Anda di halaman 1dari 8

Tugas 1

Mata Kuliah Pancasila

Dosen : Larisman

“Nilai-Nilai Pancasila Berakar Dari Budaya Bangsa”

Dikerjakan oleh :

Nama : Sayyidatus Salmah

NIM : 19043150

Fakultas Ekonomi

Universitas Negeri Padang

2020
A. PENDAHULUAN
Bhinneka Tunggal Ika merupakan salah satu semboyan Bangsa Indonesia yang
memiliki kesrakalan dan nilai yang terkenal sebagai wujud persatuan bangsa. Dimana
simbolnya merupakan lambang keagungan bangsa Indonesia yang tergambar dalam bentuk
Burung Garuda. Simbol di dadanya merupakan pengamalan hidup yang menjadikan
Indonesia benar-benar khas ideologi dari bangsa Indonesia. Itulah lambang negara kita,
pengamalan sekaligus ideologi kita, Pancasila. Di dalam Pancasila banyak mengandung nilai
dimana dari keseluruhan nilai tersebut disatukan ke dalam lima garis besar dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Perjuangan dalam meraih kemerdekaan tak lepas pula dari nilai
Pancasila. Sejak masa penjajahan hingga saat ini, kita selalu menjunjung tinggi nilai-nilai
Pancasila tersebut. Indonesia hidup di dalam berbagai keanekaragaman, baik itu budaya,suku,
bangsa, dan agama. Dari keberagaman tersebut, Indonesia berdiri dalam suatu keutuhan.
Menjadi kesatuan dan bersatu di dalam persatuan yang kuat di bawah naungan Pancasila dan
semboyannya, Bhinneka Tunggal Ika. Di samping itu, Pancasila membuat Indonesia tetap
teguh dan bersatu di dalam keberagaman budaya. Dan menjadikan Pancasila sebagai dasar
kebudayaan yang menyatukan budaya satu dengan yang lain. Karena ikatan yang satu itulah,
Pancasila menjadi inspirasi berbagai macam kebudayaan yang ada di Indonesia.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan Pancasila?
2. Apa yang dimaksud dengan Kebudayaan ?
3. Apakah Pancasila berasal dari kebudayaan Indonesia?

