Oleh:
C014202281
Residen Pembimbing:
Supervisor Pembimbing:
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................3
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................5
2.1 Definisi..........................................................................................................5
2.2 Epidemiologi.................................................................................................5
2.3 Etiologi............................................................................................................6
2.5 Diagnosis......................................................................................................12
2.7............................................................................................ Penatalaksanaan 17
2.8 Prognosis........................................................................................................
BAB 3 KESIMPULAN..........................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................19
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Gangguan kepribadian sudah menjadi suatu masalah sosial, masalah medis, dan ilmiah.
Tidak ada kelompok secara demografis kebal terhadap gangguan kepribadian. Diperkirakan di
populasi umum terdapat 11-20% individu dengan gangguan kepribadian. Sekitar 50% dari seluruh
pasien psikiatri memiliki gangguan kepribadian,yang seringkali komorbid dengan sindom klinis
lainnya. Gangguan kepribadian juga sering merupakan factor predisposisi untuk gangguan jiwa
lainnya (misalnya penyalahgunaan obat, bunuh diri, gangguan afektif, gangguan pengendalian
impuls, gangguan makan, dan gangguan cemas) yang seringkali mempengaruhi hasil pengobatan
dan meningkatkan inkapasitas personal, morbiditas, dan mortalitas pada pasien-pasien ini.1
yang asalnya mengatur banyak aspek perilaku remaja dan dewasa seseorang. Menurut American
pelanggaran, hak orang lain. DSM-V mendefinisikan gangguan kepribadian antisosial (ASPD)
Individu dengan gangguan kepribadian antisosial pada dasarnya adalah orang yang tidak
tersosialisasi. Perilakunya berulang kali mengakibatkan konflik dengan masyarakat dan ia tidak
dapat belajar dari pengalaman. Janjinya berbeda dari apa yang dilakukannya. Ia tidak mempunyai
egosentrik, tidak bertanggung jawab, impulsive, tiidak mampu mengubah diri, baik karena
pengalaman maupun karena hukuman. Toleransi terhadap kekecewaannya rendah dan ia cenderung
menyalahkan orang lain atau memberi alas an yang seakan-akan masuk akal mengenai
perilakunya.3
kecelakaan, usaha bunuh diri, infeksi hepatitis C, dan infeksi HIV. Orang dengan gangguan
9
kepribadian antisosial menggunakan bagian yang tidak proporsional dari pelayanan kesehatan
medis dan mental. Orang dengan gangguan kepribadian antisosial telah diidentifikasi sebagai
prediktor respon perlakuan buruk pada populasi tertentu. Orang dengan gangguan kepribadian
antisosial memiliki tingkat kematian yang tinggi karena kecelakaan, bunuh diri, dan pembunuhan.
Satu studi menunjukkan tingkat kematian yang tinggi dari diabetes mellitus, menunjukkan bahwa
beberapa orang dengan gangguan kepribadian antisosial mungkin mengabaikan masalah medis atau
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
2.1.1 Kepribadian
Kepribadian adalah ekspresi keluar dari pengetahuan dan perasaan yang dialami secara
subjektid oleh seseorang. Definisi lain mengemukakan bahwa kepribadian adalah perilaku yang
khas seseorang yang menyebabkan orang itu dapat dikenal dan dibedakan dari orang lain karena
pola perilakunya.3
Kepribadian meliputi segala corak perilaku manusia yang terhimpun di dalam dirinya dan
