang ditujukan kepada kesejahteraan

rakyat.Dasar demokrasi pancasila adalahkedaulatan rakyat seperti yang

tercantum dalam pembukaan UUD 1945. Pelaksanaannya diaturdalam pasal 1

ayat 2 UUD 1945, yang berbunyi kedaulatan adalah ditangan rakyat

dandilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat.Makna

demokrasi pancasila pada dasarnya adalah perluasan keikutsertaan rakyat

dalam berbagaikehidupan bermasyarakat dan kehidupan bernegara yang

ditentukan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang berdasarkan kekeluargaan

dan gotong-royong yang ditujukan kepada kesejahteraan rakyat, yang

mengandung unsur-unsur berkesadaran religius, berdasarkan kebenaran,

kecintaan dan budi pekerti luhur, berkepribadian Indonesia dan

berkesinambungan. Menurut Darmihardjo (Budiyanto, 2005: 54),

mengatakan bahwa demokrasi Pancasila adalah paham demokrasi yang

bersumber kepada kepribadian dan falsafah hidup bangsa Indonesia, yang

perwujudannya adalah seperti dalam ketentuanketentuan Pembukaan UUD

1945. Lebih lanjut Yudi Latif (2011:383) mengatakan dalam demokrasi

Pancasila kebebasan individu tidak bersifat mutlak, tetapi harus diselaraskan

dengan tanggung jawab sosial.

4
Dalam rancangan TAP MPR RI tentang demokrasi pancasila, disebutkan

bahwa demokrasi Pancasila adalah norma yang mengatur penyelenggaraan

kedaulatan rakyat dan penyelanggaraan pemerintahan negara dalam

kehidupan politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan bagi

setiap warga negara Republik Indonesia, organisasi kekuatan sosial politik,

organisasi kemasyarakatan dan lembaga kemasyarakatan lainnya serta

lembagalembaga negara baik di pusat maupun daerah. (Agustam, 2011:83).

Demokrasi Pancasila merupakan demokrasi yang berkedaulatan rakyat

yang dijiwai dan diintegrasikan dalam sila-sila yang lainnya. Hal ini berarti

bahwa dalam menggunakan hak-hak demokrasi haruslah selalu disertai

dengan rasa tanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa, menurut

keyakinan agama masing-masing, haruslah menjunjung tinggi nilai-nilai

kemanusiaan sesuai dengan martabat dan harkat kemanusiaan, haruslah

menjamin dan memperkokoh persatuan bangsa dan harus dimanfaatkan untuk

mewujudkan keadilan sosial.

b. Prinsip-prinsip Demokrasi Pancasila

Prinsip-prinsip demokrasi pancasila menurut Cholisin (2012), adalah :

1) Persamaan bagi seluruh rakyat Indonesia

Persamaan bagi seluruh rakyat Indonesia dimaksudkan bahwa hak dan

kewajiban yang dimiliki oleh rakyat Indonesia sama dan sejajar. Persamaan

hak dan kewajiban tersebut tidak hanya dalam bidang politik saja melainkan

bidang hukum, ekonomi dan sosial. Maka dari itu Demokrasi Pancasila tidak

hanya mencakup Demokrasi Politik saja, melainkan Demokrasi Sosial dan

5
Demokrasi Ekonomi juga. Persamaan ini diharapkan mampu memberikan

keadilan bagi seliruh rakyat Indonesia.

2) Keseimbangan antara hak dan kewajiban

Prinsip keseimbangan antara hak dan kewajiban memberikan pengertian

bahwa warga negara dalam menerima hak yang dimilikinya namun juga

harus diseimbangkan dengan kewajiban yang dimiliki.

3) Pelaksanaan kebebasan yang bertanggung jawab secara moral kepada Tuhan

Yang Maha Esa, diri sendiri, dan orang lain

Demokrasi Pancasila memberikan kebebasan kepada setiap individu namun

dengan batasan yang bertanggung jawab. Yang dimaksud dengan kebebasan

ini ialah kebebasan yang harus memperhatikan hak dan kewajiban dari orang

lain dan diri sendiri bahkan, harus dapat dipertanggung jawabkan dengan

Tuhan Yang Maha Esa.

