Analisis Xantin N Barbiturat - Compress
Analisis Xantin N Barbiturat - Compress
html
NOV
19
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
an : Hablur atau serbuk hablur, putih tidak berbau, rasa agak pahit
n : Sangat sukar larut dalam air, larut dalam etanol (95%)P, dalam eter P, dalam larutan
alkali hidroksida dan dalam larutan alkali karbonat
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Persen Kadar : 19,0 % - 21,0%
Kegunaan : Sebagai sampel
3. AgNO3 (8)
Nama Resmi : Argenti Nitras
Nama Lain : Perak nitrat
RM/BM : AgNO3 / 169,87
n : hablur transparan atau serbuk hablur berwarna putih ; tidak berbau ; menjadi gelap
jika kena cahaya
n : sangat mudah larut dalam air ; larut dalam etanol (95 %) P
anan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya
4. Kofein (8)
Nama Resmi : Coffeinum
Nama Lain : Kofein
RM/BM : C8H10N4O2 / 194,19
n : Serbuk atau hablur bentuk jarum mengkilat, biasanya menggumpal putih ; tidak
berbau ; rasa pahit
n : Agak sukar larut dalam air dan dalam etanol (95%) P ; mudah larut dalam kloroform
P ; sukar larut dalam eter P
Persen Kadar : 98,0% - 101,0%
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
1. Iodium (8)
Nama Resmi : Iodum
Nama Lain : Iodum
RM/BM : I / 126,91
n : keping atau butir, berat, mengkilat, seperti logam ; hitam kelabu ; bau khas
n : larut dalam lebih kurang 300 bagian air, dalam 13 bagian etanol (95 %) P. dalam
lebih kurang 80 bagian gliserol P dan dalam lebih kurang 7 bagian karbondisulfida
P ; larut dalam kloroform P dan dalam karbontetraklorida P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
3. Amilum (8)
Nama resmi : Amilum solani
n : Pati kentang
n : Serbuk halus, putih, tidak berbau
n : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol 95% P
anan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya
n : Sebagai indikator
2. Kofein
- Lakukan penetapan kadar menurut cara I yang tertera pada titrasi bebas air
menggunakan 100 mg yang ditimbang. Larutkan dalam 40 mL anhidrat asetat P,
panaskan, dinginkan, tambahkan 80 mL benzene P. (8)
1 mL asam perklorat 0,1 N setara dengan 19,42 mg Kofein
- Kofein dititrasi, larutan zat dalam anhidrat asetat dititrasi dengan 0,05 N asam
perklorat timbul warna kuning (1/10 mmol). Indikator ungu Kristal (9)
- Titrasi. 300 mg zat dilarutkan dalam 3,5 mL asam formiat lalu ditambahkan 50 mL
anhidrat asetat. Setelah diberi 2-3 tetes larutan sudan IV, larutan dititrasi dengan 0,1
N asam perklorat (1/10 mmol) sampai warna kembali menjadi ungu kelabu. (9)
- Timbang seksama kurang lebih 170 mg, larutkan dalam 5 mL asam asetat glasial P,
hangatkan jika perlu. Dinginkan kurang lebih 10 mL anhidrida asetat P dan 20 mL
toluene P. Titrasi dengan asam perklorat 0,1 N, tetapkan secara potensiometrik. (11)
1 mL asam perklorat setara denga 19,42 mg C8H10N4O2
- Sejumlah sampel yang setara dengan kurang lebih 500 mg kofein ditimbang
seksama lalu dilarutkan dalam air secukupnya. Larutan diencerkan dengan air
sampai 100 mL, jika perlu disaring. Sebanyak 5,0 mL larutan dipipet dan dimasukkan
ke dalam Erlenmeyer bertutup kaca, ditambah 10 mL larutan iodat-iodida 0,1 N dan
5 mL asam klorida 3,5 %, lalu ditutup segera dan digojog. Larutan didiamkan selam
20 menit (terlindung dari cahaya) pada suhu 20°C. larutan dipindahkan ke dalam
tabung sentrifugal dan dipusingkan selama 3 sampai 5 menit dengan putaran 2000
putaran permenit. Pada 10,0 mL larutan yang jernih dititrasi dengan natrium tiosianat
0,1 N menggunakan indikator larutan kanji. Kadar kafein ditetapkan dengan kurva
antara volume natrium tiosianat terhadap satu seri larutan baku kafein. (2)
- Sejumlah sampel yang setara dengan lebih kurang 200 mg ditimbang seksama,
dilarutkan dalam 10 mL anhidrida adam asetat dan 20 mL benzene. Larutan dititrasi
secara potensiometri dengan asam perklorat 0,1 N. (2)
Tiap mL asam perklorat 0,1 N setara dengan 19,42 mg kofein
- Larutkan 0,170 g dengan pemanasan dalam 5 mL asam asetat anhidrta. Biarkan
hingga dingin, dan tambahkan dengan 10 mL asetat anhidrat dan 20 mL toluene.