yang digunakan untuk bereaksi serta menyesuaikan dirinya terhadap segala rangsang, baik yang
datang dari lingkungannya (dunia luar), maupun yang berasal dari dirinya sendiri (dunia dalam)
sehingga corak perilakunya itu merupakan suatu kesatuan fungsional yang khas bagi individu itu.3
batin dan perilaku yang menyimpang nyata dari harapan budaya individu, meresap dan tidak
fleksibel, memiliki onset pada masa remaja atau awal masa dewasa, stabil dari waktu ke waktu ,
Gangguan kepribadian khas adalah suatu gangguan berat dalam konstitusi karakteriologis dan
kecenderungan perilaku dari seseorang, biasanya meliputi beberapa bidang dari kepribadian dan
11
2.2. Epidemiologi
Banyak peneliti telah meneliti akatisia subjektif dan objektif dalam evaluasi yang umumnya
pada 2 minggu adalah 39%, yang biasanya sedikit lebih tinggi pada minggu pertama dan
berkurang tingkat keparahan selama beberapa minggu ke depan. Insiden akathisia lebih tinggi
2.3. Etiologi
2.3.1 Biologi
Antisosial merupakan gangguan moral brain. Area yang mengalami disfungsi adalah
amigdala, bagian sistem limbik yang berperan dalam emotional learning, aversive conditioning,
respon terhadap rasa takut dan emosi lain. Amigdala mengolah emosi signifikan dari rangsangan
eksternal, berinteraksi dengan hipokampus (tempat menyimpan memori emosi) dan berinteraksi
dengan fungsi kognitif korteks orbitofrontal dalam merespon suatu rangsangan. Amigdala
memungkinkan individu untuk belajar sesuatu (object) atau perilaku yang baik dan buruk,
sehingga sangat berperan dalam pengambilan keputusan secara moral. Hal ini karena amigdala
mempunyai hubungan timbal balik (reciprocal) dengan korteks temporal. Oleh sebab itu individu
perkembangan dan pengambilan keputusan secara moral serta mempertahankan perilaku sosial
yang dapat diterima. Informasi yang dihasilkan amigdala tidak hanya dikirim ke temporal dan
korteks visual namun dikirim juga ke vmPFC dan korteks orbitofrontal. Korteks orbitofrontal
berperan dalam mengontrol emosi dan menilai positive/negative reinforcement. Hipoaktifitas dari
12
amigdala dan korteks orbitofrontal, seperti juga disfungsi vmPFC menunjukkan kepribadian yang
Peranan serotonin, kortisol dan testosteron dalam perilaku agresi dan antisosial telah
dibuktikan. Fungsi kortisol secara fisiologis mempersiapkan individu untuk kondisi yang sulit,
membuat individu sensitif terhadap rasa takut dan melakukan penarikan diri yang tepat.7
perkembangan antisosial. Angka kriminalitas 2-3 kali lebih tinggi pada kembar monozigot
Corley menganalisa single nucleotide polymophism pada sampel remaja yang berperilaku
antisosial dan pecandu obat, didapatkan 2 gen yang berpengaruh yaitu CHRNA2 dan OPRM1.
CHRNA2 akan mengkode pada reseptor α 2 nikotinik (mirip pada skizofrenia) dan reseptor μ
Salah satu faktor risiko terburuk bagi perilaku antisosial adalah callous-unemotional (CU)
traits, digambarkan sebagai kurangnya empati, kurangnya perasaan bersalah, miskinnya ekspresi
emosi, relatif stabil dalam masa kanak-kanak sampai remaja. Kepribadian ini menunjukkan sub-
kelompok yang penting dari antisosial dan kenakalan remaja. Peneliti behavioral genetics yakin
faktor keturunan CU traits sangat kuat. Mereka menemukan gen kekerasan dan perilaku antisosial
menempati lokasi spesifik di otak. Begitu pula gen yang mempengaruhi fungsi amigdala, meliputi
13
2.4. Gambaran Klinis
Gejala-gejala gangguan kepribadian antisosial sudah mulai kelihatan pada masa anak
(sebelum umur 12-15 tahun). Seorang dewasa dengan gangguan ini biasanya pada masa anak
