Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH K3 DAN HAZARD

Disusunoleh :
AdindaputriKhalilah ( 0432950320016 )
Sirty Patti ( 0432950320022 )
PutriAndini ( 0432950320023 )
Nurul Amelia ( 0432950320010 )
Siti Sarah Tatuhey ( 0432950319029)

Program Studi S1 Keperawatan


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bani Saleh
BAB I
Pendahuluan

A. LatarBelakang
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan istilah yang sangat populer. Bahkan di
dalam dunia industri istilah tersebut lebih dikenal dengan singkatan K3 yang artinya
keselamatan, dan kesehatan kerja. Menurut Milyandra (2009) Istilah ‘keselamatan dan
kesehatan kerja’, dapat dipandang mempunyai dua sisi pengertian. Pengertian yang pertama
mengandung arti sebagai suatu pendekatan pendekatan ilmiah (scientific approach) dan
disisi lain mempunyai pengertian sebagai suatu terapan atau suatu program yang
mempunyai tujuan tertentu. Karena itu keselamatan dan kesehatan kerja dapat digolongkan
sebagai suatu ilmu terapan (applied science). Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagai
suatu program didasari pendekatan ilmiah dalam upaya mencegah atau memperkecil
terjadinya bahaya (hazard) dan risiko (risk) terjadinya penyakit dan kecelakaan, maupun
kerugian-kerugian lainya yang mungkin terjadi. Jadi dapat dikatakan bahwa Keselamatan
dan Kesehatan Kerja adalah suatu pendekatan ilmiah dan praktis dalam mengatasi potensi
bahaya dan risiko kesehatan dan keselamatan yang mungkin terjadi.( Rijanto, 2010 ).

Terjadinya kecelakaan kerja tentu saja menjadikan masalah yang besar bagi
kelangsungan suatu usaha. Kerugian yang diderita tidak hanya berupa kerugian materi yang
cukup besar namun lebih dari itu adalah timbulnya korban jiwa yang tidak sedikit jumlanya.
Kehilangan sumber daya manusia ini merupakan kerugian yang sangat besar karena
manusia adalah satu-satunya sumber daya yang tidak dapat digantikan oleh teknologi
apapun. Setiap tahun di dunia terjadi 270 juta kecelakaan kerja, 160 juta pekerja menderita
penyakit akibat kerja, kematian 2.2 juta dan kerugian finansial sebesar 1.25 triliun USD.
Sedangkan di Indonesia menurut data PT. Jamsostek (Persero) dalam periode 2002-2005
terjadi lebih dari 300 ribu kecelakaan kerja, 5000 kematian, 500 cacat tetap dan konpensasi
lebih dari Rp. 550 milyar. Konpensasi ini adalah sebagian dari kerugian langsung dan 7.5
juta pekerja sektor formal yang aktif sebagai peserta Jamsostek. Diperkirakan kerugian
tidak langsung dari seluruh sektor formal lebih dari Rp. 2 triliun, dimana sebagian besar
merupakan kerugian dunia usaha.(DK3N,2007).

Pelaksanaan K3 akan mewujudkan perlindungan terhadap tenaga kerja dari risiko


kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang dapat terjadi pada waktu melakukan
pekerjaan di tempat kerja. Dengan dilaksanakannya perlindungan K3, diharapkan akan
tercipta tempat kerja yang aman, nyaman, sehat dan tenaga kerja yang produktif, sehingga
akan meningkatkan produktivitas kerja dan produktivitas perusahaan. Dengan demikian K3
sangat besar peranannya dalam upaya meningkatkan produktivitas perusahaan, terutama
dapat mencegah korban manusia. Dengan demikian untuk mewujudkan K3 perlu
dilaksanakan dengan perencanaan dan pertimbangan yang tepat, dan salah satu kunci
keberhasilannya terletak pada peran serta pekerja sendiri baik sebagai subyek maupun
obyek perlindungan dimaksud dengan memperhatikan banyaknya risiko yang diperoleh.

Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah:
1. Bagaimana factor hazard dan resiko di tempat kerja?
2. Bagaimana cara mengendalikan Hazard ?
3. Bagimana Resiko yang bisa terjadi akibat adanya Hazard ?
4. Bagaimana peran perawat dalam K3?
5. Hazard dan Resiko yang bisa terjadi saat proses pengkajian dan perencanaan?

