Anda di halaman 1dari 66

ANALISIS NILAI TAMBAH KOPI ARABIKA

SPESIALTY WED HULLED, HONEY PROSES,


NATURAL PROSES DAN PREMIUM
DI KABUPATEN ACEH TENGAH
(Kasus Unit Usaha Indi Gayo Coffee)

TESIS

OLEH:

Wahyu Isnanda Nasution


167039027

PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

Universitas Sumatera Utara


ANALISIS NILAI TAMBAH KOPI ARABIKA
SPESIALTY WED HULLED, HONEY PROSES,
NATURAL PROSES DAN PREMIUM
DI KABUPATEN ACEH TENGAH
(Kasus Unit Usaha Indi Gayo Coffee)

TESIS

Disusun Dalam Rangka Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar


Magister Pertanian Pada Program Studi Magister Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Oleh :

Wahyu Isnanda Nasution


167039027

PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Telah diuji dan dinyatakan LUSUS di depan Tim Penguji pada Jum’at, 16

Agustus 2019

Tim Penguji

Ketua : Dr. Ir. H. Hasman Hasyim, M.Si

Anggota : Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec

Sri Fajar Ayu, SP, MM, DBA

Dr. Ir. Tavi Supriana, MS

Universitas Sumatera Utara


LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis yang berjudul:

ANALISIS NILAI TAMBAH KOPI ARABIKA SPESIALTY WED

HULLED, HONEY PROSES, NATURAL PROSES DAN PREMIUM DI

KABUPATEN ACEH TENGAH (Kasus Unit Usaha Indi Gayo Coffee)

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan oleh

siapapun sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah

dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, 30 Desember 2019

Yang Membuat Pernyataan

Wahyu Isnanda Nasution


NIM. 167039027

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK
Wahyu Isnanda Nasution. Penelitian yang berjudul “Analisis Nilai
Tambah Arabika Specialty Wed Hulled, Honey Proses, Natural Proses Dan
Premium Proses Di Kabupaten Aceh Tengah” ini dibimbing oleh Dr. Ir. Hasman
Hasyim, M.Si. dan Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec.
Tujuan Penelitian untuk menganalisis besar nilai tambah pengolahan kopi
dari buah kopi menjadi kopi bubuk dan menganalisa besar komparasi nilai tambah
dan total keuntungan pada proses pengolahan buah kopi menjadi bubuk kopi pada
varian pasca panen natural proses, honey proses, specialty wet hulled dan premium
wet hulled di unit usaha Indi Gayo Coffee.
Metode Penelitian yang digunakan untuk menghitung nilai tambah adalah
metode hayami dan metode yang digunakan untuk menghitung komparasi nilai
tambah dan keuntungan menggunakan perhitungan matematika secara deskripsi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai tambah pada varian natural
proses di unit usaha Indi Gayo Coffee lebih besar dari pada varian specialty wed
hulled, honey proses dan premium dengan nilai tambah sebesar Rp. 55.738, akan
tetapi keuntungan terbesar di unit usaha Indi Gayo Coffee diperoleh dari varian
premium dengan total keuntungan Rp. 4.585.031. Skala usaha, permintaan akan
suatu produk, dan biaya penolong yang masih menggunakan pihak ketiga dalam
produksi merupakan faktor yang mempengaruhi nilai tambah pengolahan buah kopi
menjadi bubuk kopi di unit usaha Indi Gayo Coffee belum maksimal.
Kata Kunci: Nilai Tambah, Natural Proses, Honey Proses, Specialty Wet
Hulled Proses, Premium Proses, Komparasi Nilai Tambah,
Keuntungan

ii

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT
Wahyu Isnanda Nasution. The study entitled “Analysis of Value Added
Arabica Specialty Wed Hulled, Honey, Natural and Premium Process in
Central Aceh District” was guided by Dr. Ir. Hasman Hasyim, M.Si. dan Dr. Ir.
Satia Negara Lubis, M.Ec.
The purpose of this study was to analyze the value added of coffee
processing from coffee fruit to ground coffee and to analyze the comparative value
added and the total profits in the processing of coffee fruit into coffee powder in the
post-harvest natural process variant, honey process, specialty wet hulled and
premium wet hulled in Indi Gayo Coffee business unit.
The research method used to calculate added value is the Hayami method
and the method used to calculate the comparison of added value and profits using
descriptive mathematical calculations.
The results showed that the added value of the natural process variant in the
Indi Gayo Coffee business unit was greater than the specialty variant of wed hulled,
honey process and premium with an added value of Rp 55,738, but the biggest profit
in Indi Gayo Coffee business unit was obtained from the premium variant with a
total profit of Rp 4,585,031. Business scale, the demand for a product, and the cost
helper who still use a third party in the production of a factor affecting the value-
added processing of coffee cherries into coffee powder in Indi Gayo Coffee
business unit became not maximized.
Keywords: Value Added, Natural Process, Honey Process, Specialty Wet
Hulled Process, Premium Process, Value Added Comparison,
Profit

ii
i
Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT HIDUP

WAHYU ISNANDA NASUTION, lahir di Kota Medan Provinsi Sumatera

Utara pada tanggal 20 September 1991 dari Bapak Norman Nasution dan Ibu

Syafrida Parinduri. Penulis anak kedua dari tiga bersaudara.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis sebagai berikut:

1. Tahun 1997 masuk Sekolah Dasar Negeri 71 Bukit Lama Ilir Barat. 1

Palembang, tamat tahun 2003.

2. Tahun 2003 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 7 Medan,

tamat tahun 2006.

3. Tahun 2006 masuk Sekolah Menengah Atas Negeri 7 Medan, tamat tahun

2009.

4. Tahun 2009 diterima di Jurusan Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan di

Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Agrobisnis Perkebunan, tamat tahun 2013.

5. Tahun 2017 melanjutkan Pendidikan Magister di Program Studi Magister

Agribisnis Universitas Sumatera Utara, tamat tahun 2019.

iii

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena atas

berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum. selaku Rektor Universitas

Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Ir. Hasanuddin, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara.

3. Bapak Dr. Ir Rahmanta, M.Si. selaku Ketua Program Studi Magister Agribisnis

Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Dr. Ir. Hasman Hasyim, M.Si. selaku Ketua Komisi Pembimbing yang

telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan tesis ini.

5. Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec. selaku Anggota Komisi Pembimbing

yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan tesis ini.

6. Ibu Sri Fajar Ayu, SP, MP, DBA selaku komisi penguji, atas bimbingan, arahan

dan waktu yang telah diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan tesis ini.

7. Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, MS selaku komisi penguji, atas bimbingan, arahan dan

waktu yang telah diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan tesis ini

8. Seluruh staf pengajar dan staf administrasi Program Studi Magister Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

9. Kedua orang tua Norman Nasution dan Syafrida Parinduri yang tidak kenal lelah

dan menyerah dalam mendidik dan mengajarkan tentang tanggung jawab kepada

penulis.

iv

Universitas Sumatera Utara


10. Abang dan adik Muhammar Rizqi Nasution, SE dan dr. Miranda Putri Rahayu

Nasution atas dorongan semangat yang tiada henti.

11. Rekan Mahasiswa Sekolah Pascasarjana Magister Agribisnis Universitas

Sumatera Utara, atas bantuan dan dukungan selama peneliti menempuh dalam

penulisan tesis ini.

Akhirnya, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu penyelesaian tesis ini. Semoga tesis ini bermanfaat.

Medan, 30 Desember 2019

Penulis

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

ABSTRAK……………...……………………………………………... i

RIWAYAT HIDUP ..................................................................................... iii

KATA PENGANTAR ................................................................................. iv

DAFTAR ISI… ............................................................................................ vi

DAFTAR TABEL….................................................................................... viii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... ix

BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................... 1

1.1. Latar Belakang… .............................................................................. 1


1.2. Perumusan Masalah… ...................................................................... 3
1.3. Tujuan Penelitian… .......................................................................... 3
1.4. Kegunaan Penelitian.......................................................................... 4
1.5. Keaslian Penelitian… ........................................................................ 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 6

2.1. Sejarah Kopi Gayo ............................................................................ 6


2.2. Kopi ……………………………....................……………... 8
2.3. Bubuk Kopi ………………….....................………………… 11
2.4. Landasan Teori… .............................................................................. 12
2.4.1. Teori Usahatani ..................................................................... 12
2.4.2. Nilai Tambah .....................................................................13
2.5. Penelitian Terdahulu ............................................................ 16
2.6. Kerangka Pemikiran Operasional ..................................................... 23
2.7. Hipotesis ............................................................................... 25

vi

Universitas Sumatera Utara


BAB III. METODE PENELITIAN… ....................................................... 27

3.1. Metode Pemilihan Lokasi ................................................................. 27


3.2. Metode Pengumpulan Sampel… ...................................................... 27
3.3. Jenis dan Sumber Data ...................................................................... 27
3.4. Metode Analisis Data ........................................................................ 28

BAB IV. DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK


PENELITIAN ............................................................................. 31

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian… .......................................................... 31


4.2. Pengolahan Pasca Panen Kopi… ...................................................... 31
4.2.1. Proses Basah (Full Washed) ................................................. 31
4.2.2. Giling Basah (Semi Washed/Well Hulled). .......................... 33
4.2.3. Natural Proses… ................................................................... 34
4.2.4. Honey Proses ......................................................................... 35
4.2.5. Specialty Full Wash… .......................................................... 35
4.2.6. Specialty Semi Wash ............................................................. 36

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN… ................................................. 37

5.1. Hasil Uji Hipotesis Pertama Dalam Menentukan Nilai Tambah


Pada Sistem Produksi Buah Kopi Menjadi Bubuk Kopi .................. 37
5.2. Hasil Uji Hipotesis Kedua Dalam Menentukan Komparasi Nilai
5.3. Tambah dan Keuntungan Produksi Bubuk Kopi .............................. 44

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN. ................................................... 46

6.1. Kesimpulan ....................................................................................... 46


6.2. Saran… ............................................................................................. 46

DAFTAR PUSTAKA… .............................................................................. 47

LAMPIRAN… ............................................................................................. 49

vii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

No. 2.1 Penelitian Terdahulu ........................................................................ 16

No. 3.1 Prosedur Metode Hayami ................................................................. 29

No. 5.1 Nilai Tambah Unit Usaha Indi Gayo Coffee (Metode Hayami) ...... 38

No. 5.2 Hasil Uji Beda Nilai Tambah Unit Usaha Indi Gayo Coffee ........... 44

No. 5.3 Hasil Keuntungan Unit Usaha Indi Gayo Coffee ............................. 44

viii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

No. 1. Tabel Anggaran Biaya Unit Usaha Indi Gayo Coffee ........................ 49

No. 2. Tabel Nilai Tambah Unit Usaha Indi Gayo Coffee ............................ 50

No. 3. Tabel Hasil Uji Beda Nilai Tambah Unit Usaha Indi Gayo Coffee.... 51

No. 4. Tabel Hasil Keuntungan Unit Usaha Indi Gayo Coffee ..................... 51

Universitas Sumatera Utara


I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sektor pertanian merupakan sektor yang cukup kuat menghadapi goncangan

ekonomi dan ternyata dapat diandalkan dalam pemulihan perekonomian nasional.

Hal ini merupakan sesuatu yang wajar mengingat keunggulan komparatif dan

kompetitif perekonomian Indonesia lebih banyak terdapat pada kegiatan produksi

yang berbasis sumberdaya alam dibandingkan dengan kegiatan produksi yang

berbasis teknologi maupun modal.

Menurut Kementrian Pertanian pada tahun 2017 industri pengolahan kopi

nasional mampu memberikan kontribusi signifikan terhadap devisa negara dari nilai

ekspor yang mencapai USD 469,4 juta. Perkebunan kopi di Indonesia terdiri dari

Perkebunan Besar Negara, Perkebunan Besar Swasta dan Perkebunan Rakyat. Dari

luas areal yang tercatat pada tahun 2017 sebesar 1.251.703 Ha dan produksi kopi

Indonesia sebesar 666,992 ton.

Pada Tahun 2017 Provinsi Aceh merupakan nomor tiga daerah penghasil

kopi terbesar di Indonesia. Data BPS pada tahun 2018 menunjukkan bahwa

Kabupaten Aceh Tengah menjadi sentra produksi kopi terbesar di Provinsi Aceh.

