Anda di halaman 1dari 6

JURNAL METAMORFOSA IV (1): 126-131 (2017)

JURNAL METAMORFOSA
Journal of Biological Sciences
ISSN: 2302-5697
http://ojs.unud.ac.id/index.php/metamorfosa

PENGARUH DOSIS GULA DAN PENAMBAHAN EKSTRAK TEH HITAM TERHADAP


FERMENTASI DAN PRODUKSI NATA DE COCO

THE EFFECT OF SUGAR DOSE AND BLACK TEA EXTRACT ADDITION ON


FERMENTATION AND PRODUCTION OF NATA DE COCO

Lusi*, Periadnadi, Nurmiati


Laboratorium Mikrobiologi, Jurusan Biologi, FMIPA Universitas Andalas, Limau Manis Padang-25163
*Email: luzismile4ever@gmail.com

INTISARI

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh dosis gula, dosis ekstrak teh hitam,
interaksi dosis gula dan ekstrak teh hitam terhadap fermentasi dan produksi Nata de Coco. Metode
penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial dengan 16 perlakuan
dan 2 ulangan. Faktor pertama adalah dosis gula dan faktor kedua adalah ekstrak teh hitam. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pemberian dosis gula dan penambahan ekstrak teh hitam mampu
meningkatkan produksi Nata de Coco. Dosis gula terbaik 50 g/l, dosis ekstrak teh hitam terbaik 8 g/l.
Interaksi dosis gula dan dosis ekstrak teh hitam terbaik terdapat pada perlakuan a1b2 yaitu dosis gula 50
g/l dan ekstrak teh 8 g/l dengan rata-rata berat nata sebesar 23,43 g. Manfaat dari penelitian ini adalah
untuk meningkatkan produksi dan kualitas nata bagi industri nata de coco.

Kata kunci: Nata de Coco, Acetobacter xylinum, ekstrak teh hitam, dosis gula, alkaloid, fermentasi.

ABSTRACT

The purpose of this study was to look at the effect of sugar dose, black tea extract dose,
interaction of sugar and black tea exstract dose on the fermentation and production of nata de coco.
Completely Randomized Design (CRD) in Factorial was used in this experiment with sixteen treatments
and two replications. The first factor was the doses of sugar and the second factor was doses of black
tea extract. The results of this study showed that the doses of sugar and addition of black tea extract was
able to increase the production of nata de coco. The best dose of sugar in 50 g/ l, the best dose of black
tea extract in 8 g/ l. The interaction of sugar dose and black tea extract dose contained in the treatment
a1b2 the dose of sugar 50 g/l and black tea extract 8 g/l with an average weight of 23,43 g nata de coco.
The benefits of this research is to increase production and quality of nata for the nata de coco’s industry.

Keywords: Nata de Coco, Acetobacter xylinum, black tea extract, the dose of sugar, alcaloids,
fermentation.