Titrasi dengan 0,1 M asam perklorat dan tentukan titik akhirnya secar potensiometri.
(10)
1 mL asam perklorat 0,1 M setara dengan 19,42 mg C 8H10N4O2
3. Teobromin
- Titrasi larut zat dalam anhidrat asetat atau benzol (5:1) dititrasi dengan 0,05 N asam
perklorat (1/20 mmol), indikator sudan III sampai timbul warna ungu kelabu. (9)
- Larutkan 0,150 g dalam 125 mL air mendidih, dinginkan hingga suhu 50-60°C dan
tambahkan 25 mL 0,1 M perak nitrat. Gunakan larutan fenolftalein sebagai indikator.
Titarasi dengan 0,1 M NaOH hingga warna. (10)
1 mL NaOH 0,1 M setara dengan 18,02 C7H8N4O2
- Sejumlah sampel yang setara dengan kurang lebih 500 mg teobromin ditimbang
secara seksama lalu ditambah 125 mL air, larutan ditambah 1 mL larutan merah
fenol 0,1% dalam alcohol dan 4 mL asam sulfat 1 N. Jika perlu larutan ditambah
asam lagi sampai larutan sedikit asam, yang dapat dilihat larutannya berwarna
kuning. Larutan didihkan 10-15 menit lalu didinginkan. Larutan ditambah NaOH 1 N
sampai berwarna merah kebiruan. (2)
4. Fenobarbital
- Lebih kuran 500 mg yang ditimbang seksama, larutkan dalam 40 mL etanol (95%) P
dan 25 mL air. Titrasi dengan NaOH 0,1 N menggunakan indikator timolftalein.
Lakukan titrasi blanko
- Tiap mL NaOH 0,1 N setara dengan 23,22 fenobarbital
- Larutakan 0,100 g dalam 5 mL pyridine, tambahkan 0,5 mL timolftalein dan 10 mL
perak nitrat. Titrasi dengan 0,1 M ethanolic sodium hydroxide sampai warna biru
muncul. Lakukan titrasi blanko. (10)
1 mL 0,1 M ethanolic sodium hydroksida setara dengan 11,61 mg C 12N12N2O3
- Sejumlah sampel setara dengan kurang lebih 500 mg ditimbang seksama dilarutkan
dalam 20 mL dimetil formamida. Larutan dititrasi dengan litium metoksida 0,1 N
menggunakan indikator timolftalein atau secara potensiometri. Dilakukan titrasi
blanko. (2)
- Sejumlah sampel yang setara dengan lebih kurang 200 mg barbiturate ditimbang
seksama dan dilarutkan dalam 30 mL natrium karbonat 3%. Larutan dititrasi dengan
perak nitrat 0,1 N sampai terjadi kekeruhan tetap yang pertama. Titik akhir lebih baik
jika dilihat dengan latar belakang berwarna hitam. (2)
Tiap mL perak nitrat 0,1 N setara dengan 1/10 berat molekul barbiturate.