Tujuan
Adapun tujuan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui factor hazard dan resiko di tempat kerja.
2. Untuk mengetahui cara mengendalikan Hazard.
3. Untuk mengetahui Resiko yang bisa terjadi akibat adanya Hazard.
4. Untuk mengetahui peran perawat dalam K3.
5. Untuk mengetahui Hazard dan Resiko yang bisa terjadi saat proses pengkajian
dan perencanaan.
BAB II
PEMBAHASAN

Pengertian Upaya Mencegah Hazard Kimia


Bahaya atau hazard adalah segala hal atau sesuatu yang mempunyai kemungkinan
mengakibatkan kerugian baik pada harta benda, lingkungan, maupun manusia
(buidono2003).
Menurut suardi (2005), bahaya adalah sesuatu yang berpotensial menjadi penyebab
kerusakan. Ini dapat mencakup substansi, proseskerja dan atau aspek lainnya dari
lingkungan kerja. Bahaya hazard adalah suatu keadaan yang dapat mengakibatkan cidera
(injury)atau kerusakan (damage) baik manusia, property dan setiap kegiatan yang dilakukan
tidak ada satupun yang bebas dari resiko yang ditimbulkan dari bahaya, demikian pila
kegiatan yang dilakukan di industry yang dalam proses produksinya menggunakan proses
kimia. Proses kimia pada industry memberikan potensi bahaya yang besar,potensi bahaya
yang ditimbulkan disebabkan antara lain : penggunaan bahan baku,tingkat reaktivitas dan
toksitas tinggi. Reaksi kimia tempereatu tinggi , tekanan tinggidan jumlah dari bahan yang
digunakan. Potensi dari bahaya yang ditimbulkan diperlukan upaya untuk menimalkan
terhadap resiko yang diterima apabila terjadi
kecelakaan (bakhtiar,2009).
Mengingat potensi bahaya yang besar pada industry yang menggunakan proses kimia,
maka diperlukan upaya pengendalian, setiap resiko yang ditimbulkan pada batas-batas yang
dapat diterima Risk assessment lingkungan (bakhtiar, 2009).
Hazard kimia adalah kecederaan akibat sentuhan dan terhirup bahan kimia.Contohnya
bahan-bahan kimia seperti asid, alkali, gas, pelarut, simen, getah sintetik,gentian kaca,
pelekat antiseptic, aerosol, inseksida, dan lain-lain. Bahan-bahan kimia tersebut berbahaya
dan perlu diambil langkah-langkah keselamatan apabila mengedalikannya.

Upaya-upaya dalam pencegahan hazard kimia :


1. Mengedenfikasi bahan-bahan kimia golongan berbahaya dan beracun.
Identifikasi semua B3 dan istilasi yang akan ditangani untuk mengenal ciri-ciri
karakteristiknya. Diperlukan penataan yang rapi dan teratur, dilakukan oleh petugas yang
ditunjuk sebagai penanggung jawab. Hasil identifikasi diberi label atau kode untuk
mendapatkan satu sama lainnya. Mengidenfikasi bahan kimia merupakan suatu cara untuk
mempelajari karakteristik bahan tersebut dengan mengamati label bahan kimia kemudian
bentuk, warna ,bau,dan sifatnya. Idenfikasi bahan kimia dilakukan berkaitan dengan
penaganan,penyimpanagan, dan penggunaan bahan lebih lanjut, sehingga resiko bahaya
dapat dicegah dan dihindari, serta dalam penggunaanya lebih efisien.

Contohnya : bahan kimia toksik yang terdiri dari, arsen triklorida, merkuri klorida,kalium
sianida, hydrogen sulfide, dan methanol. Bahan kimia tersebut sangat membahayakan
kesehatan manusia atau menyebabkan kematian apabila terserap dalam tubuh karena
tertelan, lewat pernapasan atau kontak lewat kulit.

2. evaluasi
Untuk menentukan langkah-langkah atau tindakan yang diperlukan sesuai sifat
dankarakteristik dari bahan atau instalasi yang ditangani sekaligus memprediksi resiko yang
mungkin terjadi apabila kecelakaan terjadi.

