Disusun oleh :
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya dengan rahmat-Nyalah penulis akhirnya bisa
menyelesaikan makalah yang berjudul “LANSIA DENGAN LOSS/ KEHILANGAN”. Tidak lupa penulis menyampaikan rasa terima
kasih kepada dosen pembimbing yang telah memberikan banyak bimbingan serta masukan yang bermanfaat dalam proses
penyusunan makalah ini. Rasa terima kasih juga hendak penulis ucapkan kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah memberikan
kontribusinya baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga makalah ini bisa selesai pada waktu yang telah ditentukan.
Meskipun penulis sudah mengumpulkan banyak referensi untuk menunjang penyusunan makalah ini, namun penulis
menyadari bahwa di dalam makalah yang telah kami susun ini masih terdapat banyak kesalahan serta kekurangan. Sehingga, penulis
mengharapkan saran serta masukan dari para pembaca demi tersusunnya makalah lain yang lebih baik lagi. Akhir kata, kami berharap
agar makalah ini bisa memberikan banyak manfaat demi terciptanya pengetahuan yang lebih luas mengenai “LANSIA DENGAN
LOSS/ KEHILANGAN”.
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan...........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Pengkajian……………………………………………………………………14
3.4 Implementasi…………………………………………………………………32
3.5 Evaluasi………………………………………………………………………35
BAB IV PENUTUP
3.1 Kesimpulan...................................................................................................37
3.2 Saran..............................................................................................................38
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 dalam Bab I ayat 2 yang berbunyi “Lanjut Usia adalah seseorang yang
mencapai usia 60 tahun ke atas”.Menurut World Health Organization (WHO) Usia Pertengahan (middle age) : 45-59 tahun, Lanjut
Usia (ederly) : 60-74 tahun, Lanjut Usia Tua (old) : 75-90 tahun, Usia Sangat Tua (very old) : di atas 90 tahun. Menurut Dra. Jos
Masdani (Psikolog UI). Lanjut usia merupakan kelanjutan dari usia dewasa. Kedewasaan dapat dibagi menjadi 4 bagian sbb: Pertama
(fase invertus) : 25 40 tahun, Kedua (fase virilitas) : 40-55 tahun, Ketiga (fase presenium) : 55-65 tahun, Keempat (fase senium) : 65
hingga tutup usia. Menurut Prof. Dr. Koesoemato Setyonegoro Masa Dewasa Muda (elderly adulthood) : 18 atau 20-25 tahun Masa
Dewasa Penuh atau Maturitas (middle years) : 25-60 tau 65 tahun, Masa Lanjut Usia (geriatric age) : > 65 atau 70 tahun.
Menurut Biren dan Jamer, 1997 usia yang menunjuk pada jangka waktu seseorang sejak lahirnya berada dalam keadaan
hidup, tidak mati. Usia Biologis usia yang menunjuk pada kemampuan seseorang untuk Usia Psikologis mengadakan penyesuaian-
penyesuaian kepada situasi yang dihadapinya.usia yang menunjuk kepada peran-peran yang diharapkan. Usia Sosial atau diberikan
masyarakat kepada seseorang sehubungan dengan usianya. Menurut Smith and Smith, 1990 Young old : 65-74 tahun, Middle old : 75-
84 tahun, Old-old : lebih dari 85 tahun.
LOSS/KEHILANGAN
3.1 Pengkajian
Menurut Aspiani.(2014) pengkajian dalam kehilangan dan berduka adalah sebagai berikut:
a. Identitas pasien
Identitas klien biasanya dikaji pada klien dengan proses berduka adalah usia karena banyak klien lansia yang mengalami
proses kehilangan.
b. Keluhan utama
Keluhan utama yang sering ditemukan pada klien dengan masalah psikososial : berduka / kehilangan adalah klien
mengungkapkan kesedihan yang mendalam karena proses kehilangan.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat kesehatan saat ini berupa uraian mengenai keadaan klien saat ini mulai timbulnya keluhan yang dirasakan sampai
saat dilakukan pengkajian.
d. Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan yang lalu seperti adanya riwayat maslah psikososial sebelumnya dan bagaimana penanganannya.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Yang perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang mengalami gangguan psikologi seperti yang dialami oleh klien, atau
adanya penyakit genetic yang mempengaruhi psikososial.
f. Pemeriksaan fisik
1) Keadaaan umum
Keadaan umum klien lansia yang mengalami psikososial : Berduka biasanya lemah.
