DOSEN PENGAMPUH:
Dr. Syamsul Rahman, S.TP., M.Si
DISUSUN OLEH:
DEWI MAHARANI RAHMAN
19.012.014.027
AGRIBISNIS 19A01
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkebunan merupakan salah satu sektor penting dalam struktur
perekonomian saat ini, juga sebagai mata rantai dalam dunia usaha yang utama. Perkebunan
sangat memberi arti penting dalam pembangunan serta pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Perkebunan berperan penting dalam menghasilkan devisa untuk pembangunan bangsa dan
Negara. Selain itu perkebunan juga sebagai penghasil komoditi ekspor di Negara Indonesia
setelah sub sector pertambangan, minyak dan gas serta kehutanan. Dilihat dari letak
geografisnya, Indonesia mempunyai struktur tanah dan curah hujan yang cocok bagi
perkebunan khususnya bagi perkebunan kelapa.
Menurut Kementerian Pertanian (2014:1), kelapa merupakan salah satu
komoditi perkebunan unggulan nasional. Kelapa merupakan komoditas strategis yang
memiliki peran sosial, budaya, dan ekonomi dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Hampir
seluruh bagian tanaman kelapa dapat dimanfaatkan sehingga tanaman kelapa dijuluki sebagai
pohon kehidupan (tree of life). Menurut Kementerian Perdagangan (2017:8), komposisi dari
komponen buah kelapa adalah sabut 35%, daging 28%, air kelapa 25% dan tempurung 12%.
Seperempat bagian kelapa adalah air kelapa yang dapat menjadi minuman
penyegar. Air kelapa memiliki kemurnian atau purity melebihi air minum komersial
manapun, yang dianggap paling canggih. Di pasaran, air kelapa juga sudah berhasil dikemas
dalam keadaan steril melalui ascbetic packaging. Air kelapa, dapat digunakan sebagai seed
nut atau diproses fermentasi menjadi sari kelapa yang kini disebut sebagai nata de coco yang
sering dijadikan hidangan dessert lepas santap malam (Winarno, 2014:21-23).
Air kelapa atau lebih dikenal lagi sebagai nata de coco adalah jenis bahan
makanan dan atau bahan minuman yang diolah dari bahan dasar air kelapa. Nata de coco
ditambahkan komposisi tertentu dan diproses dengan menggunakan bakteri actobacter
cyllinum atau lebih lebih spesifik lagi disebut sebagai proses
fermentasi. Nata de coco merupakan salah satu produk olahan air kelapa yang memiliki
kandungan serat tinggi dan kandungan kalori rendah, sehingga cocok makanan diet dan baik
untuk sistem pencernaan serta tidak mengandung kolesterol. Nata de coco mulai populer di
kalangan masyarakat yang memiliki kesadaran tinggi dan perhatian terhadap kesehatan
dirinya (Fajar, 2013 ) dalam Mumpuni dan Swastika (2013:151).
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kelapa?
2. Apa yang dimaksud Nata de coco?
3. Bagaimana system agribisnis?
4. Bagaimana Manajemen Agribisnis?
5. Bagaimana audit lingkungan?
6. Apa saja bahan baku, alat dan mesin Nata de Coco?
7. Apa peluang pemanfaatan kelapa dalam proses pembuatan nata de coco?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian keapa
2. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Nata de Coco
3. Untuk mengetahui system agribisnis
4. Untuk mengetahui cara manajemen agribisnis
5. Untuk mengetahui bagaimana audit lingkungannya
6. Untuk mengetahui bahan baku, alat dan mesin apa saja yang digunakan untuk
membuat Nata de coco
7. Untuk mengetahui peluang pemanfaatan kelapa dalam proses pembuatan nata de coco
BAB II
PEMBAHASAN
A. KELAPA
Menurut Winarno (2014:1) kelapa merupakan tanaman tropis yang telah
lama dikenal masyarakat Indonesia. Hal ini terlihat dari penyebaran tanaman kelapa di
hampir seluruh wilayah Nusantara, yaitu di Sumatera dengan areal 1,20 juta ha (32,90%),
Jawa 0,903 juta ha (24,30%), Sulawesi 0,716 juta ha (19,30%), Bali, NTB, dan NTT 0,305
juta ha (8,20%), Maluku dan Papua 0,289 juta ha (7,80%), dan Kalimantan 0,277 juta ha
(7,50%).