3. pengendalian sebagai alternative berdasarkan identifikasi dan evaluasi yangdilakukan


meliputi :

a) Pengendalian operasional :
- Miminize : menggunakan bahan kimia dengan jumlah yang kecil, baik selama
penyimpangan proses maupun pengiriman dengan mengurangi jumlah bahan kimia
maka resiko dari bahan tersebut juga menjadi lebih kecil jika dibandingkan dengan
jumlah yang besar.
- Menggunakan alat pelindung diri (APD), Menurut OSHA (occupational safety and
health administration) alat pelindung diri (APD) adalah alat yang digunakan untuk
melindungi pekerja dari luka atau penyakit yang yang diakibatkan oleh adanya
kontak dengan bahaya (hazard) ditempat kerja,baik yang bersifat kimia, fisika,
biologis,radiasi, elektrik, mekanik dan lainnya.Dengan menggunakan APD maka
akan memberikan pelindungan yang adekuat terhadap bahaya yang spesifik atau
bahaya yang dihadapi oleh tenaga kerja.

b) Pengendalian organisasi administrasi :


- Pemasangan label Untuk membedakan antara bahan kimia berbahaya dengan bahan
kimia yang tidak berbahaya diperlukan suatu l symbol khusus yang bersifat
universal. Hal inilah yang mendasari dibuatnya suatu peraturan tengtang symbol
bahan kimia berbahaya. Melalui peraturan tersebut dibuatlah suatu symbol-simbol
yang menandakan sifat berbahaya dari suatu bahan kimia. Ada 2 sistem pelabelan
symbol bahan kimia berbahaya yaitu : Pelabelan bahan kimia berdasarkan aturan
GHS (Globally Harmonized system of Classification and labeling of chemicals) dan

Pelabelan bahan kimia berdasarkan aturan NFPA (National fire protection


Association).
- Penyiapan MSDS adalah Lembar data keselamatan bahan atau material
safety data sheet (MSDS) adalah kumpulan data keselamatan dan petunjuk dalam
penguunaan bahan-bahan kimia yang berbahaya. Pembuatan MSDS ini bertujuan
sebagai informasi acuan bagi para pekerja atau supervisor yang menangani
langsung dan pengelolaan bahan kimia berbahaya dalam laboratorium
kimia. Lembar data keselamatan bahan memuat informasi tengtang sifat fisik bahan
dan juga sifat kimianya. Sifat fisik bahan misalnya : titik leleh, titik didih, titik nyala.
Selain itu MSDS juga memuat mengenai efek bahanterhadap kesehatan, cara
penyimpangan, cara pembuangan, dan cara pembuatan alat. Dengan adanya MSDS
maka akan mengurangi terjadinya kecelakan akibat ketidak tahuaan tengtang bahan-
bahan kimia yangberbahaya.

Upaya Mempertahankan Ergonomik Pada Posisi Berbaring, Duduk, Berdiri,


Dan Berjalan
Ergonomi adalah ilmu, teknologi dan seni yang berupaya menserasikan alat, cara kerja
dan lingkungan kerja terhadap kemampuan,kebolehan dan batasan manusia untuk
mewujudkan kondisi lingkungankerja yang sehat, amam, nyaman dan efisien sehingga
tercapai produktivitas yang setingi-tinginya.

