Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN AKHIR PRATIKUM

LANDASAN ILMU NUTRISI


ANALISIS PROKSIMAT

JAGUNG (Zee mays)

NAMA : Alwi Fahrozi Pohan


BP : 2010612132
Kelompok : 5(Lima)
Hari,shif : Senin,Siang
Rekan Kerja 1. Alwi Fahrozi Pohan (2010612132)
2. Tisyah Amalia Siregar (2010612121)
3. Ridho Rahsyad (2010612145)
4. Muhamad Iqbal (2010612149)
5. Yuda Aji Santoso (2010612165)
6. Yuli Rifki (2010612147)
Asisten 1. Nining Trishna Kemala Ratih (1500612093)
Dosen 1. Dr.Ir, Gita Ciptaan,Mp.
2. Dr.Ir, Yuliaty Shafan Nur, MS.

LABORATURIUM NUTRISI NON RUMINANSIA


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG,2021
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bahan pakan merupakan kebutuhan pokok  bagi setiap ternak. Sebagian besar  bahan pakan terdiri dari
unsur - unsur pokok yaitu air, mineral, karbohidrat, lemak dan protein. Kelima unsur ini dibutuhkan oleh
hewan ternak dan manusia untuk pertumbuhan, produksi, reproduksi dan hidup pokok.Makanan ternak
berisi zat nutrisi dengan kandungan yang berbeda-beda karena itu perlu dilakukan analisis untuk mengetahui
kualitas dan kuantitas zat gizi yang dibutuhkan oleh ternak. Kualitas bahan  pakan dan komponennya ini
dapat dinilai melalui tiga tahapan penilaian, yaitu secara fisik, kimia, dan biologis. Salah satu tahapan dari
penilaian ini dapat dilakukan melalui analisis proksimat.
Analisis proksimat merupakan suatu metode analisis secara kimia untuk mengidentifikasikan kandungan
zat makanan dari suatu bahan pakan atau pangan. Komponen fraksi yang dianalisis masih mengandung
komponen lain dengan jumlah yang sangat kecil, yang seharusnya tidak masuk ke dalam fraksi yang
dimaksud, itulah sebabnya mengapa hasil analisis proksimat menunjukkan angka yang mendekati angka
fraksi yang sesungguhnya.
Analisis proksimat berupa analisa kadar air, kadar abu, bahan kering, analisa protein kasar, lemak kasar
dan analisa serat kasar. Pada setiap analisis terdapat metode – metode yang berbeda.Pada dasarnya, analisis
proksimat bermanfaat dalam mengidentifikasi kandungan zat makanan dari suatu bahan pakan atau pangan
yang belum diketahui sebelumnya yang selanjutnya disebut sampel.Selain dari itu, analisis prokimat
merupakan dasar dari analisis-analisis yang lebih lanjut.
Analisis proksimat bermanfaat dalam menilai dan menguji kualitas suatu bahan pakan atau pangan
dengan membandingkan nilai standar zat makanan atau zat pakan dengan hasil analisisnya.Dengan
demikian analisis proksimat ini dapat bermanfaat bagi dunia peternakan, terutama dalam pemberian nutrisi
yang dapat memenuhi kebutuhan ternak. Maka dari itu Berdasarkan uraian di atas, praktikum tentang
analisis proksimat ini penting untuk dilakukan untuk menunjang pengetahuan tentang cara untuk
mengetahui kadar nutrisi dalam suatu pakan.