4) Mewujudkan rasa keadilan sosial

Demokrasi memiliki tujuan dalam mewujudkan rasa keadilan sosial untuk

semua warga negaranya. Keadilan sosial melingkupi sila dalam Pancasila

terutama sila kelima. Maka dari itu prinsip dalam demokrasi Pancasila ingin

mewujudkan rasa keadilan sosial dalam setiap masyarakat.

5) Pengambilan keputusan dengan musyawarah

Landasan gotong royong dan kebersamaan merupakan dasar dari

pengambilan keputusan dengan musyawarah. Dalam pengambilan keputusan

ini mengilhami rasa keadilan bagi semua. Dimana tidak hanya mementingkan

kaum mayoritas saja, namun juga dapat memperhatikan kaum minoritas.

6
6) Mengutamakan persatuan nasional dan kekeluargaan

Prinsip persatuan nasional terilhami dari sila ketiga dari Pancasila. Rasa

kekeluargaan dalam Negara Republik Indonesia, memunculkan persatuan

nasional dalam setiap masyarakat. Persatuan nasional juga sangat penting

dalam pertahanan negara agar negara dapat kuat saat ada gangguan baik dari

dalam maupun dari luar.

7) Menjunjung tinggi tujuan dan cita-cita nasional.

Tujuan dan cita-cita nasional Negara Indonesia tertuang dalam Pembukaan

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia. Diungkapkan bahwa Indonesia

menyatakan kemerdekaannya dan kemudian membentuk suatu Pemerintah

Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh

tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,

mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia

yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial

Meskipun kelembagaan demokrasi modern yang digunakan tetapi dalam

pengambilan keputusan menggunakan mekanisme budaya asli yakni

permusyawatan(Yudi Latif,2011:387)

c. Unsur-Unsur Demokrasi

Beberapa Unsur demokrasi yang dikemukakan oleh para Ahli adalah

sebagai berikut:

1) Menurut Sargen, Lyman Tower (1987), yaitu keterlibatan rakyat dalam

mengambil keputusan politik, tingkat persamaan hak antarmanusia, tingkat

7
kebebasan dan kemerdekaan yang dimiliki oleh warga Negara,system

perwakilan dan system pemilihan ketentuan manyoritas.

2) Munurut AfanGaffar (1999), Yaitu akuntabilitas, rotasi kekuasaan,

rekruitmen politik yang terbuka, pemilihan umum, dan hak-hak dasar.

3) Menurut Merriam Budiardjo (1977), perlunya dibentuk lembaga-lembaga

demoktasi untuk melaksanakan nilai-nilai demoktasi, yaitu pemerintahan

yang bertanggung jawab, Dewa Perwakilan Rakyat, organisasi politik, pers

dan media massa, serta peradilan yang bebas.

4) Menurut Frans Magnis Suseno (1997). menyebutkan ada lima gugus ciri

hakiki Negara demokrasi. Kelima gugus demokrasi tersebut adalah Negara

hokum, pemerintahan dibawah control nyata masyarakat, pemilihan umum

yang bebas, prinsip manyoritas dan adanya jaminan terhadap hak-hak

demokrasi.

d. Demokrasi Pancasila Di Indonesia

Prinsip kedaulatan rakyat diatur dalam Pasal 1 ayat (2) UUD 1945 yang

menyebutkan, bahwa: “Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan

menurut undang-undang dasar”. Rakyat yang menentukan corak dan cara

pemerintahan diselenggarakan. Rakyat yang menentukan tujuan yang hendak

dicapai oleh negara dan pemerintahannya itu. Prinsip ini sangat perlu

dibudayakan mulai dari kultur berorganisasi dalam Pemilihan Umum

(Pemilu), Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) dan Pemilihan Kepala Desa