Prinsip Ergonomi
Dalam perancangan peralatan kerja dapat digunakan beberapa prinsip ergonomi
sebagai pegangan, antara lain :
1). Sikap tubuh dalam pekerjaan sangat dipengaruhi oleh bentuk susunan, ukuran dan
penempatan mesin-mesin, penempatan alat-alat petunjuk, cara-cara manusia
melayani mesin (macam gerak dankekuatan).
2). Untuk normalisasi ukuran mesin dan alat industri harus diambil ukuran terbesar
sebagai dasar serta diatur dengan suatu cara tenaga kerja yang lebih kecil. Misalnya,
kursi dapat dinaik turunkan, tempat duduk dapat disetel maju mundur.
3). Ukuran antropometri terpenting seperti dasar ukuran-ukuran dan penempatan
alat-alat industri :
a. Berdiri
- Tinggi badan berdiri
- Tinggi bahu
- Tinggi siku
- Tinggi pinggul
- Panjang lengan
b. Duduk
- Tinggi duduk
- Tinggi lengan atas
- Panjang lengan bawah dan tangan
- Jarak letak lutut – garis pinggang
- Jarak leku lutut – telapak
4). Dari sudut otot, sikap duduk yang paling baik adalah sedikit membungkuk,
sedangkan pada sudut tulang dinasehatkan duduk tegak. Agar punggung tidak
bungkuk dan otot perut tidak lemas,maka dianjurkan pemilihan sikap duduk yang
tegak yang baik diselingi istirahat sedikit membungkuk.
5). Tempat duduk yang baik memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a.Tinggi dataran duduk yang dapat diatur dengan papan kaki yang sesuai dengan
tinggi lutut, sedangkan paha dalam keadaan datar.
b. Papan tolak punggung yang tingginya dapat diatur dan menekan pada punggung
6). Pekerjaan yang berdiri sedikit mungkin dirubah menjadi pekerjan duduk. Dalam
hal ini tidak mungkin kepada pekerja diberi tempat dan kesempatan untuk duduk.
7). Arah penglihatan untuk pekerjaan berdiri adalah 23-27º ke bawah, sedangkan
untuk pekerjaan duduk 32-44 º ke bawah. Arah penglihatan ini sesuai dengan sikap
kepala yang istirahat (rileks).
8). Ruang gerak lengan ditentukan oleh punggung, lengan seluruhnya dan lengan
bawah. Pegangan harus diletakkan di daerah tersebut,lebih bila sikap tubuh tidak
berubah.
9). Macam gerakan yang kontinyu dan berirama lebih diutamakan,sehingga gerakan
yang sekonyong-konyong pada permulaan dan berhenti dengan paksa sangat
melelahkan. Gerakan ke atas harus dihindarkan. Berilah papan penyokong pada
sikap lengan yang melelahkan. Hindarkan getaran-getaran kuat pada kaki-kaki
dan lengan.
10). Gerakan ritmis seperti melayang, mengayuh pedal, memutar roda memerlukan
frekuensi paling optimum, yang menggunakan tenaga paling sedikit. Misalnya
pada frekuensi 60/menit, mengayuh pedal dirasakan masih ringan.

C. Mempertahankan Ergonomik Pada Posisi


Duduk Sebagai contoh penerapan ergonomi bila posisi kerja lebih banyak duduk,
maka menurut Sanders & Mc. Cormick :
1. Jika memungkinkan menyediakan meja yang dapat diatur turun dan naik
2. Landasan kerja harus memungkinkan lengan menggantung pada posisi rileks dari
bahu, dengan lengan bawah mendekati posisi horizontal atau sedikit menurun.
Duduklah dengan posisi bersandar.
3. Ketinggian landasan kerja tak memerlukan menekuk tulang belakang yang berlebihan
4. Jika pekerjaan anda menuntut diskriminasi penglihatan dan koordinasi tangan atau
mata (contoh: mengetik dengan komputer)maka posisi pekerjaan perlu di dekat
daerah mata, sedikit di bawah ketinggian bahu, untuk menstabilkan tangan diberi
bantalan siku/pergelangan yang nyaman dengan tujuan mengurangi bebanotot bahu
5. Sesekali lakukan ‘disguised pauses’, istirahat sekedar untuk mengurangi konsentrasi
pada pekerjaan misalnya: merubah posisi duduk, berdiri sebentar dari kursi atau
berjalan-jalan sebentar

D. Mempertahankan Ergonomik Pada Posisi Berdiri


1. Bekerjalah dengan posisi tegak ke depan. Usahakan pekerjaan terlihat dengan kepala
dan badan tegak, kepala agak ke depan.
2. Kurangi gerakan yang tidak perlu, gunakan sepatu yang senyaman mungkin
3. Manfaatkan waktu istirahat semaksimal mungkin agar kerja dan istirahat seimbang.
4. Hindari postur tubuh yang tidak berubah/statis, sesekali regangkan otot-otot anda
5. Apabila anda memerlukan aktivitas menjangkau barang-barang tertentu, maka
letakkan barang-barang tersebut dalam posisi yang minimal atau terdekat dan mudah
dijangkau dan mudah terlihat

E. Mempertahankan Ergonomik Pada Posisi Dinamis (duduk dan berdiri)


1. Usahakan benda yang akan anda jangkau berada maksimal 15 cm diatas landasan
kerja
2. Tinggi landasan kerja dengan kisaran antara 90cm-120cm,merupakan ketinggian
yang paling tepat dan baik untuk posisi duduk maupun berdiri

