Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH TARIKH TASYRI

"TASRIKH ISLAM PADA MASA BANI UMAYYAH"

Makalah ini di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah “ Tarikh Tasyrik ”

Dosen Pengampu : Bp. Drs. H. A. Burhanuddin, MPI

Disusun oleh :

Kelompok 3 A & B

Adelia ulfatunisa 192891 VA


Danar Prakoso 192842 VA
Muhammad Irfan Baharudin 192871 VB
Muhammad Syahrul Akbar 192873 VB
Musthofa Anwari 192874 VB
Nur Arifin 192878 VB
Trimo 192896 VB
Ahmad Mustofa 192826 VB

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MUHAMMADIYAH KLATEN

TAHUN AJARAN 2020/2021

II
DAFTAR ISI

Sub Cover ........................................................................................................………… i


Daftar Isi ..........................................................................................................………… ii
Kata Pengantar .................................................................................................………… iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................…………
A. Latar Belakang ........................................................................………… 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................………… 2
C. Tujuan Kegiatan ......................................................................………… 2
BAB II PEMBAHASAN ..........................................................................………....
A. TASYRI’ ISLAM PADA MASA DINASTI UMAYYAH
1. Langkah Perencanaan Terhadap Peserta Didik ................……….... 4
B. Konsep Dasar Penerimaan Peserta Didik ...............................………… 7
C. Sistem Penerimaan Peserta Didik............................................………… 7
1. Macam-Macam Sistem Penerimaan Peserta Didik ...........………… 7
D. Pengertian Mutasi Peserta Didik.............................................………… 8
BAB III HASIL OBSERVASI DAN ANALISIS.....................................................
I. Hasil Observasi ..................................................................………… 9
A. Sejarah Singkat MI Muhammadiyah Sedayu ..............……….... 9
B. Profil MI Muhammadiyah Sedayu...............................………… 9
C. Visi dan Misi MI Muhammadiyah Sedayu .................………… 10
D. Tata Tertib MI Muhammadiyah Sedayu.......................……........ 10
E. Keadaan Lingkungan di MI Muhammadiyah Sedayu…............... 12
F. Kondisi Gedung Madrasah……………………………………… 13
II. Analisis Perencanaan, Penerimaan dan Mutasi Peserta Didik
A. Analisis Perencanaan, Penerimaan dan Mutasi Peserta
Didik di MI Muhammadiyah Sedayu…………………………… 17
1. Membuat Schedule………………………………………….. 17
2. Strategi Menarik Siswa……………………………………… 17
B. Analisis Penerimaan Peserta Didik di MI Muhammadiyah Sedayu.. 18
1. Syarat Siswa yang diterima di MI Muhammadiyah Sedayu…. 18
2. Test di MI Muhammadiyah Sedayu………………………….. 18
C. Analisis Mutasi Peserta Didik di MI Muhammadiyah Sedayu…… 18

BAB IV PENUTUP ....................................................................................…………..


A. Kesimpulan ............................................................................…….……. 19
B. Saran ......................................................................................………….. 19
Daftar Pustaka.........................................................................…………. 20
Lampiran Dokumentasi..........................................................………….. 21

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Subhaanahu wata΄ala, atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Tarikh Islam
Pada Masa Bani Umayyah” Sholawat serta salam senantiasa kita haturkan kepada baginda
Nabi Muhammad SAW agar mendapat Syafaat-Nya. Makalah ini diajukan guna memenuhi
tugas mata kuliah Tarikh Tasyri.

Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada bapak dosen Drs. H. A.
Burhanuddin, MPI yang telah membingbing kami serta semua pihak yang telah membantu
sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya. Makalah ini masih jauh
dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini memberikan informasi
bagi mahasiswa atau yang membacanya dan semoga bermanfaat untuk pengembangan ilmu
pengetahuan bagi kita semua.Aamiin.

Klaten, 21 Desember 2021

Penyusun
Kelompok 3

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Dengan meninggalnya khalifah Ali Bin Abi Thalib dari Khulafaur Rasyidin,
maka bentuk pemerintahan Islam yang dirintis Nabi Muhammad SAW berubah dari
system demokrasi menjadi monarkhi (kerajaan) yaitu Daulah Bani Umayyah. Daulah
Bani Umayyah didirikan oleh Muawiyah Bin Abi Sufyan bin Harb bin Umayyah.