2) Kesadaran
Kesadaran biasanya composmentis.
3) Tanda – tanda Vital
a. Berduka antisipasi berhubungan dengan proses kehilangan ditandai dengan klien mengungkapkan adanya kehilangan, sedih,
rasa bersalah, perubahan pola komunikasi, marah. Klien mengungkapkan penolakan terhadap kehilangan berarti, perubahan
pola makan, tidur, mimpi, tingkat aktivitas,libido, klien mengatakan kesulitan mengambil peran yang berbeda atau peran baru.
b. Berduka disfungsional berhubungan dengan proses kehilangan ditandai dengan klien mengungkapkan adanya distress
kehilangan. Klien menolak terhadap kehilangan, klien merasa bersalah, marah, sedih, menangis, kesulitan mengekspresikan
kehilangan, terdapat perubahanpola makan, aktivitas, libido,konsentrasi dan tugas.
c. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan gangguan gambaran diri, proses kehilangan, perubahan peran sosial,
kurangnya pengakuan/ penghargaan ditandai dengan klien menunjukkan perilaku tidak asertif, klien menganggap diri tidak
berdaya, tidak berguna.
d. Gangguan pola tidur berhubungan dengan depresi, kesepian, berduka, terlambat tidur, kehilangan teman tidur, takut berpisah
dengan orang terdekat, penuaan ditandai dengan klien mengatakan terbangun dalam waktu yang lama, insomnia yang lama,
permulaan tidur >30 menit,klien mengeluh kesulitan untuk memulai tidur, mengeluh istirahat tidak merasa puas, tidur tidak
puas, menurunnya kemampuan fungsi.
3.3 Rencana Tindakan Keperawatan ( INTERVENSI NIC – NOC )
2. Berduka disfungsional Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Pendengar aktif (active listening) :
berhubungan dengan proses … X 24 jam klien menunjukkan kemampuan Tentukan maksud dari interaksi.
kehilangan ditandai dengan mengatasi duka cita disfungsional dengan Perlihatkan ketertarikan dengan klien.
klien mengungkapkan criteria : Gunakan pertanyaan atau pernyataan untuk
adanya distress kehilangan. Klien malaporkan dukungan sosial yang mendorong ekspresi dari pikiran , perasaan dan
Klien menolak terhadap adekuat. perhatian.
kehilangan, klien merasa Klien melaporkan duka cita secara verbal Gunakan perilaku non verbal untuk memfasilitasi
bersalah, marah, sedih, Klien menyatakan arti dari kehilangan secara komunikasi (misalnya : cara berdiri untuk
menangis, kesulitan verbal. menyampaikan pesan).
mengekspresikan Klien melaporkan gejala fisik dari stress dan Dengarkan klien dengan penuh perhatian.
kehilangan, terdapat penurunan perasaan negative. Anjurkan klien untuk berkomunikasi secara
perubahan pola makan, Klien mengatakan secara verbal ketakutan/ perlahan dan mengulangi permintaan.
aktivitas, libido,konsentrasi kekhawatiran. Klarifikasi pesan pikiran menggunakan pertanyaan
dan tugas. Klien tidak larut dalam kesedihan. dan umpan balik.
Klien mengungkapkan perasaan tentang Hindari hambatan untuk mendengar aktif (seperti :
meminimalkan perasaan, solusi yang mudah,
produktivitas, kebergunaan dan optimisme. interupsi,berbicara tentang diri sendiri).
Sering berikan pujian positif pada klien yang
berusaha memberikan informasi.
Dengarkan klien untuk mendorong ekspresi
perasaan,pikiran dan perhatian.
Bantu control marah (Anger Control Assistance) :
Bina hubungan saling percaya dengan klien.
Gunakan ketenangan dalam pendekatan pada klien.
Tentukan perilaku pengharapan yang sesuai untuk
mengekspresikan kemarahan, berikan klien
tingkatan fungsi fisik dan kognitif.
Batasi akses situasi yang menyebabkan frustasi agar
klien dapat mengeskpresikan kemarahan.