F. Mempertahankan Ergonomik Pada Posisi Berbaring


1. Jika berbaring lordosis dipertahankan
2. Posisi yang paling baik adalah “semi Fowler” yaitu berbaring dengan paha
dan lutut 450
3. Membantu venous return
4. Otot perut (Illiopsus) relaks
5. Bantal, menjadikan kepala & leher netral. Bantal bulu/kapuk lebih baik dari pada
spon

Upaya Mencegah Hazard Psikososial


Hazard (bahaya) Psychosocial adalah suatu bahaya non fisik yang timbul karena adanya
interaksi dari aspek-aspek job description, desain kerja dan organisasi serta managemen di
tempat kerja serta konteks lingkungan sosial yang berpotensi menimbulkan gangguan fisik,
sosial dan psikologi.
Bahaya psikososial, misalnya yang berkaitan aspek sosial psikologis maupun
organisasi pada pekerjaan dan lingkungan kerja yang dapat memberi dampak pada aspek
fisik dan mental pekerja. Seperti misalnya pola kerja yang tak beraturan, waktu kerja yang
diluar waktu normal, beban kerja yang melebihi kapasitas mental, tugas yang tidak
berfariasi,suasana lingkungan kerja yang terpisah atau terlalu ramai dll (Sunaryo 2004).

1. Analisis beban kerja


Analisa beban kerja adalah proses untuk menetapkan jumlah jam kerja orang yang
digunakan atau dibutuhkan untuk merampungkan suatu pekerjaan dalam waktu tertentu,atau
dengan kata lain analisis beban kerja bertujuan untuk menentukan berapa jumlah personalia
dan berapa jumlah tanggung jawab atau beban kerja yang tepat dilimpahkan kepada seorang
petugas.
Tujuan :
a. Analisis beban kerja bertujuan untuk menentukan berapa jumlah pegawai yang
dibutuhkan untuk merampungkan suatu pekerjaan dan berapa jumlah tanggung jawab
atau beban kerja yang dapat dilimpahkan kepada seorang pegawai, atau dapat pula
dikemukakan bahwa analisis beban kerja adalah proses untuk menetapkan jumlah jam
kerja orang yang digunakan atau dibutuhkan untuk merampungkan beban kerja dalam
waktu tertentu.
b. Membangun/merumuskan sistem penilaian beban kerja dan perencanaan kebutuhan
pegawai pada masing-masing Unit kerja
c. Melakukan penilaian beban kerja Unit Kerja berdasarkan beban kerja jabatan/unit kerja

dengan menggunakan variabel norma waktu, volume kerja dan jam kerja
efektif,dikaitkan dengan jumlah pegawai/jabatan

Metode Analisis Beban Kerja:


Dalam rangka mendapatkan informasi yang diperlukan dalam kegiatan ini dilakukan
dengan 3 pendekatan yaitu :
- Pendekatan Organisasi
- Pendekatan analisis jabatan
1. Sebagai landasan untuk melakukan mutasi
2. Sebagai landasan untuk melakukan promosi
3. Sebagai landasan untuk melaksanakan pendidikan dan pelatihan (Diklat)
4. Sebagai landasan untuk melakukan kompensasi
5. Sebagai landasan untuk melaksanakan syarat-syarat lingkungan kerja
- Pendekatan Administratif

Teknik Penghitungan Beban Kerja :


Analisis beban kerja dilakukan dengan membandingkan bobot/beban kerja dengan
norma waktu dan volume kerja. Target beban kerja ditentukan berdasarkan rencana kerja
atau sasaran yang harus dicapai oleh setiap jabatan, misalnya mingguan atau
bulanan.Volume kerja datanya terdapat pada setiap unit kerja, sedangkan norma waktu
hingga kini belum banyak diperoleh sehingga dapat dijadikan suatu faktor tetap yang sangat
menentukan dalam analisis beban kerja.
Teknik perhitungan yang digunakan adalah teknik perhitungan yang bersifat “praktis
empiris”, yaitu perhitungan yang didasarkan pada pengalaman - pengalaman basis
pelaksanaan kerja masa lalu, sesuai judgement disana-sini dalam pengukuran
kerja dilakukan berdasarkan sifat beban kerja pada masing-masing jabatan, mencakup :
a. Pengukuran kerja untuk beban kerja abstrak
Untuk mengukur beban kerja abstrak diperlukan beberapa informasi antara lain :
1. Rincian / uraian tugas jabatan.
2. Frekwensi setiap tugas dalam satuan tugas.
3. Jumlah waktu yang dibutuhkan setiap tugas.
4. Waktu Penyelesaian Tugas merupakan perkalian beban kerja dengan
norma waktu.
5. Waktu kerja efektif.