Kelapa (Cocos nucifera L) merupakan tanaman yang paling berguna di
dunia. Tanaman kelapa mampu menyediakan pangan, minuman, perlindungan atau papan,
perlengkapan upacara, dan ketahanan finansial. Jarang bahkan sangat kecil kemungkinan ada
bagian dari tanaman kelapa yang terbuang. Sebagian besar masyarakat di negara penghasil
kelapa, seperti Indonesia dan Filipina, sangat bergantung pada tanaman ini untuk
kelangsungan hidup. Tanaman kelapa di Filipina sering disebut sebagai tree of life.
Sementara di Indonesia karena sangat kaya akan manfaat, tanaman kelapa disebut “memiliki
berbagai manfaat sebanyak jumlah hari dalam satu tahun” (Winarno, 2014:8).
Produk-produk alternatif (selain minyak) dari kelapa dengan added-value
tinggi dan berprospek di pasar global ada 12 macam, lima di antaranya adalah kelapa parut
kering (desiccated coconut), santan maupun coconut cream kalengan, santan bubuk, kelapa
muda segar, dan air kelapa; produk-produk tersebut kompetitif dengan kopra. Enam macam
produk lain adalah nata de coco, sabut kelapa, produk-produk serat, fiber dust, arang
tempurung, dan karbon aktif (Winarno, 2014:8).
B. Nata De Coco
Nata de coco berasal dari bahasa Spanyol yang berarti cream of coconut.
Cream disini berarti lemak dari santan kelapa, meskipun dalam kenyataannya, ini tidak
banyak terkait dengan lemak. Pangan yang disebut nata de coco ini dipandang sebagai
pangan yang tingi kadar seratnya atau dietary fibers-nya, sangat rendah lemak, dan tanpa atau
bebas dari kolesterol. Nata de coco adalah senyawa selulosa (dietary fiber), yang dihasilkan
dari air kelapa melalui proses fermentasi dengan melibatkan mikroba, yang dikenal dengan
bibit nata. Mikroba aktif dalam bibit nata adalah bakteri dengan nama Acetobacter xylinum.
Bakteri ini pembentuk asam asetat. Bakteri tersebut akan mengubah glukosa menjadi
selulosa. Jalinan selulosa inilah yang membuat nata menjadi putih. Bakteri ini diperbanyak
dengan membuat starter. Komposisi media starter biasanya hampir sama dengan komposisi
cairan fermentasi. Perbedaannya terletak pada proses pembuatannya yang lebih bersih, dan
memerlukan perlakuan khusus (Winarno, 2014:25).
Bakteri Acetobacter xylinum dapat membentuk nata jika ditumbuhkan
dalam air kelapa yang sudah diperkaya dengan Karbon (C) dan Nitrogen (N) melalui proses
yang terkontrol. Nata de coco memiliki kadar lemak 0.2%, tidak mengandung protein dan
kadar serat kasar 1.05%. Bila dibandingkan dengan kolang kaling memiliki kadar serat
0.95%. Berdasarkan karakteristik tersebut, maka nata de coco tergolong jenis makanan yang
rendah kalori, yaitu hanya 1.8 kalori dan kolang kaling 16.32 kalori (Rindengan (2004) dalam
Layuk dkk, 2012:41-42).
C. Sistem Agribisnis
Agribisnis diadopsi dari bahasa Inggris, agribusiness, yang berasal dari
agriculture (Pertanian) dan business (bisnis). Ada banyak definisi yang berkembang, antara
lain: Davis dan Golberg (1957) dalam Wastra (2016:9) mendefinisikan agribusiness is of
farm of all operations involved in the manufacture and distribution of farm supplies;
production operations on the farm’ and storage, processing and distribution of farm
commodities and items. Agribisnis adalah keseluruhan dari serangkaian operasi yang terlibat
dalam produksi dan distribusi masukan (input) pertanian, operasi produksi di lahan pertanian,
penyimpanan, pengolahan dan distribusi komoditas pertanian dan lainnya (Wastra, 2016:9).