1.2 Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui analisis proksimat berupa  kadar air, kadar abu, protein
kasar,  lemak kasar dan serat kasar pada sampel yaitu  jagung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Analisis Proksimat
Analisis proksimat merupakan metode yang tidak menguraikan kandungan nutrien secara rinci, namun
berupa nilai perkiraan (Soejono, 1990).Metode ini dikembangkan oleh Henneberg dan Stockman dari
Weende Experiment Station di Jerman pada tahun 1865 (Tillman et al., 1991).
Analisis makronutrien analisis proksimat meliputi kadar abu total, air total, lemak total, protein total dan
karbohidrat total, sedangkan untuk kandungan mikronutrien difokuskan pada provitamin A (β-karoten)
(Sudarmadji et al., 1996). Analisis vitamin A dan provitamin A secara kimia dalam buah-buahan dan produk
hasil olahan dapat ditentukan dengan berbagai metode diantaranya kromatografi lapis tipis, kromatografi
kolom absorpsi, kromatografi cair kinerja tinggi, kolorimetri dan spektrofotometri sinar tampak (Susi . 
2001).
Analisa proksimat merupakan pengujian kimiawi untuk mengetahui kandungan nutrien suatu bahan
baku pakan atau pakan. Metode analisa proksimat pertama kali dikembangkan oleh Henneberg dan Stohman
pada tahun 1860 di sebuah laboratorium penelitian di Weende, Jerman (Hartadi et al., 1997). McDonald et
al. (1995) menjelaskan bahwa analisa proksimat dibagi menjadi enam fraksi nutrien yaitu kadar air, abu,
protein kasar, lemak kasar, serat kasar dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN).
Analisis proksimat mulai dikembangkan oleh Wilhelm Henneberg dan asistennya Stohman pada tahun
1960 di laboratorium Wende di Jerman. Oleh karena itu analisis model ini dikenal juga dengan analisis
Wendee. Pada prinsipnya bahan pakan terdiri atas dua bagian yaitu air dan bahan kering yang dapat
diketahui melalui pemanasan pada suhu 105°C. Selanjutnya bahan kering ini dapat dipisahkan antara kadar
abu dan kadar bahan organik melalui pembakaran dengan suhu 500°C ( Sutardi, 2012 ).
Sutardi (2012) menambahkan bahan organik dapat dipisahkan menjadi komponen nitrogennya yang
kemudian dihitung sebagai protein dengan teknik kyeldahl dan bagian lainya adalah bahan organik tanpa
nitrogen.Bahn organik tanpa N dapat dipisahkan menjadi karbohidrat dan lemak.Selanjutnya karbohidrat
dapat dipisah menjadi serat kasar dan bahan ekstrak tanpa nitrogen.
Bahan pakan mengandung zat-zat kimia yang secara umum semua makanan mengandung air yang lebih
banyak dari kandungan lain. Tinggi rendahnya kadar air mempengaruhi kebutuhan hewan akan air minum.
Banyaknya air yang terkandung pada suatu bahan makanan dapat diketahui jika bahan tersebut dipanaskan
atau dikeringkan pada temperatur tertentu. Menurut Krishna (1980), komponen air adalah air dan senyawa
organik yang mudah menguap. Abu sendiri terdiri dari unsur mineral, namun bervariasinya kombinasi unsur
mineral dalam bahan pakan asal tanaman menyebabkan abu tidak dapat dipakai sebagai indek untuk
menentukan jumlah unsur mineral tertentu.
2.2Kadar Air
Kadar air dalam bahan pangan sangat mempengaruhi kualitas dan daya simpan dari bahan pangan
tersebut. Oleh karena itu, penentuan kadar air dari suatu bahan pangan sangat penting agar dalam proses
pengolahan maupun pendistribusian mendapat penanganan yang tepat Hafez, E.S.E. (2000).
Defano (2000) menyatakan ditiap bahan pakan yang paling kering sekalipun,masih terdapat kandungan
air walaupun dalam jumlah yang kecil.Bahan yang paling banyak mengadung kadar air adalah  tepung
kedele dengan nilai 18,1490 dan yang memiliki berat kering paling besar adalah tepung darah dengan nilai
99,7501.Kadar bahan kering ini pun dapat berubah-ubah,tergantung dari suhu dan kelembaban dari suatu
wilayah ternak itu dipelihara.
Banyaknya kadar air dalam suatu bahan pakan dapat diketahui bila bahan pakan tersebut dipanaskan
pada suhu 105⁰C. Bahan kering dihitung sebagai selisih antara 100% dengan persentase kadar air suatu
bahan pakan yang dipanaskan hingga ukurannya tetap (Anggorodi, 1994). Kadar air adalah persentase
kandungan air suatu bahan yang dapat dinyatakan berdasarkan berat basah (wet basis) atau berat kering (dry
basis). Metode pengeringan melalui oven sangat memuaskan untuk sebagian besar makanan, akan tetapi
beberapa makanan seperti silase, banyak sekali bahan-bahan atsiri (bahan yang mudah terbang) yang bisa
hilang pada pemanasan tersebut (Winarno, 1997)
Kadar air dalam bahan pangan sangat mempengaruhi kualitas dan daya simpan dari bahan pangan
tersebut. Oleh karena itu, penentuan kadar air dari suatu bahan pangan sangat penting agar dalam proses
pengolahan maupun pendistribusian mendapat penanganan yang tepat Hafez, E.S.E. (2000).
Defano (2000) menyatakan ditiap bahan pakan yang paling kering sekalipun,masih terdapat kandungan
air walaupun dalam jumlah yang kecil.Bahan yang paling banyak mengadung kadar air adalah  tepung
kedele dengan nilai 18,1490 dan yang memiliki berat kering paling besar adalah tepung darah dengan nilai
99,7501.Kadar bahan kering ini pun dapat berubah-ubah,tergantung dari suhu dan kelembaban dari suatu
wilayah ternak itu dipelihara.
Banyaknya kadar air dalam suatu bahan pakan dapat diketahui bila bahan pakan tersebut dipanaskan
pada suhu 105⁰C. Bahan kering dihitung sebagai selisih antara 100% dengan persentase kadar air suatu
bahan pakan yang dipanaskan hingga ukurannya tetap (Anggorodi, 1994). Kadar air adalah persentase
kandungan air suatu bahan yang dapat dinyatakan berdasarkan berat basah (wet basis) atau berat kering (dry