Luas tanaman, produksi dan produktivitas kopi menunjukkan kecenderungan yang

meningkat Kabupaten Aceh Tengah. Indonesia tentu saja harus bersaing dengan

negara-negara produsen kopi yang memasukkan kopinya ke pasar dunia terutama

negara Brasilia yang selama ini menjadi pemasokan kopi terbesar di dunia.

Kabupaten Aceh Tengah didominasi oleh ketinggian <2.000 Mdpl atau

sebesar 94% dari total luas wilayah kabupaten. Pemanfaatan lahan pertanian

Universitas Sumatera Utara


umumnya dimanfaatkan sebagai perkebunan kopi dengan ketinggian 1000-1500

Mdpl.

Terdapat banyak jenis kopi olahan kopi arabika yang dihasilkan oleh

industri kopi arabika di unit industry Indi Gayo Coffee di Kabupaten Aceh Tengah,

namun dari sekian banyak jenis olahan kopi yang ada ternyata jenis olahan kopi

arabika dengan proses natural, honey, specialty dan premium adalah beberapa dari

sekian banyak olahan kopi dengan pendapatan yang besar didapatkan dalam

industri kopi arabika tersebut.

Permasalahan industry kopi arabika di unit usaha Indi Gayo Coffee adalah

bagaimana pendapatan dan nilai tambah dari industry pengolahan tersebut berupa

proses natural, honey, specialty dan premium. Bagaimana perbandingan antara

jenis industri tersebut perlu untuk di teliti sebagai bahan informasi bagi masyarakat

yang ada di Kabupaten Aceh Tengah melalui analisis pendapatan terhadap industri

pengolahan kopi arabika tersebut.

Natural Proses memiliki harga yang lebih tinggi dbandingkan dengan

bentuk gabah, sehingga nilai tambah yang diperoleh pada industri kopi arabika di

Kabupaten Aceh Tengah lebih signifikan dalam harga produknya tersebut. Sebagai

gambaran harga yang diterima pada industri kopi arabika dalam bentuk bubuk kopi

dengan proses specialty harga jual bubuk kopi mencapai harga Rp. 350.000/kg.

Pada proses honey dan natural harga jual bubuk kopi mencapai harga Rp.

600.000/kg dan proses premium harga bubuk kopi mencapai harga Rp. 250.000/kg

(Indi Gayo Coffee).

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan paparan diatas, maka dengan demikian penulis memilih untuk

melakukan analisis nilai tambah pengolahan buah kopi menjadi bubuk kopi pada

varian specialty, natural proses, honey proses dan proses premium di Kabupaten

Aceh Tengah.

1.2. Perumusan Masalah

Bedasarkan uraian pada latar belakang, maka identifikasikan masalah dalam

penilitian ini adalah :

1. Berapa nilai tambah pada proses pengolahan buah kopi menjadi bubuk kopi pada

varian pascapanen natural proses, honey proses, specialty wet hulled dan

premium wet hulled di unit usaha Indi Gayo Coffee ?

2. Berapa komparasi nilai tambah dan total keuntungan pada proses pengolahan

buah kopi menjadi bubuk kopi pada varian pascapanen natural proses, honey

proses, specialty wet hulled dan premium wet hulled di unit usaha Indi Gayo

Coffee ?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah :

1. Menganalisis besar nilai tambah dari usaha pengolahan kopi dari buah kopi

menjadi kopi bubuk di unit usaha Indi Gayo Coffee

2. Menganalisis besar komparasi nilai tambah dan total keuntungan pada proses

pengolahan buah kopi menjadi bubuk kopi pada varian pascapanen natural

proses, honey proses, specialty wet hulled dan premium wet hulled di unit usaha

Indi Gayo Coffee

Universitas Sumatera Utara


1.4. Kegunaan Penelitian

Kegunaan dilakukan penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan

masukan bagi berbagai pihak yang berkepentingan.

1. Bagi produsen, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

informasi mengenai nilai tambah yang diperoleh dari usaha yang dijalankan.

2. Bagi pihak lain, diharapkan hasil penelitian ini nantinya dapat berguna sebagai

tambahan informasi maupun pengetahuan bagi akademisi maupun bagi

kepentingan bisnis.

3. Bagi Pemerintah dan pihak lembaga yang terkait, diharapkan penelitian ini dapat

menjadi bahan pertimbangan dan sumbangan pemikiran dalam menentukan

kebijakan terutama dalam pengembangan usaha kopi maupun usaha kecil dalam

bidang pertanian.

1.5. Keaslian Penelitian

1. Model Penelitian :

a. Model Penelitian ini menggunakan metode Hayami dengan mengumpulkan

dan dihitung fakta data produk output, input dan harga-harganya. Selanjutnya

dihitung tingkat penerimaan dan keuntungan, serta nilai tambah berdasarkan

masukan pada tahap pertama. Kemudian dihitung rasio-rasio nilai tambah

tersebut. Pada tahap akhir dihitung balas jasa pemilik faktor-faktor produksi,

yang merupakan porsi keuntungan dalam % bagi pihak ketiga yaitu pemilik

perusahaan (investor) dan pekerja.

Universitas Sumatera Utara


b. Penelitian ini juga menghitung kelayakan usaha dengan menggunakan

analisis usahatani Return Cost Ratio (R/C). Return Cost Ratio (R/C) yaitu

perbandingan antara jumlah penerimaan dengan jumlah biaya.

2. Variabel Penelitian : Variabel yang di teliti dalam penelitian ini termasuk biaya

investasi, biaya produksi, biaya bahan baku dan harga jual hasil produksi kopi

3. Lokasi Penelitian : Penelitian ini di lakukan di unit usaha Indi Gayo Coffee di

Kabupaten Aceh Tengah.

4. Waktu Penelitian : Penelitian dilakukan pada bulan maret 2019

Universitas Sumatera Utara


II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sejarah Kopi Gayo

Sebelum tanaman kopi dikembangkan di dataran tinggi Gayo, tanaman teh

dan lada adalah komoditi yang telah lebih dahulu dikembangkan. Namun

pengembangan kedua komoditi tersebut kurang berhasil. Belanda kemudian

memperkenalkan dan membuka perkebunan kopi pertama seluas 100 ha pada tahun

1918 di kawasan Belang Gele, yang sekarang termasuk wilayah Kecamatan

Bebesen, Aceh Tengah. Pada tahap awal, perkembangannya sangat lambat, namun

dengan selesainya pembangunan jalan Bireun-Takengon pada tahun 1913,

perkebunan kopi rakyat berkembang dengan pesat.

Tahun 1930 kopi Arabika menjadi komoditi penting bagi perekonomian

rakyat pada tahun 1980-an, Program Pembangunan Belanda mengembangkan

progragram yang berkonsentrasi pada peningkatan produksi kopi melalui

peningkatan kegiatan budidaya dan kualitas kopi. Sasaran utama dalam aktivitas

program saat itu adalah usaha untuk meningkatkan produksi dan pengolahan kopi.

Walaupun dalam perjalanannya, usaha pengembangan pada lahan-lahan marginal

serta pada lahan yang tanah bukan berasal dari gunung berapi yang memiliki

kesuburan tanah banyak dikritisi.

Perkebunan kopi bagi masyarakat di dataran tinggi Gayo Aceh merupakan

urat nadi perekonomian yang paling menonjol, selain perdagangan sayur mayur

seperti kentang, kol/kubis, wortel, cabai, dan kakao. Sumbangan kopi arabika

terhadap pendapatan keluarga bervariasi mulai dari 50-90%. Budidaya kopi

umumnya dilakukan secara monokultur dengan penaung lamtoro. Petani juga

Universitas Sumatera Utara


melakukan penanaman sistem tumpang sari dengan tanaman semusim seperti sayur

mayur, cabai, jahe dan lain-lain atau tanaman tahunan lainnya seperti jeruk

(sekaligus penaung), alpukat (di batas kebun), dan kayu manis (untuk pematah

angin).

Tanaman-tanaman kopi Arabika di dataran tinggi Gayo ada yang berasal

dari varietas-varietas yang memang sudah terjadi mutasi silang dengan varietas lain

yang juga terdapat di dataran tinggi Gayo. Pohon kopi ditanam di bawah pohon

penaung, dan dikombinasikan dengan tanaman lain, dan dikelola bahkan ada yang

sudah bersertifikat organik. Hutan Primer dan suaka marga satwa hampir mencakup

seluruh kawasan, saat ini diperkirakan sekitar 62% dari total kawasan. Sekitar 25%

area dikembangkan sebagai perkebunan campuran dan 13% sebagai penggunaan

lainnya. Sebahagian besar kawasan terdiri dari tanaman kopi, tembakau dengan

barisan pohon pinus menutupi bukit dan lereng. Kekhasan agroklimat dan cara

pengolahan buah kopi menghasilkan citarasa kopi Gayo yang berbeda dari kopi

arabika yang diproduksi di daerah lain.

Varietas Kopi Arabika yang dibudidayakan petani di dataran tinggi Gayo

cukup beragam, seperti: Bergendal, Gayo 1, Gayo 2, P-88, Sidi Kalang, Rambung,

Lini S (Jember), USDA, Catimor Jaluk (Ateng Jaluk), Ateng Super, BP 542, C50,

dan lainnya. Akan tetapi yang direkomondasikan Pemerintah Daerah hanya tiga

varietes yaitu: Gayo 1, Gayo 2 dan P-88. Varietas Gayo 1 merupakan salah satu

varietas yang telah di lepas oleh Kementrian Pertanian Republik Indonesia sebagai

varietas Unggul (keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor

3998/kpts/SR.120/12/2010, tanggal 29 Desember 2010). Hasil uji citarasa

menunjukkan bahwa varietas Gayo 1 sangat sesuai di tanam pada ketinggian di atas

Universitas Sumatera Utara


1.250 m dpl. Adapun ciri-ciri varietas Gayo 1 adalah pertumbuhanya tinggi dan

kokoh, warna daun hijau tua, pupus berwarna coklat muda, buah muda berwarna

Hijau bersih, buah masak berwarna merah cerah, bentuk buah agak memanjang,

ujung agak tumpul dan masak buah kurang serempak, toleran terhadap penyakit

karat daun (Hemeleia vastatrix, B et Br) dan mutu fisik dan aduhan sangat baik.

Varietas Gayo 2 sering disebut dengan kopi Borbor juga salah satu varietas

yang telah di lepas oleh Kementerian Pertanian Republik Indonesia sebagai varietas

unggul (keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor

3998/kpts/SR.120/12/2010, tanggal 29 Desember 2010). Hasil uji citarasa

menunjukkan bahwa varietas Gayo 2, sesuai di tanam pada ketinggian di atas

ketinggian 1.400 m dpl. Adapun ciri-ciri varietas Gayo 2 adalah tipe pertumbuhan

tinggi, melebar dengan perdu kokoh, daun tua berwarna hijau tua, pupus berwarna

coklat kemerahan, buah merah agak bulat dan berwarna merah muda, agak tahan

penyakit karat daun, dan Mutu fisik dan seduhan sangat baik. (Emmia Tambarta,

2017)

2.2. Kopi

Secara umum biji kopi terdiri dari dua jenis berdasarkan spesies

tanamannya. Dua jenis tersebut adalah biji kopi Arabika dan biji kopi Robusta.

Namun, dari masing-masing spesies tanaman kopi masih ada lagi beragam variasi

turunannya. Layaknya manusia yang lahir dalam satu spesies yang sama, setiap

orang memiliki ciri-cirinya sendiri berdasarkan suku, bangsa, atau tempat

kelahirannya dan begitu juga dengan biji kopi.

Universitas Sumatera Utara


a. Kopi Robusta

Tak seperti kopi Arabika, jenis biji kopi Robusta tidak begitu banyak

diproduksi. Spesies kopi ini banyak tumbuh di benua Afrika bagian barat, Asia

Tenggara, dan Asia Selatan. Namun, beberapa negara yang menghasilkan kopi

Arabika juga menanam kopi Robusta.

Tanaman ini lebih mudah tumbuh dan dirawat dibandingkan dengan

tanaman kopi Arabika. Kopi ini bahkan bisa ditanam di dataran yang tak terlalu

tinggi dengan suhu yang berubah-ubah. Dalam setahun, tanaman kopi Robusta bisa

menghasilkan biji kopi lebih banyak dari kopi Arabika. Bentuk bijinya bulat dan

agak lebih padat daripada biji kopi Arabika. Ukuran biji kopi Robusta juga lebih

kecil dan teksturnya sedikit kasar.