Memang ada usaha dari putra ali hasan bin ali bin abi thalib untuk
menggantikan ayahnya karena tidak rela melihat umat Islam saling membunuh untuk
merebutkan kekuasaan, tiga bulan setelah dibaiat Hasan menyerahkan kekuasaan
kepada Muawiyah dengan berapa syarat.

Muawiyah (memerintah 661-680) adalah orang yang bertangung jawab atas


sistem sukses kepemimpinan dari yang bersifat demokratis dengan cara pemilihan
dengan cara pemilihan kepada yang bersifat keturunan. Hal demikian ditentang oleh
Husein bin Ali dan Abdullah bin Zubair yang kemudian meninggalkan madinah,
pertentangan ini melahirkan perang saudara kedua. Dengan kemenangan Bani
Umayyah

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Tarikh Islam pada Masa Bani Umayyah?
2. Apa itu Tabi'in ?
3. Bagaimana Politik dan Aliran Pemikiran Pada Masa Bani Umayyah?
4. Bagaimana Peningkatan Fiqh Pada Masa Bani Umayyah?
5. Apa itu Madrasah Ahli Hadits?
6. Apa Itu Madrasah Ahli Ra'yi?
7. Sumber-Sumber Hukum Pada Masa Bani Umayyah?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengenali Tarikh Islam Pada Masa Bnai Umayyah.
2. Untuk Mengenali Tabi'in.
3. Untuk Mengenali Politik dan Aliran Pada Masa Bani Umayyah.
4. Untuk Mengenali Peningkatan Fiqh Pada Masa Bani Umayyah.
5. Untuk Mengenali Madrasah Ahli Hadist.
6. Untuk Mengenali Madrasah Ahli Ra'yi.
7. Untuk Mengenali Sumber Hukum Pada Masa Bani Umayyah.
BAB II

PEMBAHASAN

A. TASYRI’ ISLAM PADA MASA DINASTI UMAYYAH

Periode ini dimulai ketika para khalifah Bani Umayyah memegang tampuk
kekuasaan kaum muslimin setelah terbunuhnya Imam Ali bin Abi Thalib pada tahun
41 hijriah, dan berakhir pada awal abad kedua hijriah sebelum berakhirnya Dinasti
Umayyah pada tahun 32 hijriah. Zaman ini dipenuhi dengan berbagai peristiwa dan
perkembangan, perbedaan fiqh, dan pergolakan politik karena sejak zaman awal
berdirinya dinasti ini kaum muslimin terpecah kepada tiga golongan:

1. Syiah, yaitu orang-orang yang sangat fanatik dengan Ali bin Abi Thalib.
Mereka menganggap khilafah hanya untuk Ali dan ketu-runannya sehingga
urusan khilafah menurut mereka sama dengan warisan dari Nabi dan bukan
dengan cara bai'at.
2. Khawarij yaitu mereka yang kecewa dengan adanya proses tahkim
(perdamaian) pada zaman Khalifah Muawiyah lalu mereka meng-kafirkan Ali
dan Muawiyah, dan mayoritas mereka berpendapat wajib melantik seorang
khalifah taat agama, adil mutlak, tegas dan keras, dan tidak harus dari suku
Quraisy atau keturunan Arab.
3. Jumhur kaum muslimin, yaitu kaum moderat yang memiliki sifat adil dan
tidak radikal. Mereka berpendapat bahwa khalifah harus dari suku Quraisy,
namun harus dipilih oleh kaum muslimin dengan cara bai'at. Perbedaan politik
ini telah memberikan pengaruh yang besar te'rhadap perjalanan aliran fiqh
yang berkembang pada zaman berikutnya.

Pada permulaan periode ini, perkembangan tasyri' dan fiqh masih sama
dengan apa yang ada pada zaman sahabat, di mana tidak ada ulama yang secara
khusus membahas tentang fiqh, seorang alim mengajarkan masyarakat Alquran,
menafsirkannya, meriwayatkan sunnah, dan memberi fatwa jika ada masalah. Namun
ketika sudah masuk zaman Khalifah Abdul Malik bin Marwan kita bisa menemukan
sekelompok ulama yang dikhususkan untuk memberi fatwa halal dan haram, lalu
setelah itu mulailah bermunculan para mujtahidin dengan kemampuan yang berbeda-
beda sehingga pada akhirnya berimbas pada adanya perbedaan fiqh seperti yang
pernah terjadi pada zaman sahabat.

