056.MEMO - Kajian Teknis Penimbunan Batuan Penutup (Overburden)

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 16
PT. PAMAPERSADA NUSANTARA ‘A. Rawogulam No.9 auaza int Pulogdang, arts 13930 indore lpr €602005 amir! Fon (21) 4601936 PAMA INTERNAL MEMO JIEP/ENG/19/056/MM. Kepada All Projet Manager, All Engineering Dept. Head, All Produation Dept. Hlead, AILSHE Dipt. Head ‘Tembusan Direksi (OPR, ENG, SHE), OPR Div. Head, SHE Div. Head, AILOPR Manager Pesihal Kajian Teknis Penimbunan Batuan Penutup (Overburden) Dengan Hormat, Berkaitan dengan adanya tingkat resiko tinggi terhadap pelaksanaan penimbunan batuan penutup (overburden) di \okasi tn pat dan out pit, diana bahkan terdapat genangan air dan atau lapisan lumpur (weak material) yang tetsedimentasi pada rencana lokasi penimbunan tersebut, maka berdasarkan Kepmen ESDM 1827 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kaidah Teknik Pertambangan Yang Baik dan kajian teknis yang sudah dilakukan Divisi Engineering peslu diatur mengenai proses penimbunan batuan penutup seperti dijelaskan di bawah ini I. Ketentuan Umum Sesuai dengan aturan Kepmen ESDM 1827, terdapat beberapa ketentuan yang harus dipenuhi untuk aktivitas penimbunan batuan penutup, diantaranya adalah sebagai berikut, 1. Lereng tunggal (single slope) untuk batuan peoutup memilki geometsi dan dimensi dengan rasio vertikal terhadap horizontal sebesar 1 : 2 (slope 26,57 derajat) atau berdasarkan basil kajian teknis 2. Sebelum dilakukan penimbunan, proses pengupasan tanah pucuk (typ so) harus dilakukan terlebih dahulu pada rencana area penimbunan batuan penutup, dengan tujuan untuk pemenuhan bearing capacity dasar (bas) timbunan yang baik dan pertimbangan persiapan ‘material untuk reklamasi 3. Jarak antara kaki timbunan batwan penutup di dalam bukaan tambang (in pit dip) dengan area kerja aktif sekurang-kurangnya 3 (tiga) kali tinggi dari coral timbunan atau berdasarkan hasil kajian teknis 4. Area penimbunan batuan penutup barus memiliki rencana sistem penyaliran dan/ atau pengelolaan air yang mampu mengalirkan debit ait larian puncak (11 off) Il. Penimbunan Batuan Penutup Untuk Kondisi Normal (Area dan Material Kering) Berdasarkan kajian teknis yang dilalcukan Divisi Engineering, jarak dumping dari rstine disposal pada proses penimbunan batuan penutup untuk kondisi normal menggunakan standar sebagai berikut jenis Dump Truck Bench Height (to) [Standard Tanggul] Minimum Jarak Dumping (mm) HD 465 10 ESDM 75 HD 785, 10 ESDM 8 HD 1500 10 ESDM 95 HD 465 3 ESDM 2 HD 785 3 ESDM HD 1500 5 ESDM 25 Detail ajian teknis jarak dumpingan pada proses pesimbunan batuan penutup uatuk kondisi normal terdapat pada Lampiran 1 y - PT. PAMAPERSADA NUSANTARA ‘eo"an aoa cag) tno mee PAMA II. Penimbunan Batuan Penutup di Area Yang Terdapat Genangan Air dan/atau Lumpur Mengenai pedoman pengelolaan teknis pertambangan