TESIS
OLEH:
TESIS
Oleh :
Agustus 2019
Tim Penguji
Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan oleh
ii
ii
i
Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT HIDUP
Utara pada tanggal 20 September 1991 dari Bapak Norman Nasution dan Ibu
1. Tahun 1997 masuk Sekolah Dasar Negeri 71 Bukit Lama Ilir Barat. 1
3. Tahun 2006 masuk Sekolah Menengah Atas Negeri 7 Medan, tamat tahun
2009.
iii
Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik.
1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum. selaku Rektor Universitas
Sumatera Utara.
Sumatera Utara.
3. Bapak Dr. Ir Rahmanta, M.Si. selaku Ketua Program Studi Magister Agribisnis
4. Bapak Dr. Ir. Hasman Hasyim, M.Si. selaku Ketua Komisi Pembimbing yang
5. Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec. selaku Anggota Komisi Pembimbing
yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan tesis ini.
6. Ibu Sri Fajar Ayu, SP, MP, DBA selaku komisi penguji, atas bimbingan, arahan
dan waktu yang telah diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan tesis ini.
7. Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, MS selaku komisi penguji, atas bimbingan, arahan dan
waktu yang telah diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan tesis ini
8. Seluruh staf pengajar dan staf administrasi Program Studi Magister Agribisnis
9. Kedua orang tua Norman Nasution dan Syafrida Parinduri yang tidak kenal lelah
dan menyerah dalam mendidik dan mengajarkan tentang tanggung jawab kepada
penulis.
iv
Sumatera Utara, atas bantuan dan dukungan selama peneliti menempuh dalam
Akhirnya, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
Penulis
ABSTRAK……………...……………………………………………... i
vi
LAMPIRAN… ............................................................................................. 49
vii
No. 5.1 Nilai Tambah Unit Usaha Indi Gayo Coffee (Metode Hayami) ...... 38
No. 5.2 Hasil Uji Beda Nilai Tambah Unit Usaha Indi Gayo Coffee ........... 44
No. 5.3 Hasil Keuntungan Unit Usaha Indi Gayo Coffee ............................. 44
viii
No. 1. Tabel Anggaran Biaya Unit Usaha Indi Gayo Coffee ........................ 49
No. 2. Tabel Nilai Tambah Unit Usaha Indi Gayo Coffee ............................ 50
No. 3. Tabel Hasil Uji Beda Nilai Tambah Unit Usaha Indi Gayo Coffee.... 51
No. 4. Tabel Hasil Keuntungan Unit Usaha Indi Gayo Coffee ..................... 51
Hal ini merupakan sesuatu yang wajar mengingat keunggulan komparatif dan
nasional mampu memberikan kontribusi signifikan terhadap devisa negara dari nilai
ekspor yang mencapai USD 469,4 juta. Perkebunan kopi di Indonesia terdiri dari
Perkebunan Besar Negara, Perkebunan Besar Swasta dan Perkebunan Rakyat. Dari
luas areal yang tercatat pada tahun 2017 sebesar 1.251.703 Ha dan produksi kopi
Pada Tahun 2017 Provinsi Aceh merupakan nomor tiga daerah penghasil
kopi terbesar di Indonesia. Data BPS pada tahun 2018 menunjukkan bahwa
Kabupaten Aceh Tengah menjadi sentra produksi kopi terbesar di Provinsi Aceh.
meningkat Kabupaten Aceh Tengah. Indonesia tentu saja harus bersaing dengan
negara Brasilia yang selama ini menjadi pemasokan kopi terbesar di dunia.
sebesar 94% dari total luas wilayah kabupaten. Pemanfaatan lahan pertanian
Mdpl.
Terdapat banyak jenis kopi olahan kopi arabika yang dihasilkan oleh
industri kopi arabika di unit industry Indi Gayo Coffee di Kabupaten Aceh Tengah,
namun dari sekian banyak jenis olahan kopi yang ada ternyata jenis olahan kopi
arabika dengan proses natural, honey, specialty dan premium adalah beberapa dari
sekian banyak olahan kopi dengan pendapatan yang besar didapatkan dalam
Permasalahan industry kopi arabika di unit usaha Indi Gayo Coffee adalah
bagaimana pendapatan dan nilai tambah dari industry pengolahan tersebut berupa
jenis industri tersebut perlu untuk di teliti sebagai bahan informasi bagi masyarakat
yang ada di Kabupaten Aceh Tengah melalui analisis pendapatan terhadap industri
bentuk gabah, sehingga nilai tambah yang diperoleh pada industri kopi arabika di
Kabupaten Aceh Tengah lebih signifikan dalam harga produknya tersebut. Sebagai
gambaran harga yang diterima pada industri kopi arabika dalam bentuk bubuk kopi
dengan proses specialty harga jual bubuk kopi mencapai harga Rp. 350.000/kg.
Pada proses honey dan natural harga jual bubuk kopi mencapai harga Rp.
600.000/kg dan proses premium harga bubuk kopi mencapai harga Rp. 250.000/kg
melakukan analisis nilai tambah pengolahan buah kopi menjadi bubuk kopi pada
varian specialty, natural proses, honey proses dan proses premium di Kabupaten
Aceh Tengah.
1. Berapa nilai tambah pada proses pengolahan buah kopi menjadi bubuk kopi pada
varian pascapanen natural proses, honey proses, specialty wet hulled dan
2. Berapa komparasi nilai tambah dan total keuntungan pada proses pengolahan
buah kopi menjadi bubuk kopi pada varian pascapanen natural proses, honey
proses, specialty wet hulled dan premium wet hulled di unit usaha Indi Gayo
Coffee ?
1. Menganalisis besar nilai tambah dari usaha pengolahan kopi dari buah kopi
2. Menganalisis besar komparasi nilai tambah dan total keuntungan pada proses
pengolahan buah kopi menjadi bubuk kopi pada varian pascapanen natural
proses, honey proses, specialty wet hulled dan premium wet hulled di unit usaha
informasi mengenai nilai tambah yang diperoleh dari usaha yang dijalankan.
2. Bagi pihak lain, diharapkan hasil penelitian ini nantinya dapat berguna sebagai
kepentingan bisnis.
3. Bagi Pemerintah dan pihak lembaga yang terkait, diharapkan penelitian ini dapat
kebijakan terutama dalam pengembangan usaha kopi maupun usaha kecil dalam
bidang pertanian.