basis). Metode pengeringan melalui oven sangat memuaskan untuk sebagian besar makanan, akan tetapi
beberapa makanan seperti silase, banyak sekali bahan-bahan atsiri (bahan yang mudah terbang) yang bisa
hilang pada pemanasan tersebut (Winarno, 1997).
2.3 Kadar Abu
Analisa kadar abu bertujuan untuk memisahkan bahan organik dan bahan anorganik suatu bahan pakan.
Kandungan abu suatu bahan pakan menggambarkan kandungan mineral pada bahan tersebut.Menurut
Cherney (2000) abu terdiri dari mineral yang larut dalam detergen dan mineral yang tidak larut dalam
detergen Kandungan bahan organik suatu pakan terdiri protein kasar, lemak kasar, serat kasar dan bahan
ekstrak tanpa nitrogen (BETN).
Karra (2007) menyatakan bahwa pemanasan di dalam tanur  adalah dengan suhu 400-600 derajat
Celcius dan Halim (2006) menyatakan bahwa zat anorganik yang tertinggal di dalam pemanasan dengan
tanur disebut dengan abu (ash) . Disini, bahan pakan ternak yang paling banyak mengandung kadar abu
adalah  tepung kulit kerang dengan persentase 92,9000. Ini disebabkan karena tepung kulit kerang memang
terdiri bahan anorganik yang terdiri dari mineral - mineral seperti kapur.
Jumlah abu dalam bahan pakan hanya penting untuk menentukan perhitungan bahan ekstrak tanpa
nitrogen (Soejono, 1990). Kandungan abu ditentukan dengan cara mengabukan atau membakar bahan pakan
dalam tanur, pada suhu 400-600oC sampai semua karbon hilang dari sampel, dengan suhu tinggi ini bahan
organik yang ada dalam bahan pakan akan terbakar dan sisanya merupakan abu yang dianggap mewakili
bagian inorganik makanan. Namun, abu juga mengandung bahan organik seperti sulfur dan fosfor dari
protein, dan beberapa bahan yang mudah terbang seperti natrium, klorida, kalium, fosfor dan sulfur akan
hilang selama pembakaran. Kandungan abu dengan demikian tidaklah sepenuhnya mewakili bahan
inorganik pada makanan baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif (Anggorodi, 1994). 
2.4 Protein Kasar
Anggorodi (2005) menyatakan protein adalah esensial bagi kehidupan karena zat tersebut merupakan
protoplasma aktif dalam semua sel hidup.Bahan yang paling banyak mengandung protein kasar adalah
bungkil kedele.Karena nya,bungkil kedele mengandung asam amino paling tinggi dari bahan yang kami
praktikumkan. Susi(2001) menyatakan bahwa bahan ekstrak tanpa nitrogen adalah kandungan zat makanan
dikurangi persentase air,abu,protein kasar,lemak kasar,dan serat kasar. Kadar Bahan Ekstrak Tanpa
Nitrogen dihitung sebagai nutrisi sampingan dari protein.
Kadar protein pada analisa proksimat bahan pakan pada umunya mengacu pada istilah protein kasar.
Protein kasar memiliki pengertian banyaknya kandungan nitrogen (N) yang terkandung pada bahan tersebut
dikali dengan 6,25. Definisi tersebut berdasarkan asumsi bahwa rata-rata kandungan N dalam bahan pakan
adalah 16 gram per 100 gram protein (NRC, 2001).Protein kasar terdiri dari protein dan nitrogen bukan
protein (NPN) (Cherney, 2000).
Protein merupakan salah satu zat makanan yang berperan dalam penentuan produktivitas ternak. Jumlah
protein dalam pakan ditentukan dengan kandungan nitrogen bahan pakan kemudian dikali dengan faktor
protein 6,25. Angka 6,25 diperoleh dengan asumsi bahwa protein mengandung 16% nitrogen. Kelemahan
analisis proksimat untuk protein kasar itu sendiri terletak pada asumsi dasar yang digunakan. Pertama,
dianggap bahwa semua nitrogen bahan pakan merupakan protein, kenyataannya tidak semua nitrogen
berasal dari protein dan kedua, bahwa kadar nitrogen protein 16%, tetapi kenyataannya kadar nitrogen
protein tidak selalu 16% (Soejono, 1990).  Menurut Siregar (1994) senyawa-senyawa non protein nitrogen
dapat diubah menjadi protein oleh mikrobia, sehingga kandungan protein pakan dapat meningkat dari kadar
awalnya. Sintesis protein dalam rumen tergantung jenis makanan yang dikonsumsi oleh ternak.Jika
konsumsi N makanan rendah, maka N yang dihasilkan dalam rumen juga rendah.Jika nilai hayati protein
dari makanan sangat tinggi maka ada kemungkinan protein tersebut didegradasi di dalam rumen menjadi
protein berkualitas rendah.
2.5Lemak Kasar
Khairul(2009) menyatakan bahwa lemak kasar yang dihasilkan dari penentuan lemak kasar adalah
ekstraksi dari klorofil,xanthofil,dan karoten. Bahan yang mengandung banyak lemak kasar adalah tepung
kedele.Ini dikarenakan tepung kedele merupakan sumber lemak nabati. Cherney (2000) melaporkan bahwa
lemak kasar terdiri dari lemak dan pigmen.Zat-zat nutrien yang bersifat larut dalam lemak seperti vitamin A,
D, E dan K diduga terhitung sebagai lemak kasar.Pigmen yang sering terekstrak pada analisa lemak kasar
seperti klorofil atau xanthophil. Analisa lemak kasar pada umumnya menggunakan senyawa eter sebagai
bahan pelarutnya, maka dari itu analisa lemak kasar juga sering disebut sebagai ether extract .
Kandungan lemak suatu bahan pakan dapat ditentukan dengan metode soxhlet, yaitu proses ekstraksi
suatu bahan dalam tabung soxhlet (Soejono, 1990). Lemak yang didapatkan dari analisis lemak ini bukan
lemak murni.Selain mengandung lemak sesungguhnya, ekstrak eter juga mengandung waks (lilin), asam
organik, alkohol, dan pigmen, oleh karena itu fraksi eter untuk menentukan lemak tidak sepenuhnya benar
(Anggorodi, 1994).Penetapan kandungan lemak dilakukan dengan larutan heksan sebagai pelarut.Fungsi
dari n heksan adalah untuk mengekstraksi lemak atau untuk melarutkan lemak, sehingga merubah warna
dari kuning menjadi jernih (Mahmudi, 1997).