126
JURNAL METAMORFOSA IV (1): 126-131 (2017) ISSN: 2302-5697

PENDAHULUAN atau metixantin, tannin, vitamin E dan C,


katekin, serta beberapa mineral. Sievers et al.
Nata de coco adalah hasil fermentasi air (1995) menyatakan senyawa tanaman yang
kelapa dengan bantuan Acetobacter xylinum. mengandung kafein, theopilin dan theobromin
Nata de coco berbentuk padat berwarna putih, berperan sebagai aktivator pembentukan selu-
transparan, bertekstur kenyal menyerupai gel losa oleh bakteri A. xylinum.
dan terapung dipermukaan cairan. Air kelapa Sari, M. T. I. P (2014), menyatakan dari
merupakan media yang sangat cocok digunakan beberapa ekstrak tanaman yang mengandung
dalam pembuatan nata de coco, karena alkaloid, ekstrak teh dapat meningkatkan
mengandung gula-gula sederhana, akan tetapi produksi nata tertinggi dibandingkan dengan
kurang maksimal dalam pembentukan nata de tanaman beralkaloid lainnya. Meskipun teh
coco, sehingga diperlukan penambahan gula ke berperan sebagai aktivator untuk menghasilkan
dalam medium fermentasi. selulosa oleh A.xylinum, tetapi konsentrasi
Dalam pembuatan fermentasi nata, optimalnya masih belum diketahui.
komposisi untuk medianya bervariasi, menurut Pada proses fermentasi A. xylinum dapat
Palungkun (2003) dan Hartono (1999) untuk membentuk jalingan mikrofibril selulosa secara
satu liter air kelapa dibutuhkan 75 gram gula ekstraseluler dari heksosa, maltose dan sukrosa,
pasir, Sedangkan menurut Judoamidjojo et al. sedangkan bakterinya terperangkap dalam
(1989) menambahkan 100 g glukosa/liter air jaringan mikrofibril. Pembentukan selulosa
kelapa. Selanjutnya Sanita (2006) menyatakan pada proses fermentasi dimulai dengan muncul-
pemberian 75 g gula/liter air kelapa memberi- nya benang-benang pendek yang tersebar
kan hasil tertinggi terhadap peningkatan jumlah seperti lendir yang menutup sel bakteri. Pada
populasi A. xylinum. Namun optimasi koloni yang tua benang-benang ini akan
penambahan gula yang diberikan selalu tidak menjadi panjang dan membentuk struktur yang
disertai dengan informasi ilmiah yang jelas kompleks dan selanjutnya benang-benang
dalam menunjang terbentuknya nata karena tersebut akan terpilin yang lama kelamaan akan
begitu bervariasi. berubah berbentuk tali, benang-benang ini akan
Permasalahan yang sering terjadi dalam tersusun menjadi anyaman selulosa yang
produksi Nata de Coco adalah lamanya fermen- dikenal sebagai nata (Dimaguilla, 1967).
tasi, fermentasi air kelapa yang terlalu lama Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat
akan mengakibatkan terbentuknya lapisan pengaruh dosis gula terhadap fermentasi dan
berwarna putih dipermukaan nata, lapisan ini produksi nata de coco, untuk melihat pengaruh
dapat melemahkan pembentukan nata. Kemu- ekstrak teh hitam terhadap fermentasi dan
dian adanya persaingan beberapa jenis bakteri produksi nata de coco dan untuk melihat
Acetobacter dapat menganggu pertumbuhan pengaruh interaksi dosis gula dan ekstrak teh
Acetobacter xylinum, sehingga dapat hitam terhadap fermentasi dan produksi nata de
mengakibatkan kegagalan produksi Nata de coco.
Coco. Oleh karena itu dibutuhkan aktivator atau
zat perangsang untuk meningkatkan pertum- BAHAN DAN METODE
buhan bakteri Acetobacter xylinum sehingga
dengan meningkatnya pertumbuhan A.xylinum, Penelitian dilaksanakan dari bulan
proses fermentasi berjalan cepat dan lancar Februari sampai April 2016 di Laboratorium
sehingga nata yang dihasilkan juga maksimal. Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas
Menurut Sievers et al. (1995) tanaman Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
yang mengandung alkaloid seperti kopi, kakao, Universitas Andalas, Padang, dengan meng-
teh mempengaruhi pembentukan nata dalam gunakan metode Rancangan Acak Lengkap
fermentasi Nata de Coco. Menurut Mangan (RAL) pola faktorial. Terdiri dari 2 faktor dan 2
(2003), hal ini disebabkan karena kopi, kakao, kali ulangan. Faktor A adalah dosis gula dan
teh mengandung polifenol, theofilin, flavonoid faktor B adalah dosis teh. Starter yang diguna-

127
JURNAL METAMORFOSA IV (1): 126-131 (2017) ISSN: 2302-5697

kan dalam penelitian ini adalah starter untuk perlakuan b1 (4 g/l), 200 ml untuk
kombucha koleksi laboratorium mikrobiologi perlakuan b2 (8 g/l) dan 300 ml untuk perlakuan
jurusan Biologi FMIPA, UNAND. b3 (12 g/l).