1. Model Penelitian :
dan dihitung fakta data produk output, input dan harga-harganya. Selanjutnya
tersebut. Pada tahap akhir dihitung balas jasa pemilik faktor-faktor produksi,
yang merupakan porsi keuntungan dalam % bagi pihak ketiga yaitu pemilik
analisis usahatani Return Cost Ratio (R/C). Return Cost Ratio (R/C) yaitu
2. Variabel Penelitian : Variabel yang di teliti dalam penelitian ini termasuk biaya
investasi, biaya produksi, biaya bahan baku dan harga jual hasil produksi kopi
3. Lokasi Penelitian : Penelitian ini di lakukan di unit usaha Indi Gayo Coffee di
dan lada adalah komoditi yang telah lebih dahulu dikembangkan. Namun
memperkenalkan dan membuka perkebunan kopi pertama seluas 100 ha pada tahun
Bebesen, Aceh Tengah. Pada tahap awal, perkembangannya sangat lambat, namun
peningkatan kegiatan budidaya dan kualitas kopi. Sasaran utama dalam aktivitas
program saat itu adalah usaha untuk meningkatkan produksi dan pengolahan kopi.
serta pada lahan yang tanah bukan berasal dari gunung berapi yang memiliki
urat nadi perekonomian yang paling menonjol, selain perdagangan sayur mayur
seperti kentang, kol/kubis, wortel, cabai, dan kakao. Sumbangan kopi arabika
mayur, cabai, jahe dan lain-lain atau tanaman tahunan lainnya seperti jeruk
(sekaligus penaung), alpukat (di batas kebun), dan kayu manis (untuk pematah
angin).
dari varietas-varietas yang memang sudah terjadi mutasi silang dengan varietas lain
yang juga terdapat di dataran tinggi Gayo. Pohon kopi ditanam di bawah pohon
penaung, dan dikombinasikan dengan tanaman lain, dan dikelola bahkan ada yang
sudah bersertifikat organik. Hutan Primer dan suaka marga satwa hampir mencakup
seluruh kawasan, saat ini diperkirakan sekitar 62% dari total kawasan. Sekitar 25%
lainnya. Sebahagian besar kawasan terdiri dari tanaman kopi, tembakau dengan
barisan pohon pinus menutupi bukit dan lereng. Kekhasan agroklimat dan cara
pengolahan buah kopi menghasilkan citarasa kopi Gayo yang berbeda dari kopi
cukup beragam, seperti: Bergendal, Gayo 1, Gayo 2, P-88, Sidi Kalang, Rambung,
Lini S (Jember), USDA, Catimor Jaluk (Ateng Jaluk), Ateng Super, BP 542, C50,
dan lainnya. Akan tetapi yang direkomondasikan Pemerintah Daerah hanya tiga
varietes yaitu: Gayo 1, Gayo 2 dan P-88. Varietas Gayo 1 merupakan salah satu
varietas yang telah di lepas oleh Kementrian Pertanian Republik Indonesia sebagai
menunjukkan bahwa varietas Gayo 1 sangat sesuai di tanam pada ketinggian di atas
kokoh, warna daun hijau tua, pupus berwarna coklat muda, buah muda berwarna
Hijau bersih, buah masak berwarna merah cerah, bentuk buah agak memanjang,
ujung agak tumpul dan masak buah kurang serempak, toleran terhadap penyakit
karat daun (Hemeleia vastatrix, B et Br) dan mutu fisik dan aduhan sangat baik.
Varietas Gayo 2 sering disebut dengan kopi Borbor juga salah satu varietas
yang telah di lepas oleh Kementerian Pertanian Republik Indonesia sebagai varietas
ketinggian 1.400 m dpl. Adapun ciri-ciri varietas Gayo 2 adalah tipe pertumbuhan
tinggi, melebar dengan perdu kokoh, daun tua berwarna hijau tua, pupus berwarna
coklat kemerahan, buah merah agak bulat dan berwarna merah muda, agak tahan
penyakit karat daun, dan Mutu fisik dan seduhan sangat baik. (Emmia Tambarta,
2017)
2.2. Kopi
Secara umum biji kopi terdiri dari dua jenis berdasarkan spesies
tanamannya. Dua jenis tersebut adalah biji kopi Arabika dan biji kopi Robusta.
Namun, dari masing-masing spesies tanaman kopi masih ada lagi beragam variasi
turunannya. Layaknya manusia yang lahir dalam satu spesies yang sama, setiap
Tak seperti kopi Arabika, jenis biji kopi Robusta tidak begitu banyak
diproduksi. Spesies kopi ini banyak tumbuh di benua Afrika bagian barat, Asia
Tenggara, dan Asia Selatan. Namun, beberapa negara yang menghasilkan kopi
tanaman kopi Arabika. Kopi ini bahkan bisa ditanam di dataran yang tak terlalu
tinggi dengan suhu yang berubah-ubah. Dalam setahun, tanaman kopi Robusta bisa
menghasilkan biji kopi lebih banyak dari kopi Arabika. Bentuk bijinya bulat dan
agak lebih padat daripada biji kopi Arabika. Ukuran biji kopi Robusta juga lebih
Ciri khas rasa kopi Robusta adalah pekat dan agak pahit. Pasalnya,
kandungan kafeinnya lebih tinggi dibandingkan kopi Arabika, yaitu hingga 2,2%.
Cita rasa dan aroma kopi ini sangat kuat, mirip dengan cokelat, teh hitam, dan
wanginya agak seperti kayu. Biasanya kopi Robusta digunakan sebagai bahan kopi
instan.
kopi Robusta dari Indonesia antara lain kopi Lampung, Jawa Barat, Bali, Flores,
dan Bengkulu. Kopi Luwak juga berasal dari tanaman kopi Robusta, tetapi ada juga
yang berasal dari tanaman kopi Arabika. Kopi Robusta dari negara lain contohnya
10
Biji kopi Arabika adalah jenis yang paling banyak ditemui dan digunakan
untuk membuat kopi. Kira-kira 70% kopi yang dijual di pasaran saat ini adalah jenis
biji kopi Arabika. Tanaman ini paling banyak tumbuh di benua Afrika bagian
tengah dan timur, benua Amerika bagian selatan, dan benua Asia bagian selatan dan
tenggara. Negara-negara produsen biji kopi ini memiliki iklim tropis dan subtropis.
kopi Arabika lebih sulit diproses dan diolah. Di samping sangat peka terhadap
perubahan suhu, tanaman ini mudah diserang hama dan penyakit. Maka, hasil
Kopi Arabika juga harus ditangani dengan sangat hati-hati. Biji kopi ini
bentuknya sedikit memanjang dan pipih. Dibandingkan dengan biji kopi Robusta,
biji kopi Arabika ukurannya agak lebih besar. Selain itu, teksturnya lebih halus
Karena kandungan sukrosa atau gula dalam kopi Arabika lebih tinggi, Anda
bisa merasakan sendiri bahwa kopi ini terasa agak manis dan asam. Aromanya juga
wangi seperti campuran bunga dan buah-buahan. Kopi Arabika mengandung kafein
sebesar 1,2% sehingga setelah diseduh, kopi ini terasa lembut, tidak terlalu pekat.