Ciri khas rasa kopi Robusta adalah pekat dan agak pahit. Pasalnya,

kandungan kafeinnya lebih tinggi dibandingkan kopi Arabika, yaitu hingga 2,2%.

Cita rasa dan aroma kopi ini sangat kuat, mirip dengan cokelat, teh hitam, dan

kacang-kacangan. Setelah diolah menjadi minuman, beberapa jenis kopi Robusta

wanginya agak seperti kayu. Biasanya kopi Robusta digunakan sebagai bahan kopi

instan.

Indonesia banyak memproduksi jenis biji kopi Robusta. Beberapa contoh

kopi Robusta dari Indonesia antara lain kopi Lampung, Jawa Barat, Bali, Flores,

dan Bengkulu. Kopi Luwak juga berasal dari tanaman kopi Robusta, tetapi ada juga

yang berasal dari tanaman kopi Arabika. Kopi Robusta dari negara lain contohnya

adalah India, Vietnam, Jamaika, dan Uganda (Irene Anindyaputri, 2017)

10

Universitas Sumatera Utara


b. Kopi Arabika

Biji kopi Arabika adalah jenis yang paling banyak ditemui dan digunakan

untuk membuat kopi. Kira-kira 70% kopi yang dijual di pasaran saat ini adalah jenis

biji kopi Arabika. Tanaman ini paling banyak tumbuh di benua Afrika bagian

tengah dan timur, benua Amerika bagian selatan, dan benua Asia bagian selatan dan

tenggara. Negara-negara produsen biji kopi ini memiliki iklim tropis dan subtropis.

Kopi Arabika dipercaya sebagai kopi dengan kualitas terbaik. Pasalnya,

kopi Arabika lebih sulit diproses dan diolah. Di samping sangat peka terhadap

perubahan suhu, tanaman ini mudah diserang hama dan penyakit. Maka, hasil

panennya dalam setahun lebih sedikit dari kopi Robusta.

Kopi Arabika juga harus ditangani dengan sangat hati-hati. Biji kopi ini

bentuknya sedikit memanjang dan pipih. Dibandingkan dengan biji kopi Robusta,

biji kopi Arabika ukurannya agak lebih besar. Selain itu, teksturnya lebih halus

dibandingkan dengan biji kopi Robusta.

Karena kandungan sukrosa atau gula dalam kopi Arabika lebih tinggi, Anda

bisa merasakan sendiri bahwa kopi ini terasa agak manis dan asam. Aromanya juga

wangi seperti campuran bunga dan buah-buahan. Kopi Arabika mengandung kafein

sebesar 1,2% sehingga setelah diseduh, kopi ini terasa lembut, tidak terlalu pekat.

Inilah mengapa kebanyakan kopi yang disajikan di kafe, restoran, atau kedai kopi

ternama biasanya menggunakan biji kopi Arabika.

Kopi ini banyak ditemukan di berbagai belahan dunia. Beberapa contoh

kopi Arabika yang cukup dikenal adalah kopi Etiopia, Kenya, Toraja, Sumatera,

11

Universitas Sumatera Utara


Mandailing, Jawa (dari perkebunan kopi di daerah Kawah Ijen, Jawa Timur), Papua

Nugini, Colombia, dan Brazil.

2.3. Kopi Bubuk

Kopi bubuk adalah bentuk kopi yang paling sering kita jumpai. Kopi bubuk

adalah biji kopi yang sudah diproses dan digiling halus dalam bentuk butiran-

butiran kecil sehingga mudah diseduh dengan air panas dan dikonsumsi. Proses

untuk membuat kopi bubuk, dari buah kopi matang hingga menjadi bubuk kopi

dalam kemasan-kemasan tertentu, mungkin agak sedikit rumit bagi orang awam.

Namun apabila anda penasaran ingin tahu cara membuat kopi bubuk, berikut ini

adalah uraian singkat dan jelas tentang bagaimana mengolah buah kopi menjadi

produk bubuk. Proses pertama tentu saja adalah memanen buah kopi ranum

berkualitas tinggi, dan lalu memisahkan biji kopi dengan daging buahnya. Setelah

memisahkan biji dan daging buah kopi, proses selanjutnya adalah penjemuran biji

kopi, hingga siap untuk dipanggang.

Kopi bubuk memang memerlukan kehati-hatian dan pengalaman dalam

prosesnya. Proses pemanggangan atau penyangraian mungkin adalah proses paling

rumit dalam pembuatan kopi bubuk, karena ini juga menentukan hasil akhir yang

dihasilkan. Biji kopi yang dipanggang untuk membuatnya tidak boleh terlalu

gosong atau terlalu matang; hasil yang tidak pas mungkin berakibat pada produk

gagal. Oleh karena itu, apabila harus dikerjakan secara manual, maka hanya orang-

orang yang berpengalaman dan terampilah yang boleh memanggang atau

menyangrai biji kopi. Pada proses pembuatan kopi bubuk secara modern,

12

Universitas Sumatera Utara


pemanggangan dilakukan dengan mesin pemanggang. Selama proses

pemanggangan, kopi pun harus diaduk aduk agar hasil pemanggangan bisa merata.

Kopi bubuk ideal akan dihasilkan jika panas yang digunakan dalam proses

penyangraian biji kopi menjadi bubuk berkisar antara 203 hingga 221 derajat

celcius, dengan suhu awal sekitar 180 derajat celcius. Proses penyangraian ini

dilakukan selama kurang lebih 30 menit; ini tergantung sedikit banyaknya biji kopi

yang disangrai atau dipanggang. Proses selanjutnya dalam pembuatan kopi bubuk

adalah penggilingan, dimana biji kopi dihaluskan menjadi butiran-butiran bubuk.

Biasanya, beberapa bahan lain dicampurkan dalam proses pembuatan kopi bubuk

ini, seperti jahe panggang. Proses terakhir dalam pembuatan kopi bubuk adalah

pembungkusan dalam kemasan-kemasan tertentu. Produk bubuk kopi, terutama

yang diproduksi oleh pedesaan, biasanya dikemas dalam bungkus plastik. Padahal,

bungkus plastik kemungkinan besar tidak bisa menjaga kualitas dan kesegaran

bubuk kopi. (Coffeelovers,2012)

2.4. Landasan

Terori 2.4.1.Teori

Usahatani

Usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang

mengalokasikan sumber daya yang ada secara efisien untu bertujuan memperoleh

keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu (Soekartawi)

Menurut suratiyah (2006) Ilmu usahatani merupakan proses menentukan

dan mengkoordinasi penggunaan factor-faktor produksi untuk memperoleh

pendapatan atau keuntungan yang maksimal.

13

Universitas Sumatera Utara


Menurut Hermanto (1996) Usahatani memiliki empat unsur pokok, yaitu:

14

Universitas Sumatera Utara


a. Lahan berperan sebagai factor produksi yang dipengaruhi oleh tingkat

kesuburan, luas lahan, lokasi, intensifitas, dan fasilitas.

b. Tenaga kerja yang berasal dari orang lain atau dari anggota keluarga sendiri.

c. Modal yang digunakan untuk meningkatkan produktivitas kerja dan kekayaan

usahatani.

d. Pengelolahan dalam menentukan, mengkoordinasi, dan mengorganisasikan

factor-faktor produksi pertanian sebagaimana yang diharapkan.

Menurut Suratiyah (2006) Penerimaan usahatani adalah perkalian antara

jumlah produksi yang diperoleh dengan harga produksi. Pendapatan usahatani

adalah selisih antara penerimaan dan seluruh biaya yang dikeluarkan dalam sekali

periode. Dan Rahim (2017) Pendapatan usahatani merupakan selisih antara

penerimaan dengan semua biaya. Penerimaan usahatani adalah pekalian antara

produksi yang diperoleh dengan harga jual.

2.4.2.Nilai Tambah

Pengertian nilai tambah (vallue added) adalah pertambahan nilai yang

terjadi pada suatu komoditi karena komoditi tersebut telah mengalami proses

pengolahan, pengangkutan dan penyimpanan dalam suatu proses produksi.

Menurut Haller dan Stolowy Value Added (VA) atau Nilai Tambah adalah

pengukuran performance entitas ekonomi yang memiliki sejarah panjang pada

aplikasinya dalam ilmu ekonomi. VA merupakan konsep utama pengukuran

income. Konsep ini secara tradisional berakar pada ilmu ekonomi makro, terutama

yang berhubungan dengan penghitungan pendapatan nasional yang diukur dengan

performance produktif dari ekonomi nasional yang biasanya dinamakan Produk

15

Universitas Sumatera Utara


Nasional atau Produk Domestik. Hal tersebut merepresentasikan nilai tambah

perekonomian nasional dalam periode tertentu. Penggunaan secara universal

konsep VA juga telah banyak didiskusikan dan dipraktikkan sebagai kegunaan

ekonomis dan indikator performance dalam area yang berbeda dari ilmu ekonomi

dan bisnis.

Konsep VA, menurut Gillchrist dalam Staden, mulai muncul pertama kali

pada tahun 1790 dalam Sensus Pertama Produksi Amerika Serikat (The First North

American Census of Production), yaitu oleh Trenche Cox, pegawai di Departemen

Keuangan yang kemudian diadopsi oleh banyak negara-negara industri dalam

menghitung Gross National Product (GNP), sebagai respon untuk menghilangkan

double counting dalam nilai tambah antara barang setengah jadi dan barang jadi

dalam produksi nasional. Sedangkan secara teoretis, menurut Haller dan Stolowy,

konsep VA berakar dari konsep theory of the economic circle yang dikembangkan

pertama kali di Prancis oleh Quesnay dalam menciptakan “Tableau Economique”

sekitar 1670. Dalam konteks akuntansi nasional, VA awalnya sering digunakan

sebagai indikator perkembangan ekonomi suatu negara dibandingkan dengan

negara lainnya. Sebenarnya tujuan awalnya adalah untuk menunjukkan secara

akurat perbandingan internasional berkaitan dengan gambaran mengenai

harmonisasi metode perhitungan VA. (Ajidedim, 2008)

Menurut Hayami (1987), nilai tambah adalah selisih antara komoditas yang

mendapat perlakuan pada tahap tertentu dengan nilai korbanan yang digunakan

selama proses berlangsung. Sumber-sumber dari nilai tambah tersebut adalah

pemanfaatan faktor-faktor seperti tenaga kerja, modal, sumberdaya manusia, dan

manajemen. Nilai tambah dapat dicapai dengan meretrukrisasi produktivitas dari

16

Universitas Sumatera Utara


harga, namun yang harus diperhatikan adalah sistem insentif yang diterapkan oleh

produsen pada implementasi dari nilai tambah tersebut sehingga dapat dirasakan

keuntungan yang signifikan. Perubahan pada nilai tambah dapat dilakukan dengan

cara merubah dimensi waktu, lokasi, produk, service, proses, metode, informasi dan

insentif yang diberikan.

Menurut Barton (2002), nilai tambah dapat dilihat dari sisi output dikurangi

beberapa bagian dari input dalam bentuk bahan baku, bahan setengah jadi maupun

barang jadi yang masuk kedalam proses produksi ditambah semua persediaan dan

pembelian jasa dari perusahaan lain.

Ravianto (1988), menyatakan dalam menghitung nilai tambah diperlukan

konsep sebagai berikut :

1. Perputaran penjualan tidak dapat dicampur-adukkan dengan lain-lain.

Pendapatan bukan hasil proses yang dihasilkan perusahaan. Untuk itu

pendapatan tersebut tidak boleh dimasukkan sebagai penjualan atau penerimaan

usaha yang akan dicari nilai tambahnya.

2. Sumbangan input lain adalah bahan yang berkaitan dengan usaha tersebut

setelah dikurangi dari penjualan atau penerimaan. Mulai dari bahan baku, bahan

bakar dan lain-lain yang habis sekali pakai harus diperhitungkan baik yang

implisit atau eksplisit.

3. Balas jasa faktor produksi merupakan Jasa untuk memproduksi suatu produk.

Biaya transportasi untuk mengangkut bahan baku atau produk akhir harus

diperhitungkan. Biaya yang diperhitungkan adalah biaya yang bukan untuk

keperluan pribadi.

17

Universitas Sumatera Utara


4. Depresiasi merupakan biaya penyusustan yang dikeluarkan untuk bangunan atau

alat-alat yang ada, sedangkan biaya sewa akan dikenakan pada alat-alat atau

bangunan yang disewa.

