Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

RESIKO PERILAKU KEKERASAN (RPK)

A. KONSEP DASAR TEORI


1. Pengertian
Prilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang
dapat membahayakan secara fisik, baik pada dirinya sendiri maupun orang lain, disertai
dengan amuk daan gaduh gelisah yang tidak terkontrol ( kusumawati dan hartono, 2010).
Jadi, perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan individu yang melakukan tindakan
yang dapat membahayakan/mencederai diri sendiri, orang lain bahkan dapat merusak
lingkungan.
2. Etiologi
Perilaku kekerasan bisa disebabkan adanya gangguan harga diri: harga diri rendah. Harga
diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh
perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai
perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai
keinginan.
Frustasi, seseorang yang mengalami hambatan dalam mencapai tujuan/keinginan yang
diharapkannya menyebabkan ia menjadi frustasi. Ia merasa terancam dan cemas. Jika ia tidak
mampu menghadapi rasa frustasi itu dengan cara lain tanpa mengendalikan orang lain dan
keadaan sekitarnya misalnya dengan kekerasan.
3. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Perilaku Kekerasan
a. Faktor Predisposisi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku kekerasan  menurut
teori biologik, teori psikologi, dan teori sosiokultural yang dijelaskan  oleh Towsend
(1996 dalam Purba dkk, 2008) adalah:
1) Teori Biologik
Teori biologik terdiri dari beberapa pandangan yang berpengaruh terhadap
perilaku:
a) Neurobiologik
Ada 3 area pada otak yang berpengaruh terhadap proses impuls  agresif:
sistem limbik, lobus frontal dan hypothalamus. Neurotransmitter juga mempunyai
peranan dalam memfasilitasi atau menghambat proses impuls agresif. Sistem
limbik merupakan sistem informasi, ekspresi, perilaku, dan memori. Apabila ada
gangguan pada sistem ini maka akan meningkatkan atau menurunkan potensial
perilaku kekerasan. Adanya gangguan pada lobus frontal maka individu tidak
mampu membuat keputusan, kerusakan pada penilaian, perilaku tidak sesuai, dan
agresif. Beragam komponen dari sistem neurologis mempunyai implikasi
memfasilitasi dan menghambat impuls agresif. Sistem limbik terlambat dalam
menstimulasi timbulnya perilaku agresif. Pusat otak atas secara konstan
berinteraksi dengan pusat agresif.
b) Biokimia
Berbagai neurotransmitter (epinephrine, norepinefrine, dopamine,
asetikolin, dan serotonin) sangat berperan dalam memfasilitasi atau menghambat
impuls agresif. Teori ini sangat konsisten dengan fight atau flight yang dikenalkan
oleh Selye dalam teorinya tentang respons terhadap stress.
c) Genetik
Penelitian membuktikan adanya hubungan langsung antara perilaku
agresif dengan genetik karyotype XYY.
d) Gangguan Otak
Sindroma otak organik terbukti sebagai faktor predisposisi perilaku agresif
dan tindak kekerasan. Tumor otak, khususnya yang menyerang sistem limbik dan
lobus temporal; trauma otak, yang  menimbulkan perubahan serebral; dan
penyakit seperti ensefalitis, dan epilepsy, khususnya lobus temporal, terbukti
berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak kekerasan.
2) Teori Psikologik
a) Psikoanalitik
Teori ini menjelaskan tidak  terpenuhinya kebutuhan untuk mendapatkan
kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan
membuat konsep diri rendah. Agresi dan tindak kekerasan memberikan kekuatan
dan prestise yang dapat meningkatkan citra diri dan memberikan arti  dalam
kehidupannya. Perilaku agresif dan perilaku kekerasan merupakan pengungkapan
secara terbuka terhadap rasa  ketidakberdayaan dan rendahnya harga diri.
b) Teori Pembelajaran
Anak belajar melalui perilaku meniru dari contoh peran mereka, biasanya
orang tua mereka sendiri. Contoh peran tersebut ditiru karena dipersepsikan
sebagai prestise atau berpengaruh, atau jika perilaku tersebut diikuti dengan
pujian yang positif. Anak memiliki persepsi ideal tentang orang tua mereka
selama tahap perkembangan awal. Namun, dengan perkembangan yang
dialaminya, mereka mulai meniru pola perilaku guru, teman, dan orang lain.
Individu yang dianiaya ketika masih kanak-kanak atau mempunyai orang tua yang
mendisiplinkan anak mereka dengan hukuman fisik akan cenderung untuk
berperilaku kekerasan setelah dewasa.
c) Teori Sosiokultural
Pakar sosiolog lebih menekankan pengaruh faktor budaya dan struktur
sosial terhadap perilaku agresif. Ada kelompok sosial yang secara umum
menerima perilaku kekerasan sebagai cara untuk menyelesaikan masalahnya.
Masyarakat juga berpengaruh pada perilaku tindak kekerasan, apabila individu
menyadari bahwa kebutuhan dan keinginan mereka tidak dapat terpenuhi secara
konstruktif. Penduduk yang ramai /padat dan lingkungan yang ribut dapat berisiko
untuk perilaku kekerasan. Adanya keterbatasan sosial dapat menimbulkan
kekerasan dalam hidup individu.
b. Faktor Presipitasi
Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan sering kali berkaitan 
dengan (Yosep, 2009):
1) Ekspresi diri, ingin menunjukkan  eksistensi diri atau simbol solidaritas seperti dalam
sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah, perkelahian masal dan
sebagainya.
2) Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial ekonomi.
3) Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak
membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung melalukan kekerasan
dalam menyelesaikan konflik.
4) Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuan dirinya
sebagai seorang yang dewasa.
5) Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan alkoholisme
dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi rasa frustasi.
6) Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan tahap
perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan keluarga.
4. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala dari perilaku kekerasan yaitu;
a. Muka merah dan tegang
b. Pandangan tajam
c. Mengatupkan rahang dengan kuat
d. Mengepalkan tangan
e. Jalan mondar-mandir
f. Bicara kasar
g. Suara tinggi, menjerit atau berteriak
h. Mengancam secara verbal atau fisik
i. Melempar atau memukul benda/orang lain
j. Merusak barang atau benda
k. Tidak memiliki kemampuan mencegah atau mengendalikan perilaku kekerasan
5. Rentang Respon
Rentang adaptif Respon Maladaptif