Inilah mengapa kebanyakan kopi yang disajikan di kafe, restoran, atau kedai kopi
kopi Arabika yang cukup dikenal adalah kopi Etiopia, Kenya, Toraja, Sumatera,
11
Kopi bubuk adalah bentuk kopi yang paling sering kita jumpai. Kopi bubuk
adalah biji kopi yang sudah diproses dan digiling halus dalam bentuk butiran-
butiran kecil sehingga mudah diseduh dengan air panas dan dikonsumsi. Proses
untuk membuat kopi bubuk, dari buah kopi matang hingga menjadi bubuk kopi
dalam kemasan-kemasan tertentu, mungkin agak sedikit rumit bagi orang awam.
Namun apabila anda penasaran ingin tahu cara membuat kopi bubuk, berikut ini
adalah uraian singkat dan jelas tentang bagaimana mengolah buah kopi menjadi
produk bubuk. Proses pertama tentu saja adalah memanen buah kopi ranum
berkualitas tinggi, dan lalu memisahkan biji kopi dengan daging buahnya. Setelah
memisahkan biji dan daging buah kopi, proses selanjutnya adalah penjemuran biji
rumit dalam pembuatan kopi bubuk, karena ini juga menentukan hasil akhir yang
dihasilkan. Biji kopi yang dipanggang untuk membuatnya tidak boleh terlalu
gosong atau terlalu matang; hasil yang tidak pas mungkin berakibat pada produk
gagal. Oleh karena itu, apabila harus dikerjakan secara manual, maka hanya orang-
menyangrai biji kopi. Pada proses pembuatan kopi bubuk secara modern,
12
pemanggangan, kopi pun harus diaduk aduk agar hasil pemanggangan bisa merata.
Kopi bubuk ideal akan dihasilkan jika panas yang digunakan dalam proses
penyangraian biji kopi menjadi bubuk berkisar antara 203 hingga 221 derajat
celcius, dengan suhu awal sekitar 180 derajat celcius. Proses penyangraian ini
dilakukan selama kurang lebih 30 menit; ini tergantung sedikit banyaknya biji kopi
yang disangrai atau dipanggang. Proses selanjutnya dalam pembuatan kopi bubuk
Biasanya, beberapa bahan lain dicampurkan dalam proses pembuatan kopi bubuk
ini, seperti jahe panggang. Proses terakhir dalam pembuatan kopi bubuk adalah
yang diproduksi oleh pedesaan, biasanya dikemas dalam bungkus plastik. Padahal,
bungkus plastik kemungkinan besar tidak bisa menjaga kualitas dan kesegaran
2.4. Landasan
Terori 2.4.1.Teori
Usahatani
mengalokasikan sumber daya yang ada secara efisien untu bertujuan memperoleh
13
14
b. Tenaga kerja yang berasal dari orang lain atau dari anggota keluarga sendiri.
usahatani.
adalah selisih antara penerimaan dan seluruh biaya yang dikeluarkan dalam sekali
2.4.2.Nilai Tambah
terjadi pada suatu komoditi karena komoditi tersebut telah mengalami proses
Menurut Haller dan Stolowy Value Added (VA) atau Nilai Tambah adalah
income. Konsep ini secara tradisional berakar pada ilmu ekonomi makro, terutama
15
ekonomis dan indikator performance dalam area yang berbeda dari ilmu ekonomi
dan bisnis.
Konsep VA, menurut Gillchrist dalam Staden, mulai muncul pertama kali
pada tahun 1790 dalam Sensus Pertama Produksi Amerika Serikat (The First North
double counting dalam nilai tambah antara barang setengah jadi dan barang jadi
dalam produksi nasional. Sedangkan secara teoretis, menurut Haller dan Stolowy,
konsep VA berakar dari konsep theory of the economic circle yang dikembangkan
Menurut Hayami (1987), nilai tambah adalah selisih antara komoditas yang
mendapat perlakuan pada tahap tertentu dengan nilai korbanan yang digunakan
16
produsen pada implementasi dari nilai tambah tersebut sehingga dapat dirasakan
keuntungan yang signifikan. Perubahan pada nilai tambah dapat dilakukan dengan
cara merubah dimensi waktu, lokasi, produk, service, proses, metode, informasi dan
Menurut Barton (2002), nilai tambah dapat dilihat dari sisi output dikurangi
beberapa bagian dari input dalam bentuk bahan baku, bahan setengah jadi maupun
barang jadi yang masuk kedalam proses produksi ditambah semua persediaan dan
2. Sumbangan input lain adalah bahan yang berkaitan dengan usaha tersebut
setelah dikurangi dari penjualan atau penerimaan. Mulai dari bahan baku, bahan
bakar dan lain-lain yang habis sekali pakai harus diperhitungkan baik yang
3. Balas jasa faktor produksi merupakan Jasa untuk memproduksi suatu produk.
Biaya transportasi untuk mengangkut bahan baku atau produk akhir harus
keperluan pribadi.
17
alat-alat yang ada, sedangkan biaya sewa akan dikenakan pada alat-alat atau
Setelah Perang Dunia II, PBB melakukan pengembangan lebih jauh konsep
konsep VA dapat dilihat lebih komprehensif lagi, perlu dilakukan peninjauan lebih
diantaranya adalah:
18
19
20
21
22
23
24
sektor pertanian, karena sebagian besar produksi kopi Indonesia ditujukan untuk
Kopi Gayo merupakan salah satu jenis kopi arabika yang paling diminati di
pasar internasional. Namun sampai saat ini daya saing dan nilai tambah kopi Gayo
masih tertinggal dibandingkan dengan negara produsen utama kopi dunia lainnya
25
satu upaya untuk meningkatkan daya saing kopi Gayo. Peningkatan nilai tambah
kopi Gayo dapat dilakukan melalui peningkatan kualitas dengan perbaikan proses
Jenis produk kopi Gayo terbagi menjadi tiga yakni grean bean ready ekspor
(Grade 1), Grean bean specialty, dan bubuk kopi. Kopi jenis ini juga didapatkan
melalui proses grading dan sortasi yang ketat dengan standar yang telah ditetapkan
oleh lembaga ekpor di Indonesia. Kopi premium merupakan biji kopi dengan
standart ekspor yang telah ditetapkan namun gradenya masih berada dibawah jenis
kopi specialty. Sedangkan bubuk kopi adalah produk hasil roasting green bean
kemudian melalu proses penggilingan untuk menghasilkan serbuk kopi yang siap
Gayo dan premium hanya terletak pada proses grading dan sortasi. Proses grading
dan sortasi pada kelompok kopi specialty Gayo dilakukan dengan lebih hati-hati
dan memerlukan biaya yang lebih besar. Kelompok specialty ini juga memiliki
harga jual yang lebih tinggi. Namun Pada proses bubuk adalah produk yang
memiliki harga jual yang lebih tinggi dari pada kedua proses tersebut di karenakan
adanya proses lebih lanjut dalam mengolah green bean agar dapat dinikmati oleh
konsumen. Perbedaan perlakuan ini tentunya juga akan menghasilkan tingkat nilai
tambah berbeda.