Setelah Perang Dunia II, PBB melakukan pengembangan lebih jauh konsep

standardisasi penghitungan VA secara Nasional. Standardisasi National Income

Accounting yang dipublikasikan pertama kali tahun 1952 dan mengalami

perubahan-perubahan sampai dengan tahun 1993. Kemudian diadopsi oleh banyak

negara menjadi standar perhitungan internasional untuk pendapatan nasional. Agar

konsep VA dapat dilihat lebih komprehensif lagi, perlu dilakukan peninjauan lebih

jauh mengenai konsep Pendapatan Nasional. (Ajidedim, 2008)

2.5. Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yang relevan dengan

penelitian ini yang berdasarkan penelitian mendekati dengan penelitian ini

diantaranya adalah:

Tabel 2.1 Tabulasi Penelitian Terdahulu


No. Nama Peneliti Judul Perumusan Metode Kesimpulan
Penelitian Masalah Penelitian Penelitian
1 Cindy Puspita Analisis 1. Berapa Metode 1. Nilai tambah
Nilai nilai penelitian pada pengolahan
Tambah dan tambah yang kopi gelondong
Pengembang pengolaha digunakan menjadi kopi HS
an Produk n kopi ? adalah sebesar Rp 974,71,
Olahan Kopi 2. Berapa metode sedangkan pada
di Desa efisiensi deskriptif pengolahan
Sidomulyo penggunaa dan metode kopi gelondong
Kecamatan n biaya analitis. menjadi kopi ose
Silo produksi Analisis sebesar Rp 529,11.
Kabupaten pengolaha data yang Nilai tambah pada
Jember n kopi ? digunakan pengolahan kopi
3. Bagaimana adalah HS menjadi kopi
pengemba analisis bubuk sebesar Rp
ngan nilai 22.397,31,
produk tambah, sedangkan pada
olahan analisis R/C pengolahan kopi
kopi ? ratio, dan ose menjadi kopi

18

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.1 Tabulasi Penelitian Terdahulu
Force Field bubuk sebesar Rp
Analysis 9.466,71,
2. Nilai R/C ratio
pada pengolahan
kopi gelondong
menjadi kopi HS
sebesar 1,19,
sedangkan pada
pengolahan kopi
gelondong menjadi
kopi ose sebesar
1,06. Nilai R/C
ratio pada
pengolahan kopi
HS menjadi kopi
bubuk sebesar 1,67,
sedangkan pada
pengolahan kopi
ose menjadi kopi
bubuk 1,31. Nilai
R/C ratio pada
berbagai
tahapan pengolahan
kopi adalah efisien,
3. Faktor
pendorong tertinggi
adalah
motivasi petani
yang tinggi
sedangkan
faktor penghambat
tertinggi adalah
bahan baku yang
diolah terbatas.
Rekomendasi yang
sebaiknya
diterapkan untuk
mendukung faktor
pendorong adalah
melakukan
penyuluhan secara
berkesinambungan,
sedangkan
rekomendasi
sebagai solusi
faktor penghambat
adalah menjalin
kerja sama dengan
petani olah basah
yang belum
melakukan olah
basah untuk
melakukan olah
basah guna
menjaga

19

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.1 Tabulasi Penelitian Terdahulu
ketersediaan kopi
olah basah
dan menambah
modal bagi unit
usaha produksi
pada koperasi.
2 Dendy Wahyu Analisis 1. Berapa nilai Metode 1. Nilai tambah
Distribusi tambah yang bruto yang
Nilai yang digunakan dihasilkan pada
Tambah diperoleh adalah industri Sahati
Pengolahan dari metode adalah sebesar Rp.
Kopi Pada pengolahan deskriptif 135.421.000,00
Industri kopi ? 2. Distribusi nilai
Kecil Kopi 2. Berapa tambah terbesar
Bubuk distribusi diterima oleh
Sahati di nilai tambah pengusaha dalam
Kecamatan kepada bentuk keuntungan
Guguk pihak-pihak yaitu sebesar Rp
Panjang yang telah 71.036.600,00 atau
Kota memberikan sebesar 52,46%.
Bukittingi kontribusi
dari
pengolahan
kopi ?

3 Emmia Analisis 1. Apakah Analisisis 1. Proses


Tambarta nilai tambah proses Metode pengolahan akan
dan strategi pengolahan Hayami dan mampu
pengembang dapat Analisis meningkatkan nilai
an olahan meningkatk matrix tambah suatu
kopi arabika an nilai SWOT produk. Jenis
di tambah produk bubuk kopi
Kabupaten jenis menyumbang nilai
Bener produk tambah terbesar
Meriah Aceh kopi Gayo jika dibandingkan
? kedua jenis produk
2. Bagaimana lainnya terhadap
strategi gabah kopi.
pengemban 2. Strategi
gan jenis pengembangan
produk untuk biji kopi
kopi Gayo premium adalah a)
? memanfaatkan
adanya sertifikat
IG, Organik dan
Fair trade, b)
Memperbaiki
penangan hasil
gelondongan merah
yang masih belum
memenuhi SOP,
packaging, promosi
dan periklanan
yang tidak
berkesinambungan
dengan cara

20

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.1 Tabulasi Penelitian Terdahulu
menerapkan Good
Agriculture
Practice (GAP), c)
Memanfaatkan
sertifikat IG serta
jaringan pengawas
pengolahan biji
kopi arabika gayo
untuk mengatasi
Kerugian
kompetitif akibat
munculnya praktek-
praktek
monopolistic pada
sistem tataniga kopi
Arabika baik
nasional maupun
internasional, d)
perlu dilakukan
sinkronisasi antar
stake holder untuk
mendukung
perkembangan biji
ready ekspor kopi
gayo.
Strategi
pengembangan
untuk biji kopi
specialty adalah a)
Melakukan inovasi
cita rasa untuk
memperkaya
keunikan cita rasa
sesuai kegemaran
pelanggan, b)
pengenalan akan
manfaat kopi
specialty gayo, c)
Melaksanakan
penelitian serta
penanggulangan
terkait
permasalahan
perubahan iklim
yang tidak stabil, d)
Pemerintah
hendaknya
mendorong
pembangunan jenis
kopi berdasarkan
ketinggian tempat
dan syarat tumbuh
varietas yang
memiliki cita rasa
spesifik

21

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.1 Tabulasi Penelitian Terdahulu
Strategi
pengembangan
untuk bubuk kopi
specialty adalah a)
Mengembangkan
wilayah sentra
produksi kopi gayo
di Bener Meriah
serta
mempromosikan
kelebihan kopi
arabika specialty,
b) Untuk
menangkap peluang
pasar nasional
pengusaha industri
bubuk kopi
nasional perlu
didukung sistem
permodalan dan
riset untk upaya
difersifikasi dan
pengembangan
inovasi produk
olahan, c)
Melakukan
pengembangan
inovasi varian rasa
bubuk kopi gayo
sesuai selera
konsumen, d)
Mengurangi intensi
persingan di antara
daerah penghasil
kopi, perlu
dilakukan
segmentasi pasar
bubuk kopi
berdasarkan negara
tujuan dan target
pelanggan.
4 Eyverson Analisis Berapa Analisisis Keuntungan selama
Ruauw, Th. Keuntungan keuntungan dan Metode 1 bulan periode
M. dan Nilai nilai tambah Hayami Maret 2011 sebesar
Katiandagho, Tambah yang diperoleh Rp14.983.402,8.
Priska Agriindustri dari usaha Nilai tambah
A.P.Suwardi n Manisan pengolahan pengolahan daging
Pala UD manisan pala? buah pala menjadi
Putri Di manisan pala
Kota Bitung sebesar
Rp45.070/kg
daging buah pala,
dengan rasio
sebesar 95 persen

22

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.1 Tabulasi Penelitian Terdahulu
5 Muhammad Analisis 1. Bagaimana Metode Kegiatan
Fikri Siregar, Nilai gambaran analisis pengolahan kopi
Zulkifli Tambah kegiatan data yang luwak green beans
Alamsyah, dan Kopi Luwak dan proses digunakan dimulai dari
Adlaida Malik Bubuk Pada pengolahan adalah penyortiran,
Agroindustri produk dari metode pencucian,
“Buana biji kopi deskriptif penjemuran,
Putra” Di luwak kuantitatif penyangraian,
Kabupaten green beans dengan pembubukan dan
Tajung menjadi menggunak pembungkusan.
Jabung Barat kopi luwak an tabel Nilai tambah rata-
bubuk ? bantu rata adalah sebesar
2. Berapa analisis Rp 96.224,10/kg
nilai nilai biji kopi luwak
tambah tambah green beans.
yang metode Produktivitas 42,56
dihasilkan Hayami. % dan rasio
dari proses keuntungan per
pengolahan nilai tambah
kopi luwak sebesar 97,13 %.
bubuk ?
3. Berapa
produktivit
as
berdasarka
n nilai
tambah
yang
dihasilkan
dari proses
pengolahan
kopi luwak
bubuk ?
6 Ni Luh Nilai 1. Berapa Analisis 1. Nilai tambah
Wicanodian Tambah dan nilai nilai untuk biji kopi
Surya, I Made Kelayakan tambah tambah HS sebesar Rp
Sudarma, Putu Usaha yang dengan 2.548,16, kopi
Udayani Pengolahan dihasilkan Metode bubuk 250 g
Wijayanti Kopi dari usaha Hayami sebesar Rp
Arabika pengolahan Analisis 2.429,06, dan
pada Unit Kopi kelayakan kopi bubuk 200
Usaha Arabika ? finansial g sebesar Rp
Produktif 2. Bagaimana Analisis 1.032,22.
Ulian Murni kelayakan sensitivitas 2. Usaha
Kabupaten finansial Analisis pengolahan
Bangli usaha secara Kopi Arabika
pengolahan deskriptif layak
Kopi kualitatif. dijalankan
Arabika ? berdasarkan
3. Bagaimana perhitungan
sensitivitas kriteria
pada usaha investasi pada
pengolahan tingkat suku
Kopi bunga kredit
Arabika sebesar 2,75%
apabila dan tingkat

23

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.1 Tabulasi Penelitian Terdahulu
terjadi suku bunga
perubahan komersial
pada sebesar 13,91%
faktor- 3. Hasil analisis
faktor yang sensitivitas
dapat menunjukkan
mempengar bahwa sensitive
uhi biaya terhadap
dan penurunan
manfaat? harga jual
4. Apa produk dan
kendala- kenaikan biaya
kendala operasional.
yang 4. Kendala-
dihadapi kendala yang
dalam dihadapi adalah
melakukan cuaca yang
pengolahan kurang
Kopi mendukung
Arabika? pada saat
penjemuran biji
kopi,
pemasaran
produk, dan
SDM yang
kurang dalam
pengolahan
kopi bubuk.
7 Oxy Valentina Analisis 1. Berapa Metode 1. Keuntungan
Nilai besarnya analisis yang diterima
Tambah Ubi keuntungan data yang dari ubi kayu
Kayu dari usaha mentah sampai
digunakan
Sebagai pengolahan keripik
Bahan Baku ubi kayu adalah singkong ½ jadi
Keripik menjadi analisis sebesar Rp
Singkong Di keripik ? usaha untuk 10.375,61.
Kabupaten 2. Berapa mengetahui Sedangkan dari
Karanganyar besarnya besarnya keripik
(Kasus pada efisiensi keuntungan singkong ½ jadi
KUB Wanita dari usaha sampai matang
efisiensi
Tani pengolahan sebesar Rp.
Makmur) ubi kayu dan nilai 1.610.418,99.
menjadi tambah. 2. Efisiensi usaha
keripik pengolahan ubi
singkong ? kayu mentah
3. Berapa menjadi keripik
besarnya singkong ½ jadi
nilai sebesar 1,11.
tambah dari Efisiensi usaha
usaha pengolahan
pengolahan keripik
ubi kayu singkong ½ jadi
menjadi menjadi matang
keripik sebesar 1,68.
singkong ? 3. Pengolahan
dari ubi kayu

24

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.1 Tabulasi Penelitian Terdahulu
mentah menjadi
keripik
singkong ½
memberikan
nilai tambah
sebesar Rp
50.558,25.
Sedangkan
pengolahan
keripik
singkong ½ jadi
menjadi matang
memberikan
nilai tambah
netto sebesar
Rp
1.686.461,45.
8 Reswita Pendapatan 1. Berapa Analisis Pendapatan usaha
Dan Nilai pendapatan data pengolahan beras
Tambah usaha dilakukan kopi menjadi kopi
Usaha Kopi pengolahan secara bubuk sebesar Rp.
Bubuk beras kopi kuantitatif 4.266.080,18/produ
Robusta Di menjadi kopi dan nilai ksi. Nilai tambah
Kabupaten bubuk ? tambah dari yang dihasilkan
Lebong 2. Berapa Nilai usaha kopi sebesar Rp. Rp.
(Studi Kasus tambah yang bubuk 10.346,67/kg
Pada Usaha dihasilkan digunakan dengan rasio nilai
Kopi Bubuk usaha metode tambah sebesar
Cap Padi) pengolahan Hayami 32,08% per
beras kopi produksi
menjadi kopi
bubuk ?