pada kegiatan penambangan jenis tambang permuksan pada mineral dan batubata yang terkait dengan penimbunan batuan penutup (Kepmen ESDM 1827, Bagian 6 : Penambangan, halaman 84), maka pecla dicermati pengaturan sebagai berikut a) Pasal vi ayat h : dilaang menimbun batuan penutup pada area bekas kolam, bekas alur sungai, dan rawa kecuali dilakukan berdasarkan hasil kaj teknis b)Pasal vii ayat i: dalam hal area penimbunan batuan peautup berada di lokasi yang telah selesai ditambang (i pif), dasar area timbunan bebas dari lapisan batuan yang dapat menjadi bidang gelincir serta bebas air dan/atau lumpur. Dengan pertimbangan geoteknik dalam Aigh risk dumping process, maka dengan ini kami menyampaikan beberapa hal yang harus diperhatikan sebagai berikut 1. Pekerjaan peaimbunan batuan penutup di lokasi iv pit dan out pit memiliki tingkat resiko tinggi jika dilakukan tanpa ada pertimbangan atau rekayasa geoteknik. 2. Pada penimbunan batuan penutup di lokasi in pit dan oaf pit, genangan air yang ada harus dikeringkan terlebih dahulu (misalnya dengan pemompaan) untuk menjaga kestabilan timbunan. Selain itu material lumpur (sedimentasi) barus dibersibkan agar tidak menjadi bidang gelincir yang mengakibatkan ketidakstabilan lereng timbunan. 3. Jika pada area penimbunan i pit atau out pit masib terdapat genangan air atau lumpur yang tidak dikeringkan dan langsung ditimbun, maka akan berpotensi mengurangi.tingkat stabilitastimbunan. Genangan air akan menyebabkan pembasahan pada badan timbunan, sehingga berpotensi untuk menjadi tambahan beban dan menyebabkan terjadinya strength degradation dati material timbunan. Lumpur yang berada dibewah area timbunan in pit akan menjadikan bidang gelincir akibat lemahaya kuat geser material Lumpur. 4. Jika Karena suatu kondisi atau pertimbangin yang khusus, harus dilakukan proses penimbunan batuan penutup di area penimbunan yang masih ada genangan ais atau lumpur seperti yang dimaksud di atas, maka jree board (tinggi jenjang yang dihitung dari ere/ muka ait atau lumpur) adalah maksimal 5 meter. Jarak duping dari crestline yang terdekat dengan ait atau lumpur adalah minimal 10 meter dan lebar jenjang pertama dari cretlne tersebut ‘adalah minimal 150 metet. Bila terdapat retakan pada timbunan, maka penimbunan ulang ‘mulai dilakkan pada jarak minimal 10 meter dari retakan yang paling jauh dati crestine disposal (Lampiran 2), Selama proses penimbunan batuan peautup pada kondisi ini, harus tetap dilakukan upaya untuk mengurangi volume air atau lumpur, misalnya dengan cara pemompaan dan atau geavitasi. Untuk penimbunan material Lumpur (batuan penutup berupa lumpur), harus dibuatkan dumping pad yang mempunyai daya dukung yang sesuai, stopper untuk menahan gerakan mundur dimpéruck, rambu penanda jarak dumpiyg, dan fasilitas penampungan lumpur. Kemiringan slepe untuk bidang luncur lumpur pada