(Pilkades). Demokrasi telah menjadi istilah yang sangat diagungkan dalam

sejarah pemikiran manusia tentang tatanan sosio-politik yang ideal. Bahkan,

8
untuk pertama kali dalam sejarah, demokrasi dinyatakan sebagai nama yang

paling baik dan wajar untuk semua sistem organisasi politik dan sosial yang

diperjuangkan oleh pendukung-pendukung yang berpengaruh. Kedudukan

yang sentral dari demokrasi ini telah mengenyampingkan teoriteori lainnya

mengenai tatanan kekuasaan yang baik, yang pernah ditawarkan oleh

kalangan filsuf, ahli hukum, dan pakar ilmu politik hingga awal ketiga

millenium ini.

Demokrasi dipercayai sebagai gagasan universal yang dapat diterima

dalam ragam perspektif. Demokrasi telah menjadi obsesi sejumlah

masyarakat non-Barat semenjak awal abad ke-20. Banyak wilayah jajahan

Barat di Asia dan Afrika mulai bergerak untuk mewujudkan nilai-nilai

demokrasi di dalam masyarakat. Kemudian melalui demokrasi yang

diperoleh dengan pendidikan Barat, para pemuka masyarakat wilayah jajahan

ingin mengembangkan nilai-nilai demokrasi yang akan digunakan untuk

membebaskan diri dari belenggu penjajahan. Pada zaman Hindia Belanda,

gejala seperti ini dinamakan sebagai Kebangkitan Nasional. Demokrasi

mempunyai potensi untuk memberikan yang terbaik bagi manusia, terutama

dalam melindungi hak-hak individu dalam menghadapi kekuasaan negara dan

kekuasaan pemerintah. Proses transformasi sejarah yang terjadi pada era

modern ini merupakan proses yang menghapuskan segala bentuk

pemerintahan yang tidak demokratis ataupun antidemokratik, dan yang

kemudian menegakkan bentuk pemerintahan serta sistem politik yang

demokratis.

9
Pelaksanaan demokrasi di Indonesia dapat dibagi ke dalam lima priode :

1) Pelaksanaan demokrasi masa revolusi 1945-1950.

2) Pelaksanaan demokrasi masa orde lama.

a) Masa demokrasi liberal 1950-1959.

b)Masa demokrasi terpimpim tahun 1959-1965.

3) Pealaksanaan demokrasi masa orde baru tahun 1966-1998.

4) Pelaksanaan demokrasi masa transisi tahun 1998-1999.

5) Pelaksanaan demokrasi masa reformasi tahun 1999 sampai sekarang.

e. Pelaksanaan Demokrasi Masa Revolusi

Tahun 1945-1950 Indonesia masih berjuang mengghadapi belanda yang

ingin kembali ke Indonesia.Pada masa itu penyelenggaraan pemerintah dan

demokrasi Indonesia belum berjalan baik. Hal itu disebabkan masih adanya

revolusi fisik. Berdasarkan pada konstitusi Negara , yaitu UUD 1945,

Indonesia adalah Negara demokrasi yang berkedaulatan rakyat. Masa

pemerintahan tahun 1945- 1950 mengindikasikan keinginan kuat dari para

pemimpin Negara untuk membentuk pemerintahan demokratis.

f. Pelaksanaan Demokrasi masa Orde Lama

Kegagalan praktek pembumian demokrasi liberal dan parlementer lalu

direduksi sebagai kegagalan penerapan demokrasi ala Barat yang

bertentangan dengan jati diri dan budaya bangsa Indoesia. Nampaknya

sengaja diabaikan kenyataan bahwa kegagalan penerapan demokrasi ala Barat

tersebut sesungguhnya lebih disebabkan oleh rapuhnya bangunan sistem

10
politik yang berpijak pada ideologi-kultural dan keroposnya sistem ekonomi

saat itu.