sudah menunjukkan perilaku mencuri, tidak dapat dikoreksi (sangat tidak mematuhi, biasanya
terhadap orang tuanya), bolos sekolah, lari dari rumah sampai bermalam, teman-temannya
terkenal tidak baik, pulang ke rumah sampai jauh malam, agresi fisik, impulsive, sembrono, dan
tidak bertanggung jawab, enuresis malam hari, tidak ada rasa salah, berdusta patologis (bukan
dusta untuk menutupi atau mengecilkan kesalahan), hubungan seks yang dini dan aktivitas
homoseksual. Dari semua orang dewasa dengan gangguan ini yang diteliti, tidak satupun yang
Pada masa dewasa seorang dengan gangguan ini menunjukkan pelanggaran hokum yang
berulang-ulang, suka mengembara, riwayat pekerjaan atau tugas militer yang jelek, riwayat
pernikahan juga tidak baik. Ia suka berkelahi, gejala-gejala kecemasan, konversi, ketergantungan
Pasien dengan gangguan kepribadian antisosial sering dapat tampak normal dan bahkan
mempesona serta menyenangkan. Meskipun demikian, riwayat mereka mengungkapkan banyak area
fungsi kehidupan yang terganggu. Berbohong, membolos, kabur dari rumah, mencuri, berkelahi,
penyalahgunaan zat, dan aktivitas illegal merupakan pengalaman khas yang dilaporkan pasien diawal
masa kanak-kanak. Pasien ini sering menarik simpati klinisi yang berbeda jenis kelamin dengan
aspek penuh warna dan merayu dari kepribadian mereka, tetapi klinisi dengan jenis kelamin yang
sama dapat menganggap mereka manipulative dan menuntut. Pasien dengan gangguan kpribadian
antisosial tidak menunjukkan ansietas atau depresi, kekuranganlah yang dapat tampak sangat tidak
sesusai dengan situasi mereka, meskipun ancaman bunuh diri dan preokupasi somatik dapat lazim
ditemukan. Penjelasan mereka sendiri mengenai perilaku antisosial mereka membuat hal itu tampak
14
tidak masuk akal, tetapi isi jiwa mereka mengungkapkan tidak adanya waham dan tanda lain pikiran
yang tidak rasional. Bahkan, mereka sering memiliki rasa uji realitas yang meningkat dan sering
Orang dengan gangguan ini tidak mengatakan hal yang sebenarnya dan tidak dapat dipercaya
untuk melakukan setiap tugas atau patuh pada standar moral konvensional. Berganti-ganti pasangan,
penganiayaan pasangan, penganiayaan anak, dan menyetir sambil mabuk adalah peristiwa yang lazim
terjadi didalam kehidupan mereka. Temuan yang jelas adalah tidak adanya penyesalan untuk
2.5. Diagnosis
A.Terdapat pola pervasif tidak menghargai dan melanggar hak orang lain yang
terjadi sejak usia 15 tahun, seperti yang ditunjukkan oleh 3 (atau lebih) hal
berikut :
(1).Gagal mengikuti norma sosial yang ditunjukkan dengan perilaku patuh
hukum, seperti yang ditunjukkan dengan melakukan tindakan berulang yang
dapat menjadi dasar penangkapan.
(2).Penipuan seperti yang ditunjukkan dengan berbohong berulang
menggunakan nama palsu atau melawan orang lain untuk keuntungan atau
kesenangan pribadi.
(3).Impulsivitas atau kegagalan untuk memiliki rencana ke depan.
(4).Iritabilitas dan agresivitas, seperti yang ditunjukkan dengan perkelahian
atau penyerangan fisik berulang.
(5).Mengabaikan keselamatan diri atau orang lain dengan ceroboh.
(6).Terus menerus tidak bertanggung jawab, seperti yang ditunjukkan dengan
kegagalan berulang utnuk mempertahankan perilaku kerja atau menghargai
kewajiban keuangan.
(7).Tidak ada rasa menyesal, seperti yang ditunjukkan dengan bersikap acuh
terhadap atau merasionalisasi perilaku menyakiti, salah memperlakukan atau
15
mencuri dari orang lain.
B. Orang tersebut setidaknya berusia 18 tahun.
C. Terdapat bukti gangguan tingkah laku sebelum onset usia 15 tahun.
D.Adanya perilaku antisocial tidak hanya terjadi selama perjalanan gangguan
skizofrenia atau episode manic.