fasilitas peoampung material lumpur, memiliki kemiringan 10 ~ 30 derajat. [usteasi penimbunan material lumpur dapat dilihat pada Lampiran 3. ae rR PT. PAMAPERSADA NUSANTARA ‘Ltn awa dl ging ar 200 Telpt2 £60 2015 sure] Fon (21) 40 S046 PAMA IV. Kondisi Khusus Jika dibutubkan dan dianggap perlu, maka untuk setiap aktivitas penimbunan batuan penutup yang lebih spesifik yang terkait dengan tinggi jenjang, lebar jenjang, jarak dumping, kemiringan leceng timbunan, atau parameter teknis lainaya harus berdasarkan hasil kajian teknis spesifik yang sudah dianalisa di internal PAMA. Semua basil kajian teknis atau prosedur yang berhubungin dengan penimbunan batuan penutup, yang belum diatue dalam Kepmen ESDM 1827, harus mendapatkan persetujuan dari Kepala Teknik Tambang (KTT) Demikian internal memo ini disampaikan untuk ditindaklanjuti, erima kasih atas pethatianaya, Engering Diner Head WI/950/6T/9N3/daIl : way) jousayu] UDsyduD7 Wf %& eiequesny epesiadeweg "Id UOISIAIG SulaauIsUy 80z Asenuer TE (ONIYAY TWIYaLVIN NYG vauv) TWINYON ISIGNO) YA.LNN dN.LANAd NVN.LVa NVNNEIWINAd SISAIVNV ALIMIGVLS 6 wep Tey VAWd Su Tuesdwez WIN/950/61/9N3/dIIf : Oway) jousazu; UDsduIDT €°T < NJ ‘Buasa] ueueweay 107 ej elu Ueyeunssuayy oy fs 1 | 4092} 12] 2) &d} TZ°76 = £-00STQH — ed} LT9L= £-S8L0H — &d)| S6°S9 = 32°S970H — + ¢NjHWaq Jeeqas Yona, dung ueqag “jooqpuny nsjowoy eyep ueysesepiag . de1dap €°€T = Weep Jasad ynpns — &d) ST = Isoyoy — + 1U4a}098 JaJoWeIeY Jedepip ‘sisAjouD AyANIsUas UO pasog « t o0b = ‘asodad jo ajBuy — cU/N 8T = A Yslam yun — :yNyjYWAq leBeqas e}19}14) UBJesepsaq UeyNyeIIP seqIqers sisyeuy « 6 Hep Z “ey w SVLITISVLS SISTIVNY aGLl IdVT Ld : Aq paseayes “Jeo nesag “1d |esodsiq ease Ip OT-ONW-d Ueunquiuag Isesadg. Anpasoig sluyxay uenefuly, uesode| uende ueyxJesepiag WIN/950/6T/9N3/d3If : way pousajuy uDsdui07 t/ fo UW *Z ynefas yeyepe jesodsip auljysauo wep Suidwinp yesel Isepuawoyay 9 e . “ 7 "4 1 fe— woss—sj ZE'T = ueueweay 107224 S9v-GH NjUN WwW OT ysuag I33uUl) 6uep € ey gj 4269 SwLIaviSSisnvny = [ee WIN/950/61/9NI/dII : OWA jousauy UDsduDT lf, ~, wos ynefas yejepe jesodsip auijsauo wep Suiduinp yerel sepuawioyay oo oe - a TET = ueueweay 10724 S8Z-GH NjuN wW OT youag 133ul) 6 uep pyey ig SWLITISVLS SISTIWNY = [eer wi WNIN/950/6T/9NI/d3If : OWaYy joura3u; UossduD7 fs WW "6 Ynefas yejepe jesodsip auljysai9 wep Suidwinp yeJef isepuawoyay % e oe 7 7 % - : c a Te'T = ueueweay 107224 OOST-GH 1NyuNn w OT Yyduag I33uI), 6 ep sjey SVLITISVLS SISIIVNV Fuenduet WIN/950/61/9N3/d3Ir : Owayy jousaquy UosdusDT fb (In33ue} ueyenquiad) Wf a W QZ ynefas yejepe jesodsip aurjysao wep Suiduinp evel isepuawoyay = — 2. “ a % oe o 0 8b'T = ueueweay 102/24 S9v-GH 1NyuUN wg Yyuag ISBUIL (JOUWON Isipuoy) 6uep 9 ey Nw SVLITISVLS SISTIVNY [Een WIN/950/6T/9N3/daIt : Oway joUusa,U) UDsdWID] l/ ts (In33ue, ueyenquiad) W 0°Z Unefas yejepe jesodsip