Dorong klien untuk mencari bantuan dari staf
keperawatan atau orang lain yang bertanggung
jawab selama periode peningkatan ketenangan.
Cegah kerugian fisik jika marah langsung terhadap
diri sendiri dan orang lain.
Berikan jalan keluar untuk mengkespresikan
kemarahan dan ketegangan fisik.
Berikan klien ketenangan hati selama petugas
kesehatan memberikan intervensi untuk mencegah
klien kehilangan control.
Gunakan control eksternal (misalnya : restrain fisik
atau manual dan pengasingan) sesuai kebutuhan
untuk menenangkan klien yang mengekspresikan
kemarahan dengan cara maladaftif.
Berikan feedback terhadap perilaku klien untuk
membantu klien mengidentifikasi kemarahan.
Dorong klien untuk mendiskusikan pengalaman
kehilangan sbelumnya.
Dorong klien untuk mengungkapkan tentang
kehilangan yang dulu dan sekarang.
Gunakan kalimat yang penuh empati pada klien
yang berduka.
Dorong klien untuk mengidentifikasi tentang
ketakutannya.
Ajarkan tentang proses dari berduka sesuai
kebutuhan
Dukung kemajuan tahapan proses berduka klien.
Libatkan orang terdekat dalam mendiskusikan dan
pengambilan keputusan sesuai kebutuhan.
Bantu keluarga untuk mengidentifikasi strategi
koping individu.
Dorong klien untuk mengimplementasikan budaya,
agama dan sosial dihubungan dengan kehilangan.
Komunikasikan penerimaan klien tentang proses
kehilangan.
Identifikasikan sumber dukungan sosial.
Bantu klien ,megidentifikasi modifikasi gaya hidup
yang dibutuhkan.
Peningkatan dukungan system (Support Sistem
enhancement ) :
Evaluasi respon psikologi klien terhadap situasi dan
kesediaan dukungan system.
Tentukan keadekuatan jaringan sosial klien.
Identifikasi tingkat dukungan keluarga.
Identifikasi tingkat dukungan keluarga.
Identifikasi tingkat dukungan financial keluarga.
Tentukan support system yang digunakan klien saat
ini.
Pantau situasi keluarga saat ini.
Dorong klien untuk berpartisipasi dalam aktivitas
sosial dan komunitas.
Dorong klien untuk berhubungan dengan orang
yang memiliki minat dan tujuan yang sama.
Evaluasi sumber komunitas yang adekuat untuk
mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan klien.
Rujuk keprogram komunitas dasar : promosi,
preventif, pengobatan dan rehabilitative sesuai
kebutuhan.
Libatkan keluarga/ orang terdekat/ teman dalam
perawatan dan perencanaan.
Jelaskan pada klien mengenai bagaimana cara
mendapatkan bantuan.
1) 2) 3) 4)
3. Harga diri rendah Setelah dilakukan tindakan Peningkatan Harga Diri
situasional keperawatan selama…x 24 jam Self Esteem Enhancement)
berhubungan diharapkan klien: Dorong klien untuk
dengan proses 1. Menunjukan harga diri yang mengidentifikasi
kehilangan, adekuat dengan kriteria : kekuatannya
perubahan peran Klien mengucapkan Dorong klien untuk
social, ditandai penerimaan diri mempertahankan
klien secara verbal kontak mata saat
menunjuukan Klien menunjukan berkomunikasi dengan
prilaku tidak komunikasi terbuka orang lain
asertif, klien Klien menunjukan Berikan pengalaman
menganggap diri pemenuhan peran yang dapat
tidak berdaya, yang penting meningkatkan otonomi
tidak berguna. Klien mau menerima klien
kritikan dari orang Bantu klien untuk
lain mengidentifikasi
Klien mau respon positif dari
melakukan kontak orang lain
dengan orang lain Jangan memberikan
Klien memahami kritikan negative
kekuatan diri Jangan menyindir
Klien berpartisipasi klien
dalam pembuatan Berikan kepercayaan
keputusan tentang pada kemampuan klien
perencanaan mengendalikan situasi
perawatan Bantu klien untuk
Klien melakukan membuat tujuan yang
prilaku yang dapat reatistis yang dapat
meningkatkan rasa meningkatkan harga
percaya diri diri
Bantu kien untuk
menerima pertahanan