2.6 Serat kasar


Serat kasar terdiri dari selulosa, hemiselulosa dan lignin.Selulosa dan hemiselulosa merupakan
komponen dinding sel tumbuhan dan tidak dapat dicerna oleh ternak monogastrik.Hewan ruminansia
mempunyai mikroorganisme rumen yang memiliki kemampuan untuk mencerna selulosa dan
hemiselulosa (Chandra. 2001).
Fraksi serat kasar mengandung selulosa, lignin, dan hemiselulosa tergantung pada species dan fase
pertumbuhan bahan tanaman (Anggorodi, 1994).Pakan hijauan merupakan sumber serta kasar yang dapat
merangsang pertumbuhan alat-alat pencernaan pada ternak yang sedang tumbuh. Tingginya kadar serat
kasar dapat menurunkan daya rombak mikroba rumen (Farida, 1998) menyatakan bahwa Serat kasar
merupakan kemudahan bagi makluk hidup untuk mendapatkan zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh.
Danuarsa, (2006) menyatakan bahwa kandungan serat kasar yang tinggi padapakan akan menurunkan
koefisiensi cerna dalam bahan  pakan tersebut,karena serat kasar megandung bagian yang sukar untuk
dicerna. Danuarsa, (2006) menyatakan bahwa Serat kasar adalah semua zat organik yang tidak larut dalam
H2SO4 0,3 N dan dalam NaOH 1,5 N yang berturur-turut dimasak selama 30 menit.. Kamal
(1998) menyatakan analisis kadar serat kasar adalah usaha untuk mengetahui kadar serat kasar dalam bahan
baku pakan pelaksanaan dilaboratorium biasanya dilakukan secara kimiawi dengan metode mendell.
Cairan retikulorumen mengandung mikroorganisme, sehingga ternak ruminasia mampu mencerna
hijauan termasuk rumput-rumputan yang umumnya mengandung selulosa yang tinggi (Tillman et al.,
1991).Langkah pertama metode pengukuran kandungan serat kasar adalah menghilangkan semua bahan
yang terlarut dalam asam dengan pendidihan dengan asam sulfat bahan yang larut dalam alkali dihilangkan
dengan pendidihan dalam larutan sodium alkali.Residu yang tidak larut adalah serat kasar (Soejono, 1990).
Serat kasar merupakan bagian dari karbohidrat dan didefinisikan sebagai fraksi yang tersisa setelah
didigesti dengan larutan asam sulfat standar dan sodium hidroksida pada kondisi terkondisi (Suparjo,
2010).Serat kasar sebagian besar berasal dari sel dinding tanaman dan mengandung selulosa, hemiselulosa
dan lignin (Suparjo, 2010).Lu et al. (2005) menyatakan bahwa serat pakan secara kimiawi dapat
digolongkan menjadi serat kasar, neutral detergent fiber, acid detergent fiber, acid detergent lignin, selulosa
dan hemiselulosa.Peran serat pakan sebagai sumber energi erat kaitannya dengan proporsi penyusun
komponen serat seperti selulosa, hemiselulosa dan lignin (Suparjo, 2010).Menurut Cherney (2000) serat
kasar terdiri dari lignin yang tidak larut dalam alkali, serat yang berikatan dengan nitrogen dan selulosa.
2.7 Bahan Kering
Penentuan bahan kering berkaitan dengan pengeringan sampel pakan ke dalam oven pengeringan sampai
tercapai berat konstan.Penentuan bahan kering mempunyai arti penting di pertanian dengan dua alasan.
Pertama, beberapa bahan pakan seperti hijauan, silase, limbah makanan dll mempunyai kadar air yang
sangat tinggi. Kualitas dan nilainya tergantung seberapa berat susunan air terkandung di dalamnya.Informasi
ini sangat penting, sebagai contoh untuk menyeimbangkan ransum yang mengandung silase atau pembelian
bahan pakan. Alasan lain pentingnya penentuan bahan kering adalah analisa pakan dilakukan berdasarkan
bahan kering. Kebanyakan analisa menggunakan ukuran sampel yang kecil biasanya dalam ukuran gram.
Untuk menghindari berubahnya kandungan nutrisi dalam pakan karena berkurang atau bertambahnya  kadar
air dari lingkungan laboratorium, sangat perlu dilakukan analisa dalam bentuk kering. Tetapi dalam
beberapa kasus, pengusaha ternak atau nutrisonist ingin mengetahui komposisi nutrisi dalam pakan dalam
bentuk basah.Oleh karena itu sangat penting untuk mengkonversi dari bentuk kering ke basah atau
sebaliknya.

2.8 BETN
Kandungan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) bahan pakan sangat tergantung pada komponen
lainnya seperti protein kasar, serat kasar, lemak kasar, abu.Jumlah serat kasar, protein kasar, lemak kasar
dan abu dikurangi dari 100, perbedaan itu disebut bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) (Soejono,
1990).BETN merupakan karbohidrat yang dapat larut meliputi monosakarida, disakarida dan polisakarida
yang mudah larut dalam larutan asam dan basa serta memiliki daya cerna yang tinggi (Anggorodi, 2005).
BAB III MATERI DAN METODE

3.1 Alat dan Bahan


Bahan sampel : Jagung

3.1.1 Penetapan Kadar Air


Alat-alat:
 Slicadish (cawan porselen)
 Timbangan analitik (analitical balance)
 desikator
 oven listrik
 crusibel tang (penjepit)

3.1.2 Penetapan Kadar Abu


Alat-alat:
 Tanur listrik/furnace
 Crusibel tang (penjepit)
 Desikator
 Oven listrik
 Timbangan analitik
 Cawan porselen
3.2.3 Penetapan Kadar Protein
Alat-alat:
 Elemeyer 250 ml
 Gelas ukur 25 ml
 Pipet gondok 25 ml
 Pipet gondok 10 ml
 Karet isap
 Labu destilasi 500 ml
 Timbangan
 Lemari asam
 Hot plate
 Pendingin lurus
Bahan:
 Aquades
 H2SO4 pa
 H2SO4 0,1 N
 NaOH 0,3 N