BAB III
METODE KERJA
IV.1 Tabel
No Sampel V.titrasi N.titrasi Metode BST %
(mL) (N) (mg) Kadar
1 Luminal 0,9 0,096 Argentometr 100 20,06
Kofein V1 : 15 N1:0,1104 i 100 -0,092
V2 :17,1 N2:0,098 Iodometri
2 Luminal V1 : 20 N1:0,084 Bromometri 50 61,92
V2 : 16 8
Teofilin V1 : 24 N2:0,100 Iodometri 100 212,53
V2 : 75 5
N1:0,1104
N2:0,098
3 Kofein V1: 15 N1:0,1104 Iodometri 100 -7,621
V2:18,5 N2:0,098
Teofilin 0,7 0,0848 71 15,06
4 Teofilin 0,5 0,0848 Alkalimetri 43,3 381,17
Kofein 18,2 0,098 Iodimetri 100 34,22
5 Kofein 17,6 0,1104 Iodimetri 100 94,3
Luminal 21,6 0,1105 Bromometri 100 277,1
6 Luminal 1,7 0,096 Argentometr 230 25,286
Teofilin 0,4 0,0848 i 43,3 385,46
V2 : 0,084 Alkalimetri
N
BAB V
PEMBAHASAN
BAB VI
PENUTUP
VI. Kesimpulan
Dari hasil percobaan diperoleh persen kadar kofein yaitu -0,092 % sedangkan
persen kadar untuk fenobarbital yaitu 20,06 %. Hasil ini tidak sesuai dengan
persentase kadar pada literature (FI.III) yaitu tidak kurang dari 98,0 % dan tidak lebih
dari 101,0 % untuk kofein dan tidak kurang dari 19,0 % dan tidak lebih dari 21,0%
untuk injeksi fenobarbital.
Dari hasil uji kualitatif diperoleh hasil sampel E9 dan F8 mengandung
teobromin dan teofilin, T1 dan Q5 mengandung teobromin, K’Lisa mengandung
Teofilin dan Kofein, serta Google mengandung Kofein
VI.2 Saran
Asisten agar lebih semangat dalam membimbing praktikan
DAFTAR PUSTAKA
1. Ganiswarna, Sulistia G. 1995. Farmakologi dan Terapi Edisi IV. Jakarta : Universitas
Indonesia. 134, 135, 226, 227, 231
2. Sudjadi. 2008. Analisis Kuantitatif Obat. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
156, 157, 159, 160, 169, 170, 176, 177, 178
4. Susanti, S., Jeanny Wunas. 1997. Analisa Kimia Farmasi Kuantitatif. Makassar :
UNHAS. 1, 29,30, 100, 101, 103, 105, 140, 141
5. Basset, J., dkk. 1994. Buku Ajar Vogel; Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Edisi 4.
Jakarta : EGC. 259
6. Roth, Hermann J.1981. Analisis Farmasi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
248, 252, 255, 270, 271
7. Gandjar, Ibnu Gholib. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 146,
148, 149, 153, 154
8. Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Depkes RI. 96, 97, 400,428,
481, 598
9. Auterhoff & Kovar. 2002. Identifikasi Obat. Bandung : ITB. 146, 189, 190
10. The Department of Health. 2009. British Pharmacopeia. London : The Stationery Office
on behalf of the Medicines and Healthcare Products Regulatory Agency (MHRA).
903, 4647, 5975, 5967
11. Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Depkes RI. 255
Diposkan 19th November 2011 oleh merlie
Label: ANaLisIs FaRmaSI
0
Tambahkan komentar
Magic Door SCienCe n
FanTasY
ENJOY It PLiz,,,!!!
• Klasik
• Kartu Lipat
• Majalah
• Mozaik
• Bilah Sisi
• Cuplikan
• Kronologis
• Terkini
• Tanggal
• Label
• Penulis
MoNaLisA
MoNaLisA
Nov 19th
UgLY
UgLY
Nov 19th
In ThE NigHT SkY
In ThE NigHT SkY
Nov 19th
OnE SHot
OnE SHot
Nov 19th
ToP GiRL
ToP GiRL
Nov 19th
I aM The BesT
I aM The BesT
Nov 19th
JarOnG LaLaKI
JarOnG LaLaKI
Nov 19th
LaRuTaN BaKu
LaRuTaN BaKu
Nov 19th
ANaLisIs XaNtIn n BarBitUraT
ANaLisIs XaNtIn n BarBitUraT
Nov 19th
AnaLiSiS AnTiBiOtIk
AnaLiSiS AnTiBiOtIk
Nov 19th
DepResI, PaRkiNsoN, SakIt kePaLa, InsoMnIa, n NyeRI
DepResI, PaRkiNsoN, SakIt kePaLa, InsoMnIa, n NyeRI
Nov 18th
GaGaL JanTunG
GaGaL JanTunG
Nov 18th
DiAbeTeS MeLLituS
DiAbeTeS MeLLituS
Nov 18th
Memuat
Template Dynamic Views. Diberdayakan oleh Blogger.