diri dari orang lain
Bantu klien untuk
mengeluarkan persepsi
negatif terhadap
dirinya sendiri
Dorong klien untuk
meningkatkan
kemampuan diri sesuai
kebutuhan
Eksplorasi alasan
menkritik diri sendiri
Dorong klien untuk
evaluasi prilakunya
Fasilitasi lingkungan
dan aktivitas yang
dapat meningkatkan
harga diri klien
Bantu klien untuk
2. Klien menunjukan mengidentifikasi
kemmpuan membuat pengaruh penting dari
keputusan dengan kriteria : budaya, agama, ras,
Klien mampu gende, dan usia
mengidentifikasi terhadap harga diri
alternative dan Pantau frekuensi
kemungkinan ungkapan diri negatif
konsekuensi yang klien
mungkin timbul Pantau tingkat harga
Klien diri klien setiap waktu
mengidentifikasi sesuai kebutuhan
sumber-sumber yang Buatlah pertanyaan
di perlukan untuk yang positif tentang
mendukung setiap klien
alternatif
Klien dapat memilih
setiap alternatif Bantu Kontrol Marah
Anger Control Assistance)
Bina hubungan saling
percaya dengan klien
Gunakan ketenangan
dalam pendekatan
pada klien
Tentukan prilaku
pengharapan yang
sesuai untuk
mengekspresikan
kemarahan, berikan
klien tingkatan fungsi
fisik dan kognitif
Cegaah kerugian fisik
jika marah langsung
terhadap diri sendiri
dan orang lain
Baatasi akses situasi
yang menyebabkan
frustasi agar klien
dapat
mengekspresikan
kemarahan secara
adaptif
Dorong klien untuk
mencari bantuan dari
staf keperawatan atau
orang lain yang
bertanggung jawab
selama priode
peningkatan
ketegangan
Beri jalan keluar untuk
mengekspresikan
kemarahan dan
ketegangan fisik
Beri klien ketenangan
hati selama petugas
kesehatan memberikan
intervensi untuk
mencegah kehilangan
control
Gunakan control
eksternal misalnya
restrain fisik atau
manual dan
pengasingan sesuai
kebutuhan untuk
menenangkan klien
yang mengekspresikan
kemarahan dengan
cara maladaptive
Berikan feedback
terhadap prilaku klien
untuk membantu klien
mengidenrifikasi
kearahan
Membantu klien untuk
mengidentifikasi
kemarahan
Identifikasi fungsi
marah, frustasi dan
kemarahan hebat pada
klien
Anjurkan klien untuk
menggunakan tindakan
ketenangan
Bantu klen dalam
mengembangkan
metode
mengekspresikan
kemarahan yang sesuai
misalnya kalimat yang
asertif dan berperasaan
Berikan contoh
bagaimanna
mengekspresikan
kemarahan yang sesuai
4. Gangguan pola Setelah dilakukan tindakan Peningkatan tidur
tidur keperawatan selama …x24 jam ( sleep enhancement ) :
berhubungan diharapkan klien menunjukkan Tentukan aktivitas dan
dengan depresi, tidur yang addekuat dengan pola tidur klien.
kesepian, kriteria : Jelaskan pentingnya
berduka, Klien menunjukkan jam tidur yang adekuat
terlambat tidur, tidur tidak terganggu. selama sakit, stress
kehilangan teman Klien melaporkan tidak ada psikososial .
tidur takut masalah dengan pola, Tentukan efek dari
berpisah dengan kualitas dan rutinitas tidur pengobatan terhadap
orag terdekat, atau istirahat. pola tidur klien.
penuaan ditandai Klien menunjukkan Pantau dan catat pola
dengan klien perasaan segar setelah tidur tidur dan jumlah jam
mengatakan atau istirahat. tidur kien.
terbangun dalam Klien melaporkan terjaga Pantau pola tidur dan
waktu yang lama, dengan waktu yang sesuai . catat adanya gangguan
insomnia yang Klien dapat fisik ( seperti :
lama, permulaan mengidentifikasi tindakan ketakutan atau
tidur >30 menit, yang dapat meningkatkan kecemasan ) yang
klien mengeluh tidur / istirahat. dapat mengganggu
kesulitan untuk Klien menunjukkan tidur.
memulai tidur, kenyamanan fisik dan Ajarkan klien untuk
mengeluh psikologis. memonitor pola
istirahat tidak tidurnya.
merasa puas,
Pantau pengaruh
menurunnya
kelelahan akibat
kemampuan
aktivitas selama
fungsi.
bangun untuk
mencegah kelelahan.