3.2.4 Penetapan Kadar Lemak


Alat-alat:
 Timbangan analitik
 Oven
 Hot plate soxlet
 Pendingin
 Cawan porselen
Bahan:
 Kertas saring
 N-Hexane

3.2.5 Penetapan Serat Kasar


Alat-alat:
 Cawan porselen
 Corong buchner
 Gelas piala
 Gelas ukur
 Labu takar 1000 ml
 Timbangan
 Mesin vakum
 Hot plate
 Tanur
 Oven
Bahan:
 H2S04 0,3 N
 NaOH 0,3 N
 Aceton
 Kertas saring whatman 41
 Aquades

3.2 Metode
3.2.1 Penetapan Kadar Air
 Cawan porselen yang sudah dikeringkan dalam oven selama 1 jam pada suhu 105 ℃ .Lalu
didinginkan dalam desikator selama ± 15 menit . Jika telah dingin timbang (x).
 Timbang sampel ± 1 gram ( y ) ,lalu masukkan ke dalam cawan porselen dan kemudian masukkan
kedalam oven pada suhu 105-110℃ selama 8 jam.
 Dinginkan cawan porselen dalam desikator selama 30 menit. Setelah dingin lalu ditimbang (z).
3.2.2 Penetapan Kadar Abu
 Cawan porselen yang sudah dikeringkan dalam oven selama 1 jam pada suhu 105-110 ℃ ,
didinginkan dalam desikator selama 15 menit. Jika telah dingin ditimbang (x).
 Sampel yang telah ditimbang, dimasukkan ke dalam tanur angka 3 pada suhu 600℃ selama 5 jam.
 Lalu dimasukkan kedalam desikator untuk didinginkan selama 15 menit.
 Setelah dingin ditimbang (z).
3.2.3 Penetapan Kadar Protein
 Timbang sampel ± 1 gram, lalu masukkan ke dalam tabung reaksi yang bersih dan kering.
 Tambahkan selenium dan H2S04 15 ml.
 Tunggu selama 2 jam, setelah itu di destruksi dengan menghidupkan blower dan pemanas mulai dari
api kecil, setelah larutan menghitam rata baru pijarkan sampai larutan berwarna bening. Dinginkan.
 Pengenceran: masukkan sedikit aquades dan masukkan sampel ke dalam dan bilas menggunakan
aquades 250 ml sampai penuh. Lalu masukkan ke dalam tabung elemeyer.
 Sesudah diencerkan masukkan ke dalam gelas kaca dan tutup pakai aluminium foil agar tidak
terkontaminasi.
 Destilasi: masukkan aquades 150 ml, tambahkan sampel yang telah diencerkan sebanyak 25 ml,
tambahkan NaOH 0,3 N sebanyak 20 ml, masukkan ke dalam tabung destilasi, tutup tabung destilasi,
lalu tambahkan 10 ml indikator asam borak ke dalam elemeyer. Hidupkan api spritus. Destilasi
sampai elemeyer 100 ml.
 Titrasi: sampel diletakkan di bawah alat titrasi, sampel ditetesi NaOH 0,1 N perlahan hingga berubah
warna menjadi keorenan, lalu hitung volume titrasi. Setelah itu baru dihitung kadar proteinnya.
3.2.4 Penetapan Kadar Lemak
 Timbang sampel sebanyak ± 1 gram(x), lalu dibungkus dengan kerta saring bebas lemak. Keringkan
dalam oven 105-110℃selama 8 jam. Timbang selagi panas (Y).
 Isi tabung ekstraktor soxlet dengan petrouleum N-Hexana. Hidupkan hot plate dan pompa untuk
mengalirkan air ke pendingin gondok. Ekstrak sampai air petroleum dalam soxlet jernih. Hentikan
ekstraksi, angin-anginkan sampai kering (menguap).
 Ambil sampel dan keringkan dalam oven suhu 105℃ selama 5 jam. Timbang selagi panas (Z).
3.2.5 Penetapan Serat Kasar
 Timbang sampel 1 gram (a), dan masukkan kedalam gelas piala 500 ml, lalu tambahkan H 2SO4 0,3 N
sebanyak 100 ml ke dalam mesin vakum.
 Saring dengan kertas whatman 41 melalui corong buchner dengan bantuan pompa vakum. Bilas
residu dengan aquades panas sebanyak 300 ml.
 Residu yang berada di atas kertas saring dipindahkan ke gelas piasa semula. Pindahkan residu
dengan menyemprotkan NaOH 0,3 N sampai kertas saringnya bersih ± 100 ml.
 Panaskan selama 40 menit. Lalu saring dengan kertas saring whatman 41 yang telah diketahui
beratnya (b), melalui corong buchner dengan bantuan pompa vakum. Bilas residu dengan aquades
panas sebanyak ± 300 ml dan tambahkan aceton 20 ml.
 Pindahkan residu dan kertas saring ke dalam cawan porselen lalu masukkan ke dalam oven suhu
105-110℃ selama 1 jam. Lalu di desikator selama 15 menit, setelah dingin ditimbang (Y).
 Masukkan ke dalam tanur suhu 600℃ selam 5 jam.
 Dibiarkan selama 30 menit. Lalu masukka ke dalam desikator 15 menit. Timbang (Z).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan di Indonesia yang mempunyai peran strategis
dalam suatu perekonomian nasional.Jagung merupakan hasil palawija yang memegang peranan penting dalam
pola menu masyarakat setelah beras.Jika ditinjau dari segi gizi, jagung merupakan salah satu bahan pangan
yang mempunyai sumber karbohidrat dan protein. Menurut Tjitrosoepomo (1991) tanaman jagung dalam tata
nama atau sistematika (taksonomi) diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : plantae
Divisi : spermatophuta
Kelas : angiospermae
Kelas : monocotyledoneae
Ordo : graminae
Famili : graminaceae
Genus : zea Spesies : zea mays
Dari haasil praktek yang telah dilakukan maka dapat lah data sebagai berikut:
4.1.1 Kadar Air
Kode Cawan Porselen (gr) POU3
Berat Cawan Porselen (gr) 44,9681 gr
Berat Sampel (gr) 1,0084 gr
Kadar Air (%) 12,3859 %
Kadar Bahan Kering (%) 87,6121 %