Maka kemudian, Soekarno mencoba sistem Demokrasi Terpimpin, yang

katanya menjadi demokrasi khas Indonesia. Sekalipun Soekarno mengatakan

bahwa pemerintahannya menganut sistem demokrasi, namun praktik yang

meluas dalam kehidupan bangsa dan negara justru adalah kekuasaan yang

serba terpusat (sentralistik) pada diri Soekarno. Bung Karno selaku Presiden

bahkan memperagakan pemerintahan diktator dengan membubarkan

Konstituante, PSI, dan Masyumi serta meminggirkan lawanlawan politiknya

yang kritis. Kekuasaan otoriter yang anti demokrasi pada masa Orde Lama itu

akhirnya tumbang pada tahun 1965.

g. Pelaksanaan Demokrasi Masa Orde Baru

Masa Orde baru dimulai tahun 1966. Demokrasi masa orde baru

bercirikan pada kuatnya kekuasaan presiden dalam menopang dan mengatur

seluruh proses politik yang terjadi.Lembaga kepresidenan telah menjadi pusat

dari seluruh proses politik dan menjadi pembentuk dan penentu agenda

nasional,mengontrol kegiatan politik dan pemberi legalitas bagi seluruh

anggota pemerintah dan Negara.Akibatnya,secara substantive tidak ada

perkembangan demokrasi dan justru penurunan derajat demokrasi.

Seiring dengan kegagalan pembumian demokrasi pada masa Orde Lama

tersebut, unsurunsur "di luar" masyarakat secara perlahan-lahan tumbuh dan

berkembang menjadi wahana tumbuhnya logika dan penjabaran baru budaya

bangsa Indonesia. Pada masa Orde Baru, diinterpretasikan bahwa budaya

11
politik dijabarkan sedemikian rupa sehingga negara bertindak sebagai aktor

tunggal dan sentral. Di sinilah kemudian terjadi proses penyingkiran corak

egaliter dan demokratik dari budaya bangsa Indonesia dan kemudian

digantikan oleh corak feodalistik, yang dimungkinkan karena dua hal pokok

(Suharso, 2002). Pertama, melalui integrasi, pembersihan dan penyatuan

birokrasi negara dan militer di bawah satu komando. Upaya ini membuka

jalan bagi penjabaran dan pemberian logika baru dalam feodalisme budaya

bangsa Indonesia secara nyata dan operasional. Kedua, pengukuhan negara

qua negara juga dilakukan melalui upaya penyingkiran politik massa.

Partisipasi politik yang terlalu luas dan tidak terkontrol, dianggap dapat

membahayakan stabilitas politik yang merupakan conditio sine qua non bagi

berlangsungnya pembangunan ekonomi.

Sebagai logika anti konsep, stabilitas nasional dikaitkan dengan masalah

legitimasi dan banyak berfungsi untuk mendukung seni mengelola otoritas

kekuasaan negara (Geertz, 1980). Yang terjadi kemudian adalah sentralisasi

peran negara yang dipersonifikasikan lewat Soeharto, MPR, DPR, Pers,

Partai Politik, Ormas dan hampir seluruh institusi sosial politik kenegaraan

yang "dipasung" secara sistematik di bawah kendali negara oleh Soeharto.

Yang lahir dalam situasi seperti itu adalah demokrasi semu, "demokrasi jadi-

jadian". Paradoks demokrasi ini pada akhirnya juga runtuh pada tanggal 21

Mei 1998.

h. Pelaksanaan Demokrasi Masa Transisi

12
Masa transisi berlangsung antara 1998-1999.Pada masa transisi banyak

sekali pembangunandan perkembangan kearah kehidupan Negara demoktasi.

Beberapa pembangunan kearah demokrasi tersebut adalah sebagai berikut:

1) Keluarnya ketetapan MPR RI Dalam siding istimewa bulan November 1998

sebagai awal perubahan sitem demokrasi secara konstitusional.

2) Adanya jaminan kebebasan pendirian partai poltik ataupun organisasi

kemasyarakatan secara luas.

3) Melaksanakan pemilihan umum 1999 yang bebas dan demokratis dengan

diikuti banyak partai politik.