B. POLITIK DAN ALIRAN PEMIKIRAN

Sudah kami jelaskan sebelumnya bahwa perbedaan antara kaum muslimin


tentang masalah khilafah setelah wafatnya Ali bin Abi Thalib telah mengakibatkan
barisan kaum muslimin terpecah menjadi tiga kelompok:

1. Khawarij
2. Syiah
3. Jumhur Kaum Muslimin

Walaupun perpecahan yang terjadi di antara kelompok-kelompok di atas yang


merupakan perpecahan politik, namun juga berimbas kepada aliran-aliran fiqh. Hal
ini disebabkan oleh perbedaan mereka tentang sumber-sumber hukum fiqh, karena
ada beberapa masalah fiqh yang berkaitan dengan keyakinan (akidah) politik dan
inilah yang akan kami jelaskan dalam subbab ini walaupun hanya secara ringkas
tentang masing-masing golongan di atas.

D.) PENINGKATAN KREATIVITAS FIQH PADA MASA BANI UMAYYAH

Periode ini memiliki ciri khas, banyaknya ulama yang memberi fatwa selain banyaknya
permasalahan yang dihadapi oleh para ahli fiqh. Ruang perbedaan fiqh pun semakin meluas
sebagai bukti bahwa aktivitas fiqh pada zaman ini meningkat dibanding sebelumnya seperti
zaman sahabat.

Meningkatnya aktivitas fiqh pada zaman ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:

1. menyebarnya para sahabat ke seluruh pelosok wilayah,

2. meluasnya periwayatan hadis,

3. para hamba sahaya mulai menggeluti fiqh dan ilmu syariat, dan

4. munculnya beberapa aliran fiqh.


E.) MADRASAH AHLI HADIS

Madrasah ahli hadis muncul di kota Madinah, negeri Hijaz dan Allah telah memuliakan
negeri Mekah dan Madinah dengan mengutus Rasulullah padanya turun syariat Islam dan di
Madinah Munawarah tempat turunnya hukum-hukum fiqh dan tempat hijrahnya risalah
setelah mendapat penentangan dari penduduk Mekah. Di kota Madinah, Islam mendapat
sambutan yang hangat dan pikiran yang terbuka serta jiwa yang siap menjaga risalah.
Dikarenakan mereka begitu mencintai pembawanya dan ridha dengan Rasulullah juga, hati
mereka dipenuhi iman sehingga syariat Islam bisa melekat pada diri mereka, menjadi orang-
orang yang sangat tahu dengan sunnah Nabi dan sangat paham dengan atsar (periwayatan)
para sahabat di zaman khulafa' ar-rasyidin. Dan dengan ciri inilah kemudian kota Madinah
menjadi sumber cahaya dan pusat kemajuan untuk semua negeri-negeri Islam yang
berhubungan dengan sunnah yang suci, terkait dengan peninggalan para sahabat dan inilah
faktor utama bagi lahirnya madrasah ahli hadis.

Faktor Penyebab Kemunculan Aliran Ahli Hadis di Madinah

1.)Komitmen para ulama Madinah terhadap sunnah dan tidak meng-ambil logika (ra'yi) yang
kemudian melahirkan madrasah ahli hadis disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya
sebagai berikut :

2.)Banyaknya sahabat yang menghafal hadis Rasulullah di Madinah karena yang menetap di
kota mulia ini temyata lebih banyak daripada yang berhijrah ke negeri lain. Dengan
demikian, sangat mudah untuk mendapatkan hadis Nabi di negeri Hijaz, selain di situ juga
me-netapnya tiga khalifah yang menjadikan Madinah sebagai pusat pemerintahan, fatwa dan
qadha' mereka sangat terkenal, mereka juga bebas dari fitnah Khawarij dan Syiah, serta
kelompok radikal. Oleh sebab itu, tidak ada pemalsuan hadis di kota Madinah yang kemudian
dinisbatkan kepada Rasulullah Semua ini memudahkan bagi mereka untuk menguasai hadis
sehingga tidak perlu mengambil pendapat pribadi.