tambah dan analisis usahatani kopi gayo untuk meningkatkan daya saing produk
kopi olahan gayo. Analisis nilai tambah dan analisis usaha tani dilakukan dengan
26
teori pendekatan masalah dapat dilihat dalam bagan kerangka sebagai berikut :
si
Penerimaan
Pendapatan
Nilai Tambah
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Analisis Nilai Tambah Kopi Arabika Specialty
Wed Hulled Proses, Honey Proses, Natural Proses dan Premium Proses Di
Kabupaten Aceh Tengah
2.7. Hipotesis
1. Hipotesis pertama yang diajukan dalam penilitian ini adalah terdapat nilai
tambah pada proses pengolahan buah kopi menjadi bubuk kopi pada varian
27
komparasi nilai tambah dan total keuntungan pada proses pengolahan buah
kopi menjadi bubuk kopi pada varian pascapanen natural proses, honey
proses, specialty wet hulled dan premium wet hulled di unit usaha Indi Gayo
Coffee.
28
yang telah dibuat terhadap objek yang sesuai dengan tujuan. Penilitian di lakukan
di unit usaha Indi Gayo Coffee di Kabupaten Aceh Tengah. Unit usaha Indi Gayo
Coffee merupakan unit usaha pertanian yang mengolah langsung hasil pertaniaan
dan pertanian sekitar dalam skala produksi lebih dari 500 kg/Bulan.
Pupulasi dalam penilitian ini adalah manajemen di unit usaha Indi Gayo
wawancara, dimana unit usaha Indi Gayo Coffee akan diwawancara menggunakan
processingnya.
Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder dan data
primer. Data primer yaitu berupa kuisoner diperoleh dari hasil wawancara kepada
peternak sapi potong dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah disiapkan
sebelumnya. Jenis data yang dikumpulkan seperti data harga output, harga bahan
baku, total bahan baku yang digunakan, total hasil produksi dan biaya pendukung
lainnya seperti biaya bangunan, alat, mesin dan pihak ke-3 yang teribat dalam
29
instansi terkait, seperti Aceh Dalam Angka, Laporan Dinas Perkebunan, Dinas
untuk menghitung nilai tambah pada penelitian ini digunakan dengan perhitungan
nilai tambah berdasarkan metode hayami (1987). Perhitungan nilai tambah dengan
variabel pertama terdiri atas ouput, input dan harga yang meliputi output/produk
total, input bahan baku, input tenaga kerja, factor konversi, harga output dan tenaga
Pada kelompok variabel kedua terdiri atas penerimaan dan keuntungan yang
meliputi harga input bahan baku, sumbangan input lain, nilai output, nilai tambah,
rasio nilai tambah, pendapatan tenaga kerja, bagian tenaga kerja, keuntungan,
bagian keuntungan. Sumbangan input lain adalah alat atau bahan-bahan pembantu
dalam proses pengolahan suatu produk yang meliputi rumah jemur, mesin giling,
baskom, listrik, air, biaya-biaya jasa kepada pihak lain dalam membantu proses
Sedangkan variabel balas jasa untuk faktor produksi meliputi marjin yang di bagi
menjadi tiga bagian yaitu marjin pendapatan tenaga kerja, marjin sumbangan input
lain dan marjin keuntungan. Untuk mengetahui prosedur perhitungan analisis nilai
30
berikut :
jenis hasil peroduk (output) yaitu hasil olahan Kopi Arabika dalam proses Natural,
Honey, Spesialty dan Premiun proses output adalah hasil olahan peroduk olahan
Kopi Arabika dalam satu kali produksi persatuan peroduk. Input adalah bahan baku
utama yang digunakan dalam satu kali produksi. Faktor konversi merupakan
pembagian dari output dengan input dalam satu kali peroduksi. Koefisien tenaga
kerja diperoleh dari hasil bagi antara tenaga kerja dengan input Harga output adalah
harga hasil olahan persatuan peroduk dalam satu Rupiah Upah tenaga kerja
31
yang digunakan dalam satu kali proses produksi dalam satu Rupiah Dasar
perhitungan dari analisis nilai tambah adalah persatuan peroduk olahan, standar
harga yang digunakan untuk input bahan baku dan produksi ditingkat
pengolah/produsen.
varian suatu produk dengan varian produk lainnya. Pada analisis total keuntungan
32
Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Banda Aceh. Indi Gayo Coffee adalah unit usaha
yang mengolah kopi dengan berbagai macam jenis pengolahan pasca panen, dan
menjualnya kepada konsumen dengan kualitas yang baik dan harga yang bersaing.
Produk yang di produksi oleh Indi Gayo Coffee dalam bentuk green bean (biji
mentah), roast bean (biji yang telah disangrai) maupun ground coffee (bubuk kopi).
Selain asal, sistem budidaya, dan pemilihan buah kopi, proses pengolahan
pasca panen juga termasuk faktor penting yang harus diperhatikan karena akan
sangat mempengaruhi profil rasa kopi yang dihasilkan. Berbeda sistem pengolahan
pasca panen akan berbeda pula profil rasa kopi yang di hasilkan. Adapun proses
Pada proses basah, biji kopi yang sudah dipetik masuk ke dalam proses
pemisahan (sortasi). Di tahap ini, biji kopi dimasukkan ke dalam air dan jika biji
kopi mengapung, ini menandakan biji kopi tersebut kurang baik. Biji kopi yang
kurang baik ini kemudian dipisahkan dari biji kopi yang lain.
Setelah dilakukan pemisahan antara biji kopi yang cacat dan yang baik,
langkah selanjutnya adalah pengupasan kulit dan daging biji kopi dengan
33
kopi akan dimasukkan ke dalam bak penampung yang sudah diisi oleh air. Proses
ini dilakukan untuk melarutkan lendir yang masih menempel pada kulit kopi
(parchment). Setelah itu, kopi-kopi yang sudah dibersihkan ini masuk ke tahap
34 jam, tergantung dari faktor kelembapan dan suhu udara di lingkungan tersebut.