Atur lingkungan yang
dapat meningkatkan
tidur ( seperti :
pencahayaan, suhu,
matras dan temapat
tidur ).
Dorong klien untuk
mempertahankan
waktu tidur rutin dan
fasilitasi peralihan dari
bangun ke tidur.
Fasilitasi klien dalam
mengatur rutinitas
waktu tidur sesuai
kebutuhan.
Bantu klien untuk
menghilangkan situasi
stress yang dapat
menggangu jadwal
tidur.
Anjurkan klien unuk
menghindari makan
diantara waktu tidur.
Bantu klien untuk
mengurangi waktu
tidur disiang hari
dengan meningkatkan
aktivitas sesuai
kebutuhan.
Anjurkan klien untuk
menghindari makan
diantara waktu tidur.
Bantu klien untuk
mengurangi waktu
tidur disiang hari
dengan meningkatkan
aktivitas sesuai
kebutuhan.
Anjurkan klien untuk
menggunakan teknik
non farmakologi :
relaksasi otot untuk
mengatasi gangguan
tidur.
Tingkatkan
kenyamanan klien
dengan massage,
mengatur posisi dan
sentuhan.
Anjurkan klien untuk
meningkatkan jam
tidur sesuai kebutuhan.
Ajarkan klien / orang
terdekat tentang
factor-faktor yang
berkontribusi dalam
gangguan pola tidur
seperti : perubahan
fisik, psikologi, gaya
hidup, shift kerja dan
bekerja dalam waktu
yang lama dan factor
yang lingkungan.
Identifikasi obat tidur
apa saja yang
digunakan klien.
Atur stimulus
lingkungan untuk
mempertahankan
siklus tidur siang dan
malam klien yang
normal.
Diskusikan klien dan
keluarga tentang
teknik peningkatan
tidur.
Berikan informasi
melalui pamphlet
tentang teknik untuk
meningkatkan tidur.
Manajamen lingkungan
(environmental
management ) :
Ciptakan lingkunngan
yang aman bagi klien.
Identifikasi keamanan
yang dibutuhkan klien,
tingkat fungsi fisik dan
kognitif klien dan riwayat
perilaku.
Pindahkan lingkungan
yang berbahaya.
Hindari objek yang dapat
membahayakan
lingkungan.
Amankan klien dengan
pengaman samping sesuai
kebutuhan.
Siapkan tempat tidur yang
sesuai kebutuhan.
Tempatkan perlengkapan
ruangan yang dapat
mengakomodasi
ketidakmampuan klien
atau keluarga.
Berikan ruangan tersendiri
sesuai indikasi.
Ciptakan lingkungan yang
bersih dan tempat tidur
yang nyaman.
Manajemen pengobatan
( medication management )
Tentukan obat apa
yang dibutuhkan klien.
Tentukan kemampuan
klien dalam mengobati
dirinya sendiri.
Pantau efektifitas
pemberian obat-
obatan.
Ajarkan klien /
anggota keluarga
tentang metode
pengolahan obat-
obatan sesuai
kebutuhan.
Berikan informasi
pada klien / anggota
keluarga tentang
perubahan pengobatan
dirinya secara tertulis
atau dengan
penjelasan.
Anjurkan klien untuk
memperhatikan
pengobatan.
3.4 Implementasi
a. Diagnosa keperawatan : berduka antisipasi
c) Dorong klien untuk mempertahankan kontak mata saat berkomunikasi dengan orang lain
d) Bantu klien untuk mengeluarkan persepsi negatif terhadap dirinya sendiri
a) Dorong klien untuk mencari bantuan dari staf keperawatan atau orang lain yang
bertanggung jawab selama periode peningkatan ketenangan.
b) Cegah kerugian fisik jika marah langsung terhadap diri sendiri dan orang lain.
c) Berikan jalan keluar untuk mengkespresikan kemarahan dan ketegangan fisik.
d) Berikan klien ketenangan hati selama petugas kesehatan memberikan intervensi
untuk mencegah klien kehilangan control.