3 ) Sedikitnya problematika yang muncul, karena syariat turun di negeri ini selama dua puluh
tiga tahun sehingga semua bisa diberikan corak Islam yang murni. Munculnya masalah baru
yang tidak ada nash-nya sangat sedikit sekali, terutama dalam masyarakat yang pada saat itu
(zaman tabi'in) mereka hidup dalam suasana perkampungan dan tidak perlu menggunakan
pendapat pribadi. Para tabi'in yang ikut dengan gaya guru-gurunya dari kalangan sahabat
seperti Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Umar, dan 'Aisyah. Mereka ini sangat terkenal
berkomitmen tinggi dengan sunnah dan tidak memakai pendapat pribadi.

Corak Fiqh pada Madrasah AhU Hadis Corak fiqh bagi madrasah ahli hadis dibangun di atas
prinsip sebagai berikut :

A. Para fuqaha' lebih mendahulukan sunnah daripada pendapat pribadi, dan tidak
menggunakan ra'yi kecuali dalam masalah yang tidak ada nash-nya, baik dalam Alquran,
sunnah, ijma', ataupun pendapat sahabat. Kesannya, mereka mau menggunakan hadis yang
hanya diriwayatkan oleh satu orang perawi jika hafalan, agama, dan amanah-nya dapat
dipercaya. Para pengikut aliran ini sangat komitmen dalam melaksanakan nash' nash zahir
dan tidak melihat illat sebuah hukum atau hikmah pensyariatannya. Akibatnya, mereka tidak
akan meninggalkan pengamalan terhadap zahirnya nash, walaupun hikmahnya tidak tampak.

B. Mereka tidak menggunakan pendapat pribadi, kecuali jika sangat terpaksa dan
membatasinya dalam masalah realitas hidup yang memang perlu segera mendapat jawaban.
Adapun masalah-masalah yang bersifat pengandaian, mereka tidak menggunakannya dan
merasa cukup dengan hukum aplikatif ketika menghadapi masalah atau kejadian.

jejak llmiah Madrasah Ahli HadisBanyak hikmah yang dapat dipetik dari lahirnya madrasah
ahli hadis, secara umumnya sebagai berikut :

A. Terjaganya dan terkumpulnya sunnah Nabi. Komitmen tinggi ini telah memotivasi mereka
untuk menjaga dan memberikan perhatian khusus, bahkan merekalah yang pertama
membukukan hadis Nabi, dimulai oleh Ibnu Syihab Az-Zuhri lalu diikuti oleh muridnya
Malik bin Anas. Kemudian diikuti oleh generasi setelah itu pada setiap generasi secara
berkesinambungan.

B. Mengumpulkan pendapat para sahabat dan tabi'in, fatwa, dan ketetapan mereka serta
menjaganya dengan cara dibukukan dan dipelajari.

C. Aliran ini memiliki keutamaan besar ketika mampu mengarahkan pandangan kaum
muslimin di setiap negeri untuk memberikan perhatian khusus terhadap sunnah dan atsar
yang diriwayatkan darisahabat.

D. Madrasah ahli hadis telah mengokohkan sebuah manhai ilmiah bagi ilmu fiqh, dan
meletakkan dasar, serta kaidah yang kemudian melahirkan kemandirian serta keunikan
tersendiri bagi ilmu fiqh selain ilrrfu-ilmu Islam yang lain.
F.) MADRASAH AHLI RA'YI

Sejarah berdirinya madrasah ra'yi

Madrasah ahli ra'yi muncul dan berkembang di Kufah (Irak), sebuah negara yang tidak kalah
hebatnya dengan kota Madinah dalam aspek perkembangan keilmuan karena termasuk negara
yang paling banyak disinggahi para pembesar sahabat. Di sana ada Abdullah bin Mas'ud
sebagai hakim dan guru, Abu Musa Al-Asy'ari, Sa'd bin Abi Al-Waqqas, Ammar bin Yasir,
Al-Mughirah bin Syu'bah, Huzdaifah bin Al-Yaman, Imran bin Hushain, dan Anas bin Malik.
Karena ketenaran ini maka Khalifah All bin Abi Thalib menjadi-kannya sebagai pusat
pemerintahan sehingga memotivasi sebagian sahabat untuk berhijrah ke negeri tersebut,
seperti Abdullah bin Abbas.