4) Terbukanya kesempatan yang luas dan untuk warga Negara dalam

melaksanakan demokrasi di berbagai bidang.Demokrasi saat itu menjadi

harapan banyak orang sehingga sering eufhoria demokrasi.

i. Pelaksanaan Demokrasi Masa Reformasi

Pada masa reformasi, Aspinall (2004) mengatakan bahwa Indonesia

sedang mengalami saat yang demokratis. Inisiatif politik yang dimotori oleh

Amien Rais mendorong reformasi terus bergulir. Reformasi yang gegap

gempita tersebut memberikan secercah harapan akan munculnya tata

kehidupan yang benar-benar demokratis, yang ditandai dengan booming

munculnya banyak parpol baru, kebebasan berserikat, kemerdekaan

berpendapat, kebebasan pers, dan sebagainya, yang merupakan ciri-ciri

demokrasi. Muncul tuntutan-tuntutan terhadap reformasi politik karena

adanya optimisme perbaikan implementasi demokrasi.

13
Namun, di balik dinamika reformasi yang penuh akselerasi tinggi,

nampaknya masih belum banyak kekuatan-kekuatan sosial politik yang

benar-benar memiliki kesungguhan untuk menggelindingkan demokrasi.

Sekalipun berbagai pranata bangunan demokrasi kini telah terbentuk, namun

di sana sini paradoks demokrasi masih banyak dijumpai. Demokrasi yang

dibangun dan dipahami lebih mengacu pada demokrasi yang bersifat

prosedural kelembagaan ketimbang demokrasi yang mengacu pada tata nilai.

Menurut Suharso (2002) setidaknya tercatat berbagai paradoks

demokrasi yang patut dikritisi saat ini. Pertama, berkembangnya kekerasan

politik, anarki, radikalisme, percekcokan massal yang sering dilanjutkan

dengan adu fisik secara kolektif, pemaksaan kehendak, dan berbagai perilaku

menyimpang lainnya yang justru mencerminkan perilaku anti demokrasi.

Politik zero sum game (dan bukan win-win) dalam rangka menenggelamkan

lawan politik menjadi praktek-praktek lazim yang menumbuhkan rasa takut

untuk berbeda. Tumbuh ketakutan politik diam-diam di berbagai kalangan

masyarakat, termasuk mereka yang kritis, hanya karena merasa berbeda

dengan kekuatan politik yang ada.

Kedua, berkembangnya konspirasi politik yang sangat pragmatis dengan

mereka yang dulu anti demokrasi, yang diwarnai dengan semangat kental

hanya sekedar demi meraih kemenangan Pemilu tanpa menunjukkan

komitmen serius dalam mengagendakan demokrasi. Ketiga, demokrasi mulai

dimasukkan hanya sekedar sebagai retorika politik ketimbang sebagai sebuah

agenda politik. Ketika keseragaman pada Orde Baru dihujat habis-habisan,

14
kini sebagian kekuatan demokratik berargumentasi bahwa demokrasi tidak

harus selalu berisi perbedaan tetapi juga kesamaan. Ketika pilihan tunggal ala

Orde Lama digugat, kini juga tumbuh retorika bahwa pilihan tunggal itu juga

demokratik. Keempat, ketika kultus individu yang diperagakan oleh rezim

Soeharto dengan berbagai simbolnya dihujat keras untuk dihabisi, kini

sebagian masyarakat politik malahan memperagakan simbolisasi-simbolisasi

figur kepemimpinan yang membawa warna kultus individu dalam bentuk

lain.

Sejumlah ironi atau paradoks demokrasi yang muncul di permukaan era

reformasi ini menunjukkan, betapa terjal jalan yang harus ditempuh oleh

bangsa ini menuju demokrasi yang sesungguhnya. Bahwa, ternyata tidak

mudah untuk mewujudkan demokrasi secara jujur, jernih dan bertanggung

jawab, baik pada tingkat alam pikiran maupun lebih-lebih sebagai politik

yang tersistem. Perjuangan demokrasi akhirnya harus berhadapan dengan

godaan-godaan kekuasaan di tengah sejumlah jerat politik yang sebenarnya

adalah anti demokrasi.