b. Pengukuran kerja untuk beban kerja konkret


Untuk mengukur beban kerja konkret diperlukan beberapa informasi antara lain :
1. Rincian / uraian tugas jabatan.
2. Satuan hasil kerja.
3. Jumlah waktu yang dibutuhkan setiap tugas
4. Target waktu kerja dalam satuan waktu

Dalam menghitung jam kerja efektif digunakan ukuran sebagai berikut :


a. Jam Kerja Efektif per hari = 1 hari x 5 jam =300 menit
b. Jam Kerja Efektif per minggu = 5 hari x 5 jam =25 jam = 1.500 menit
c. am Kerja Efektif per bulan = 20 hari x 5 jam =100 jam = 6.000 menit

Hal-hal yang harus diperhatikan :


Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam waktu kerja adalah
a. Lamanya seseorang dapat bekerja dengan baik
b. Hubungan waktu kerja dengan istirahat
c. Waktu kerja sehari menurut periode yang meliputi pagi, siang dan malam, Jam
kerja tanpa istirahat untuk waktu kebutuhan Personal, Fatique and Delay (PFD)
adalah15% dari waktu normal.Rata-rata lama bekerja seseorang dalam sehari
adalah 6-8 jam dan selebihnya adalah istirahat ataupun dipergunakan untuk
kehidupan dalam keluarga dan masyarakat. Jadi dalam seminggu seseorang dapat
bekerja dengan baik selama 36-48 jam (Suyanto 2008).

2. Memberi Kesempatan Pengembangan Kerja


Pengembangan karir perawat merupakan suatu perencanaan dan penerapan rencana
karir dapat digunakan untuk penempatan perawat pada jenjang yang sesuai dengan
keahliannya, serta menyediakan kesempatan yang lebih baik sesuai dengan kemampuan
dan potensi perawat. Hal ini akan meningkatkan kualitas kerja perawat, ia akan berusaha
mengontrol karirnya dan memilih karir yang lebih baik sehingga ia terus berprestasi dan
memperoleh kepuasan kerja (Marquis and Huston 2010).
Tujuan:
a. Meningkatkan moral kerja dan mengurangi kebuntuan karir (dead end job/career)
b. Menurunkan jumlah perawat yang keluar dari pekerjaannya (turn-over)
c. Menata sistem promosi berdasarkan mobilitas karir berfungsi dengan baik dan benar

3. Penetuan/Penyesuaian Desain Kerja


Herjanto menjelaskan bahwa desain pekerjaan adalah rincian tugas dan cara
pelaksanaan tugas atau kegiatan yang mencakup siapa yang mengerjakan tugas, bagaimana
tugas itu dilaksanakan, dimana tugas dikerjakan dan hasil apa yang diharapkan
(Herjanto 2001).

Tujuan :
a. Mengatur penugasan kerja supaya dapat memenuhi kebutuhan di rumah sakit
b. Merangsang karyawan untuk bekerja secara produktif.
c. Mengurangi timbulnya rasa bosan
d. Dapat meningkatkan kepuasan kerja

Pedoman Dalam Desain Pekerjaan:


a. Identitas pekerjaan. Identitas pekerjaan merupakan jabatan pekerjaan yang berisi
nama pekerjaan seperti penyelengara operasional dan manajer pemasaran. Bila pekerjaan
tidak mempunyai identitas, karyawan tidak akan atau kurang bangga dengan hasil-
hasilnya. Ini berarti kontribusi mereka tidak tampak (Hani 2000).
b. Hubungan tugas dan tanggung jawab, yakni perincian tugas dan tanggung jawab
secara nyata diuraikan secara terpisah agar jelas diketahui. Rumusan hubungan hendaknya

menunjukkan hubungan antara pelaku organisasi.