Faktor Penyebab Kemunculan Ahli Ra'yi di Irak

Ada beberapa sebab yang mendorong lahirnya manhaj ilmiah bagi madrasah ini, terutama di
Kufah di antaranya:

1.) Menetapnya Abdullah bin Mas'ud di Kufah dalam tempo yang cukup lama sejak zaman
khilafah Umar menjadi guru, hakim dan mufti,dan sering berhubungan dengan penduduk
negeri ini sebagai guru bagi mereka. la mempunyai murid yang banyak.

2.) Perbedaan geografis antara kota Irak dan Hijaz karena faktor tamadun (peradaban) yang
ada di Irak dan kesederhanaan yang ada di Madinah.Hal ini memberi pengaruh yang besar
terhadap munculnya beberapa problematika yang tidak ada di negeri Hijaz, sangat beragam
dan perlu ditetapkan hukum syar'inya. Terkadang terdapat hal yang belum ditetapkan
hukumnya dan memerlukan ijtihad serta ra'yi. Hal ini semakin memperluas penerapan ra'yi di
negeri Irak yang sangat berbeda dengan negeri Hijaz.

3.) Sedikitnya hadis yang sampai kepada penduduk Irak berbeda dengan negeri Hijaz.
Walaupun Irak banyak dikunjungi para sahabat dibandingkan negeri-negeri taklukan yang
lain, namun jumlah mereka belum sebanding dengan yang masih menetap di Madinah dan
Mekah, apalagi terdapat pemalsuan hadis di Irak setelah lahirnya beberapa golongan yang
saling bertikai. Hal tersebut membuat para fuqaha' Irak sangat ketat dalam menyeleksi hadis,
menentukan syarat yang berat untuk mengamalkan hadis ahad yang menjadi bahan
perdebatan di antara ulama di Madinah dan negeri lain. Akhirnya, kondisi ini membuat para
ulama Irak lebih condong kepada logika (ra'yi).
Corak Fiqh Aliran Ahli Ra'yi

Corak fiqh pada madrasah ahli ra'yi adalah sebagai berikut.

1. Memberikan perhatian khusus terhadap pencarian illat hukum dan hikmah pensyariatan
serta mengaitkannya baik ada atau tidaknya. Ini karena mereka menganggap bahwa syariat
Islam dapat dicerna maknanya, ia datang Untuk mewujudkan kamaslahatan hamba sehingga
perlu dicari rahasia apa yang tersimpan di balik zahirnya nash berupa Mat ditetapkannya
syanat. Dalam hal ini mereka memakai manhaj yang sama dengan Umar bin Khaththab dan
men'inggalkan metode Ibnu Mas'ud.

2. Sangat selektif dalam menerima hadis ahad. Hal itu dilakukan karenamereka sangat
berhati-hati dalam meriwayatkan hadis Nabi H dan tidak takut berbicara dengan pendapat
pribadi karena menguasai,apalagi Irak menjadi negeri yang penuh dengan hadis palsu yang
mengharuskan para ulama untuk lebih selektif dalam menyaring sunnah. Akibat sikap keras
ini mereka lebih mendahulukan qiyas daripada hadis ahad yang sudah shahih menurut ulama
yang lain.

3. Penggunaan ra'yi tidak hanya terbatas pada masalah-masalah yang sudah terjadi, akan
tetapi juga terhadap berbagai permasalahan iftiradhiyah (andaian) yang belum terjadi dan
mereka sudah menuangkan logika (ra'yi) di dalamnya. Ulama Kufah termasuk dari golongan
yang banyak memberikan perincian (tari') masalah fiqh yang dilandasi fiqh iftiradhi, bahkan
sampai kepada mengandaikan suatu kejadian yang tidak mungkin terjadi. Dan inilah yang
menjadi objek kritikan ulama Madinah sehingga mereka menamakan penduduk Kufah
dengan sebutan "Ardatiyin" karena banyaknya ucapan mereka, 'Apa pendapat kamu jika
begini dan begitu, apa hukumnya?" Akan tetapi, menurut hemat penulis justru cara inilah
yang telah meluaskan ruang lingkup fiqh dan meletakkannya pada tingkat kematangan.
Adapun semua masalah pengandaian yang ada, tidak lain hanya untuk melatih diri terhadap
kaidah untuk memudahkan istinbat hukum terutama bagi yang sedang belajar, dengan alasan
ini maka pengandaian tersebut sama halnya dengan seal-seal ujian pada zaman sekarang ini.