Sedangkan menurut Firdaus (2010:7) agribisnis yang sempit dan tradisional hanya menunjuk
pada para produsen dan pembuat bahan masukan untuk produksi pertanian. Beberapa badan
usaha yang dicakup di sini antara lain penyalur bahan kimia, pupuk buatan dan mesin
pertanian, pembuat benih dan makanan ternak, serta kredit pertanian dan lembaga keuangan
lain yang melayani sektor produksi.
D. Manajemen Agribisnis
Manajemen agribisnis dalam buku Firdaus (2010:11-12) menjelaskan apa
adanya fenomena agribisnis (sebagaimana ilmu ekonomi atau ekonomi pertanian), tetapi
lebih menekankan bagaimana seharusnya. Oleh karena itu, manajemen agribisnis tidak cukup
hanya memiliki landasan teori ekonomi saja, tetapi juga teori pengambilan keputusan.
Keunikan dari manajemen agribisnis terletak pada karakteristik agribisnis yang berbeda
dengan bisnis atau sektor ekonomi yang lain, bukan dari teori ekonomi dan teori pengambilan
keputusan yang digunakan. Manajemen dalam agribisnis mempunyai sifat yang unik karena
sifat produk pertanian yang sangat bergantung pada musim, mudah rusak, dan produksinya
melibatkan banyak petani yang berlahan sempit dan bermodal sangat terbatas.
E. Manajemen Strategi
Manajemen strategis menurut Suyanto (2007:10) merupakan sekumpulan
keputusan dan tindakan yang dirancang untuk mencapai sasaran perusahaan. Dengan
demikian manajemen strategis melibatkan pengambilan keputusan berjangka panjang dan
rumit serta berorientasi ke masa depan, yang untuk itu membutuhkan sumber daya yang besar
dan partisipasi manajemen puncak. Manajemen strategis merupakan proses tiga tingkat yang
melibatkan para rencana di tingkat perusahaan, unit bisnis dan funsional serta para
pendukung lainnya.
Manajemen strategis menurut David (2011:3) adalah seni dan
pengetahuan untuk memformulasikan, mengimplementasikan, dan melakukan evaluasi
keputusan lintas fungsi yang memungkinkan organisasi mencapai tujuan. Pendapat ini
menekankan bahwa strategi pada dasarnya adalah sebuah cara sistematis yang telah
dirancang oleh perusahaan agar mampu mencapai tujuannya.
Manajemen strategik didefinisikan sebagai seni dan sains dalam
memformulasi, mengimplementasi, dan mengevaluasi keputusan lintas fungsional yang
membuat organisasi dapat memperoleh tujuannya. Manajemen strategik berfokus pada
pengintergasian manajemen, pemasaran, keuangan dan akuntasi, produksi dan operasi,
penelitian dan pengembangan, serta sistem informasi untuk memperoleh kesuksesan
organisasi. Tujuan manajemen strategik adalah untuk menemukan dan menciptakan
kesempatan yang baru serta berbeda untuk esok (David, 2016:3).
David, Fred R. 2011. Manajemen Strategis: Konsep (Edisi 13). Salemba Empat, Jakarta.
Anoraga, Pandji. 2007. Pengantar Bisnis Pengelolaan Bisnis Dalam Era Globalisasi.
Rieneka Cipta: Jakarta
Badan Pusat Statistik. 2018c. Ekspor Komoditi. Badan Pusat Statistik, Jakarta.
David, Fred R. 2006. Manajemen Strategis: Konsep (Edisi 10). Salemba Empat, Jakarta.
David, Fred R. 2016. Manajemen Strategik: Konsep (Edisi 15). Salemba Empat, Jakarta.
Soekidjo Notoatmodjo. 1991. Pengembangan Sumberdaya Manusia. Rineka Cipta. Jakarta.
Warisno. 2004. Mudah dan Praktis Membuat Nata de Coco. Agromedia Pustaka. Jakarta.