4. PENUTUP

a. Kesimpulan

Negara hukum yang berasaskan demokrasi adalah negara demokrasi yang

dibatasi oleh konstitusi atau demokrasi konstitusional (constitutional

democracy), merupakan negara hukum yang dipandang paling ideal.

Demokrasi merupakan salah satu bentuk atau mekanisme sistem

pemerintahan suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat atau

15
negara yang dijalankan oleh pemerintah. Pancasila sebagai suatu dasar filsafat

negara, maka sila-sila Pancasila merupakan suatu sistem nilai. Oleh karena

itu, sila-sila Pancasila itu pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan. Proses

transformasi sejarah yang terjadi pada era modern ini merupakan proses yang

menghapuskan segala bentuk pemerintahan yang tidak demokratis ataupun

antidemokratik, dan yang kemudian menegakkan bentuk pemerintahan serta

sistem politik yang demokratis. Pelaksanaan demokrasi di Indonesia dapat

dibagi ke dalam lima priode yaitu pada masa revolusi, orde lama, orde baru,

transisi, dan revormasi.

b. Saran

Sebaiknya pengetahuan tentang demokrasi pancasila di Indonesia lebih

dikenalkan lagi khususnya kepada generasi muda, sehingga mereka bisa

memahami konsep serta implementasi nilai-nilai dari demokrasi dikehidupan

berbangsa dan bernegara.

5. DAFTAR PUSTAKA

Adian Donny Grahral, Demokrasi Substansial,Jakarta: Koekoesan, Jakarta,2010.


Agustamsyah, A. (2011). Konsepsi Dan Implementasi Demokrasi Pancasila
Dalam Sistem Perpolitikan Di Indoensia. Jurnal Tapis: Jurnal Teropong
Aspirasi Politik Islam, 7(1), 79-91.
Aspinall, Edward. 2000. "Bagaimana Peluang Demokratisasi?" dalam Edward
Aspinall (eds). Titik Tolak Reformasi: Hari-hari Terakhir Presiden
Soeharto. Yogyakarta: LkiS.
Budiyanto, 2005. Pengertian Demokrasi.Jakarta: PT. Gramedia
Cholisin. (2012). Peran Guru PKn dalam Pendidikan Karakter (Disampaikan
pada Kuliah Umum Jurusan PPKN FKIP UAD Yogyakarta, 5 Februari
2011).
Geertz, Clifford. 1980. Negara dan Penjaja. Jakarta: PT.Gramedia.

16
Hidayat, Komaruddin, Tragedi Raja Midas, Jakarta: Paramadina,2008.
Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, RajaGrafindo Persada,
Jakarta, 2009
Latif, Yudi, Negara Paripurna (historis, rasionalitas, dan aktualitas pancasila).
Jakarta: Kompas Gramedia,2011.
Maswadi Rauf, Demokrasi dan Demokratisasi: Penjajakan Teoretis untuk
Indonesia, Pidato Pengukuhan sebagai Guru Besar Madya dalam Ilmu
Politik FISIP UI, 1 November 1997
Mudhofir, Ali, Kamus Teori dan Aliran Dalam Filsafat, Jakarta: Liberti,2008.
Nasution, Adnan Buyung. 2010. Demokrasi Konstitusional.Jakarta:
Kompas,2010.
Hendra Nurtjahjo, Filsafat Demokrasi, Bumi Aksara, Jakarta, 2008
Robert. A. Dahl, A Preface to Economic Democracy, dalam kata pengantar yang
ditulis oleh Dorojatun Kuntjorojakti, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta,
1992
Suharso. 2000. "Quo Vadis Demokrasi Indonesia" dalam Mahfud MD (eds),
Wacana Politik, Hukum dan Demokrasi. Yogyakarta: LkiS.
Yudi Latif, Negara Paripurna Historisitas, Rasionalitas, dan Aktualitas
Pancasila, PT. Gramedia Pustaka Utama, 2014.

17

Anda mungkin juga menyukai