Jejak llmiah Madrasah Ahli Ra'yi


Madrasah ahli ra'yi telah meninggalkan warisan ilmu dalam bidang istinbat hukum dan
perkembangan perundang-undangan yang dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Para ulama madrasah ahli rdyi telah mengumpulkan hadis-hadis yang mereka hafal dari
para sahabat yang sempat bertemu dengan mereka,termasuk fatwa, qadha' sahabat sehingga
mereka mampu memberikan solusi bagi permasalahan yang mereka hadapi.

2. Para ulama madrasah ahli rdyi berhasil mengeluarkan illat'illat hukum dan hikmahnya,
termasuk kaidah umum bagi syariat, baik dari Alquran dan sunnah Rasulullah M- Dengan
bekal ini mereka dapat menjawab semua problematika umat pada saat itu, membahas semua
bab fiqh sehingga mereka mampu mengumpulkan berbagai persoalan fiqh dan
meletakkannya dalam setiap bab fiqh yang sebelumnya belum ada.

3. Para ulama madrasah ahli rdyi berhasil menutup pintu bagi para pemalsu hadis yang
tersebar di Irak karena mereka memberikan syarat dan kaidah yang ketat, baik dari Alquran
ataupun sunnah mutawatir untuk menerima sebuah hadis sehingga dengan ini hancurlah
semua langkah dan upaya para pemalsu hadis.

G.) SUMBER-SUMBER HUKUM PADA MASA BANI UMAYYAH

Sumber fiqh pada zaman tabi'in masih terbatas pada Al-quran, sunnah, ijma', dan logika,
tetapi ada sedikit perubahan dalam aspek penggunaannya :

1.Terhadap Alquran, terdapat banyak perbedaan dalam menafsirkan nash'nash yang tidak
qath'i interpretasinya yang sebelumnya tidak terjadi pada zaman sahabat. Hal tersebut
dikarenakan para fuqaha' generasi ini tidak melihat langsung turunnya Alquran sehingga
tidak mudah untuk memahami asbabun nuzul yang dapat membantu maksud ayat, sejarah
turunnya ayat, mengenal nasikh dan mansukh kecuali jika bertemu langsung dengan sahabat,
sedangkan tidak semua ulama tabi'in bertemu dengan sahabat, ditambah lagi petbedaan
kemampuan linguistik di antata mereka yang terus mengalami perkembangan. Setelah
berakhir zaman sahabat, beberapa peng-gunaan bahasa yang banyak digunakan di zaman
Nabi H dan diguna-kan oleh Alquran sudah ditinggalkan. Inilah yang diingatkan oleh Umar
dengan ucapannya, "Jagalah diwan kalian niscaya kalian tidak tersesat." Sahabat bertanya,
"Apa itu diwan kami?" la menjawab, "Syair jahiliah, di sana ada tafsir bagi kitab dan makna
ucapan kalian." Para fuqaha' pada zaman ini tidak sama derajatnya dalam memahami syair
jahiliah, walaupun menggunakan bahasa mereka sendiri secara umum dan ini pasti
menambah jurang pemisah di antara mereka dalam memahami makna Alquran.

2. Terhadap As-Sunnah, mereka lebih banyak menggantungkan diri dengannya dibandingkan


pada zaman sahabat, terutama setelah menyebar periwayatan hadis dan banyaknya fuqaha'
yang memberi fatwa. Oleh karena itu, muncul beberapa kelompok fuqaha' seperti yang sudah
dijelaskan, yaitu kelompok yang komitmen dengan sunnah dan sangat selektif dan kelompok
yang sangat bebas menggunakan logika, dan kedua aliran ini tidak begitu terlihat pada
zamansahabat.