Selama proses perendaman, air rendaman ini diganti sebanyak satu kali.
ini dilakukan untuk mengurangi kadar air pada biji kopi agar berada pada rasio 10-
12%. Setelah kering, biji kopi disimpan terlebih dahulu untuk diistirahatkan atau
resting, dimana pada tahap ini biji kopi dimasukkan ke dalam huller untuk
melepaskan kulit parchment (disebut juga pergamino). Proses ini disukai petani
kopi karena kemungkinan gagalnya sangat kecil. Kopi yang diolah secara basah
(washed) biasanya akan menghasilkan seduhan yang clean atau karakter rasa yang
lebih jernih. Selain itu, umumnya kopi yang menggunakan proses ini memiliki
aroma yang lebih kuat, body ringan, aftertaste lebih berkesan dan acidity lebih
tinggi.
Lain halnya pada kopi arabika, proses basah jika dilakukan pada kopi
robusta justru akan menurunkan kadar body kopinya menjadi lebih datar (mute) dan
mellow. Metode ini biasanya digunakan untuk menghasilkan kopi robusta yang
lebih ringan atau yang lebih dikenal dengan istilah smooth robusta.
34
Proses ini sebenarnya hampir mirip dengan proses basah yang sudah kami
jabarkan di atas. Namun, pada metode giling basah, air yang digunakan tidak terlalu
banyak. Air hanya digunakan pada proses perendaman dan saat membersihkan biji
kopi saja. Proses ini merupakan proses pasca-panen yang khas di Indonesia,
Langkah pertama pada metode giling basah adalah pengupasan daging buah
ceri kopi dengan menggunakan mesin. Setelah dikupas, biji kopi direndam di dalam
air selama 1-2 jam agar bersih. Setelah selesai direndam, biji kopi diangkat lalu
dijemur. Pada tahap ini, biji kopi harus sering dibalik agar tingkat kekeringannya
3 hari hingga kulit parchment terbuka. Saat kulit parchment terbuka, biji kopi akan
selesai, biji kopi akan menjalani proses penjemuran yang kedua. Penjemuran ini
dilakukan hingga kadar air di dalam kopi mencapai 10-12%. Angka tersebut adalah
angka panduan standar yang digunakan di seluruh industri kopi, untuk menghindari
kopi menjadi busuk atau rusak karena terlalu kering. Pada metode basah, aroma
tanah akan memberikan rasa bitter, namun pada metode semi-washed sedikit
berbeda. Aroma tanah ini menghasilkan aroma spicy serta profil yang kuat.
35
Metode pengolahan kopi yang paling sederhana dan paling organik adalah
proses kering (dry processing). Proses kering ini sering disebut juga sebagai proses
natural, karena selain simpel, buah kopinya pun tetap utuh. Bayangkan seperti
mengeringkan buah anggur hingga menjadi kismis. Selain itu proses fermentasinya
juga tidak menggunakan air seperti halnya pada proses basah atau giling basah yang
sudah kami jabarkan sebelumnya. Proses kering dilakukan ketika biji kopi yang
telah dipetik, disortasi dan langsung dijemur dengan kulitnya, tanpa melakukan
Penjemuran pada proses kering ini dilakukan selama 5-6 minggu. Setelah
kering, kopi baru digiling. Hal inilah yang kemudian membuat metode dry wash
atau natural dapat menghasilkan cita rasa yang lebih beragam. Untuk mendapatkan
kopi dengan kompleksitas rasa tertentu, dibutuhkan pengawasan yang lebih ketat.
Metode ini mengharuskan petani untuk membalik biji kopi secara berkala saat
penjemuran. Selain itu, petani pun harus sigap terhadap tantangan cuaca. Kopi pada
proses ini rentan sekali terserang jamur karena iklim Indonesia yang sangat lembab.
secangkir kopi yang clean, manis, dengan rasa yang cukup intens; kopi dengan
proses basah/giling basah. Bahkan pemetik kopi (pickers) yang paling berhati-hati
pun biasanya akan memetik ceri kopi berwarna hijau/setengah matang ketika
mereka memetik buah ceri merah matang. Jika ceri kopi ini tidak dipisahkan saat
36
menjadi coklat, sehingga sulit dibedakan dari ceri kopi yang matang.
Proses ini ditemukan pertama kali di Brasil, yang dikenal dengan istilah
Cereja Descascada, yang berarti ceri yang dikupas. Proses ini hampir mirip dengan
proses basah (washed), namun di tahap ini lendir pada ceri kopi dihilangkan dengan
menggunakan alat pencuci, tanpa melalui proses fermentasi sama sekali. Ceri kopi,
memiliki lima lapisan yaitu kulit (pulp), lendir (mucilage), perkamen (parchment),
Pada proses pulped natural ini, kulit ceri kopi dan lendirnya dibersihkan.
Metode ini menggunakan lebih sedikit air dibandingkan proses basah/giling basah,
sehingga terkadang proses ini disebut juga sebagai proses setengah kering (semi-
dry). Karena tidak melalui tahapan fermentasi, kopi yang dihasilkan dari proses ini
Setelah dipanen, buah kopi dipilih yang matang sempurna dan direndam
didalam air, ceri yang mengapung akan dibuang karena dianggap rusak.
Selanjutnya buah kopi langsung dipecah untuk membuang kulit ceri dengan mesin
pulper, dan menjadi gabah kopi (kopi dengan kulit tanduk). Kemudian gabah kopi
ini dibersihkan dari lendirnya, yaitu dengan mencuci dan merendamnya didalam
ember yang berisi air sampai benar-benar bersih. Lamanya proses pencucian dan
perendaman ini berkisar antara 24-36 jam dengan penggantian air dan pencucian
setiap 8 jam sekali. Setelah benar-benar bersih, gabah kopi lalu dikeringkan sampai
37
memiliki karakter rasa yang bersih, sedikit ala rasa buah, keasaman (acidity) lebih
Proses awalnya sama dengan full wash, yang membedakannya adalah pada
proses pengeringannya. Proses semi wash melibatkan dua kali proses pengeringan,
saat gabah masih memiliki kandungan air 30-40% kulit tanduknya langsung
dikupas lagi menggunakan mesin huller dan menjadi biji kopi (green bean), biji
kopi inilah yang kemudian dikeringkan lagi sampai kadar airnya menjadi 12%.
Umumya kopi proses ini memiliki sweetness yang intens, body yang lebih padat,
38
Pembelian gelondongan merah dilakukan setiap periode produksi dalam satu tahun.
Buah kopi ini kemudian melukakan serangkaian kegiatan mulai dari, perendaman,
fermentasi, mengupas kulit merah (pulping), mencuci, dan menjemur gabah kopi
dengan kadar air 12 sampai dengan 14 persen. Hasil dari proses ini selanjutnya akan
diperoses menjadi beras kopi (green bean) dan selanjutnya di proses menjadi bubuk
kopi.