4.1.2 Kadar abu


Kode Cawan Porselen (gr) 1.2
Berat Cawan Porselen (gr) 43,7100 gr
Berat Sampel (gr) 1,0108 gr
Berat Cawan + Sampel 43,7213
Setelah DItanur (gr)
Kadar Abu (%) 1,1179 %
Kadar Bahan Kering (%) 86,4962 %

4.1.3 Lemak Kasar


Kode Kertas Saring (gr) J.5
Berat Sampel (gr) 1,0113 gr
Berat Kertas Saring + 1,5053 gr
Sampel Setelah Di Oven
(gr)
Berat Kertas Saring + 1,4700 %
Sampel Yang Telah
Ekstraksi (%)
Lemak Kasar (%) 3,4905 %

4.1.4. Serat Kasar


.
Kode Kertas Saring (gr) 7
Berat Sampel (gr) 0,4519 gr
Berat Kertas Saring + 22,2754 gr
Cawan + Residu (gr)
Berat Kertas Cawan + Abu 21,8002 %
(%)
Serat Kasar (%) 2,2926 %

4.1.5 Protein kasar


Berat Sampel (gr) 0,5309 gr
Titar NaOH Pada Blanko 12,52 gr
(ml)
Titar NaOH Pada Sampel 12,06 gr
(ml)
Protein Kasar (%) 7,9110 %

4.2 Pembahasan
4.2.1 Kadar Air
Tahapan awal dalam menetapkan kadar air yaitu timbang cawan porselen dengan timbangan analitik
(21,8204) gram).Netralkan kembali timbangannya kemudian masukkan bungkil jagung ke dalam cawan lalu
ukur massanya (22,8254 gram). Setelah ditimbang, masukkan ke dalam oven dengan suhu 105℃-110℃
selama 8 jam.Setelah dalam oven, keluarkan dan masukkan cawan berisi sampel ke desikator tunggu hingga
30 menit. Kemudian timbang kembali sampel dengan timbangan analitik (22,7207gram). Sehingga kadar air
yang didapat adalah 12,1827dan kadar berat kering adalah 87,8173%. Kadar air dalam bungkil jagung yang
dihasilkan ini memenuhi persyaratanmutu Standar Nasional Indonesia (SNI) yaitumaksimal 14%. Pada
sampel bahanpangan yang kering, kadar air seringdihubungkan dengan indeks kestabilankhususnya pada saat
disimpan. Semakin tinggikadar air dalam suatu bahan pangan, daya simpanserta kualitas bahan pangan
tersebut semakinrendah (Arpah, 1993).
4.2.2 Kadar Abu
Tahapan awal dalam menetapkan kadar abu adalah timbang cawan porselen yang sudah dikeringkan
dalam oven selama 1 jam pada suhu 105-110℃, didinginkan dalam desikator selama 15 menit. Jika telah
dingin ditimbang.Sampel yang telah ditimbang, dimasukkan ke dalam tanur angka 3 pada suhu 600℃
selama 5 jam.Lalu dimasukkan kedalam desikator untuk didinginkan selama 15 menit.Setelah dingin
ditimbang (23,0690gram).Hasilanalisis kadar abu dari jagung yaitu 1,2485%dimana hasil pengujian
kadarabu ini tidak memenuhi persyaratan mutu SNIyaitu maksimal sebesar 2,0% (SNI,1998).Menurut
Winarno, (1991) dimana kadar abu yangtinggi pada sampel disebabkan masih adakandungan mineral yang
tidak terbakar sepertiNa, Ca, dan P. Analisi protein dalam bahanpangan penting untuk mengetahui
kandungantotal protein dari suatu bahan pangan tersebut.
4.2.3 Kadar Protein
Tahapan awal dalam menetapkan kadar protein adalah timbang sampel ± 1 gram, lalu masukkan ke
dalam tabung reaksi yang bersih dan kering. Kemudian tambahkan selenium dan H 2S04 15 ml. Tunggu
selama 2 jam, setelah itu di destruksi dengan menghidupkan blower dan pemanas mulai dari api kecil, setelah
larutan menghitam rata baru pijarkan sampai larutan berwarna bening. Dinginkan. Pada proses pengenceran:
masukkan sedikit aquades dan masukkan sampel ke dalam dan bilas menggunakan aquades 250 ml sampai
penuh. Lalu masukkan ke dalam tabung elemeyer. Sesudah diencerkan masukkan ke dalam gelas kaca dan
tutup pakai aluminium foil agar tidak terkontaminasi. Selanjutnya tahap destilasi, masukkan aquades 150 ml,
tambahkan sampel yang telah diencerkan sebanyak 25 ml, tambahkan NaOH 0,3 N sebanyak 20 ml,
masukkan ke dalam tabung destilasi, tutup tabung destilasi, lalu tambahkan 10 ml indikator asam borak ke
dalam elemeyer. Hidupkan api spritus. Destilasi sampai elemeyer 100 ml. Selanjutnya yaitu tahapan titrasi,
sampel diletakkan di bawah alat titrasi, sampel ditetesi NaOH 0,1 N perlahan hingga berubah warna menjadi
keorenan, lalu hitung volume titrasi. Setelah itu baru dihitung kadar proteinnya. Hasil analisis terhadap
kadarprotein jagung diperoleh 5,8934 gram yangnilainya tidak memenuhi syarat mutu SNI yaituminimal
7,5%. Hasil ini sedikit berbeda denganpenelitian Runtunuwu dkk. (2014) yaitu 9,44%. Padapenelitian
Runtunuwu dkk.(2014) jagungManado kuning mengandung protein dan lemakyang cukup tinggi, Protein dan
energi jagungManado kuning ini lebih tinggi daripada jagunghibrida.

