Anda di halaman 1dari 3

IMPLEMENTASI PANCASILA MELALUI PENDEKATAN TASAWUF AGAMA

OLEH DR DODY SUSANTO

DIREKTUR KLINIK PANCASILA

Disampaikan Pada Diskusi Terbuka Universitas Islam Makassar


Selasa 14 Desember 2020

Tujuh puluh enam (76) tahun pasca dideklarasikan dalam Pidato 1 Juni 1945 oleh Soekarno,
Pancasila masih menghadapi sejumlah tantangan di antaranya adalah dikotomi dan
pembenturan Pancasila dengan Islam. Pola doktrinasi Pancasila ala Orde Baru juga telah
melahirkan trauma kolektif masyarakat terhadap Pancasila. Pada titik ini lah, implementasi
Pancasila menggunakan pendekatan tasawuf agama menemukan signifikansinya._

Dari segi historis, Pancasila sejatinya digali dari nilai-nilai tasawuf dan budaya luhur Bangsa
Indonesia. Di samping itu pendekatan tasawuf lebih relevan dan kontekstual dalam
kehidupan masyarakat yang dinamis dan plural, sehingga semangat berbangsa dan
bernegara yang berlandaskan pada nilai-nilai luhur Pancasila akan mudah
diimplementasikan. Nilai-nilai tasawuf agama dapat ditanamkan ke dalam hati dan jiwa
masyarakat bangsa Indonesia untuk membentuk dan mengembangkan karakter Pancasilais.

Nilai-nilai Pancasila dan Tasawuf mempunyai keselarasan, dimana keduanya merupakan


sumber moral atau akhlak. Tasawuf sebagai sebuah konsep keagamaan dapat memperkuat
posisi Pancasila sebagai dasar negara. Pengamalan tasawuf sebagai sebuah ibadah dalam
Islam adalah inheren dengan pengamalan Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.

Nilai-nilai Pancasila dilihat dari perspektif tasawuf akan semakin memperkuat posisi
Pancasila sebagai ideologi negara dan falsafah Bangsa Indonesia. Penghayatan dan
pelaksanaan nilai-nilai Pancasila dalam perspektif tasawuf diharapkan dapat membentuk
karakter Pancasilais, yakni karakter yang mulia dan terpuji dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara Indonesia. Dalam artian, tujuan dari tasawuf yang
menitikberatkan tidak hanya keshalehan secara personal (individual), namun juga
keshalehan sosial, sejalan dengan apa yang digadang-gadangkan oleh prinsip Pancasila.
Sila pertama Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa, mengandung arti bahwa manusia
Indonesia dalam seluruh kehidupannya harus meyakini adanya Tuhan Yang Maha Esa, yang
merupakan fondasi agama (akidah-tauhid), sehingga dalam pemahaman, penghayatan, dan
pengamalan Pancasila haruslah menginduk kepada agama. Dalam sudut pandang tasawuf
akhlaki berarti menghendaki adanya sikap murāqabah (merasa selalu dalam pengawasan
Allah), guna mengontrol setiap aktifitas agar manusia senantiasa menghindarkan diri dari
perbuatan tercela, berusaha membersihkan diri dari sifat-sifat tercela, yang hal tersebut
merupakan bagian dari pelaksanaan takhalli, yaitu pensucian diri, baik hati maupun jiwanya.

Sila kedua Kemanusiaan yang adil dan beradab merupakan perwujudan dari tahalli, yaitu
memperindah diri dengan membangun rasa cinta kasih dalam hati maupun jiwanya, melalui
maḥabbah yang menghasilkan kelembutan hati, berupa perasaan cinta, mengasihi, dan
menyayangi terhadap sesama yang diwujudkan melalui perlakuan yang adil dan beradab
terhadap seluruh makhluk-Nya.

Sila ketiga Persatuan Indonesia mengandung nilai-nilai di antaranya ialah menumbuh


kembangkan rasa cinta tanah air. Cinta tanah air sebagai perwujudan maḥabbah yakni
bentuk syukur dengan mengelola dan memanfaatkan karunia Tuhan berupa tanah air
dengan sebaik-baiknya sebagai wujud pengabdian diri kepada Tuhan. Di dalam sila ketiga
juga menghendaki adanya sikap itsar dan futuwwah yaitu lebih mementingkan orang lain
dari pada diri sendiri dan selalu berusaha meringankan kesulitan orang lain, rela berkorban.
Serta pentingnya persatuan sebagaimana disampaikan dalam ayat wa'tasimu bi hablillah.

Sila keempat kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam


permusyawaratan/perwakilan mengandung adanya sikap itsar dalam bermusyawarah yaitu
lebih mementingkan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi dan golongan, serta
sikap zuhud yang mampu mengekang hawa nafsu keduniawian yang menghasilkan sikap
qana’ah dan tawakal dalam menerima keputusan yang telah disepakati bersama dalam
musyawarah.

Selanjutnya sila kelima, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, merupakan tujuan
yang ingin dicapai bangsa Indonesia. Hal ini berkaitan dengan tasawuf yang dapat diartikan
sebagai tajalli (menyambungkan diri dengan dimensi Tuhan), dimana meyakini bahwa cita-
cita dan tujuan nasional Bangsa Indonesia hanya bisa dicapai dengan melibatkan “campur
tangan” Tuhan Yang Maha Esa (metafisika ketuhanan). Dalam hal ini diperolehnya cahaya
(nur) Ketuhanan berupa muncul dan meresapnya sifat keadilan Tuhan dalam diri tiap-tiap
manusia Indonesia, yang kemudian diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari dengan
mengembangkan sikap adil terhadap sesama dalam menjalankan kehidupan sosial, sehingga
terwujud keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Implementasi nilai-nilai Pancasila melalui pendekatan dan pengamalan tasawuf agama akan
menghilangkan celah atau peluang bagi kelompok paham radikalisme untuk membenturkan,
men-dikotomi, serta upaya mengganti ideologi Pancasila dengan ideologi Khilafah maupun
lainnya. Hal ini merupakan “imunitas” bagi ketahanan nasional terutama aspek ideologi
Pancasila, sekaligus sebagai optimalisasi dalam mewujudkan cita-cita maupun tujuan
nasional Bangsa Indonesia.
Pemerintah perlu membumikan Pancasila secara holistik, di seluruh level masyarakat,
terutama generasi muda, dilakukan dengan metode "kekinian" (milenial), dengan
pendekatan tasawuf agama.

Anda mungkin juga menyukai