2.6. Kerangka Pemikiran Operasional

Kopi merupakan salah satu komoditas unggulan ekspor Indonesia dari

sektor pertanian, karena sebagian besar produksi kopi Indonesia ditujukan untuk

pasar ekspor. Peningkatan produksi kopi Indonesia tidak sebanding dengan

peningkatan konsumsi dalam negeri, sehingga sebagian besar produksi kopi

Indonesia dimanfaatkan untuk kebutuhan ekspor.

Kopi Gayo merupakan salah satu jenis kopi arabika yang paling diminati di

pasar internasional. Namun sampai saat ini daya saing dan nilai tambah kopi Gayo

masih tertinggal dibandingkan dengan negara produsen utama kopi dunia lainnya

25

Universitas Sumatera Utara


yakni masih terbatas pada green bean. Meningkatkan nilai tambah merupakan salah

satu upaya untuk meningkatkan daya saing kopi Gayo. Peningkatan nilai tambah

kopi Gayo dapat dilakukan melalui peningkatan kualitas dengan perbaikan proses

pengolahan produk kopi Gayo itu sendiri.

Jenis produk kopi Gayo terbagi menjadi tiga yakni grean bean ready ekspor

(Grade 1), Grean bean specialty, dan bubuk kopi. Kopi jenis ini juga didapatkan

melalui proses grading dan sortasi yang ketat dengan standar yang telah ditetapkan

oleh lembaga ekpor di Indonesia. Kopi premium merupakan biji kopi dengan

standart ekspor yang telah ditetapkan namun gradenya masih berada dibawah jenis

kopi specialty. Sedangkan bubuk kopi adalah produk hasil roasting green bean

kemudian melalu proses penggilingan untuk menghasilkan serbuk kopi yang siap

diseduh. Perbedaan aktivitas pengolahan pada kelompok proses kopi specialty

Gayo dan premium hanya terletak pada proses grading dan sortasi. Proses grading

dan sortasi pada kelompok kopi specialty Gayo dilakukan dengan lebih hati-hati

dan memerlukan biaya yang lebih besar. Kelompok specialty ini juga memiliki

harga jual yang lebih tinggi. Namun Pada proses bubuk adalah produk yang

memiliki harga jual yang lebih tinggi dari pada kedua proses tersebut di karenakan

adanya proses lebih lanjut dalam mengolah green bean agar dapat dinikmati oleh

konsumen. Perbedaan perlakuan ini tentunya juga akan menghasilkan tingkat nilai

tambah berbeda.

Gambaran di atas menjadi dasar pemikiran untuk melakukan analisis nilai

tambah dan analisis usahatani kopi gayo untuk meningkatkan daya saing produk

kopi olahan gayo. Analisis nilai tambah dan analisis usaha tani dilakukan dengan

tujuan mengetahui kesiapan agroindustri kopi gayo dalam menghadapi berbagai

26

Universitas Sumatera Utara


tantangan di masa depan melalui peningkatan nilai tambah. Secara umum kerangka

teori pendekatan masalah dapat dilihat dalam bagan kerangka sebagai berikut :

Buah Kopi Harga Buah Kopi

Bahan Baku Bahan Baku Bahan Baku Bahan Baku


Natural Proses Honey Proses Specialty Proses Premium Proses

si

Bubuk Kopi Bubuk Kopi Bubuk Kopi Bubuk Kopi


Natural Proses Honey Proses Specialty Proses Premium Proses

Harga Jual Bubuk Kopi

Penerimaan

Pendapatan

Nilai Tambah

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Analisis Nilai Tambah Kopi Arabika Specialty
Wed Hulled Proses, Honey Proses, Natural Proses dan Premium Proses Di
Kabupaten Aceh Tengah
2.7. Hipotesis

1. Hipotesis pertama yang diajukan dalam penilitian ini adalah terdapat nilai

tambah pada proses pengolahan buah kopi menjadi bubuk kopi pada varian

27

Universitas Sumatera Utara


pascapanen natural proses, honey proses, specialty wet hulled dan premium

wet hulled di unit usaha Indi Gayo Coffee.

2. Hipotesis kedua yang diajukan dalam penilitian ini adalah terdapat

komparasi nilai tambah dan total keuntungan pada proses pengolahan buah

kopi menjadi bubuk kopi pada varian pascapanen natural proses, honey

proses, specialty wet hulled dan premium wet hulled di unit usaha Indi Gayo

Coffee.

28

Universitas Sumatera Utara


III. METODE PENELITIAN

3.1. Metode Pemilihan Lokasi

Lokasi penelitian ini ditentukan secara purposive sampling atau secara

sengaja, yaitu Teknik penentuan sampel dilakukan dengan pertimbangan tertentu

yang telah dibuat terhadap objek yang sesuai dengan tujuan. Penilitian di lakukan

di unit usaha Indi Gayo Coffee di Kabupaten Aceh Tengah. Unit usaha Indi Gayo

Coffee merupakan unit usaha pertanian yang mengolah langsung hasil pertaniaan

dan pertanian sekitar dalam skala produksi lebih dari 500 kg/Bulan.

3.2. Metode Penentuan Sampel

Pupulasi dalam penilitian ini adalah manajemen di unit usaha Indi Gayo

Coffee. Metode pengambilan sampel yang digunakan yaitu menggunakan metode

wawancara, dimana unit usaha Indi Gayo Coffee akan diwawancara menggunakan

daftar pertanyaan tentang dianalisis biaya, penerimaan, dan keuntungan untuk

mendapatkan perhitungan nilai tambah agroindustri berdasarkan jenis produk dan

processingnya.

3.3. Jenis dan Sumber Data

Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder dan data

primer. Data primer yaitu berupa kuisoner diperoleh dari hasil wawancara kepada

peternak sapi potong dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah disiapkan

sebelumnya. Jenis data yang dikumpulkan seperti data harga output, harga bahan

baku, total bahan baku yang digunakan, total hasil produksi dan biaya pendukung

lainnya seperti biaya bangunan, alat, mesin dan pihak ke-3 yang teribat dalam

29

Universitas Sumatera Utara


produksi di unit usaha Indi Gayo Coffee. Data sekunder diperoleh dari laporan

instansi terkait, seperti Aceh Dalam Angka, Laporan Dinas Perkebunan, Dinas

Perindustrian dan Perdagangan, dan BAPPEDA baik di Provinsi, maupun di

Kabupaten Aceh Tengah.

3.4. Metode Analisis Data

Untuk membuktikan hipotesis pertama metode pendekatan yang digunakan

untuk menghitung nilai tambah pada penelitian ini digunakan dengan perhitungan

nilai tambah berdasarkan metode hayami (1987). Perhitungan nilai tambah dengan

menggunakan metode hayami dibedakan atas tiga kelompok variabel. Kelompok

variabel pertama terdiri atas ouput, input dan harga yang meliputi output/produk

total, input bahan baku, input tenaga kerja, factor konversi, harga output dan tenaga

kerja upah tenaga kerja.

Pada kelompok variabel kedua terdiri atas penerimaan dan keuntungan yang

meliputi harga input bahan baku, sumbangan input lain, nilai output, nilai tambah,

rasio nilai tambah, pendapatan tenaga kerja, bagian tenaga kerja, keuntungan,

bagian keuntungan. Sumbangan input lain adalah alat atau bahan-bahan pembantu

dalam proses pengolahan suatu produk yang meliputi rumah jemur, mesin giling,

baskom, listrik, air, biaya-biaya jasa kepada pihak lain dalam membantu proses

produksi, dan kemasan.

Sedangkan variabel balas jasa untuk faktor produksi meliputi marjin yang di bagi

menjadi tiga bagian yaitu marjin pendapatan tenaga kerja, marjin sumbangan input

lain dan marjin keuntungan. Untuk mengetahui prosedur perhitungan analisis nilai

tambah secara terperinci mengenai besarnya perhitungan pada masing-masing

30

Universitas Sumatera Utara


variable dengan menggunakan metode Hayami dapat di lihat pada tabel 3.1 sebagai

berikut :

Tabel 3.1 Prosedur Metode Hayami


Variabel Satuan Notasi
Output,input dan harga
Output/produk total kg/proses produksi A
Input bahan baku kg/proses produksi B
Input tenaga kerja HOK/proses produksi C
Faktor konversi Kg output/Kg bahan baku D = a/b
Koefisien tenaga kerja HOK/Kg bahan baku E = c/b
Harga Output Rp/Kg F
Upah rata-rata tenaga kerja Rp /proses produksi G
Pendapatan dan Keuntungan
Harga input bahan baku Rp/Kg H
Sumbangan input lain Rp/Kg I
Nilai Output Rp/Kg J = d×f
Nilai tambah Rp/Kg K = j−h−i
Rasio nilai tambah % L = k/j×100%
Pendapatan tenaga kerja Rp/Kg M=exg
Bagian tenaga kerja % N = m/k×00%
Keuntungan Rp/Kg O=k–m
Bagian Keuntungan % P = o/j×100%
Balas jasa untuk faktor produksi
Marjin Rp /Kg Q = j–h
a. Pendapatan tenaga kerja % R= m/q×100%
b. Sumbangan input lain % S = i/q×100%
c. Keuntungan % T = o/q×100%
Sumber: Hayami et al (1987)
Dalam perhitungan analisis nilai tambah pada penelitian ini dibedakan atas tiga

jenis hasil peroduk (output) yaitu hasil olahan Kopi Arabika dalam proses Natural,

Honey, Spesialty dan Premiun proses output adalah hasil olahan peroduk olahan

Kopi Arabika dalam satu kali produksi persatuan peroduk. Input adalah bahan baku

utama yang digunakan dalam satu kali produksi. Faktor konversi merupakan

pembagian dari output dengan input dalam satu kali peroduksi. Koefisien tenaga

kerja diperoleh dari hasil bagi antara tenaga kerja dengan input Harga output adalah

harga hasil olahan persatuan peroduk dalam satu Rupiah Upah tenaga kerja

31

Universitas Sumatera Utara


langsung. merupakan seluruh biaya untuk tenaga kerja dibagı jumlah tenaga kerja

yang digunakan dalam satu kali proses produksi dalam satu Rupiah Dasar

perhitungan dari analisis nilai tambah adalah persatuan peroduk olahan, standar

harga yang digunakan untuk input bahan baku dan produksi ditingkat

pengolah/produsen.

Untuk membuktikan hipotesis dua metode pendekatan yang digunakan untuk

menghitung komparasi nilai tambah pada penelitian ini menggunakan perhitungan

matematika secara deskripsi, yaitu dengan membandingkan antara nilai tambah

varian suatu produk dengan varian produk lainnya. Pada analisis total keuntungan

varian produk dilakukan dengan menggunakan perhitungan matematika, yaitu input

dikalikan dengan keuntungan varian suatu produk.

32

Universitas Sumatera Utara


IV. DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN DAN PROSES
PENGOLAHAN PASCA PANEN

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian di lakukan di Unit Usaha Indi Gayo Coffee yang berada di

Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Banda Aceh. Indi Gayo Coffee adalah unit usaha

yang mengolah kopi dengan berbagai macam jenis pengolahan pasca panen, dan

menjualnya kepada konsumen dengan kualitas yang baik dan harga yang bersaing.

Produk yang di produksi oleh Indi Gayo Coffee dalam bentuk green bean (biji

mentah), roast bean (biji yang telah disangrai) maupun ground coffee (bubuk kopi).