Pembuatan Media Starter A.xylinum Inokulasi Acetobacter xylinum Ke Dalam


Starter Acetobacter xylinum yang diguna- Media Fermentasi
kan adalah starter nata yang ditumbuhkan Disediakan gelas yang sudah disterilkan
dengan cara membiakkan starter induk sebanyak 32 buah, setelah itu dimasukkan
sebanyak 25% ke dalam media starter. Media starter bakteri A.xylinum sebanyak 20%, setelah
starter dibuat dengan cara air direbus sebanyak itu ditambahkan media fermentasi sehinnga
1 liter kemudian ditambahkan 8 gram teh dan volumenya mencukupi 200 ml. selanjutnya
10 % gula, selanjutnya ditutup dan didiamkan ditutup dengan kain blacu steril, diikat dengan
sampai suhu kamar kemudian didinginkan karet gelang, kemudian diinkubasi selama 21
dalam toples lalu ditutup dengan kertas koran hari.
steril dan diiinkubasi pada suhu kamar (Fardiaz,
1988). Setelah lima hari pada bagian atas akan Menimbang Berat Nata
membentuk serat nata baru dan cairan pada Berat basah nata dihitung setelah 21 hari
bibit ini dapat dijadikan starter (Nur, 2011). fermentasi. Berat basah nata dihitung dengan
cara nata didiamkan diatas tisu kurang lebih
Pembuatan Larutan Gula Induk satu jam setelah itu ditimbang beratnya meng-
Gula ditimbang sebanyak 1000 g, lalu gunakan timbangan digital.
dimasukkan ke dalam air sebanyak 2 liter,
kemudian direbus sampai mendidih, selanjutnya Analisis Data
didinginkan pada suhu ruang. Data rata-rata berat nata dianalisis secara
statistik dengan analisis sidik ragam dan jika
Pembuatan Larutan Estrak Teh Induk berbeda nyata dilanjutkan dengan uji Duncan
Teh ditimbang sebanyak 24 gram, New Multiple Range Test (DNMRT) pada taraf
dimasukkan kedalam air mendidih sebanyak 5 % (Gomez dan Gomez, 1995).
600 ml, kemudian didinginkan pada suhu ruang.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembuatan Media Fermentasi Nata De Coco
Pembuatan media fermentasi yaitu dengan Dari penelitian yang telah dilakukan
cara merebus air kelapa sampai mendidih, tentang pengaruh dosis gula dan penambahan
kemudian didinginkan sampai suhu ruang, ekstrak teh hitam terhadap fermentasi dan
setelah itu disaring dengan menggunakan kain produksi nata de coco, maka didapatkan hasil
kasa yang dibalut dengan kapas steril selanjut- yang disajikan pada Tabel 1.
nya ditambahkan cuka 25% sampai pH 4.
Setelah itu air kelapa dibagi menjadi 4 bagian,
Tabel 1. Rata-rata berat nata yang diberi
masing-masing sebanyak 2 liter, kemudian
perlakuan beberapa dosis gula setelah 21 hari
ditambahkan larutan gula induk sebanyak 100
fermentasi
ml, untuk perlakuan a0 (25 g/l), 200 ml untuk
perlakuan a1 (50 g/l), 300 ml untuk perlakuan Perlakuan (g/l) Rata-rata berat nata (g)
a2 (75 g/l) dan 400 ml untuk perlakuan a3 (100 a0 (25) 19.92 a
g/l). a1 (50) 21.66 b
Setelah ditambahkan gula, air kelapa a2 (75) 22.09 b
dengan berbagai dosis gula dibagi lagi menjadi a3 (100) 21.71 b
4 bagian menurut masing-masing perlakuan, Keterangan: Angka-angka pada kolom yang tidak
sehingga terdiri dari 16 bagian, selanjutnya diikuti huruf kecil yang sama berbeda nyata pada
dimasukkan larutan teh induk sebanyak 100 ml taraf DNMRT 5 %.