1) Peningkatan tidur
d) Berikan informasi pada klien / anggota keluarga tentang perubahan pengobatan dirinya
secara tertulis atau dengan penjelasan.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan data-data yang diperoleh, akhirnya dapat disimpulkan bahwa kehilangan
merupakan suatu keadaan gangguan jiwa yang bisa terjadi pada orang-orang yang menghadapi
suatu keadaan yang berubah dari keadaan semula (keadaan yang sebelumnya ada menjadi tidak
ada). Kehilangan bisa meliputi kehilangan objek eksternal, lingkungan yang dikenal, orang
terdekat, aspek diri, dan kehilangan hidup. Di dalam menangani pasien dengan respon
kehilangan, diperlukan prinsip-prinsip keperawatan yang sesuai, misalnya pada anak atau pada
orang tua dengan respon kehilangan (kematian anak). Pengkajian yang dapatdilakukan yaitu
dengan mengidentifikasi faktor predisposisi dan fektor presipitasi.
Dalam melakukan pendekatan dengan subyek, dalam hal ini lansia menjelang
kematian, setiap perawat akan menghadapi masalah yang berkaitan dengan kematiannya.
Perawat harus menjalin hubungan dan persahabatan yang sangat baik dengan lansia dalam
perawatan menjelang kematian. Pada saat lansia memasuki keadaan yang terminal, perawat
bertanggung jawab untuk memberikan penjelasan mengenai kondisi mereka dan
memastikan tingkat pengetahuan mereka mengenai kondisinya tersebut. Setiap informasi
dapat dikumpulkan dalam suatu percakapan dengan individu dan dalam konsultasi keluarga.
Sangat kecil kemungkinan bahwa keluarga terdekat tidak diinformasikan mengenai
kematian klien dan jika klien berharap mendapatkan informasi tersebut, perawat harus
selalu menjelaskannya secara jujur.Dengan demikian, profesional lain tidak perlu
menghabiskan waktunya untuk berhubungan dengan kematian klien.
Perawat berkewajiban untuk memberikan pandangan yang jelas mengenai makna
kematian bagi individu, teman dan keluarga sehingga perawatan pada klien menjelang
kematian harus nyaman dan terhormat. Perawatan tim paliatif merupakan perawatan yang
cukup kompleks.Pendekatan holistik (menyeluruh) terhadap lanjut usia dengan
mengikutsertakan keluarga lanjut usia akan menyentuh faktor fisiki, psikis, sosial, spiritual
dan budaya pasien. Keberhasilan program tidak dapat dijamin tanpa kemantapan dokter dan
tim paliatif dalam kualitas ilmu, kualitas karya dan kualitas perilaku serta pertimbangan
etika dalam pelaksanaannya. Perawat tim perawatan paliatif perlu dan harus memperhatikan
serta mengacu kutipan Dame Cecely Saunders “ You matter because are you, you matter to
the last moment of your life, and we will do all we can, not only to help you die peacefully,
but to life until you die”.
3.2 Saran
Demikian sedikit informasi dari kami selaku penyusun makalah ini. Tentu masih
banyak sekali kekurangan yang jauh dari sempurna. Maka dari itu kritik dan saran yang
membangun masih sangat kami butuhkan demi kemajuan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi
(IPTEK) saat ini. Ucapan terimakasih layaknya pantas kami persembahkan bagi para
pembaca. Terakhir, ucapan maaf yang sebesar-besarnyaperlu kami ungkapkan jika dalam
penulisan ini kami banyak melontarkan kata-kata yang kurang berkenan. Setelah kami
membuat kesimpulan tentang asuhan keperawatan pada klien dengan respon kehilangan dan
berduka (Loss and Grief), maka kami menganggap perlu adanya sumbang saran untuk
memperbaiki dan meningkatkan mutu asuhan keperawatan.
Adapun saran-saran yang dapat kami sampaikan sebagai berikut:
1. Dalam perencanaan tindakan, harus disesuaikan dengan kebutuhan klien pada
saat itu.
2. Dalam perumusan diagnosa keperawatan, harus diprioritaskan sesuai dengan
kebutuhan maslow ataupun kegawatan dari masalah.
3. Selalu mendokumentasikan semua tindakan keperawatan baik yang kritis
maupun yang tidak.
DAFTAR PUSTAKA