4.2. Pengolahan Pasca Panen Kopi

Selain asal, sistem budidaya, dan pemilihan buah kopi, proses pengolahan

pasca panen juga termasuk faktor penting yang harus diperhatikan karena akan

sangat mempengaruhi profil rasa kopi yang dihasilkan. Berbeda sistem pengolahan

pasca panen akan berbeda pula profil rasa kopi yang di hasilkan. Adapun proses

pengolahan pasca panen pada produk kopi olahan sebagai berikut :

4.2.1. Proses Basah (Full Washed)

Pada proses basah, biji kopi yang sudah dipetik masuk ke dalam proses

pemisahan (sortasi). Di tahap ini, biji kopi dimasukkan ke dalam air dan jika biji

kopi mengapung, ini menandakan biji kopi tersebut kurang baik. Biji kopi yang

kurang baik ini kemudian dipisahkan dari biji kopi yang lain.

Setelah dilakukan pemisahan antara biji kopi yang cacat dan yang baik,

langkah selanjutnya adalah pengupasan kulit dan daging biji kopi dengan

33

Universitas Sumatera Utara


menggunakan pulper atau alat pengupas. Saat dikupas dengan mesin pulper, biji

kopi akan dimasukkan ke dalam bak penampung yang sudah diisi oleh air. Proses

ini dilakukan untuk melarutkan lendir yang masih menempel pada kulit kopi

(parchment). Setelah itu, kopi-kopi yang sudah dibersihkan ini masuk ke tahap

berikutnya yaitu proses perendaman. Perendaman biasanya dilakukan selama 12 -

34 jam, tergantung dari faktor kelembapan dan suhu udara di lingkungan tersebut.

Selama proses perendaman, air rendaman ini diganti sebanyak satu kali.

Setelah perendaman selesai, tahap selanjutnya adalah penjemuran. Proses

ini dilakukan untuk mengurangi kadar air pada biji kopi agar berada pada rasio 10-

12%. Setelah kering, biji kopi disimpan terlebih dahulu untuk diistirahatkan atau

resting, dimana pada tahap ini biji kopi dimasukkan ke dalam huller untuk

melepaskan kulit parchment (disebut juga pergamino). Proses ini disukai petani

kopi karena kemungkinan gagalnya sangat kecil. Kopi yang diolah secara basah

(washed) biasanya akan menghasilkan seduhan yang clean atau karakter rasa yang

lebih jernih. Selain itu, umumnya kopi yang menggunakan proses ini memiliki

aroma yang lebih kuat, body ringan, aftertaste lebih berkesan dan acidity lebih

tinggi.

Lain halnya pada kopi arabika, proses basah jika dilakukan pada kopi

robusta justru akan menurunkan kadar body kopinya menjadi lebih datar (mute) dan

mellow. Metode ini biasanya digunakan untuk menghasilkan kopi robusta yang

lebih ringan atau yang lebih dikenal dengan istilah smooth robusta.

34

Universitas Sumatera Utara


4.2.2. Giling Basah (Semi Washed/Wet Hulled)

Proses ini sebenarnya hampir mirip dengan proses basah yang sudah kami

jabarkan di atas. Namun, pada metode giling basah, air yang digunakan tidak terlalu

banyak. Air hanya digunakan pada proses perendaman dan saat membersihkan biji

kopi saja. Proses ini merupakan proses pasca-panen yang khas di Indonesia,

terutama di daerah Sumatera Utara dan Toraja.

Langkah pertama pada metode giling basah adalah pengupasan daging buah

ceri kopi dengan menggunakan mesin. Setelah dikupas, biji kopi direndam di dalam

air selama 1-2 jam agar bersih. Setelah selesai direndam, biji kopi diangkat lalu

dijemur. Pada tahap ini, biji kopi harus sering dibalik agar tingkat kekeringannya

merata. Di Sumatera, proses penjemuran tahap pertama memakan waktu sekitar 2-

3 hari hingga kulit parchment terbuka. Saat kulit parchment terbuka, biji kopi akan

mengering lebih cepat jika dibandingkan dengan proses basah (washed).

Proses selanjutnya adalah pengupasan kulit parchment. Serupa dengan

proses basah, pengupasan ini dilakukan dengan menggunakan huller. Setelah

selesai, biji kopi akan menjalani proses penjemuran yang kedua. Penjemuran ini

dilakukan hingga kadar air di dalam kopi mencapai 10-12%. Angka tersebut adalah

angka panduan standar yang digunakan di seluruh industri kopi, untuk menghindari

kopi menjadi busuk atau rusak karena terlalu kering. Pada metode basah, aroma

tanah akan memberikan rasa bitter, namun pada metode semi-washed sedikit

berbeda. Aroma tanah ini menghasilkan aroma spicy serta profil yang kuat.

35

Universitas Sumatera Utara


4.2.3. Natural Proses

Metode pengolahan kopi yang paling sederhana dan paling organik adalah

proses kering (dry processing). Proses kering ini sering disebut juga sebagai proses

natural, karena selain simpel, buah kopinya pun tetap utuh. Bayangkan seperti

mengeringkan buah anggur hingga menjadi kismis. Selain itu proses fermentasinya

juga tidak menggunakan air seperti halnya pada proses basah atau giling basah yang

sudah kami jabarkan sebelumnya. Proses kering dilakukan ketika biji kopi yang

telah dipetik, disortasi dan langsung dijemur dengan kulitnya, tanpa melakukan

proses pengupasan dan pencucian.

Penjemuran pada proses kering ini dilakukan selama 5-6 minggu. Setelah

kering, kopi baru digiling. Hal inilah yang kemudian membuat metode dry wash

atau natural dapat menghasilkan cita rasa yang lebih beragam. Untuk mendapatkan

kopi dengan kompleksitas rasa tertentu, dibutuhkan pengawasan yang lebih ketat.

Metode ini mengharuskan petani untuk membalik biji kopi secara berkala saat

penjemuran. Selain itu, petani pun harus sigap terhadap tantangan cuaca. Kopi pada

proses ini rentan sekali terserang jamur karena iklim Indonesia yang sangat lembab.

Pengolahan kopi kering juga sangat tidak konsisten. Untuk menghasilkan

secangkir kopi yang clean, manis, dengan rasa yang cukup intens; kopi dengan

proses kering membutuhkan lebih banyak tenaga tangan dibandingkan dengan

proses basah/giling basah. Bahkan pemetik kopi (pickers) yang paling berhati-hati

pun biasanya akan memetik ceri kopi berwarna hijau/setengah matang ketika

mereka memetik buah ceri merah matang. Jika ceri kopi ini tidak dipisahkan saat

36

Universitas Sumatera Utara


tahap-tahap awal proses pengeringan, ceri kopi berwarna hijau akan berubah

menjadi coklat, sehingga sulit dibedakan dari ceri kopi yang matang.

4.2.4. Honey Proses

Proses ini ditemukan pertama kali di Brasil, yang dikenal dengan istilah

Cereja Descascada, yang berarti ceri yang dikupas. Proses ini hampir mirip dengan

proses basah (washed), namun di tahap ini lendir pada ceri kopi dihilangkan dengan

menggunakan alat pencuci, tanpa melalui proses fermentasi sama sekali. Ceri kopi,

memiliki lima lapisan yaitu kulit (pulp), lendir (mucilage), perkamen (parchment),

kulit berwarna perak (chaff), dan biji kopi (coffee bean).

Pada proses pulped natural ini, kulit ceri kopi dan lendirnya dibersihkan.

Metode ini menggunakan lebih sedikit air dibandingkan proses basah/giling basah,

sehingga terkadang proses ini disebut juga sebagai proses setengah kering (semi-

dry). Karena tidak melalui tahapan fermentasi, kopi yang dihasilkan dari proses ini

memiliki konsistensi karakter rasa yang lebih tinggi.

4.2.5. Specialty Full Wash

Setelah dipanen, buah kopi dipilih yang matang sempurna dan direndam

didalam air, ceri yang mengapung akan dibuang karena dianggap rusak.

Selanjutnya buah kopi langsung dipecah untuk membuang kulit ceri dengan mesin

pulper, dan menjadi gabah kopi (kopi dengan kulit tanduk). Kemudian gabah kopi

ini dibersihkan dari lendirnya, yaitu dengan mencuci dan merendamnya didalam

ember yang berisi air sampai benar-benar bersih. Lamanya proses pencucian dan

perendaman ini berkisar antara 24-36 jam dengan penggantian air dan pencucian

setiap 8 jam sekali. Setelah benar-benar bersih, gabah kopi lalu dikeringkan sampai

37

Universitas Sumatera Utara


kadar airnya menjadi 12% dan siap untuk di huller. Umumnya kopi proses ini

memiliki karakter rasa yang bersih, sedikit ala rasa buah, keasaman (acidity) lebih

banyak, dan body cenderung ringan.

4.2.6. Specialty Semi Wash

Proses awalnya sama dengan full wash, yang membedakannya adalah pada

proses pengeringannya. Proses semi wash melibatkan dua kali proses pengeringan,

saat gabah masih memiliki kandungan air 30-40% kulit tanduknya langsung

dikupas lagi menggunakan mesin huller dan menjadi biji kopi (green bean), biji

kopi inilah yang kemudian dikeringkan lagi sampai kadar airnya menjadi 12%.

Umumya kopi proses ini memiliki sweetness yang intens, body yang lebih padat,

acidity yang rendah.

38

Universitas Sumatera Utara


V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Uji Hipotesis Pertama Dalam Menentukan Nilai Tambah

Pada Sistem Produksi Buah Kopi Menjadi Bubuk Kopi

Indi Gayo Coffee mengumpulkan gelondongan merah dari petani sekitar.

Pembelian gelondongan merah dilakukan setiap periode produksi dalam satu tahun.

Buah kopi ini kemudian melukakan serangkaian kegiatan mulai dari, perendaman,

fermentasi, mengupas kulit merah (pulping), mencuci, dan menjemur gabah kopi

dengan kadar air 12 sampai dengan 14 persen. Hasil dari proses ini selanjutnya akan

diperoses menjadi beras kopi (green bean) dan selanjutnya di proses menjadi bubuk

kopi.

Nilai tambah yang di peroleh dalam penelitian ini adalah nilai tambah unit

produksi di Indi Gayo Coffee memproduksi 4 varian olahan pasca panen yaitu

spesialty wed hulled, honey, natural dan premium.

Nilai tambah yang diukur adalah nilai tambah yang menghasilkan dari usaha

pengolahan buah kopi (ceri) sampai menjadi bubuk kopi. Nilai tambah ini

merupakan nilai tambah pada masing-masing varian oalahan dalam sekali produksi.

Nilai tambah pada varian oalahan unit produksi Indi Gayo Coffee di hitung

menggunakan model perhitungan Hayami. Secara rinci, perhitungan nilai tambah

dengan menggunakan metode Hayami berdasarkan data yang di peroleh dari unit

produksi Indi Gayo Coffee di lihat pada Tabel 5.1 berikut :

39

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.1 Nilai Tambah Unit Usaha Indi Gayo Coffee (Metode Hayami)

Specialty Honey
Variable Satuan Notasi Natural Premium
Wet Hulled Process
Output, Input dan Harga
Output/Produk Total Kg/Proses Produksi A 7.96 8.08 8.10 40.53
Input Bahan Baku Kg/Proses Produksi B 65 65 65 320
Input Tenaga Kerja HOK/Proses Produksi C 3 3 3 11
Faktor Konversi Kg Output/Kg Bahan Baku D=A/B 0.123 0.124 0.125 0.127
Koefisien Tenaga Kerja HOK/Kg Bahan Baku E=C/B 0.05 0.05 0.05 0.03
Harga Output Rp/kg F Rp 350,000 Rp 600,000 Rp 600,000 Rp 250,000
Upah Rata-Rata Tenaga Kerja Rp/Proses Produksi G Rp 31,000 Rp 31,000 Rp 31,000 Rp 31,000
Pendapatan dan Keuntungan
Harga Input Bahan Baku Rp/kg H Rp 10,900 Rp 10,900 Rp 10,900 Rp 10,900
Sumbang Input Lain Rp/kg I Rp 7,921 Rp 8,162 Rp 8,162 Rp 5,373
Nilai Output Rp/kg J=DxF Rp 42,879 Rp 74,615 Rp 74,800 Rp 31,667
Nilai Tambah Rp/kg K=J-H-I Rp 24,058 Rp 55,553 Rp 55,738 Rp 15,394
Rasio Nilai Tambah % L=K/J x 100% 56.11% 74.45% 74.52% 48.61%
Pendapatan Tenaga Kerja Rp/kg M=ExG Rp 1,431 Rp 1,431 Rp 1,431 Rp 1,066
Bagian Tenaga Kerja % N=M/K x 100% 5.95% 2.58% 2.57% 6.92%
Keuntungan Rp/kg O=K-M Rp 22,627 Rp 54,123 Rp 54,307 Rp 14,328
Bagian Keuntungan % P=O/J x 100% 52.77% 72.54% 72.60% 45.25%
Balas Jasa Untuk Faktor Produksi
Marjin Rp/kg Q=J-H Rp 31,979 Rp 63,715 Rp 63,900 Rp 20,767
a. Pendapatan Tenaga Kerja % R=M/Q X 100% 4.47% 2.25% 2.24% 5.13%
b. Sumbang Input Lain % S=I/Q x 100% 24.77% 12.81% 12.77% 25.87%
c. Keuntungan % T=O/Q x 100% 70.76% 84.94% 84.99% 69.00%

38

Universitas Sumatera Utara


Penjelasan dari perhitungan yang terdapat pada table 5.1 dapat dilihat sebagai

berikut:

 Output, Input dan Harga

Output/produk total adalah jumlah total output yang diproduksi selama waktu

tertentu. Pada unit usaha Indi Gayo Coffee terdapat perbedaan nilai output pada

setiap varian nya. Pada varian specialty wed hulled memiliki nilai output sebesar

7.96 kg, pada varian honey proses memiliki nilai output sebesar 8,08 kg, pada

varian narutal memiliki nilai output sebesar 8.10 kg, dan paada varian premium

memiliki nilai output terbesar dari pada varian lain nya dengan nilai output sebesar

40.53 kg.