3.Terhadap ijma', pada zaman ini terjadi perbedaan tentang ijma' yang dapat dijadikan
sumber hukum, yaitu kesepakatan semua mujtahid atau sebagian kelompok khusus, termasuk
pendapat kaum Syiah yang mengatakan kesepakatan semua mujtahid dari kalangan ahli bait.
Namun secara umumnya, berawal dari zaman ini ijma' banyak mengalami dekresi urgensi
sebagai sebuah sumber hukum bagi fiqh Islam, setelah para fuqaha' menyebar ke berbagai
pelosok negeri sehingga sulit sekali bagi mereka untuk bertemu.

4. Terhadap logika (ra'i), biasanya mereka menamakannya qiyas secara umum. Terjadi
perbedaan tentang legalitasnya seperti yang sudah kami jelaskan, namun mayoritas ulama
tetap menggunakannya walaupun sebagian lebih condong memperkecil ruang qiyas kecuali
jika terpaksa, dan sebagian yang lain agak longgar dalam pemakaiannya. Apa pun
kesimpulannya, yang pasti semua produk ijtihad ulama yang betdasarkan logika pada saat itu
tetap bersandar kepada qiyas dan bukan masldhat mursalah.

H.) KARAKTERISTIK FIKQIH PADA MASA DINASTI UMAYYAH

Masa pemerintahan Dinasti Umayyah ini memiliki karakteristik fiqh tersendiri, antara lain
sebagai berikut.

1. Munculnya beberapa manhaj (metode) kajian fiqh yang bersih dari pertikaian politik,
terutama madrasah ahli hadis dan ahli ra'yi (logika).

2. Sinergitas antara para mawali (keturunan hamba sahaya) dengan orang-orang Arab dalam
memegang kepemimpinan kedua madrasah ini di berbagai negeri Islam.
3. Perhatian terhadap As-Sunnah dan ini bisa dilihat dari:

a. meluasnya periwayatan hadis;

b. mengumpulkan sunnah dan riwayat para sahabat;

c. pembukuan sunnah;

d. membendung. arus pemalsuan hadis dan membongkar segala makar mereka.

e Terpengaruhnya beberapa sumber hukum dengan pergolakan politik seperti ijma' dan tidak
yakinnya sebagian orang terhadap sumber qiyas dan masiahat mursalah.

f. Munculnya fiqh iftiradhiy (andaian) yang dibawa oleh ulama ahli ra'yi.

g. Banyaknya perbedaan dalam masalah/uru' fiqhiyah disebabkan oleh perbedaan aliran


politik dan hijrahnya sebagian ulama dari Madinah Al-Munawarah ke berbagai negeri.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Periode Dinasti Bani Umayyah dimulai ketika para khalifah Bani Umayyah memegang
tampuk kekuasaan kaum muslimin setelah terbunuhnya Imam Ali bin Abi Thalib pada tahun
41 hijriah, dan berakhir pada awal abad kedua hijriah sebelum berakhirnya Dinasti Umayyah
pada tahun 32 hijriah. Zaman ini dipenuhi dengan berbagai peristiwa dan perkembangan,
perbedaan fiqh, dan pergolakan politik karena sejak zaman awal berdirinya dinasti ini kaum
muslimin terpecah kepada tiga golongan:

1) Khawarij

2) Syiah

3) Jumhur Kaum Muslimin

Meningkatnya aktivitas fiqh pada zaman ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:

1. menyebarnya para sahabat ke seluruh pelosok wilayah,

2. meluasnya periwayatan hadis,

3. para hamba sahaya mulai menggeluti fiqh dan ilmu syariat, dan

4. munculnya beberapa aliran fiqh.

1. B. Saran
Dengan selesainya makalah ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang ikut andil dalam penulisan makalah ini. Tak lupa kami menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu saran dan kritik yang
membangun selalu kami tunggu dan kami perhatikan.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmed, Dr. Akbar S. Citra Muslim Tinjauan Sejarah dan Sosiologi. Jakarta : Erlangga, 1992

Al-Mukhdhori, Muhammad Tarikh Tasyri’ al-Islami. Tempat dan penerbit tidak disebutkan,
1981

Gibb, H.A.R. Islam dalam Lintasan Sedjarah. Jakarta : Yayasan Franklin, 1953

Hassan, Ibrahim, Sejarah Kebudayaan Islam, Yogyakarta, Kota Kembang

Anda mungkin juga menyukai