4.2.4 Kadar Lemak


Tahapan awal dalam menetapkan kadar lemak yaitu timbang sampel sebanyak ± 1 gram(x), lalu
dibungkus dengan kerta saring bebas lemak. Keringkan dalam oven 105-110℃selama 8 jam. Timbang selagi
panas (0,9437 gram). Isi tabung ekstraktor soxlet dengan petrouleum N-Hexana.Hidupkan hot plate dan
pompa untuk mengalirkan air ke pendingin gondok.Ekstrak sampai air petroleum dalam soxlet
jernih.Hentikan ekstraksi, angin-anginkan sampai kering (menguap).Ambil sampel dan keringkan dalam
oven suhu 105℃ selama 5 jam.Timbang selagi panas. Penetapan kadar lemak tidak bisa dihitung karena
tidak adanya bahan N-Hexana di laboratorium, sehingga praktikum tidak bisa dilanjutkan. Penetapan
kandungan lemak dilakukan dengan N-hexan sebagai pelarut.Fungsi dari N-hexan adalah untuk
mengekstraksi lemak atau untuk melarutkan lemak, sehingga merubah warna dari kuning menjadi jernih
(Mahmudi, 1997).

4.2.5 Penetapan Serat Kasar


Tahapan awal dalam menetapkan serat kasar yaitu timbang sampel 1 gram (a), dan masukkan
kedalam gelas piala 500 ml, lalu tambahkan H 2SO4 0,3 N sebanyak 100 ml ke dalam mesin
vakum.Selanjutnya saring dengan kertas whatman 41 melalui corong buchner dengan bantuan pompa
vakum. Bilas residu dengan aquades panas sebanyak 300 ml. Residu yang berada di atas kertas saring
dipindahkan ke gelas piasa semula. Pindahkan residu dengan menyemprotkan NaOH 0,3 N sampai kertas
saringnya bersih ± 100 ml.Panaskan selama 40 menit. Lalu saring dengan kertas saring whatman 41 yang
telah diketahui beratnya, melalui corong buchner dengan bantuan pompa vakum. Bilas residu dengan
aquades panas sebanyak ± 300 ml dan tambahkan aceton 20 ml.Pindahkan residu dan kertas saring ke dalam
cawan porselen lalu masukkan ke dalam oven suhu 105-110℃ selama 1 jam.Lalu di desikator selama 15
menit, setelah dingin ditimbang.Masukkan ke dalam tanur suhu 600℃ selam 5 jam.Dibiarkan selama 30
menit.Lalu masukkan ke dalam desikator selama 15 menit.kemudian timbang sampel. Sehingga dapat
diperoleh kadar serat kasar.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Analisis proksimat adalah suatu metoda analisis kimia untuk mengidentifikasi kandungan nutrisi
seperti protein, karbohidrat, lemak dan serat pada suatu zat makanan dari bahan pakan atau pangan
Berdasarkan hasil yang didapatkan dari laporan praktikum ini, maka dapat diambil
kesimpulanbahwa, analisis komposisi proksimat bungkiljagung dari kadar air, abu, protein, serat
kasar,lemaak kasar,bahn kering, dan BETN diperoleh masing-masing yaitu
12,1827;1,2485;5,8934;1,3875;3,6956;87,8173;75,5923% .Hasil ini memenuhisyarat Standar Nasional
Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