Nilai tambah yang di peroleh dalam penelitian ini adalah nilai tambah unit
produksi di Indi Gayo Coffee memproduksi 4 varian olahan pasca panen yaitu
Nilai tambah yang diukur adalah nilai tambah yang menghasilkan dari usaha
pengolahan buah kopi (ceri) sampai menjadi bubuk kopi. Nilai tambah ini
merupakan nilai tambah pada masing-masing varian oalahan dalam sekali produksi.
Nilai tambah pada varian oalahan unit produksi Indi Gayo Coffee di hitung
dengan menggunakan metode Hayami berdasarkan data yang di peroleh dari unit
39
Specialty Honey
Variable Satuan Notasi Natural Premium
Wet Hulled Process
Output, Input dan Harga
Output/Produk Total Kg/Proses Produksi A 7.96 8.08 8.10 40.53
Input Bahan Baku Kg/Proses Produksi B 65 65 65 320
Input Tenaga Kerja HOK/Proses Produksi C 3 3 3 11
Faktor Konversi Kg Output/Kg Bahan Baku D=A/B 0.123 0.124 0.125 0.127
Koefisien Tenaga Kerja HOK/Kg Bahan Baku E=C/B 0.05 0.05 0.05 0.03
Harga Output Rp/kg F Rp 350,000 Rp 600,000 Rp 600,000 Rp 250,000
Upah Rata-Rata Tenaga Kerja Rp/Proses Produksi G Rp 31,000 Rp 31,000 Rp 31,000 Rp 31,000
Pendapatan dan Keuntungan
Harga Input Bahan Baku Rp/kg H Rp 10,900 Rp 10,900 Rp 10,900 Rp 10,900
Sumbang Input Lain Rp/kg I Rp 7,921 Rp 8,162 Rp 8,162 Rp 5,373
Nilai Output Rp/kg J=DxF Rp 42,879 Rp 74,615 Rp 74,800 Rp 31,667
Nilai Tambah Rp/kg K=J-H-I Rp 24,058 Rp 55,553 Rp 55,738 Rp 15,394
Rasio Nilai Tambah % L=K/J x 100% 56.11% 74.45% 74.52% 48.61%
Pendapatan Tenaga Kerja Rp/kg M=ExG Rp 1,431 Rp 1,431 Rp 1,431 Rp 1,066
Bagian Tenaga Kerja % N=M/K x 100% 5.95% 2.58% 2.57% 6.92%
Keuntungan Rp/kg O=K-M Rp 22,627 Rp 54,123 Rp 54,307 Rp 14,328
Bagian Keuntungan % P=O/J x 100% 52.77% 72.54% 72.60% 45.25%
Balas Jasa Untuk Faktor Produksi
Marjin Rp/kg Q=J-H Rp 31,979 Rp 63,715 Rp 63,900 Rp 20,767
a. Pendapatan Tenaga Kerja % R=M/Q X 100% 4.47% 2.25% 2.24% 5.13%
b. Sumbang Input Lain % S=I/Q x 100% 24.77% 12.81% 12.77% 25.87%
c. Keuntungan % T=O/Q x 100% 70.76% 84.94% 84.99% 69.00%
38
berikut:
Output/produk total adalah jumlah total output yang diproduksi selama waktu
tertentu. Pada unit usaha Indi Gayo Coffee terdapat perbedaan nilai output pada
setiap varian nya. Pada varian specialty wed hulled memiliki nilai output sebesar
7.96 kg, pada varian honey proses memiliki nilai output sebesar 8,08 kg, pada
varian narutal memiliki nilai output sebesar 8.10 kg, dan paada varian premium
memiliki nilai output terbesar dari pada varian lain nya dengan nilai output sebesar
40.53 kg.
Input bahan baku adalah sesuatu yang dipergunakan untuk membuat barang jadi
Pada varian specialty wed hulled memiliki nilai input sebesar 65 kg, pada varian
honey proses memiliki nilai input sebesar 65 kg, pada varian narutal memiliki nilai
input sebesar 65 kg, dan paada varian premium memiliki nilai input terbesar dari
pada varian lain nya dengan nilai input sebesar 320 kg. Pada unit usaha Indi Gayo
Coffee nilai output di pengaruhi oleh pemintaan atas barang suatu varian, semakin
besar permintaan atas suatu barang semakin tinggi dalam penggunaan input bahan
baku dan juga mempengaruhi bersaran nilai output pada produksi unit usaha Indi
Gayo Coffee.
Tenaga Kerja yang terlibat langsung dalam Unit Usaha Indi Gayo Coffee adalah
tenaga kerja di dalam keluarga dan luar keluarga. Pada kualitas premium
penggunaan tenaga kerja berjumlah 11 orang yang terdiri dari 1 orang di dalam
keluarga dan 10 orang di luar keluarga. Pada kualitas specialty, honey dan narutal
39
dan 2 orang di luar keluarga. Dalam unit usaha Indi Gayo Coffee penggunaan
tenaga kerja dari luar keluarga hanya digunakan dalam proses sortasi dalam proses
menghasilkan green bean. Pada unit usaha Indi Gayo Coffee penggunaan tenaga
kerja di pengaruhi oleh input bahan baku, semakin banyak input bahan baku maka
Faktor konversi adalah hasil bagi antar nilai output terhadap input bahan baku.
Pada varian specialty wed hulled memiliki faktor konversi 0.123 yang artinya setiap
1 kg buah kopi dapat menghasilan 0.123 kg bubuk kopi. Pada varian specialty
honey proses memiliki faktor konversi 0.124 yang artinya setiap 1 kg buah kopi
dapat menghasilan 0.124 kg bubuk kopi. Pada varian natural memiliki faktor
konversi 0.125 yang artinya setiap 1 kg buah kopi dapat menghasilan 0.125 kg
bubuk kopi. Dan pada varian specialty wed hulled memiliki faktor konversi 0.127
yang artinya setiap 1 kg buah kopi dapat menghasilan 0.127 kg bubuk kopi.
Koefisien tenaga kerja adalah hasil bagi antar nilai tenaga kerja terhadap input
bahan baku. Pada varian specialty wed hulled memiliki koefisien tenaga kerja 0.05
yang artinya setiap 1 kg buah kopi memerlukan 0.05 orang. Pada varian honey
proses memiliki koefisien tenaga kerja 0.05 yang artinya setiap 1 kg buah kopi
memerlukan 0.05 orang. Pada varian natural memiliki koefisien tenaga kerja 0.05
yang artinya setiap 1 kg buah kopi memerlukan 0.05 orang. Dan pada varian
premium memiliki koefisien tenaga kerja 0.03 yang artinya setiap 1 kg buah kopi
40
Harga bubuk kopi pada unit produksi Indi Gayo Coffee adalah Rp. 350.000 pada
varian specialty wed hulled, Rp. 600.000 pada varian natural, Rp. 600.000 pada
varian honey proses, dan Rp. 250.000 pada varian premium. Upah rata-rata tenaga
kerja pada varian specialty wed hulled, honey proses, natural proses dan premium
Pada produksi di unit usaha Indi Gayo Coffee Menggunakan bahan baku yang
sama pada setiap varian produknya. Harga buah kopi pada varian specialty wed
hulled, honey proses, natural dan premium sama yaitu sebesar Rp 10.900/Kg. Harga
input bahan baku yang sama dikarenakan pada setiap proses varian menggunakan
jenis, mutu dan standart yang sama pasa setiap proses varian nya.