C. PEMBAHASAN
A) Pengertian Pancasila dan Butir nilai Pancasila
Sebagai bangsa Indonesia, kita patut mengerti dan memahami apa Pancasila
itu. Pancasila berasal dari dua kata yakni 1 Panca dan 2 Sila menurut bahasa
Sanskerta. Sehingga pancasila mengandung arti lima buah prinsip atau asas. Asas-asas
atau prinsip-prinsip tersebut antara lain:
a) Ketuhanan Yang Maha Esa
b) Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
c) Persatuan Indonesia
d) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/
perwakilan
e) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dalam setiap Sila yang terkandung di dalam Pancasila memiliki butir-butir
penting di mana setiap butir menekankan atau mengharuskan rakyat Indonesia untuk
melakukan pengamalan Pancasila di dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
1. BUTIR-BUTIR SILA KETUHANAN YANG MAHA ESA
 Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketaqwaannya terhadap Tuhan
Yang Maha Esa.
 Manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai
dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan
yang adil dan beradab.
 Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk
agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang
Maha Esa.
 Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
 Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang
menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
2. BUTIR-BUTIR SILA KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB
 Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
 Mengakui persamaan derajad, persamaan hak dan kewajiban asasi setiap   
manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturrunan, agama, kepercayaan, jenis
kelamin, kedudukansosial, warna kulit dan sebagainya.
 Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
 Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.
 Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
 Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
 Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
 Berani membela kebenaran dan keadilan.
 Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.
 Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan  bangsa
lain.
3. BUTIR-BUTIR SILA PERSATUAN INDONESIA
 Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan  keselamatan
bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan
golongan.
 Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila
diperlukan.
 Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
 Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.
 Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan social.
 Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.
 Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa
4. BUTIR-BUTIR SILA KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT
KEBIJAKSANAAN DALAM PERMUSYAWARATAN PERWAKILAN
 Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia
mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama.
 Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
 Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan
bersama.
 Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
 Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil
musyawarah.
 Dengan i’tikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil
keputusan musyawarah.
 Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan
pribadi dan golongan.
 Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang
luhur.
 Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada
Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-
nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi
kepentingan bersama.
 Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk
melaksanakan pemusyawaratan.
5. BUTIR-BUTIR SILA KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT
INDONESIA
 Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana
kekeluargaan dan kegotongroyongan.
 Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
 Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
 Menghormati hak orang lain.
 Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.
 Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan
terhadap orang lain.
 Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya
hidup mewah.
 Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan
kepentingan umum.
 Suka bekerja keras.
 Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan
kesejahteraan bersama.
 Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata
danberkeadilan sosial.
B) Kebudayaan dan Indonesia
Kebudayaan sangat erat dengan masyarakat. Menurut Selo Soemardjan dan
Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta
masyarakat. Ilmu yang memperlajari tentang masyarakat dan kebudayaannya
adalah antropologi. Segala perkembangan budaya dan perubahan masyarakat
dipelajaridalam ilmu antropologi. Ilmu ini tidak hanya mencakup perubahan secara
tingkah laku saja, namun sejarah dan konflik yang terjadi juga dapat
dianalisis melalui ilmu antropologi. Sedangkan menurut Melville J. Herskovits
dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat
dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu
sendiri. Kebudayaan Indonesia ialah kebudayaan yang berdasarkan Pancasila. Ada
dua hal yang dikandung dalam Pancasila, yaitu pluralisme dan teosentrisme.
Demokrasi terletak dalam partisipasi seluruh warga negara dalam kebudayaan.
Sementara ahli kebudayaan memandang kebudayaan sebagai suatu strategi
(van Peursen, 1976: 10). Salah satu strategi adalah memperlakukan (kata/istilah)
kebudayaan bukan sebagai “kata benda” melainkan “kata kerja.” Kebudayaan bukan
lagi semata-mata koleksi karya seni, buku-buku, alat-alat, atau museum, gedung,
ruang, kantor, dan benda-benda lainnya. Kebudayaan terutama dihubungkan dengan
kegiatan manusia (van Peursen, 1976: 11) yang bekerja, yang merasakan,
memikirkan, memprakarsai dan menciptakan. Dalam pengertian demikian,
kebudayaan dapat dipahami sebagai “hasil dari proses-proses rasa, karsa dan cipta
manusia.” Dengan begitu, “(manusia) berbudaya adalah (manusia yang) bekerja demi
meningkatnya harkat dan martabat manusia.
Strategi kebudayaan yang menyederhanakan praktek operasional kebudayaan
dalam kehidupan sehari-hari dan kebijakan sosial dilakukan dengan menyusun secara
konseptual unsur-unsur yang sekaligus merupakan isi kebudayaan. Unsur-unsur
kebudayaan tersebut bersifat universal, yakni terdapat dalam semua masyarakat di
mana pun di dunia, baik masyarakat “primitif” (underdeveloped society) dan terpencil
(isolated), masyarakat sederhana (less developed society) atau prapertanian
(preagricultural society), maupun masyarakat berkembang (developing society) atau
mengindustri (industrializing society) dan masyarakat maju (developed society) atau
masyarakat industri (industrial society) dan pascaindustri (postindustrial society) yang
sangat rumit dan canggih (highly complicated society).
Unsur-unsur tersebut juga menunjukkan jenis-jenis atau kategori-kategori
kegiatan manusia untuk “mengisi” atau “mengerjakan,” atau “menciptakan”
kebudayaan sebagai tugas manusia diturunkan ke dunia sebagai “utusan” atau
khalifah untuk mengelola dunia dan seisinya, memayu hayuning bawana – tidak
hanya melestarikan isi alam semesta melainkan juga merawat, melestarikan dan
membuatnya indah. Unsur-unsur kebudayaan tersebut dapat dirinci dan dipelajari
dengan kategori-kategori subunsur dan sub-sub-unsur, yang saling berkaitan dalam
suatu sistem budaya dan sistem social, yang meliputi (1) Sistem dan organisasi
kemasyarakatan; (2) Sistem religi dan upacara keagamaan; (3) Sistem mata
pencaharian; (4) Sistem (ilmu) pengetahuan; (5) Sistem teknologi dan peralatan; (6)
Bahasa; dan (7) Kesenian (Koentjaraningrat, 1974).
C) Pancasila Berakar dari Kebudayaan Indosnesia
Kita telah mengetahui bahwa kebudayaan Indonesia adalah kebudayaan
yang berdasarkan pancasila. Itu berarti Pancasila berkaitan erat dengan
kebudayaan Indonesia. Kebudayaan juga dapat diartikan sebagai nilai atau simbol.
Kita gambarkan sebagai suatu perusahaan. Dalam sebuah perusahaan yang sibuk,
kegiatan yang nampaknya bersifat praktis dan sehari-hari saja, misalnya, ada
aspek kebudayaannya, ada nilai dan simbolnya. Nilai terletak pada kerja
kerasnya, sedangkan simbol modernitas ialah sistem organisasi, makin
modern sistem semakin abstrak yang impersonal, berbeda dengan manajemen
perorangan atau keluarga. Begitu juga Indonesia sebagai bangsa dan negara.
Kebudayaan itulah yang memberi ciri khas ke Indonesiaan. Hasil perkembangan
kebudayaan Pancasila yang paling spektakuler adalah Bahasa Indonesia.
Karena melalui bahasa Indonesia, koneksi sosial antar etnis dan kebudayaan dapat
terjalin dengan sangat baik.
Pluralisme mengatur hubungan luar antar kebudayaan. Prinsip yang
mengatur substansi Demokrasi Kebudayaan yang berdasar Pancasila ialah
teosentrisme (tauhid, serba-Tuhan dalam etika, ilmu, dan estetika). Orang
Protestan akan lebih suka theonomy (theos, Tuhan; nomos, hukum). Istilah
teonomi berasal dari Paul Tillich (1886-1965), hubungan dinamis antara yang
absolut dengan yang relatif, antara agama dengan kebudayaan. Menurut konsep
ini Pancasila adalah sebuah teonomi, karena berdasar kepada Ketuhanan Yang
Maha Esa –yang absolut. Keempat sila yang lain adalah kebudayaan, yang relatif.
Keperluan manusia diakui sepenuhnya, asal keperluan itu tidak bertentangan dengan
pertimbangan keagamaan. Demokrasi Kebudayaan dalam Pancasila dapat
dimengerti dari sila “Persatuan Indonesia” yang berarti sebuah pluralisme, dan
teosentrisme dari semangat sila yang pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Demokrasi Kebudayaan itu harus mampu memberikan masa depan yang
lebih baik. Jadi untuk menjawab “Mengapa Pancasila berakar dari Kebudayaan?”
karena didalam Pancasila terkandung nilai kebudayaan, di mana nilai tersebut
adalah nilai tertinggi dalam hal Persatuan bangsa yang tercantum di dalam sila
ketiga. Dan dengan menjunjung nilai teosentris pada sila pertama, kepentingan
lain berdasarkan setiap sila tidak bertentangan dengan pertimbangan keagamaan.
Misalkan: Pembunuhan genosida demi mempertahankan keutuhan suatu budaya etnis
tidak etis dengan ketentuan agama. Jadi sekiranya, dari tindak perkembangan
budaya itu sendiri harus sesuai dengan nilai Pancasila. Karena Pancasila
mencerminkan kebudayaan kita, bangsa Indonesia.
D. KESIMPULAN
Kita telah melihat dan membaca bahwa budaya bangsa Indonesia memang
akar dari Pancasila. Karena dari segi Pancasila terkandung kebudayaan yang
menekankan persatuan serta sebaliknya. Tidak lupa dari segi pengertian, Pancasila
merupakan lima buah asas atau prinsip yang harus kita junjung tinggi sebagai bangsa
Indonesia. Sedangkan kebudayaan merupakan sarana hasil karya, rasa, dan cipta
masyarakat. Sehingga Pancasila tercipta berdasarkan kebudayaan. Kaitan di antara
keduanya begitu erat sehingga timbal balik antara Pancasila dan Kebudayaan dapat
terjadi dengan signifikan karena keduanya saling berhubungan. Kebudayaan adalah
akar dari Pancasila dikarenakan di dalam pancasila terkandung nilai kebudayaan.
Bagaimana bisa demikian? Karena unsur persatuan dapat kita lihat di dalam pancasila,
sedangkan kita sebagai negara yang memiliki beragam macam kebudayaan, memang
sepantasnya memiliki asas persatuan yang terkandung di dalam Pancasila. Sehingga
kita sebagai insan berbudaya, harus juga berdasarkan kepada Pancasila yang adalah
ideologi bangsa kita.
E. DAFTAR PUSTAKA

_____. 2019. MODUL MKDU 4114. PANCASILA. Tangerang Selatan :UNIVERSITAS


TERBUKA.
Adi, Purwito. 2016. Jurnal Moral kemasyarakatan : PEMBUDAYAAN NILAI-NILAI
PANCASILA BAGI MASYARAKAT SEBAGAI MODAL DASAR PERTAHANAN
NASIONAL NKRI. Malang : Universitas Kanjuruhan Malang.
Dwi, Kharisma. 2011.Tugas akhir: Kebudayaan Indonesia Akar dari Pancasila. Yogyakarta:
STIMIK Amikom.
Koentjaraningrat (Redaksi). 1971-1993. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta:
Djambatan.
Malinowski, B.,1944. A Scientific Theory of Culture and Others Essays. Chapel Hill, N.
Carolina: The University of North Carolina Press.
Melville J. Herskovits,1959. Continuity and Change in African Culture.Chicago: University
of Chicago Press.
Peursen, C. A. Van, 1976. Strategi Kebudayaan (terj. Dick Hartoko).Jakarta: Gunung Mulia.
Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi. 1964. Setangkai Bunga Sosiologi. Jakarta:
Yayasan Penerbit FE UI.

Anda mungkin juga menyukai