Input bahan baku adalah sesuatu yang dipergunakan untuk membuat barang jadi

Pada varian specialty wed hulled memiliki nilai input sebesar 65 kg, pada varian

honey proses memiliki nilai input sebesar 65 kg, pada varian narutal memiliki nilai

input sebesar 65 kg, dan paada varian premium memiliki nilai input terbesar dari

pada varian lain nya dengan nilai input sebesar 320 kg. Pada unit usaha Indi Gayo

Coffee nilai output di pengaruhi oleh pemintaan atas barang suatu varian, semakin

besar permintaan atas suatu barang semakin tinggi dalam penggunaan input bahan

baku dan juga mempengaruhi bersaran nilai output pada produksi unit usaha Indi

Gayo Coffee.

Tenaga Kerja yang terlibat langsung dalam Unit Usaha Indi Gayo Coffee adalah

tenaga kerja di dalam keluarga dan luar keluarga. Pada kualitas premium

penggunaan tenaga kerja berjumlah 11 orang yang terdiri dari 1 orang di dalam

keluarga dan 10 orang di luar keluarga. Pada kualitas specialty, honey dan narutal

39

Universitas Sumatera Utara


penggunaan tenaga kerja berjumlah 3 orang yang teridiri 1 orang di dalam keluarga

dan 2 orang di luar keluarga. Dalam unit usaha Indi Gayo Coffee penggunaan

tenaga kerja dari luar keluarga hanya digunakan dalam proses sortasi dalam proses

menghasilkan green bean. Pada unit usaha Indi Gayo Coffee penggunaan tenaga

kerja di pengaruhi oleh input bahan baku, semakin banyak input bahan baku maka

semakin banyak juga penggunaan tenaga kerja.

Faktor konversi adalah hasil bagi antar nilai output terhadap input bahan baku.

Pada varian specialty wed hulled memiliki faktor konversi 0.123 yang artinya setiap

1 kg buah kopi dapat menghasilan 0.123 kg bubuk kopi. Pada varian specialty

honey proses memiliki faktor konversi 0.124 yang artinya setiap 1 kg buah kopi

dapat menghasilan 0.124 kg bubuk kopi. Pada varian natural memiliki faktor

konversi 0.125 yang artinya setiap 1 kg buah kopi dapat menghasilan 0.125 kg

bubuk kopi. Dan pada varian specialty wed hulled memiliki faktor konversi 0.127

yang artinya setiap 1 kg buah kopi dapat menghasilan 0.127 kg bubuk kopi.

Koefisien tenaga kerja adalah hasil bagi antar nilai tenaga kerja terhadap input

bahan baku. Pada varian specialty wed hulled memiliki koefisien tenaga kerja 0.05

yang artinya setiap 1 kg buah kopi memerlukan 0.05 orang. Pada varian honey

proses memiliki koefisien tenaga kerja 0.05 yang artinya setiap 1 kg buah kopi

memerlukan 0.05 orang. Pada varian natural memiliki koefisien tenaga kerja 0.05

yang artinya setiap 1 kg buah kopi memerlukan 0.05 orang. Dan pada varian

premium memiliki koefisien tenaga kerja 0.03 yang artinya setiap 1 kg buah kopi

memerlukan 0.03 orang.

40

Universitas Sumatera Utara


Harga pada setiap Agroindustri tergantung pada varian olahan pascapanennya.

Harga bubuk kopi pada unit produksi Indi Gayo Coffee adalah Rp. 350.000 pada

varian specialty wed hulled, Rp. 600.000 pada varian natural, Rp. 600.000 pada

varian honey proses, dan Rp. 250.000 pada varian premium. Upah rata-rata tenaga

kerja pada varian specialty wed hulled, honey proses, natural proses dan premium

sebesar Rp. 31.000.

 Penerimaan dan Keuntungan

Pada produksi di unit usaha Indi Gayo Coffee Menggunakan bahan baku yang

sama pada setiap varian produknya. Harga buah kopi pada varian specialty wed

hulled, honey proses, natural dan premium sama yaitu sebesar Rp 10.900/Kg. Harga

input bahan baku yang sama dikarenakan pada setiap proses varian menggunakan

jenis, mutu dan standart yang sama pasa setiap proses varian nya.

Sumbungan input lain dalam proses produksi green bean ini terdiri dari susut

investasi rumah jemur, susutan investasi mesin penggiling buah kopi, susutan

investasi baskom, air, listrik dan biaya-biaya penolong pihak ke tiga yang dapat di

lihat pada lampiran 1. Besaran sumbangan input lain pada setiap varian berbeda-

beda. Pada varian specialty wed hulled memiliki nilai sumbangan input lain sebesar

Rp. 7.921. Pada varian honey proses dan natural memiliki nilai sumbangan input

lain yang sama yaitu sebesar Rp. 8.162. Dan pada pada varian premium memiliki

nilai sumbangan input lain sebesar Rp. 5.373.

Nilai output adalah hasil perkalian faktor konversi dengan harga output. Pada

varian specialty wed hulled memiliki nilai output sebesar Rp. 42.879, pada varian

honey proses memiliki nilai output sebesar Rp. 74.615, pada varian natural

41

Universitas Sumatera Utara


memiliki nilai output sebesar Rp. 74.800, pada varian premium memiliki nilai

output sebesar Rp. 31.667. Nilai output sangat di pengaruhi oleh faktor konversi

dan harga output, semakin besar faktor konversi dan harga output maka semakin

besar juga nilai output nya.

Nilai tambah adalah hasil pengurangan nilai output dikurang dengan harga input

bahan baku dan sumbangan input lain. Rasio Nilai tambah adalah hasil bagi nilai

tambah dengan nilai output dikali 100%. Pada varian specialty wed hulled memiliki

nilai tambah sebesar Rp. 24.058 dengan rasio nilai tambah sebesar 56,11%, pada

varian honey proses memiliki nilai tambah sebesar Rp. 55.553 dengan rasio nilai

tambah sebesar 74,45%, pada varian natural memiliki nilai tambah sebesar Rp.

55.738 dengan rasio nilai tambah sebesar 74,52%, pada varian premium memiliki

nilai tambah sebesar Rp. 15.394 dengan rasio nilai tambah sebesar 48,61%. Nilai

tambah di pengaruhi oleh besarnya nilai output, harga input bahan baku dan

sumbangan input lain, dimana semakin besar nilai output maka semakin besar nilai

tambah suatu varian atau semakin kecil harga input bahan dan sumbangan input

lain maka semakin besar juga nilai tambah suatu varian.

Pendapatan tenaga kerja adalah hasil kali koefisien tenaga kerja dengan upah

rata rata tenaga kerja. Bagian tenaga kerja adalah hasil bagi pendapatan tenaga kerja

dengan nilai tambah dikalikan 100%. Pada varian specialty wed hulled memiliki

nilai pendapatan tenaga kerja sebesar Rp. 1.431 dengan bagian tenaga kerja sebesar

5,95%, pada varian honey proses memiliki nilai pendapatan tenaga kerja sebesar

Rp. 1.431 dengan dengan bagian tenaga kerja sebesar 2,58%, pada varian natural

memiliki nilai pendapatan tenaga kerja sebesar Rp. 1.431 dengan dengan bagian

42

Universitas Sumatera Utara


tenaga kerja sebesar 2,57%, pada varian premium memiliki nilai pendapatan tenaga

kerja sebesar Rp. 1.431 dengan dengan bagian tenaga kerja sebesar 6,92%.

Keuntungan adalah hasil dari nilai tambah dikurang dengan pendapatan tenaga

kerja. Bagian keuntungan adalah hasil bagi keuntungan dengan nilai output dikali

100%. Pada varian specialty wed hulled memiliki keuntungan sebesar Rp. 22.627

dengan bagian keuntungan sebesar 52,77%, pada varian honey proses memiliki

keuntungan sebesar Rp. 54.123 dengan dengan bagian keuntungan sebesar 72,54%,

pada varian natural memiliki keuntungan sebesar Rp. 54.307 dengan dengan bagian

keuntungan sebesar 72,60%, pada varian premium memiliki keuntungan sebesar

Rp. 14.328 dengan dengan bagian keuntungan sebesar 45,25%.

 Balas Jasa Untuk Faktor Produksi

Marjin diperoleh dari nilai output dikurang dengan harga input bahan baku. Pada

varian specialty wed hulled memiliki nilai margin sebesar Rp. 31.979 dimana

4,47% adalah pendapatan tenaga kerja, 24,77% adalah sumbangan input lain dan

70,76% adalah keuntungan. Pada varian honey proses memiliki nilai margin

sebesar Rp. 63.715 dimana 2,25% adalah pendapatan tenaga kerja, 12,81% adalah

sumbangan input lain dan 84,94% adalah keuntungan. Pada varian natural memiliki

nilai margin sebesar Rp. 63.900 dimana 2,24% adalah pendapatan tenaga kerja,

12,77% adalah sumbangan input lain dan 84,99% adalah keuntungan. Pada varian

premium memiliki nilai margin sebesar Rp. 20.767 dimana 5,13% adalah

pendapatan tenaga kerja, 25,87% adalah sumbangan input lain dan 69,00% adalah

keuntungan.

43

Universitas Sumatera Utara


5.2. Hasil Uji Hipotesis Kedua Dalam Menentukan Komparasi Nilai

Tambah dan Keuntungan Produksi Bubuk Kopi

Uji beda nilai tambah varian produk dari unit usaha Indi Gayo Coffee dilakukan

dengan menggunakan perhitungan matematika, yaitu dengan membandingkan

antara nilai tambah varian suatu produk dengan varian produk lainnya. Perhitungan

analisis uji beda nilai tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.2 berikut :

Tabel 5.2 Hasil Uji Beda Nilai Tambah Unit Usaha Indi Gayo Coffee

Nilai t-hitung
Varian Nilai Tambah Specialty
Honey Process Natural
Wet Hulled
Premium Rp 15,394 Rp 8,664 Rp 40,160 Rp 40,344
Specialty Wet Hulled Rp 24,058 Rp 31,495 Rp 31,680
Honey Process Rp 55,553 Rp 185
Natural Rp 55,738
Total keuntungan varian produk dari unit usaha Indi Gayo Coffee dilakukan

dengan menggunakan perhitungan matematika, yaitu input dikalikan dengan

keuntungan varian suatu produk. Perhitungan total keuntungan pada unit usaha Indi

Gayo Coffee dapat dilihat pada Tabel 5.3 berikut :

Tabel 5.3 Hasil Keuntungan Unit Usaha Indi Gayo Coffee

Varian Input Keuntungan/Kg Total Keuntungan


Premium 320 Rp14,328 Rp 4,585,031
Specialty Wet Hulled 65 Rp 22,627 Rp 1,470,772
Honey Process 65 Rp 54,123 Rp 3,517,973
Natural 65 Rp 54,307 Rp 3,529,973
Pada tabel 5.2 menunjukkan bahwa nilai tambah pada varian natural proses di

unit usaha Indi Gayo Coffee lebih besar dari pada varian premium dengan beda

nilai tambah sebesar Rp. 40.160, lebih besar dari pada varian specialty dengan beda

44

Universitas Sumatera Utara


nilai tambah sebesar Rp. 31.495, dan lebih besar dari pada varian honey dengan

beda nilai tambah sebesar Rp. 185.