128
JURNAL METAMORFOSA IV (1): 126-131 (2017) ISSN: 2302-5697

Tabel 1 menunjukkan bahwa pemberian kelengkapan nutrient. Nata yang terbentuk


dosis gula memberikan pengaruh yang berbeda merupakan indikator adanya pertumbuhan
nyata terhadap berat nata. Pada perlakuan a1 bakteri Acetobacter.
(25 g/l) menunjukkan hasil yang sama dengan Konsentrasi gula yang semakin tinggi
perlakuan a2 (50 g/l) dan perlakuan a3 (100 g/l) pada medium fermentasi menyebabkan
pemberian dosis gula. Akan tetapi pada kelarutan oksigen semakin rendah, sementara
pemberian dosis gula perlakuan a0 (25 g/l) bakteri membutuhkan oksigen untuk
menunjukkan hasil yang berbeda dengan pertumbuhannya, mengakibatkan menurunnya
perlakuan a1 (50 g/l), a2 (75 g/l) dan a3 (100 aktivitas metabolik bakteri untuk pertumbuhan-
g/l). Dapat disimpulkan bahwa pada perlakuan nya, dan hal ini menyebabkan menurunnya
a2 (50 g/l) memberikan hasil terbaik terhadap aktivitas pembentukan selulosa. Selain itu
berat nata karena tidak kekurangan dan dengan meningkatnya konsentrasi gula dalam
kelebihan kadar gula. medium maka dapat meningkatkan viskositas
Hal ini terjadi karena gula digunakan yang disebabkan karna bertambahnya padatan
sebagai substrat bagi pertumbuhan bakteri. Dari dalam cairan fermentasi. Jumlah padatan yang
uraian di atas terlihat perbedaan rata-rata berat semakin tinggi dalam cairan fermentasi
nata yang dihasilkan dari variasi dosis gula menyebabkan menurunnya kelarutan oksigen
yang diberikan. Pemberian dosis gula yang dalam cairan fermentasi (Ardheniati, 2008).
rendah menghasilkan berat nata yang rendah,
hal ini terjadi karena kecepatan pertumbuhan
Tabel 2. Rata-rata berat nata yang diberi
bakteri yang rendah dan nutrient yang tersedia
perlakuan ekstrak teh hitam setelah 21 hari
rendah, begitu juga dengan pemberian dosis
fermentasi
gula yang tinggi dapat menghasilkan berat nata
yang rendah hal ini terjadi karena konsentrasi Perlakuan (g/l) Rata-rata berat nata (g/l)
glukosa terlalu banyak dapat menghambat b0 (0) 19.79 a
pertumbuhan bakteri. b1 (4) 21.57 b
Menurut Ardheniati (2008) menyatakan, b2 (8) 23.43 c
pada konsentrasi substrat yang rendah, b3 (12) 20.59 a
kecepatan pertumbuhan bakteri biasanya rendah Keterangan: Angka-angka pada kolom yang
dan bertambah secara cepat jika konsentrasi tidak diikuti huruf kecil yang sama berbeda
substrat bertambah tinggi. Pada tingkat nyata pada taraf DNMRT 5 %.
konsentrasi substrat tertentu, kecepatan pertum-
buhan menjadi konstan, dan pada konsentrasi Tabel 2 menunjukkan penambahan dosis
substrat tinggi dapat menjadi inhibitor ekstrak teh hitam memberikan pengaruh yang
pertumbuhan. Pada titik ini kecepatan pertum- berbeda nyata terhadap berat nata. Pada
buhan mulai menurun. perlakuan b0 (0 g/l) menunjukkan hasil yang
Menurut Nainggolan (2009), menyatakan sama dengan perlakuan b3 (12 g/l), tetapi
bahwa kadar gula yang terlalu tinggi dalam menunjukkan hasil yang berbeda dengan
media fermentasi dapat memperlambat perlakuan b1 (4 g/l) dan perlakuan b2 (8 g/l)
metabolisme bakteri Acetobacter, hal ini terjadi penambahan ekstrak teh. Perlakuan b1 (4 g/l)
karena pertumbuhan mikroba dipengaruhi oleh menunjukkan hasil yang berbeda dengan
kepekatan konsentrasi zat terlarut pada larutan perlakuan b2 (8 g/l) penambahan dosis ekstrak
tersebut. Tingginya kadar gula dapat menye- teh. Artinya perlakuan b2 (4 g/l) penambahan
babkan kematian pada mikroba, karena terjadi ekstrak teh hitam merupakan dosis terbaik
pristiwa osmosis dari mikroba ke larutan. terhadap berat nata.
Konsentrasi gula sangat mempengaruhi jumlah Penambahan ekstrak teh hitam berpenga-
mikroba dan pembentukan lapisan nata. Berat ruh nyata terhadap berat nata, perlakuan tanpa
ringannya atau tebal tipisnya lapisan nata yang penambahan ekstrak teh menghasilkan berat
terbentuk pada suatu perlakuan tergantung pada nata terendah, sedangkan penambahan ekstrak
129
JURNAL METAMORFOSA IV (1): 126-131 (2017) ISSN: 2302-5697