Dikutip dari Diagnostic and Statical Manual of Mental Disorder 5th Ed. Text rev:
Washington, DC: American Psychiatric Association; copyright 2013.
Gangguan kepribadian ini biasanya menjadi perhatian disebabkan adanya perbedaan yang
besar antara perilaku dan norma sosial yang berlaku, dan ditandai oleh :
(a).Bersikap tidak peduli dengan perasaan orang lain
(b).Sikap yang amat tidak bertangguang jawab dan berlangsung terus menerus (persistent),
serta tidak peduli terhadap norma, peraturan dan kewajiban sosial.
(c).Tidak mampu memelihara suatu hubungan agar berlangsung lama, meskipun tidak ada
kesulitan untuk mengembangkannya.
(d).Toleransi terhadap frustasi sngat rendah dan ambang yang rendah untuk melampiaskan
agresi, termasuk tindakan kekerasan.
(e).Tidak mampu mengalami rasa salah dan menarik manfaat dari pengalaman, khususnya dari
hukuman.
(f).Sangat cenderung menyalahkan orang lain, atau menawarkan rasionalisasi yang masuk
akal, untuk perilaku yang membuat pasien konflik dengan masyarakat.
*Untuk diagnosis paling sedikit 3 dari di atas.
Dikutip dari Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa: Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III.
Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya; copyright 2003.
a) Adult Antisocial Behaviour, dimana pasien tidak memenuhi kriteria diagnosis gangguan
kepribadian antisosial.
16
b) Gangguan Penggunaan Zat, pasien mungkin menunjukkan perilaku antisosial sebagai
konsekuensi dari ketergantungan dan penyalahgunaan zat; dapat juga disertai dengan
masalah.
dari gangguan intelek dan penilaian ; dapat juga disertai dengan masalah.
d) Psikosis, pasien mungkin terlibat dengan perilaku antisosial sebagai konsekuensi dari
e) Gangguan Kepribadian Ambang, pasien sering mencoba bunuh diri dan menunjukkan
g) Perubahan Perilaku Dikarenakan Kondisi Medis Umum, pasien memiliki perilaku yang
2.7 Penatalaksanaan
2.7.1 Psikoterapi
Jika pasien dengan gangguan kepribadian antisosial dibuat tidak dapat pergi kemana-mana
(contohnya, di rumah sakit), mereka sering menjadi setuju terhadap psikoterapi. Jika pasien
merasa bahwa mereka berada di antara teman senasib, tidak adanya motivasi untuk perubahan
menghilang. Mungkin untuk alasan ini kelompok menolong diri sediri lebih berguna daripada
Sebelum terapi dimulai, batasan yang tegas penting diberikan. Terapis harus mencari cara
untuk menghadapi perilaku merusak diri pada pasien. Dan untuk mengatasi rasa takut pasien akan
keintiman, terapis harus mencegah keinginan pasien untuk lari dari kejujuran seseorang. Dalam
17
melakukannya, terapis menghadapi tantangan memisahkan kendali dari hukuman dan
2.7.2 Farmakoterapi
kemarahan, dan depresi, tetapi karena pasien sering merupakan penyalahgunaan obat, obat harus
psikostimulan seperti methylphenidate (Ritalin) dapat berguna. Upaya telah dilakukan untuk
(Depakote), terutama jika bentuk gelombang abnormal ditemukan pada EEG, β-adrenergik telah
2.8 Prognosis
kemungkinan intervensi dini dan pencegahan. Dalam kasus gangguan kepribadian antisosial
Begitu timbul, gangguan kepribadian antisosial memiliki perjalanan tanpa remisi, dengan
puncak perilaku antisosial biasanya terjadi pada masa remaja akhir. Prognosisnya beragam.
Beberapa laporan menunjukkan bahwa gejala berkurang seiring bertambah tuanya usia pasien.
Banyak pasien memiliki gangguan somatisasi dan keluhan fisik multipel. Gangguan depresif,
18
gangguan penggunaan alkohol, dan penyalahgunaan zat lainnya lazim ditemukan.1
19
BAB 3
KESIMPULAN
Kepribadian ialah ekspresi keluar mengenai pengetahuan serta perasaan yang dialami
secara subjektif oleh seseorang dan ekspresi keluar yang dapat diamati ini, menunjuk pada
keseluruhan pola pikiran, perasaan dan perilaku yang sering digunakan oleh orang itu dalam usaha
penyesuaian diri yang terus menerus dalam hidupnya sehingga ia dapat dikenal dari polanya itu.
Pematangan kepribadian dipengaruhi oleh faktor keturunan, faktor badaniah, psikologik dan
Gangguan kepribadian anti sosial adalah perilaku maladaptive yang ditandai oleh tindakan
antisosial atau kriminal yang terus menerus, tetapi tidak sinonim dengan kriminalitas. Gangguan
ini adalah ketidakmampuan untuk mematuhi norma sosial yang melibatkan banyak aspek
perkembangan remaja dan dewasa pasien. Ciri pokok kelainan anti sosial adalah riwayat tingkah
laku anti sosial terus menerus yang merupakan pelanggaran hak-hak orang lain. Penderita tidak
bertanggung jawab, tabiat misantropik atau kurang manusiawi, sering kehilangan pekerjaan dan
Gangguan kepribadian antisosial harus dibedakan dari perilaku ilegal dimana gangguan
dari status sosioekonomi, latar belakang kultural, dan jenis kelamin pada manifestasinya, selain itu
diagnosis gangguan kepribadian antisosial tidak diperlukan jika retardasi mental, skizofrenia, atau
Prognosis gangguan kepribadian anti sosial adalah bervariasi.Gejala dapat menurun saat
pasien menjadi semakin bertambah umur. Banyak pasien memiliki gangguan somatisasi dan
20
keluhan fisik multiple. Gangguan depresif, gangguan penyalahgunaan zat dan alcohol adalah
21
DAFTAR PUSTAKA
1 Sadock, Benjamin J dkk. 2017. Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry Behavioral
Sciences/Clinical Psychiatry 11th Edition. USA: Wolters Kluwer.
2 American Psychiatric Association. 2013. Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders 5th Edition DSM-5TM. Washington DC: American Psychiatric Association.
3 Maramis, Willy F. dan Albert A. Maramis. 2018. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa Edisi 2.
Surabaya: Airlangga University Press.
4 Black, Donald W. Maret 2015. “The Natural History of Antisocial Personlaity Disorder”. The
Canadian Journal of Psychiatry, Vol 60, No 7, July 2015 60(7):309–314. 18 Oktober 2017.
Diakses dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4500180/pdf/cjp-2015-vol60-
july309-314.pdf
5 Kay, Jerald dan Allan Tasman. 2017. Essentials of Psychiatry. England: John Willey & Sons.
6 Maslim, Rusdi. 2003. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa: Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III.
Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya.
7 Sajogo, Ivana dan Didi Aryono Budiyono. Kepribadian Antisosial: Fokus pada White-Collar
Crime. Bagian Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. 18 Oktober 2016.
Diakses dari http://journal.unair.ac.id/filerPDF/Antisocial%20Personality%20on
%20WCC_ivana.pdf
8 Hill, Jonathan. 2003. Early Identification of Individuals at Risk for Antisocial Personality
Disorder. BRITISH JOURNAL OF P SYCHIATRY ( 2 0 0 3 ) , 1 8 2 ( s u p pl . 4 4 ) , s11˗s14.
18 Oktober 2016. Diakses dari bjp.rcpsych.org/content/182/44/s11
9. Elvira DE, Hadisukanto, G. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta : Balai Penertbit FK UI, 2010. h. 331-
332.
10. Sadock BJ, Virginia VA. Kaplan & Sadock’s Pocket Handbook Of Clinical Psychiatry. Edisi
ke-3. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins, 2001. h. 246-248.
22