Sumbungan input lain dalam proses produksi green bean ini terdiri dari susut
investasi rumah jemur, susutan investasi mesin penggiling buah kopi, susutan
investasi baskom, air, listrik dan biaya-biaya penolong pihak ke tiga yang dapat di
lihat pada lampiran 1. Besaran sumbangan input lain pada setiap varian berbeda-
beda. Pada varian specialty wed hulled memiliki nilai sumbangan input lain sebesar
Rp. 7.921. Pada varian honey proses dan natural memiliki nilai sumbangan input
lain yang sama yaitu sebesar Rp. 8.162. Dan pada pada varian premium memiliki
Nilai output adalah hasil perkalian faktor konversi dengan harga output. Pada
varian specialty wed hulled memiliki nilai output sebesar Rp. 42.879, pada varian
honey proses memiliki nilai output sebesar Rp. 74.615, pada varian natural
41
output sebesar Rp. 31.667. Nilai output sangat di pengaruhi oleh faktor konversi
dan harga output, semakin besar faktor konversi dan harga output maka semakin
Nilai tambah adalah hasil pengurangan nilai output dikurang dengan harga input
bahan baku dan sumbangan input lain. Rasio Nilai tambah adalah hasil bagi nilai
tambah dengan nilai output dikali 100%. Pada varian specialty wed hulled memiliki
nilai tambah sebesar Rp. 24.058 dengan rasio nilai tambah sebesar 56,11%, pada
varian honey proses memiliki nilai tambah sebesar Rp. 55.553 dengan rasio nilai
tambah sebesar 74,45%, pada varian natural memiliki nilai tambah sebesar Rp.
55.738 dengan rasio nilai tambah sebesar 74,52%, pada varian premium memiliki
nilai tambah sebesar Rp. 15.394 dengan rasio nilai tambah sebesar 48,61%. Nilai
tambah di pengaruhi oleh besarnya nilai output, harga input bahan baku dan
sumbangan input lain, dimana semakin besar nilai output maka semakin besar nilai
tambah suatu varian atau semakin kecil harga input bahan dan sumbangan input
Pendapatan tenaga kerja adalah hasil kali koefisien tenaga kerja dengan upah
rata rata tenaga kerja. Bagian tenaga kerja adalah hasil bagi pendapatan tenaga kerja
dengan nilai tambah dikalikan 100%. Pada varian specialty wed hulled memiliki
nilai pendapatan tenaga kerja sebesar Rp. 1.431 dengan bagian tenaga kerja sebesar
5,95%, pada varian honey proses memiliki nilai pendapatan tenaga kerja sebesar
Rp. 1.431 dengan dengan bagian tenaga kerja sebesar 2,58%, pada varian natural
memiliki nilai pendapatan tenaga kerja sebesar Rp. 1.431 dengan dengan bagian
42
kerja sebesar Rp. 1.431 dengan dengan bagian tenaga kerja sebesar 6,92%.
Keuntungan adalah hasil dari nilai tambah dikurang dengan pendapatan tenaga
kerja. Bagian keuntungan adalah hasil bagi keuntungan dengan nilai output dikali
100%. Pada varian specialty wed hulled memiliki keuntungan sebesar Rp. 22.627
dengan bagian keuntungan sebesar 52,77%, pada varian honey proses memiliki
keuntungan sebesar Rp. 54.123 dengan dengan bagian keuntungan sebesar 72,54%,
pada varian natural memiliki keuntungan sebesar Rp. 54.307 dengan dengan bagian
Marjin diperoleh dari nilai output dikurang dengan harga input bahan baku. Pada
varian specialty wed hulled memiliki nilai margin sebesar Rp. 31.979 dimana
4,47% adalah pendapatan tenaga kerja, 24,77% adalah sumbangan input lain dan
70,76% adalah keuntungan. Pada varian honey proses memiliki nilai margin
sebesar Rp. 63.715 dimana 2,25% adalah pendapatan tenaga kerja, 12,81% adalah
sumbangan input lain dan 84,94% adalah keuntungan. Pada varian natural memiliki
nilai margin sebesar Rp. 63.900 dimana 2,24% adalah pendapatan tenaga kerja,
12,77% adalah sumbangan input lain dan 84,99% adalah keuntungan. Pada varian
premium memiliki nilai margin sebesar Rp. 20.767 dimana 5,13% adalah
pendapatan tenaga kerja, 25,87% adalah sumbangan input lain dan 69,00% adalah
keuntungan.
43
Uji beda nilai tambah varian produk dari unit usaha Indi Gayo Coffee dilakukan
antara nilai tambah varian suatu produk dengan varian produk lainnya. Perhitungan
analisis uji beda nilai tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.2 berikut :
Tabel 5.2 Hasil Uji Beda Nilai Tambah Unit Usaha Indi Gayo Coffee
Nilai t-hitung
Varian Nilai Tambah Specialty
Honey Process Natural
Wet Hulled
Premium Rp 15,394 Rp 8,664 Rp 40,160 Rp 40,344
Specialty Wet Hulled Rp 24,058 Rp 31,495 Rp 31,680
Honey Process Rp 55,553 Rp 185
Natural Rp 55,738
Total keuntungan varian produk dari unit usaha Indi Gayo Coffee dilakukan
keuntungan varian suatu produk. Perhitungan total keuntungan pada unit usaha Indi
unit usaha Indi Gayo Coffee lebih besar dari pada varian premium dengan beda
nilai tambah sebesar Rp. 40.160, lebih besar dari pada varian specialty dengan beda
44
Pada table 5.3 menunjukan bahwa keuntungan terbesar di unit usaha Indi Gayo
Coffee diperoleh dari varian premium dengan total keuntungan Rp. 4.585.031.
Keuntungan terbesar pada varian premium di unit usaha Indi Gayo Coffee
dipengaruhi oleh input yang lebih tinggi dari pada varian natural proses, specialty
45
6.1. Kesimpulan
1. Terdapat nilai tambah pada varian natural proses, varian honey, premium dan
speciality proses. Nilai Tambah pada varian natural proses lebih besar
6.2. Saran
Untuk meningkatkan nilai tambah pada usaha pengolahan buah kopi menjadi
permintaan atas varian specialty wet hulled, honey proses, dan natural proses, Unit
usaha Indi Gayo Coffee sebaiknya menurunkan harga jual produknya agar
permintaan akan produk tersebut meningkatkan minat konsumen atas varian kopi.