Pada table 5.3 menunjukan bahwa keuntungan terbesar di unit usaha Indi Gayo

Coffee diperoleh dari varian premium dengan total keuntungan Rp. 4.585.031.

Keuntungan terbesar pada varian premium di unit usaha Indi Gayo Coffee

dipengaruhi oleh input yang lebih tinggi dari pada varian natural proses, specialty

wet hulled dan honey proses sebesar 320 kg.

45

Universitas Sumatera Utara


VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Terdapat nilai tambah pada varian natural proses, varian honey, premium dan

speciality proses. Nilai Tambah pada varian natural proses lebih besar

dibandingkan dengan varian honey, premium dan speciality.

2. Keuntungan yang diperoleh dari varian premium lebih besar dibandingkan

dengan varian natural proses, honey dan speciality.

6.2. Saran

1. Untuk Unit Usaha Indi Gayo Coffee

Untuk meningkatkan nilai tambah pada usaha pengolahan buah kopi menjadi

bubuk kopi dengan mengoptimalkan skala usahanya dan dalam meningkatkan

permintaan atas varian specialty wet hulled, honey proses, dan natural proses, Unit

usaha Indi Gayo Coffee sebaiknya menurunkan harga jual produknya agar

permintaan akan produk tersebut meningkatkan minat konsumen atas varian kopi.

2. Untuk Pemerintah

Agar Pemerintah dapat memberikan bantuan kepada para petani maupun

industri-industri kopi yang berada di Kabupaten Bener Meriah dengan bantuan

kredit modal ataupun perijinan dalam memperluas pemasaran produk-produk dari

kopi.

3. Untuk Peneliti Selanjutnya

Kepada peneliti selanjutnya disarankan untuk melanjutkan nilai tambah lain dari

hasil produk turunan/selanjutnya dari bubuk kopi.

46

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Ajidedim. 2008. Konsep Nilai Tambah Syariah: Pengertian dan Definisi Nilai
Tambah (Bagian Pertama).
https://ajidedim.wordpress.com/2008/12/15/konsep-nilai-tambah-syariah-
bagian-satu/. Diakses tanggal 17 Oktober 2018.
Anindyaputri, Irene. 2017. Mengenal Beragam Jenis Biji Kopi Dari Seluruh Dunia.
https://hellosehat.com/hidup-sehat/fakta-unik/jenis-biji-kopi-arabika-
robusta. Diakses tanggal 17 Oktober 2018.
Badan Pusat Statistik Indonesia, 2016. Statistik Kopi Indonesia 2016. BPS.

Badan Pusat Statistik Bener Meriah, 2014. Produksi Kopi di Kabupaten Bener
Meriah.BPS.
Barton D Dan Bolan M. 2002. Vallue Added Oportunities And Strategies. Kansas
University. Kansas.
Coffeelovers. 2012. Kopi Bubuk – Kopi Nikmat Berasal Dari Biji Kopi Berkualitas
http://pencintakopi.com/kopi-bubuk-kopi-nikmat-berasal-dari-biji-kopi-
berkualitas. Diakses tanggal 17 Oktober 2018.
Eyverson Ruauw, Th. M. Katiandagho dan Priska A.P.Suwardi. 2012. Analisis
Keuntungan dan Nilai Tambah Agribisnis Manisan Pala UD Putri di Kota
Bitung. ASE – Volume 8 Nomor 1.
Gustomo, Ridwan. Proses Pasca Panen Dalam Kopi.
https://www.gordi.id/blogs/updates/proses-pasca-panen-dalam-kopi.
Diakses tanggal 17 Oktober 2018.

Hayami Y.1987. Agricultural Marketing And Processingin Upland Java, A


Perspective from Sunda Village. Bogor.

Hermanto, Fadholi. 1996. Ilmu Usahatani. Jakarta: Penebar Swadaya.


Khalisuddin, Setyantoro AS, Gayosia AP, Bahany N, Bathin WR. 2012. Kopi dan
Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat Gayo. Balai Pelestarian Nilai Budaya.
Banda Aceh.
Lestari, Ova. 2016. Analisis Usaha Tani Dan Efisiensi Pemasaran Kopi (Coffea sp)
Di Kecamatan Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus. Universitas
Lampung. Bandar Lampung.
Mirza Fahmi, Akhmad Baihaqi dan Irwan A. Kadir. 2013. Analisi Strategi
Pemasaran Kopi Arabika Bergendaal Koffie di Kabupaten. Universitas Syah
Kuala. Banda Aceh.

47

Universitas Sumatera Utara


Muhammad Fikri Siregar, Zulkifli Alamsyah dan Adlaida Malik. 2015. Analisis
Nilai Tambah Kopi Luwak Bubuk Pada Agroindustri "buana Putra" Di
Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Universitas Jambi. Jambi.
Ni Luh Wicanodian Surya, I Made Sudarma, Putu Udayani Wijayanti . 2016. Nilai
Tambah dan Kelayakan Usaha Pengolahan Kopi Arabika pada Unit Usaha
Produktif Ulian Murni Kabupaten Bangli. E-Jurnal Agribisnis dan
Agrowisata Vol 5.
Puspita, Cindy. 2013. Analisis Nilai Tambah dan Pengembangan Produk Olahan
Kopi di Desa Sidomulyo Kecamatan Silo Kabupaten Jember. Universitas
Jember. Jember.

Rahmi, Abd. Hastuti, Diah Retno. 2007. Pengantar Teori dan Kasus Ekonomika
Pertanian. Penebar Swadaya: Jakarta.
Ravianto. 1988. Dasar-dasar produktivitas. Karunika. Jakarta.
Reswita. 2016. PendapatanDan Nilai Tambah Usaha Kopi Bubuk Robusta Di
Kabupaten Lebong (StudiKasus Pada Usaha Kopi Bubuk Cap Padi).
Universitas Bengkulu. Bengkulu.
Risandew, Tri. 2013. Analisis Efesiensi Produksi Kopi Robusta Di Kabupaten
Temanggung. Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Volume 11 Nomor 1.
Soekartawi, 2002. Prinsip Manajemen Pemasaran Hasil-Hasil Pertanian. Teori &
Aplikasinya. Edisi Revisi. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Suratiyah, K. 2006. Ilmu Usahatani. Penenbar Swadaya. Jakarta

Tambarta, Emmia. 2017. Analisis nilai tambah dan Strategi Pengembangan Olahan
Kopi Arabika di Kabupaten Bener Meriah Aceh. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.

Valentin, Oxy. 2009. Analisis Nilai Tambah Ubi Kayu Sebagai Bahan Baku
Keripik Singkong Di Kabupaten Karanganyar (Kasus pada KUB Wanita Tani
Makmur). Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Wahyu, Dendy. 2011. Analisis Distribusi Nilai Tambah Pengolahan Kopi Pada
Industri Kecil Kopi Bubuk Sahati di Kecamatan Guguk Panjang Kota
Bukittingi. Universitas Andalas. Padang.

48

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN

Lampiran 1. Tabel Anggaran Biaya Unit Usaha Indi Gayo Coffee

Specialty Wet Honey Natural


No. Variable Satuan
Hulled Process Proses Premium

1 Input Bahan Baku kg 65 65 65 320


Harga Input Bahan
2 Baku Rp/Kg Rp 10,900 Rp 10,900 Rp 10,900 Rp 10,900

3 Total Produksi kg 7.96 8.08 8.10 40.53


4 Harga Produk Rp/Kg Rp 350,000 Rp 600,000 Rp 600,000 Rp 250,000

5 Input Tenaga Kerja Orang 3 3 3 11


Upah Rata-Rata
6 Tenaga Kerja Rp/Kg Rp 31,000 Rp 31,000 Rp 31,000 Rp 31,000
Sumbang Input Lain
a. Rumah Jemur Rp/Kg Rp 1,048 Rp 1,048 Rp 1,048 Rp 214
b. Mesin Giling Rp/Kg Rp 322 Rp 322 Rp 322 Rp 11
c. Baskom Rp/Kg Rp 615 Rp 615 Rp 615 Rp 125
d. Listrik Rp/Kg Rp 138 Rp 138 Rp 138 Rp 28
e. Air Rp/Kg Rp 308 Rp 308 Rp 308 Rp 63
7
e. Giling Dari Gabah
Ke Green Bean Rp/Kg Rp 130 Rp 370 Rp 370 Rp 370
f. Biaya Antar Cerry Rp/Kg Rp 769 Rp 769 Rp 769 Rp 156
g. Roasting dan Giling
Menjadi Bubuk Rp/Kg Rp 3,958 Rp 3,958 Rp 3,958 Rp 3,958
h. Kemasan Rp/Kg Rp 633 Rp 633 Rp 633 Rp 633

49

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 2. Tabel Nilai Tambah Unit Usaha Indi Gayo Coffee (Metode Hayami)

Specialty Honey
Variable Satuan Notasi Natural Premium
Wet Hulled Process
Output, Input dan Harga
Output/Produk Total Kg/Proses Produksi A 7.96 8.08 8.10 40.53
Input Bahan Baku Kg/Proses Produksi B 65 65 65 320
Input Tenaga Kerja HOK/Proses Produksi C 3 3 3 11
Faktor Konversi Kg Output/Kg Bahan Baku D=A/B 0.123 0.124 0.125 0.127
Koefisien Tenaga Kerja HOK/Kg Bahan Baku E=C/B 0.05 0.05 0.05 0.03
Harga Output Rp/kg F Rp 350,000 Rp 600,000 Rp 600,000 Rp 250,000
Upah Rata-Rata Tenaga Kerja Rp/Proses Produksi G Rp 31,000 Rp 31,000 Rp 31,000 Rp 31,000
Pendapatan dan Keuntungan
Harga Input Bahan Baku Rp/kg H Rp 10,900 Rp 10,900 Rp 10,900 Rp 10,900
Sumbang Input Lain Rp/kg I Rp 7,921 Rp 8,162 Rp 8,162 Rp 5,373
Nilai Output Rp/kg J=DxF Rp 42,879 Rp 74,615 Rp 74,800 Rp 31,667
Nilai Tambah Rp/kg K=J-H-I Rp 24,058 Rp 55,553 Rp 55,738 Rp 15,394
Rasio Nilai Tambah % L=K/J x 100% 56.11% 74.45% 74.52% 48.61%
Pendapatan Tenaga Kerja Rp/kg M=ExG Rp 1,431 Rp 1,431 Rp 1,431 Rp 1,066
Bagian Tenaga Kerja % N=M/K x 100% 5.95% 2.58% 2.57% 6.92%
Keuntungan Rp/kg O=K-M Rp 22,627 Rp 54,123 Rp 54,307 Rp 14,328
Bagian Keuntungan % P=O/J x 100% 52.77% 72.54% 72.60% 45.25%
Balas Jasa Untuk Faktor Produksi
Marjin Rp/kg Q=J-H Rp 31,979 Rp 63,715 Rp 63,900 Rp 20,767
a. Pendapatan Tenaga Kerja % R=M/Q X 100% 4.47% 2.25% 2.24% 5.13%
b. Sumbang Input Lain % S=I/Q x 100% 24.77% 12.81% 12.77% 25.87%
c. Keuntungan % T=O/Q x 100% 70.76% 84.94% 84.99% 69.00%

50

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 3. Tabel Hasil Uji Beda Nilai Tambah Unit Usaha Indi Gayo Coffee

Nilai t-hitung
Varian Nilai Tambah Specialty
Honey Process Natural
Wet Hulled
Premium Rp 15,394 Rp 8,664 Rp 40,160 Rp 40,344
Specialty Wet Hulled Rp 24,058 Rp 31,495 Rp 31,680
Honey Process Rp 55,553 Rp 185
Natural Rp 55,738

Lampiran 4. Tabel Hasil Keuntungan Unit Usaha Indi Gayo Coffee

Varian Input Keuntungan Total Keuntungan

Premium 320 Rp14,328 Rp 4,585,031

Specialty Wet Hulled 65 Rp 22,627 Rp 1,470,772

Honey Process 65 Rp 54,123 Rp 3,517,973

Natural 65 Rp 54,307 Rp 3,529,973

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai