Anda di halaman 1dari 17

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DESEMBER 2021


UNIVERSITAS HASANUDDIN

GANGGUAN KEPRIBADIAN ANTISOSIAL

Oleh:

Muhammad Alif Fatur Rahman B

C014202281

Residen Pembimbing:

dr. Lutfi Jauhari

Supervisor Pembimbing:

Dr. dr. Sonny T. Lisal, Sp.KJ

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa:


Nama : Muhammad Alif Fatur Rahman B
NIM : C014202281
Judul Refarat : Gangguan Kepribadian Antisosial

Telah menyelesaikan tugas referat dalam rangka kepaniteraan klinik pada


Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar.

Makassar, Desember 2021

Supervisor Pembimbing Residen Pembimbing

Dr. dr. Sonny T. Lisal, Sp.KJ dr. Lutfi Jauhari

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................3

DAFTAR ISI............................................................................................................3

BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................5

2.1 Definisi..........................................................................................................5

2.2 Epidemiologi.................................................................................................5

2.3 Etiologi............................................................................................................6

2.4 Gambaran Klinis...........................................................................................10

2.5 Diagnosis......................................................................................................12

2.6 Diagnosis Banding.......................................................................................13

2.7............................................................................................ Penatalaksanaan 17

2.8 Prognosis........................................................................................................

BAB 3 KESIMPULAN..........................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................19

iii
BAB I

PENDAHULUAN

Gangguan kepribadian sudah menjadi suatu masalah sosial, masalah medis, dan ilmiah.

Tidak ada kelompok secara demografis kebal terhadap gangguan kepribadian. Diperkirakan di

populasi umum terdapat 11-20% individu dengan gangguan kepribadian. Sekitar 50% dari seluruh

pasien psikiatri memiliki gangguan kepribadian,yang seringkali komorbid dengan sindom klinis

lainnya. Gangguan kepribadian juga sering merupakan factor predisposisi untuk gangguan jiwa

lainnya (misalnya penyalahgunaan obat, bunuh diri, gangguan afektif, gangguan pengendalian

impuls, gangguan makan, dan gangguan cemas) yang seringkali mempengaruhi hasil pengobatan

dan meningkatkan inkapasitas personal, morbiditas, dan mortalitas pada pasien-pasien ini.1

Gangguan kepribadian antisosial adalah ketidakmampuan untuk memenuhi norma sosial

yang asalnya mengatur banyak aspek perilaku remaja dan dewasa seseorang. Menurut American

Psychiatric Association, Gangguan kepribadian antisosial adalah pola mengabaikan, dan

pelanggaran, hak orang lain. DSM-V mendefinisikan gangguan kepribadian antisosial (ASPD)

sebagai pola meresap mengabaikan dan melanggar hak orang lain.1, 2

Individu dengan gangguan kepribadian antisosial pada dasarnya adalah orang yang tidak

tersosialisasi. Perilakunya berulang kali mengakibatkan konflik dengan masyarakat dan ia tidak

dapat belajar dari pengalaman. Janjinya berbeda dari apa yang dilakukannya. Ia tidak mempunyai

loyalitas terhadap kelompoknya ataupun terhadap norma-norma social. Ia pada umumnya

egosentrik, tidak bertanggung jawab, impulsive, tiidak mampu mengubah diri, baik karena

pengalaman maupun karena hukuman. Toleransi terhadap kekecewaannya rendah dan ia cenderung

menyalahkan orang lain atau memberi alas an yang seakan-akan masuk akal mengenai

perilakunya.3

Orang dengan gangguan kepribadian antisosial berisiko mengalami cedera traumatik,

kecelakaan, usaha bunuh diri, infeksi hepatitis C, dan infeksi HIV. Orang dengan gangguan

9
kepribadian antisosial menggunakan bagian yang tidak proporsional dari pelayanan kesehatan

medis dan mental. Orang dengan gangguan kepribadian antisosial telah diidentifikasi sebagai

prediktor respon perlakuan buruk pada populasi tertentu. Orang dengan gangguan kepribadian

antisosial memiliki tingkat kematian yang tinggi karena kecelakaan, bunuh diri, dan pembunuhan.

Satu studi menunjukkan tingkat kematian yang tinggi dari diabetes mellitus, menunjukkan bahwa

beberapa orang dengan gangguan kepribadian antisosial mungkin mengabaikan masalah medis atau

gagal mematuhi rejimen medis.4

10
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

2.1.1 Kepribadian
Kepribadian adalah ekspresi keluar dari pengetahuan dan perasaan yang dialami secara

subjektid oleh seseorang. Definisi lain mengemukakan bahwa kepribadian adalah perilaku yang

khas seseorang yang menyebabkan orang itu dapat dikenal dan dibedakan dari orang lain karena

pola perilakunya.3

Kepribadian meliputi segala corak perilaku manusia yang terhimpun di dalam dirinya dan

yang digunakan untuk bereaksi serta menyesuaikan dirinya terhadap segala rangsang, baik yang

datang dari lingkungannya (dunia luar), maupun yang berasal dari dirinya sendiri (dunia dalam)

sehingga corak perilakunya itu merupakan suatu kesatuan fungsional yang khas bagi individu itu.3

2.1.2 Gangguan Kepribadian

Gangguan kepribadian didefinisikan dalam DSM-IV-TR sebagai "pola abadi pengalaman

batin dan perilaku yang menyimpang nyata dari harapan budaya individu, meresap dan tidak

fleksibel, memiliki onset pada masa remaja atau awal masa dewasa, stabil dari waktu ke waktu ,

dan mengarah ke distress atau penurunan nilai ".5

Gangguan kepribadian khas adalah suatu gangguan berat dalam konstitusi karakteriologis dan

kecenderungan perilaku dari seseorang, biasanya meliputi beberapa bidang dari kepribadian dan

hamper selalu berhubungan dengan kesulitan pribadi dan sosial.6

11
2.2. Epidemiologi

Banyak peneliti telah meneliti akatisia subjektif dan objektif dalam evaluasi yang umumnya

terjadi 2 minggu setelah memberikan pengobatan dengan obat-generasi pertama. Tingkat rata-rata

pada 2 minggu adalah 39%, yang biasanya sedikit lebih tinggi pada minggu pertama dan

berkurang tingkat keparahan selama beberapa minggu ke depan. Insiden akathisia lebih tinggi

pada antipsikotik tipikal.5

2.3. Etiologi

2.3.1 Biologi

Antisosial merupakan gangguan moral brain. Area yang mengalami disfungsi adalah

amigdala, bagian sistem limbik yang berperan dalam emotional learning, aversive conditioning,

respon terhadap rasa takut dan emosi lain. Amigdala mengolah emosi signifikan dari rangsangan

eksternal, berinteraksi dengan hipokampus (tempat menyimpan memori emosi) dan berinteraksi

dengan fungsi kognitif korteks orbitofrontal dalam merespon suatu rangsangan. Amigdala

memungkinkan individu untuk belajar sesuatu (object) atau perilaku yang baik dan buruk,

sehingga sangat berperan dalam pengambilan keputusan secara moral. Hal ini karena amigdala

mempunyai hubungan timbal balik (reciprocal) dengan korteks temporal. Oleh sebab itu individu

antisosial dengan gangguan pada amigdala akan sulit untuk bersosialisasi.7

Selain amigdala, ventromedial prefrontal cortex (vmPFC) juga berperan dalam

perkembangan dan pengambilan keputusan secara moral serta mempertahankan perilaku sosial

yang dapat diterima. Informasi yang dihasilkan amigdala tidak hanya dikirim ke temporal dan

korteks visual namun dikirim juga ke vmPFC dan korteks orbitofrontal. Korteks orbitofrontal

berperan dalam mengontrol emosi dan menilai positive/negative reinforcement. Hipoaktifitas dari

12
amigdala dan korteks orbitofrontal, seperti juga disfungsi vmPFC menunjukkan kepribadian yang

keras kepala dan tidak berperasaan.7

Peranan serotonin, kortisol dan testosteron dalam perilaku agresi dan antisosial telah

dibuktikan. Fungsi kortisol secara fisiologis mempersiapkan individu untuk kondisi yang sulit,

membuat individu sensitif terhadap rasa takut dan melakukan penarikan diri yang tepat.7

2.3.2 Genetik dan Pola Asuh

Penelitian pada anak kembar membuktikan bahwa faktor genetik mempengaruhi

perkembangan antisosial. Angka kriminalitas 2-3 kali lebih tinggi pada kembar monozigot

dibandingkan kembar dizigot.7

Corley menganalisa single nucleotide polymophism pada sampel remaja yang berperilaku

antisosial dan pecandu obat, didapatkan 2 gen yang berpengaruh yaitu CHRNA2 dan OPRM1.

CHRNA2 akan mengkode pada reseptor α 2 nikotinik (mirip pada skizofrenia) dan reseptor μ

opiod (berperan pada penyalahgunaan zat).7

Salah satu faktor risiko terburuk bagi perilaku antisosial adalah callous-unemotional (CU)

traits, digambarkan sebagai kurangnya empati, kurangnya perasaan bersalah, miskinnya ekspresi

emosi, relatif stabil dalam masa kanak-kanak sampai remaja. Kepribadian ini menunjukkan sub-

kelompok yang penting dari antisosial dan kenakalan remaja. Peneliti behavioral genetics yakin

faktor keturunan CU traits sangat kuat. Mereka menemukan gen kekerasan dan perilaku antisosial

menempati lokasi spesifik di otak. Begitu pula gen yang mempengaruhi fungsi amigdala, meliputi

gen tryptophan hydroxylase-2, gen neuropeptide Y, dopamine catabolic enzyme catechol-O-

methyltransferase dan MAO-A.7

13
2.4. Gambaran Klinis

Gejala-gejala gangguan kepribadian antisosial sudah mulai kelihatan pada masa anak

(sebelum umur 12-15 tahun). Seorang dewasa dengan gangguan ini biasanya pada masa anak

sudah menunjukkan perilaku mencuri, tidak dapat dikoreksi (sangat tidak mematuhi, biasanya

terhadap orang tuanya), bolos sekolah, lari dari rumah sampai bermalam, teman-temannya

terkenal tidak baik, pulang ke rumah sampai jauh malam, agresi fisik, impulsive, sembrono, dan

tidak bertanggung jawab, enuresis malam hari, tidak ada rasa salah, berdusta patologis (bukan

dusta untuk menutupi atau mengecilkan kesalahan), hubungan seks yang dini dan aktivitas

homoseksual. Dari semua orang dewasa dengan gangguan ini yang diteliti, tidak satupun yang

tidak menunjukkan gejala antisosial pada masa anak.3

Pada masa dewasa seorang dengan gangguan ini menunjukkan pelanggaran hokum yang

berulang-ulang, suka mengembara, riwayat pekerjaan atau tugas militer yang jelek, riwayat

pernikahan juga tidak baik. Ia suka berkelahi, gejala-gejala kecemasan, konversi, ketergantungan

obat, disfungsi seksual dan percobaan bunuh diri.3

Pasien dengan gangguan kepribadian antisosial sering dapat tampak normal dan bahkan

mempesona serta menyenangkan. Meskipun demikian, riwayat mereka mengungkapkan banyak area

fungsi kehidupan yang terganggu. Berbohong, membolos, kabur dari rumah, mencuri, berkelahi,

penyalahgunaan zat, dan aktivitas illegal merupakan pengalaman khas yang dilaporkan pasien diawal

masa kanak-kanak. Pasien ini sering menarik simpati klinisi yang berbeda jenis kelamin dengan

aspek penuh warna dan merayu dari kepribadian mereka, tetapi klinisi dengan jenis kelamin yang

sama dapat menganggap mereka manipulative dan menuntut. Pasien dengan gangguan kpribadian

antisosial tidak menunjukkan ansietas atau depresi, kekuranganlah yang dapat tampak sangat tidak

sesusai dengan situasi mereka, meskipun ancaman bunuh diri dan preokupasi somatik dapat lazim

ditemukan. Penjelasan mereka sendiri mengenai perilaku antisosial mereka membuat hal itu tampak

14
tidak masuk akal, tetapi isi jiwa mereka mengungkapkan tidak adanya waham dan tanda lain pikiran

yang tidak rasional. Bahkan, mereka sering memiliki rasa uji realitas yang meningkat dan sering

mengesankan pengamat karena memiliki intelegensi herbal yang baik.1

Orang dengan gangguan ini tidak mengatakan hal yang sebenarnya dan tidak dapat dipercaya

untuk melakukan setiap tugas atau patuh pada standar moral konvensional. Berganti-ganti pasangan,

penganiayaan pasangan, penganiayaan anak, dan menyetir sambil mabuk adalah peristiwa yang lazim

terjadi didalam kehidupan mereka. Temuan yang jelas adalah tidak adanya penyesalan untuk

tindakan-tindakan ini; yaitu, tampaknya mereka tidak memiliki hati nurani.1

2.5. Diagnosis

Tabel 1 Kriteria Diagnostik DSM-5-TM untuk Gangguan Kepribadian


Antisosial2

A.Terdapat pola pervasif tidak menghargai dan melanggar hak orang lain yang
terjadi sejak usia 15 tahun, seperti yang ditunjukkan oleh 3 (atau lebih) hal
berikut :
(1).Gagal mengikuti norma sosial yang ditunjukkan dengan perilaku patuh
hukum, seperti yang ditunjukkan dengan melakukan tindakan berulang yang
dapat menjadi dasar penangkapan.
(2).Penipuan seperti yang ditunjukkan dengan berbohong berulang
menggunakan nama palsu atau melawan orang lain untuk keuntungan atau
kesenangan pribadi.
(3).Impulsivitas atau kegagalan untuk memiliki rencana ke depan.
(4).Iritabilitas dan agresivitas, seperti yang ditunjukkan dengan perkelahian
atau penyerangan fisik berulang.
(5).Mengabaikan keselamatan diri atau orang lain dengan ceroboh.
(6).Terus menerus tidak bertanggung jawab, seperti yang ditunjukkan dengan
kegagalan berulang utnuk mempertahankan perilaku kerja atau menghargai
kewajiban keuangan.
(7).Tidak ada rasa menyesal, seperti yang ditunjukkan dengan bersikap acuh
terhadap atau merasionalisasi perilaku menyakiti, salah memperlakukan atau

15
mencuri dari orang lain.
B. Orang tersebut setidaknya berusia 18 tahun.
C. Terdapat bukti gangguan tingkah laku sebelum onset usia 15 tahun.
D.Adanya perilaku antisocial tidak hanya terjadi selama perjalanan gangguan
skizofrenia atau episode manic.
Dikutip dari Diagnostic and Statical Manual of Mental Disorder 5th Ed. Text rev:
Washington, DC: American Psychiatric Association; copyright 2013.

Tabel 2 Pedoman Diagnostik PPDGJ-III untuk Gangguan Kepribadian Antisosial 6

Gangguan kepribadian ini biasanya menjadi perhatian disebabkan adanya perbedaan yang
besar antara perilaku dan norma sosial yang berlaku, dan ditandai oleh :
(a).Bersikap tidak peduli dengan perasaan orang lain
(b).Sikap yang amat tidak bertangguang jawab dan berlangsung terus menerus (persistent),
serta tidak peduli terhadap norma, peraturan dan kewajiban sosial.
(c).Tidak mampu memelihara suatu hubungan agar berlangsung lama, meskipun tidak ada
kesulitan untuk mengembangkannya.
(d).Toleransi terhadap frustasi sngat rendah dan ambang yang rendah untuk melampiaskan
agresi, termasuk tindakan kekerasan.
(e).Tidak mampu mengalami rasa salah dan menarik manfaat dari pengalaman, khususnya dari
hukuman.
(f).Sangat cenderung menyalahkan orang lain, atau menawarkan rasionalisasi yang masuk
akal, untuk perilaku yang membuat pasien konflik dengan masyarakat.
*Untuk diagnosis paling sedikit 3 dari di atas.
Dikutip dari Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa: Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III.
Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya; copyright 2003.

2.6 Diagnosis Banding

a) Adult Antisocial Behaviour, dimana pasien tidak memenuhi kriteria diagnosis gangguan

kepribadian antisosial.

16
b) Gangguan Penggunaan Zat, pasien mungkin menunjukkan perilaku antisosial sebagai

konsekuensi dari ketergantungan dan penyalahgunaan zat; dapat juga disertai dengan

masalah.

c) Retardasi Mental, pasien mungkin menunjukkan perilaku antisosial sebagai konsekuensi

dari gangguan intelek dan penilaian ; dapat juga disertai dengan masalah.

d) Psikosis, pasien mungkin terlibat dengan perilaku antisosial sebagai konsekuensi dari

delusi psikotik; dapat pula disertai dengan masalah.

e) Gangguan Kepribadian Ambang, pasien sering mencoba bunuh diri dan menunjukkan

kebencian pada diri sendiri dan ambivalensi yang intens.

f) Gangguan Kepribadian Narsistik, pasien taat kepada hukum

g) Perubahan Perilaku Dikarenakan Kondisi Medis Umum, pasien memiliki perilaku yang

berbeda sebelum sakit atau menunjukkan adanya gangguan organik.

h) ADHD, kesulitan kognitif dan diskontrol impuls dijumpai.

2.7 Penatalaksanaan

2.7.1 Psikoterapi

Jika pasien dengan gangguan kepribadian antisosial dibuat tidak dapat pergi kemana-mana

(contohnya, di rumah sakit), mereka sering menjadi setuju terhadap psikoterapi. Jika pasien

merasa bahwa mereka berada di antara teman senasib, tidak adanya motivasi untuk perubahan

menghilang. Mungkin untuk alasan ini kelompok menolong diri sediri lebih berguna daripada

penjara di dalam menghilangkan gangguan ini.9

Sebelum terapi dimulai, batasan yang tegas penting diberikan. Terapis harus mencari cara

untuk menghadapi perilaku merusak diri pada pasien. Dan untuk mengatasi rasa takut pasien akan

keintiman, terapis harus mencegah keinginan pasien untuk lari dari kejujuran seseorang. Dalam

17
melakukannya, terapis menghadapi tantangan memisahkan kendali dari hukuman dan

memisahkan pertolongan dan konfrontasi dari retribusi dan isolasi sosial.9

2.7.2 Farmakoterapi

Farmakoterapi digunakan untuk mengatasi gejala yang memberatkan seperti ansietas,

kemarahan, dan depresi, tetapi karena pasien sering merupakan penyalahgunaan obat, obat harus

digunakan dengan bijaksana. Jika pasien menunjukkan gangguan defisit-atensi/hiperaktivitas,

psikostimulan seperti methylphenidate (Ritalin) dapat berguna. Upaya telah dilakukan untuk

mengganti metabolisme katekolamin dengan obat-obatan dan untuk mengendalikan perilaku

impulsive dengan obat-obat antiepileptic, contohnya, carbamazepine (Tegretol), Valproate

(Depakote), terutama jika bentuk gelombang abnormal ditemukan pada EEG, β-adrenergik telah

digunakan untuk mengurangi agresi.9

2.8 Prognosis

Identifikasi prekursor masa kecil untuk gangguan kejiwaan dewasa menawarkan

kemungkinan intervensi dini dan pencegahan. Dalam kasus gangguan kepribadian antisosial

indikator awal yang sangat jelas.8

Begitu timbul, gangguan kepribadian antisosial memiliki perjalanan tanpa remisi, dengan

puncak perilaku antisosial biasanya terjadi pada masa remaja akhir. Prognosisnya beragam.

Beberapa laporan menunjukkan bahwa gejala berkurang seiring bertambah tuanya usia pasien.

Banyak pasien memiliki gangguan somatisasi dan keluhan fisik multipel. Gangguan depresif,
18
gangguan penggunaan alkohol, dan penyalahgunaan zat lainnya lazim ditemukan.1

19
BAB 3

KESIMPULAN

Kepribadian ialah ekspresi keluar mengenai pengetahuan serta perasaan yang dialami

secara subjektif oleh seseorang dan ekspresi keluar yang dapat diamati ini, menunjuk pada

keseluruhan pola pikiran, perasaan dan perilaku yang sering digunakan oleh orang itu dalam usaha

penyesuaian diri yang terus menerus dalam hidupnya sehingga ia dapat dikenal dari polanya itu.

Pematangan kepribadian dipengaruhi oleh faktor keturunan, faktor badaniah, psikologik dan

sosial, terutama pada masa kanak-kanak.

Gangguan kepribadian anti sosial adalah perilaku maladaptive yang ditandai oleh tindakan

antisosial atau kriminal yang terus menerus, tetapi tidak sinonim dengan kriminalitas. Gangguan

ini adalah ketidakmampuan untuk mematuhi norma sosial yang melibatkan banyak aspek

perkembangan remaja dan dewasa pasien. Ciri pokok kelainan anti sosial adalah riwayat tingkah

laku anti sosial terus menerus yang merupakan pelanggaran hak-hak orang lain. Penderita tidak

bertanggung jawab, tabiat misantropik atau kurang manusiawi, sering kehilangan pekerjaan dan

mempunyai kebiasaan menipu.

Gangguan kepribadian antisosial harus dibedakan dari perilaku ilegal dimana gangguan

kepribadian antisosial melibatkan banyak bidang dalam kehidupan seseorang. Untuk

mendiagnosis gangguan kepribadian antisosial harus mempertimbangkan efek yang mengganggu

dari status sosioekonomi, latar belakang kultural, dan jenis kelamin pada manifestasinya, selain itu

diagnosis gangguan kepribadian antisosial tidak diperlukan jika retardasi mental, skizofrenia, atau

mania dapat menjelaskan gejala.

Prognosis gangguan kepribadian anti sosial adalah bervariasi.Gejala dapat menurun saat

pasien menjadi semakin bertambah umur. Banyak pasien memiliki gangguan somatisasi dan

20
keluhan fisik multiple. Gangguan depresif, gangguan penyalahgunaan zat dan alcohol adalah

sering pada kepribadian anti sosial.

Penatalaksanaan dapat berupa psikoterapi dan farmakoterapi untuk menghadapi gejala

seperti kecemasan, penyerangan dan depresi.

21
DAFTAR PUSTAKA

1 Sadock, Benjamin J dkk. 2017. Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry Behavioral
Sciences/Clinical Psychiatry 11th Edition. USA: Wolters Kluwer.
2 American Psychiatric Association. 2013. Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders 5th Edition DSM-5TM. Washington DC: American Psychiatric Association.
3 Maramis, Willy F. dan Albert A. Maramis. 2018. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa Edisi 2.
Surabaya: Airlangga University Press.
4 Black, Donald W. Maret 2015. “The Natural History of Antisocial Personlaity Disorder”. The
Canadian Journal of Psychiatry, Vol 60, No 7, July 2015 60(7):309–314. 18 Oktober 2017.
Diakses dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4500180/pdf/cjp-2015-vol60-
july309-314.pdf
5 Kay, Jerald dan Allan Tasman. 2017. Essentials of Psychiatry. England: John Willey & Sons.
6 Maslim, Rusdi. 2003. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa: Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III.
Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya.
7 Sajogo, Ivana dan Didi Aryono Budiyono. Kepribadian Antisosial: Fokus pada White-Collar
Crime. Bagian Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. 18 Oktober 2016.
Diakses dari http://journal.unair.ac.id/filerPDF/Antisocial%20Personality%20on
%20WCC_ivana.pdf
8 Hill, Jonathan. 2003. Early Identification of Individuals at Risk for Antisocial Personality
Disorder. BRITISH JOURNAL OF P SYCHIATRY ( 2 0 0 3 ) , 1 8 2 ( s u p pl . 4 4 ) , s11˗s14.
18 Oktober 2016. Diakses dari bjp.rcpsych.org/content/182/44/s11
9. Elvira DE, Hadisukanto, G. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta : Balai Penertbit FK UI, 2010. h. 331-
332.
10. Sadock BJ, Virginia VA. Kaplan & Sadock’s Pocket Handbook Of Clinical Psychiatry. Edisi
ke-3. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins, 2001. h. 246-248.

22

Anda mungkin juga menyukai