2. Untuk Pemerintah
kopi.
Kepada peneliti selanjutnya disarankan untuk melanjutkan nilai tambah lain dari
46
Ajidedim. 2008. Konsep Nilai Tambah Syariah: Pengertian dan Definisi Nilai
Tambah (Bagian Pertama).
https://ajidedim.wordpress.com/2008/12/15/konsep-nilai-tambah-syariah-
bagian-satu/. Diakses tanggal 17 Oktober 2018.
Anindyaputri, Irene. 2017. Mengenal Beragam Jenis Biji Kopi Dari Seluruh Dunia.
https://hellosehat.com/hidup-sehat/fakta-unik/jenis-biji-kopi-arabika-
robusta. Diakses tanggal 17 Oktober 2018.
Badan Pusat Statistik Indonesia, 2016. Statistik Kopi Indonesia 2016. BPS.
Badan Pusat Statistik Bener Meriah, 2014. Produksi Kopi di Kabupaten Bener
Meriah.BPS.
Barton D Dan Bolan M. 2002. Vallue Added Oportunities And Strategies. Kansas
University. Kansas.
Coffeelovers. 2012. Kopi Bubuk – Kopi Nikmat Berasal Dari Biji Kopi Berkualitas
http://pencintakopi.com/kopi-bubuk-kopi-nikmat-berasal-dari-biji-kopi-
berkualitas. Diakses tanggal 17 Oktober 2018.
Eyverson Ruauw, Th. M. Katiandagho dan Priska A.P.Suwardi. 2012. Analisis
Keuntungan dan Nilai Tambah Agribisnis Manisan Pala UD Putri di Kota
Bitung. ASE – Volume 8 Nomor 1.
Gustomo, Ridwan. Proses Pasca Panen Dalam Kopi.
https://www.gordi.id/blogs/updates/proses-pasca-panen-dalam-kopi.
Diakses tanggal 17 Oktober 2018.
47
Rahmi, Abd. Hastuti, Diah Retno. 2007. Pengantar Teori dan Kasus Ekonomika
Pertanian. Penebar Swadaya: Jakarta.
Ravianto. 1988. Dasar-dasar produktivitas. Karunika. Jakarta.
Reswita. 2016. PendapatanDan Nilai Tambah Usaha Kopi Bubuk Robusta Di
Kabupaten Lebong (StudiKasus Pada Usaha Kopi Bubuk Cap Padi).
Universitas Bengkulu. Bengkulu.
Risandew, Tri. 2013. Analisis Efesiensi Produksi Kopi Robusta Di Kabupaten
Temanggung. Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Volume 11 Nomor 1.
Soekartawi, 2002. Prinsip Manajemen Pemasaran Hasil-Hasil Pertanian. Teori &
Aplikasinya. Edisi Revisi. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Suratiyah, K. 2006. Ilmu Usahatani. Penenbar Swadaya. Jakarta
Tambarta, Emmia. 2017. Analisis nilai tambah dan Strategi Pengembangan Olahan
Kopi Arabika di Kabupaten Bener Meriah Aceh. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Valentin, Oxy. 2009. Analisis Nilai Tambah Ubi Kayu Sebagai Bahan Baku
Keripik Singkong Di Kabupaten Karanganyar (Kasus pada KUB Wanita Tani
Makmur). Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Wahyu, Dendy. 2011. Analisis Distribusi Nilai Tambah Pengolahan Kopi Pada
Industri Kecil Kopi Bubuk Sahati di Kecamatan Guguk Panjang Kota
Bukittingi. Universitas Andalas. Padang.
48
49
Specialty Honey
Variable Satuan Notasi Natural Premium
Wet Hulled Process
Output, Input dan Harga
Output/Produk Total Kg/Proses Produksi A 7.96 8.08 8.10 40.53
Input Bahan Baku Kg/Proses Produksi B 65 65 65 320
Input Tenaga Kerja HOK/Proses Produksi C 3 3 3 11
Faktor Konversi Kg Output/Kg Bahan Baku D=A/B 0.123 0.124 0.125 0.127
Koefisien Tenaga Kerja HOK/Kg Bahan Baku E=C/B 0.05 0.05 0.05 0.03
Harga Output Rp/kg F Rp 350,000 Rp 600,000 Rp 600,000 Rp 250,000
Upah Rata-Rata Tenaga Kerja Rp/Proses Produksi G Rp 31,000 Rp 31,000 Rp 31,000 Rp 31,000
Pendapatan dan Keuntungan
Harga Input Bahan Baku Rp/kg H Rp 10,900 Rp 10,900 Rp 10,900 Rp 10,900
Sumbang Input Lain Rp/kg I Rp 7,921 Rp 8,162 Rp 8,162 Rp 5,373
Nilai Output Rp/kg J=DxF Rp 42,879 Rp 74,615 Rp 74,800 Rp 31,667
Nilai Tambah Rp/kg K=J-H-I Rp 24,058 Rp 55,553 Rp 55,738 Rp 15,394
Rasio Nilai Tambah % L=K/J x 100% 56.11% 74.45% 74.52% 48.61%
Pendapatan Tenaga Kerja Rp/kg M=ExG Rp 1,431 Rp 1,431 Rp 1,431 Rp 1,066
Bagian Tenaga Kerja % N=M/K x 100% 5.95% 2.58% 2.57% 6.92%
Keuntungan Rp/kg O=K-M Rp 22,627 Rp 54,123 Rp 54,307 Rp 14,328
Bagian Keuntungan % P=O/J x 100% 52.77% 72.54% 72.60% 45.25%
Balas Jasa Untuk Faktor Produksi
Marjin Rp/kg Q=J-H Rp 31,979 Rp 63,715 Rp 63,900 Rp 20,767
a. Pendapatan Tenaga Kerja % R=M/Q X 100% 4.47% 2.25% 2.24% 5.13%
b. Sumbang Input Lain % S=I/Q x 100% 24.77% 12.81% 12.77% 25.87%
c. Keuntungan % T=O/Q x 100% 70.76% 84.94% 84.99% 69.00%
50
Nilai t-hitung
Varian Nilai Tambah Specialty
Honey Process Natural
Wet Hulled
Premium Rp 15,394 Rp 8,664 Rp 40,160 Rp 40,344
Specialty Wet Hulled Rp 24,058 Rp 31,495 Rp 31,680
Honey Process Rp 55,553 Rp 185
Natural Rp 55,738