AOAC. 1990. Official Methods of Analisis. Asosiaion  of Official Analitic Chemist. Washington DC. USA.
Cherney, D. J. R. 2000. Characterization of Forage by Chemical Analysis. Dalam Given, D. I., I. Owen., R. F.
E. Axford., H. M. Omed. Forage Evaluation in Ruminant Nutrition. Wollingford: CABI Publishing : 281-300.
Danuarsa. 2006. “Analisis Proksimat dan Asam Lemak Pada Beberapa Komoditas Kacang-kacangan”.  Buletin Teknik
Pertanian Vol. 11 No. 1
Defano. 2000 . Ilmu Makanan Ternak. Gajah Mada University Press Fakultas Peternakan Universitas Gajah Mada.
Yogyakarta.
Hafes. E. S. E.2000.  Metode Analisis Proksimat.  Jakarta  :  Erlangga.
Haris, L.E. 1970. Nutrition Research Technique for Domestic and Wild Animal. Vol. 1 Utah State University.  Logan.
Utah.
Kamal, M. 1998. Bahan Pakan dan Ransum Ternak.  Laboratorium Makanan Ternak Jurusan Nutrisi dan Makanan
Ternak Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada.Yogyakarta.
Karra , 2003. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gajah Mada University.Yogyakarta.
Khairul.2009 .Ilmu Gizi dan Makanan Ternak. Penerbit Angkasa. Bandung.
Khalil. 1999. “Pengaruh Kandungan Air dan Ukuran Partikel terhadapSifat Fisik Pakan Lokal : Sudut Tumpukan,
Kerapatan Tumpukan, Kerapatan Pemadatan Tumpukan, Berat Jenis, Daya Ambang, dan Faktor Higroskopis”.
Media Peternakan 22 (1) : 1 – 11.
Krishna G and S.K.  Ranjhan. 1980. Laboratory Manual for Nutrition Reseach. Vikas publising house PVT Ltd.
Sahibabad. India
Lu, C.H,R Blain, dkk. 1998. Physical and Chemical Characteristics of Malaysian Palm Kernel Lake ( PKC ). Proc 20th
MSAP Conf. 27-28 Juli.Putra Jaya Malaysia.  
Mc Donald, P., RA. Edwards. JFG Greenhalgh, and CA. Morgan. 1995. Animal Nutrition Prentice Hall
Mahmudi, S.P dkk. 1997. Pembuatan Pakan Ternak Unggas. Penerbit CV. Amisco.: Jakarta.
NRC. 2001. Nutrient Requirements of Beef Cattle: Seventh Revised Edition: Update 2000. Subcommittee on Beef
Cattle Nutrition.Committee on Animal Nutrition.National Research Council.
Rahardjo,Tri S., W. Suryapratama, Munasik, dan T. Widiyastuti. 2002. Bahan Kuliah Ilmu Bahan Makanan
Ternak.  Fakultas Peternakan, Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto.
Siregar, S. B.,1994. Ransum Ternak Ruminansia, Penebar Swadaya, Jakarta
Soejono, M. 1990. Petunjuk Laboratorium Analisis dan Evaluasi Pakan. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah
Mada. Yogyakarta.
Sudarmadji,S. 1997. Prosedur untuk Analisa Bahan Pakan dan Pertanian. Liberty. Yogyakarta.
Suparjo, P. 2010. “Reposisi Tanaman Pakan dalam Kurikulum Fakultas Peternakan. Lokakarya Nasional Tanaman
Pakan Ternak.Susi .  2001. Analisis dengan Bahan  Kimia  2000.  Erlangga. Jakarta.
Sutardi, T. R. Dan S. Rahayu. 2003. Bahan Pakan dan Formulasi Ransum. Fakultas Peternakan Universitas Jenderal
Soedirman. Purwokerto
Sutardi, T.R. 2004. Ilmu Bahan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto.
Tillman, A.D., dkk. 2005. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta. 

LAMPIRAN PERHITUNGAN
1. Penetapan Kadar Air
Data Pengamatam :
1. Berat cawan porselen (X) = 44,9681 gram
2. Berat sampel (Y) = 1,0084 gram
3. Berat cawan + sampel setelah keluar dari oven (Z) = 45,8516 gram
Perhitungan kadar air :
% Kadar Air = X +Y −Z
X 100%
Y
= 44,9681+1,0084 – 45,8516
X 100 %
1,0084
= 12,3859%

% Kadar Bahan Kering (BK) = 100% - % KA


= 100 % - 12,3859%
= 87,6141%

2. Penetapan Kadar Abu


Data Pengamatam :
1. Berat cawan porselin (X) = 43,7100 gram
2. Berat sampel (Y) = 1,0108 gram
3. Berat cawan + sampel setelah keluar dari tanur (Z) = 43,7213 gram
Perhitungan kadar abu :
% Kadar Abu = Z− X
X 100 %
Y
= 43,7213−43,7100
X 100 %
1,0108
= 1,1179 %

% Kadar Bahan Organik (BO) = (BK-ABU) %


= (87,6141-1,1179) %
= 86,4962

3.Penetapan Kadar Protein


Data Pengamatam :
1. Berat sampel (X)= 0,5309 gram
2. Titar NaOH pada blanko (Y) = 12.52 ml
3. Titar NaOH sampel (Z) = 12,06 ml
4. Pengenceran (250/5 = 10) (P)
Perhitungan kadar protein :
% Kadar = ( Y −Z ) x N x 0,014 x 6,25 x P
X 100%
Protein (PK) X
= ( 12,52−12,06 ) x 0,1 x 0,014 x 6,25 x 10
x
0,5309
100%
= 7,9110%

4.Penetapan Kadar Lemak


Data Pengamatam :
1. Berat sampel (X) = 1,0113 gram
2. Berat kertas saring (B) = 0,4519 gram
3. Berat Cawan + Abu(Y) = 1,5053 gram
4. Berat cawan + kertas saring + residu ( Z) =1,4700 ml
Perhitungan kadar lemak kasar
(X −Z)
LK = × 100%
X
(1,0113−1,4700)
= × 100%
1,0113
= 3,4905%
5. Penetapan Serat Kasar
Data Pengamatam :
1. Berat sampel (X) = 1,0032 gram
2. Berat kertas saring (b) = 0,4519 gram
3. Berat cawan+ abu (Y)
= 21,8002 gram
4. Berat caawan + kertas saring + residu (Z) = 22,2751 gram
Perhitungan kadar serat kasar :
% Kadar Serat Kasar (SK) = Y −Z−B
X 100%
A
= 21,8002−22,751−0,4519
X 100 %
1,0090
= 2,2916 %
LAMPIRAN GAMBAR
Tanur

Soklet
Eksikator

Timbangan Analitik

Pompa Vakum

Oven Listrik

Cawan Porselen

Anda mungkin juga menyukai