teh menghasilkan berat nata tertinggi, semakin Tabel 3. Rata-rata berat nata yang diberi perlakuan
banyak konsentrasi teh semakin berat nata yang beberapa dosis gula dan dosis ekstrak teh hitam
dihasilkan, tetapi penambahan ekstrak teh setelah 21 hari fermentasi
memiliki batas optimal yaitu sebesar 8 g/l, Perlakuan Berat Nata (g)
penambahan ekstrak teh yang terlalu tinggi a0b01) 17,15 a
yaitu 12 g/l akan menurunkan berat nata. a0b12) 20,58 bcd
Penambahan ekstrak teh mampu a0b23) 21,64 cde
meningkatkan produksi nata, disebabkan karena a0b34) 20,32 bcd
teh mengan-dung senyawa alkaloid yang a1b05) 21,56 cde
mampu menggiat-kan pertumbuhan A.xylinum, a1b16) 22,44 efg
sehingga dengan meningkatnya pertumbuhan a1b27) 23,43 fgh
A.xylinum, berat nata yang dihasilkan juga a1b38) 19,22 b
meningkat. a2b09) 20,54 bcd
a2b110) 21,40 cde
Menurut Sievers et al. (1995) menyatakan
a2b211) 24,88 h
tanaman yang mengandung alkaloid seperti a3b012) 19,89 bc
kopi, kakao, teh mempengaruhi pembentukan a2b313) 21,53 cde
nata dalam fermentasi Nata de Coco. Alkaloid a3b114) 21,88 def
merupakan senyawa metabolit sekunder yang a3b215) 23,78 gh
memiliki banyak khasiat bagi kesehatan dan a3b316) 21,28 cde
tanaman obat, yaitu sebagai antioksidan.
Keterangan: Angka-angka pada kolom yang tidak
Senyawa alkaloid seperti kafein, theopilin dan
diikuti huruf kecil yang sama berbeda nyata pada
theobromin berperan sebagai aktivator taraf DNMRT 5%.
pembentukan selulosa oleh bakteri A. xylinum. 1)
a0b0 = 25 g/l gula + 0 g/l teh,
Senyawa alkaloid tersebut berperan dalam 2)
a0b1 = 25 g/l gula + 4 g/l teh,
3)
meningkatkan aktivitas bakteri A. xylinum. a0b2 = 25 g/l gula + 8 g/l teh,
4)
Menurut Mangan (2003) menyatakan teh a0b3 = 25 g/l gula + 12 g/l teh,
5)
a1b0 = 50 g/l gula + 0 g/l teh,
mengandung polifenol, theofilin, flavonoid atau 6)