c. Standar wewenang dan pekerjaan, yakni kewenangan dan standar pekerjaan yang
harus dicapai oleh setiap pejabat harus jelas. Pekerjaan pekerjaan yang memberikan
kepada para karyawan wewenang untuk mengambil keputusan-keputusan, berarti
menambah tanggung jawab. Hini akan cendrung meningkatkan perasaan dipercayadan
dihargai.
d. Syarat kerja harus diuraikan dengan jelas, seperti alat-alat, mesin, dan bahan baku
yang akan dipergunakan untuk melakukan pekerjaan tersebut.
Pertimbangan Dalam Menyusun Desain Kerja:
Para penyusun desain pekerjaan harus mempertimbangkan hal-hal beriku
(Herjanto2001).
a. Perluasan tugas ( job enlargement) meliputi pemberian tugas yang lebih besar
secara horizontal, dimana pekerjaan tambahan itu berada pada tingkat kecakapan dan
tanggung jawab yang setara dengan pekerjaan semula. Gibson (1983) mengatakan
perluasan pekerjaan membuat karyawan mempunyai tanggung jawab dan wewenang
yang lebih besar.
b. Pengayaan tugas (job enrichmant) mencakup penambahan tugas dengan tanggung
jawab yang lebih tinggi seperti perencanaan dan pengendalian.
c. Perputaran tugas (job rotation) yaitu melakukan penukaran tugas antar pekerja
secara periodik untuk menghindari seseorang bekerja secara monoton mengerjakan tugas
yang sama setiap hari. Perputaran tugas ini memberikan kesempatan kepada pekerja
untuk memperbanyak pengalaman dan memungkinkan seorang pekerja untuk
menggantikan pekerja lain yang tidak masuk.

Manfaat Desain Pekerjaan


Desain pekerjaan memiliki tujuan agar :
a. Efisiensi operasional, produktifitas dan kualitas pelayanan menjadi
b. Optimal.Fleksibilitas dan kemampuan melaksanakan proses kerja secara horizonta
dan hirarki.
c. Minat, tantangan, dan prestasi menjadi optimal.
d. Tanggung jawab tim ditetapkan sedemikian rupa, sehingga bisa meningkatkan kerja
sama dan efektifitas tim.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Di tempat kerja bertujuan agar pekerja saat bekerja selalu dalam keadaan sehat, nyaman,
selamat, produktif dan sejahtera. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, perlu kemauan,
kemampuan dan kerjasama yang baik dari semua pihak. Pihak pemerintah dalam hal ini
Departemen Kesehatan sebagai lembaga yang bertanggungjawab terhadap kesehatan masyarakat,
membuat berbagai peraturan, petunjuk teknis dan pedoman K3 di Tempat Kerja serta menjalin
kerjasama lintas program maupun lintas sektor terkait dalam pembinaannya
Saran
Pendekatan disiplin ergonomi diarahkan pada upaya memperbaiki performansi kerja
manusia seperti menambah kecepatan kerja, accuracy, keselamatan kerja disamping untuk
mengurangi energi kerja yang berlebihan serta mengurangi datangnya kelelahan yang terlalu
cepat. Disamping itu disiplin ergonomi diharapkan mampu memperbaiki pendayagunaan sumber
daya manusia serta meminimalkan kerusakan peralatan yang disebabkan kesalahan manusia
(human errors). Manusia adalah manusia, bukannya mesin. Mesin tidak seharusnya mengatur
manusia, untuk itu bebanilah manusia (operator/pekerja) dengan tugas-tugas yang manusiawi.
Soal Dan Jawaban :

1. Sarung tangan yang digunakan untuk melindungi tangan dari benda tajam adalah :
Jawaban : sarung tangan kulit
2. Undang – undang yang mengatur bahwa kesehatan kerja ditunjukan untuk melindungi
pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang
diakibatkan oleh pekerja diatur dalam UU no :
Jawaban : No. 36 tahun 2009
3. Berikut ini yang merupakan peralatan pencegahan kebakaran, kecuali :
Jawaban : APD
4. Alat pelindung kaki digunakan untuk :
Jawaban : untuk menghindari tusukan dari benda tajam atau kebakaran oleh zat kimia
5. Alat pelindung badan digunakan untuk :
Jawaban : untuk menghindari percikan api terutama pada watu menempa dan mengelas
6.

Anda mungkin juga menyukai