auyjysas9 wep Suiduinp yeJef Isepuawioyay 09 i 7 . % ies oe 9 S8Z-GH Nun Wig yduag ISSuIL pT = ueueweay 402/24 (JOUON Isipuoy) 6uep Z1ey yi SVLITISVLS SISTIVNY = wen WIN/950/6T/9N3/d3If : Owayy jousazul UDsdwD7] Wf W G°Z Unefas yejepe jesodsip auijjsaso ep sulduinp yevef isepuawoyay 7G Az vez 2er eer Der 2S tet sae Tesvans5 TET = ueueweay 10:24 OOST-GH 1Nyun wg Yyduag I38uUIL (joW4ON Isipuoy) 6 uep g ‘ey w SVLITISVLS SISTIVNY = eons WIN/950/61/9NI/d3If : Oway jousazuj UDdwIDT 4 ts (Aujiqois adoys uop Az/90d09 Burinag) yisuayasdwoy Sued y1uya}098 uelley UeYxNJeWaW sn4eYy eMe seyeIP UeUNqUIIUad yNIUN INpasodg , (Isequawipas jeayew yedepJay eyi{) aS 4INSI1a}y4e1e) UeSUAp lensas UeYeque} yuyajoas esjeue uexnadip se ueSueuas eovelp ueunquiuad yNjun Anpasoid 2781 Was] uatuday eped noesuay 7 BMed Seje Ip UeUNqUUIUAad Uep Jie UeSUeUA’ Bale Ip UeUNqUIIUad ueyeundip esiq yepn sereip yduINp Yee! IsepUaWOYas eYeUI “YeUN] JeLaIeW edniaq (JeuOU yepn) BUN} yepn jesodsip ymuaqwiad jeuareW eyIT « (Buay jeLayew uep eaie) jeWJON ISIpUoy yMAUN SereIp eH « 2 8I0N st was3 f OOST GH z was3 x S82 GH z was3 5 S9v GH s6 was3 ot OOST GH 8 was3 oT S82 GH 4 was3 oT s9v GH (w) uesuyduing yereF sepuauioyay | N3Bue] sepueys | (w) 1y8!9H Youag | yonal duing siuer : JewWOU |s}puoy dnynuad uenjeq ueunquyuad ynqun Suidwinp yevef | epuswoyay VWVd AYVINININS 6 Hep 6 Jey Tuesdwey . WW/9S0/6L/ONF/dAP : OWE jeuseju) UesdUeT oe ed LT9L = £-S8Z0H — : yMyYAq ledeqas yond, dung ueqag “jooqpunH nsjowoy eyep ueysesepiag « aeau3ap €"ET = Wejep 4asaz3 jnpns — &d ST = !sayoy — elU/N 8T = A4ysiam yun — + MJaq ledeqas e149}14} UexJesepsaq UeyNye]IP SeUIGeys sisyeuy Anduwin] neze/uep airy uegueuay yedepay Suey eay ig ueunquiiuag SVLITISWLS SISTIVNY acti €uep Trey WNIN/9SO/GL/ONA/AAIP : OWeW jewsoruy Uesdue7 (2102 4@4°K10 ‘ALI Id Ld) ‘WSOdSIG Va¥V IG OL-ONIN-d NYNNSWINAd ISVYIdO HNGISONd SINAL NVNIVPNIL epedey noeBuew ‘wi | fewlUlUY BuIdunp yeuer y upunquin opod upynia4 Jodopial “q (ewiun Sueung yeep) ueunquitz > wou, a hwo Ree } (eunsoeqy Buefuar 6504) (véisap se dn asiey) (Teansyy Bueluar e999) be wo°osL- * uounquin opod upypja4 jodopsa} yoply ‘dD ueunquil, (uétsap se dn esey) (jewrany Buetuar 12097) ke woost >| andwin] neje/uep sry uesueuay yedepial Sue, eoy Ig € ep z ‘Jey ueunquijuag Isesqsnjy Z uesdwey of WIN/990/61/ON3/daIr : OWayy feusezuy UessdWeT > — #01984 Ayayes Je]1U UexUNANUEUL Uey¥e JeSEq UDfeWies BueK pieog aay ‘ewes BueA jyBIoY YouAT UEP e/6ue adojs ped : ION 080°T SL or Ov 69I'T sk oL Of 9sTT os or Ob Let os or OF 67T st or OP BET st or of saya een aaidap uayaw ae aaifap (31 (31 {RAP THASHS| anproasess | MBM len ay ado [5215] ay prng ais | O94 | on oy Se 7 401984 Ajajes Je|JU UeYUNANUEU eye Jeseq UNFELIES BueK 1yBjey Yyoueg ‘ewes BUK pse0g eoy Uep a/6ue odoJs eped : CON oosBop £1 = wjep 19500 mipNS "ed SS = /SOYON “

Anda mungkin juga menyukai