a1b1 = 50 g/l gula + 4 g/l teh,
metixantin, tannin, vitamin E dan C, katekin, 7)
a1b2 = 50 g/l gula + 8 g/l teh,
serta beberapa mineral. 8)
a1b3 = 50 g/l gula + 12 g/l teh,
9)
Tabel 3 menunjukkan bahwa interaksi a2b0= 75 g/l gula + 0 g/l teh,
10)
dosis gula dan dosis ekstrak teh hitam a2b1= 75 g/l gula + 4 g/l teh,
11)
a2b2= 75 g/l gula + 8 g/l teh,
memberikan pengaruh yang berbeda nyata 12)
a2b3= 75 g/l gula + 12 g/l teh,
terhadap berat nata. Pada perlakuan a0b0 (25 g/l 13)
a3b0= 100 g/l gula + 0 g/l teh,
dosis gula dan 0 g/l dosis teh) berbeda dengan 14)
a3b1= 100 g/l gula + 4 g/l teh,
15)
perlakuan a0b1, a0b2, a0b3, a1b0, a1b1, a1b2, a3b2= 100 g/l gula + 8 g/l teh,
16)
a1b3, a2b0, a2b1, a2b2, a2b3, a3b0, a3b1, a3b2, a3b3= 100 g/l gula + 12 g/l teh
a3b3.
Perlakuan a2b2 berbeda dengan perlakuan Menurut Lapuz et al. (1967) menyatakan
lainnya, tetapi sama dengan perlakuan a3b2 dan adanya faktor pendukung pertumbuhan (growth
a1b2. Interaksi dosis gula dan dosis teh terbaik promoting factor) merupakan senyawa yang
yaitu pada perlakuan a1b2 dengan pemberian mampu meningkatkan pertumbuhan bakteri
dosis gula sebesar 50 g/l dan dosis teh sebesar 8 penghasil nata (A. xylinum). Adanya gula
g/l. Hal ini terjadi karena ekstrak teh berguna sukrosa dalam air kelapa dimanfaatkan oleh A.
dalam mempercepat pertumbuhan bakteri A. xylinum sebagai sumber energi, maupun sumber
xylinum dan glukosa digunakan sebagai sumber karbon untuk membentuk senyawa metabolit
energi oleh A.xylinum. Semakin cepat diantaranya adalah selulosa yang membentuk
pertumbuhan bakteri, sumber energi semakin Nata de Coco. Senyawa peningkat pertumbuhan
maksimal digunakan sehingga nata yang mikroba (growth promoting factor) meningkat-
dihasilkan juga akan semakin tinggi. kan pertumbuhan mikroba, sedangkan mineral

130
JURNAL METAMORFOSA IV (1): 126-131 (2017) ISSN: 2302-5697

dalam substrat membantu meningkatkan aktivi- Hartono. 1999. Nata De Coco. Available from:
tas enzim kinase dalam metabolisme dalam sel http://www.mail-archive/itb@itb.ac.id
A.xylinum untuk menghasilkan selulosa. /msg 05564. html.
Pertumbuhan dan perkembangan yang Iguchi, M., S. Yamanaka and A. Budhiono.
optimal Acetobacter xylinum meningkatkan 2000. Bacterial cellulose a masterpiece of
produksi enzim selulosa sinthetase yang ber- nature's arts. Journal of Material Science.
peran sebagai biokatalisator reaksi pembentu- 35: 261 - 270.
kan selulosa (Nainggolan, 2009). Nata disintesis Krystynowicz, A., W. Czaja, A.Wiktorowska-
melalui reaksi bertahap UDPG dan selodekstrin. Jezierska, M. Gonc, A.M. Kiewicz, M.
Selodekstrin dihasilkan dari penggabungan Turkiewicz and S. Bielecki. 2002. Factors
UDP glukosa dengan unit glukosa (Iguchi et al., affecting yield and properties of bacterial
2000). Reaksi pembentukan selodekstrin ber- cellulose. Journal of Industrial Microbio-
langsung terus sampai terbentuk senyawa yang logy & Biotechnology. 29:189-195.
terdiri dari 30 unit glukosa dengan ikatan β-1,4. Lapuz, M.M., E.G. Gollardo and M.A. Palo.
Selodekstrin bergabung dengan lemak dan 1967. The Organism and Culture Require-
protein. Proses tersebut adalah proses antara ments, Characteristics and Identity. The
dari UDP glukosa yang melibatkan enzim Philippine J. Science. 98: 191-109.
selulosa sintetase (Krystynowicz et al., 2002). Mangan, Y. 2003. Cara Bijak menaklukkan
Kanker. Jakarta: Agromedia Pustaka.
KESIMPULAN Nainggolan, J. 2009. Kajian Pertumbuhan Bak-
teri Acetobacter sp. dalam Kombucha
Berdasarkan penelitian, maka dapat Rosella Merah (Hibiscus sabdariffa)
disimpulkan: dalam Kadar Gula dan Lama Fermentasi
1. Pemberian dosis gula 50 g/l memberikan yang Berbeda (Tesis). Medan: Universitas
pengaruh terbaik terhadap fermentasi dan Sumatera Utara.
produksi nata de coco. Nur, Y.M. 2013. Pengaruh Beberapa Jenis
2. Penambahan ekstrak teh hitam 8 g/l Tanaman Beralkaloid Sebagai Aktivator
memberikan pengaruh terbaik terhadap Terhadap Acetobacter xylinum (BROWN)
fermentasi dan produksi nata de coco. Holland dalam Fermentasi Minuman
3. Interaksi dosis gula 50 g/l dan dosis ekstrak Kombucha (Tesis). Padang: Universitas
teh hitam 8 g/l memberikan pengaruh Andalas.
terbaik terhadap fermentasi dan produksi Palungkun, R. 2003. Aneka Produk Olahan
nata de coco. Kelapa. Jakarta: Penebar Swadaya.
Sanita, S. 2006. Perkembangan Acetobacter
DAFTAR PUSTAKA xylinum Pada Starter Nata de Coco Dalam
Kombinasi dosis Gula dan Nilai pH
Ardheniati, M. 2008. Kinetika Fermentasi Pada (Skripsi). Padang: Universitas Andalas.
Teh Kombucha dengan Variasi Jenis Teh Sari, M.T.I.P. 2014. Pengaruh Penambahan
Berdasarkan Pengolahannya (Skripsi). Ekstrak Daun dan Bubuk Teh, Kopi dan
Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Coklat Terhadap Fermentasi Nata de
Dimaguilla, L. A. 1967. Chemical Nature and Coco. Jurnal Biologi Universitas Andalas
Properties Of Nata. Philiphine: Philiphine 3(3): 202-206.
Agriculture. Sievers, M., C. Lanini., A. Weber., U.
Fardiaz, S. 1988. Fisiologi Fermentasi. PAU. SchulerSchmid and M. Teuber. 1995.
Bogor: IPB Microbiology and fermentation Balance
Gomez, K.A. dan A.A. Gomez. 1995. Prosedur In A Kombucha Beverage Obtained From
Statistik untuk Penelitian Pertanian. A Tea Fungus Fermentation. Systematic
(Terjemahan). E. Syamsudin dan J.S. and Applied Microbiology. 18(4): 590-
Baharsjah. Jakarta: UI Press. 698 hal. 594.

131

Anda mungkin juga menyukai