Asertif frustasi pasif agresif kekerasan

Keterangan :
a. Asertif
individu dapat mengungkapkan marah tanpa menyalahkan orang lain dan memberikan
ketenangan.
b. Frustasi
Individu gagal mencapai tujuan kupuasan saat marah dan tidak dapat menemukan alternative
c. Pasif
Individu tidak dapat mengungkapkan perasaanya
d. Agresif
Prilaku yang menyertai marah terhadap dorongan untuk menuntut tetapi masih terkontrol
e. Kekerasan
Perasan marah dan bermusuhan yang kuat serta hilangnya control

Perbandingan antara prilaku asertif, pasif, agrsif / kekerasan


Pasif Asertif Agresif
Isi Negatif menurun Positif dan menwarkan Menyombongkan
pembicaraan menandakan diit, diri, contoh : diri, memindahkan
contoh “saya dapat…. orang lain contoh
“dapatkah saya?” “saya akan…. “ kamu selalu….”
“Dapatkah kamu ?” “kamu tidak
pernah…”
Tekanan Cepat lambat , Sedang Keras dan mengotot
suara mengeluh.
Posisi badan Menundukan kepala Tegap dan santai Kaku, cenderung
Jarak Menjaga jarak Mempertahankan jarak Siap dengan jarak dan
dengan sikap acuh yang nyaman menyerang orang lain
mengabaikan
Penampilan Loyo, tidak dapat Sikap tenang Mengancam posisi
tenang menyerang
Kontak mata Sedikit/ sama sekali Mepmpertahankan Mata melotot dan di
tidak kontak mata sesuai pertahankan
dengan hubungan
6. Pohon Masalah
Perilaku Kekerasan effect

Resiko Prilaku Kekerasan core problem

Harga Diri Rendah causa

7. Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul


a. Perilaku kekerasan
b. Resiko perilaku kekerasan
c. Harga diri rendah

8. Data yang perlu dikaji


Masalah Keperawatan Data yang perlu di kaji
Resiko Perilaku Kekersan Subjektif :
        Klien mengancam
        Klien mengumpat dengan kata-kata kotor
        Klien mengaatkan dendam dan jengkel
        Klien mengatakan ingin berkelahi
        Klien mengatakan menyalahkan dan menuntut
        Klien meremehkan
Objektif:
         Mata melotot/pandangan tajam
         Tangan mengepal
         Rahang mengatup
         Wajah memerah dan tegang
         Postur tubuh kaku
         Suara keras
Faktor-faktor yang berhubungan dengan masalah perilaku kekerasan, antara lain sebagai berikut:
a. Ketidakmampuan mengendalikan dorongan marah
b.      Stimulus lingkungan
c.       Konflik interpersonal
d.      Status mental
e.       Putus obat
f.       Penyalahgunaan narkoba
9. Diagnosa keperawatan.
ResikoPerilakuKekerasan
10. Rencana Tindakan Keperawatan
Tgl No. Dx. Perencanaan
Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
Dx Keperawatan
Risiko TUM :
Perilaku Klien tidak melakukan tindakan 1. Setelah …x pertemuan klien 1. Bina hubungan saling percaya dengan :
Kekerasan. kekerasan. menunjukkan tanda-tanda  Beri salam setiap berinteraksi.
percaya pada perawat :  Perkenalkan nama, nama panggilan
TUK 1 :  Wajah cerah, tersenyum. perawat, dan tujuan perawat
Klien dapat membina hubungan  Mau berkenalan. berinteraksi.
saling percaya.  Ada kontak mata.  Tanyakan dan panggil nama kesukaan
 Bersedia menceritakan klien, tunjukkan sikap empati, jujur
perasaan. dan menepati janji setiap kali
berinteraksi.
 Tanyakan perasaan klien dan masalah
yang dihadapi klien.
 Buat kontrak interaksi yang jelas.
 Dengarkan dengan penuh perhatian,
ungkapan perasaan klien.
TUK 2 : 2. Setelah …x pertemuan, klien 2. Bantu klien mengungkapkan perasaan
Klien dapat mengidentifikasi menceritakan penyebab perilaku marahnya:
penyebab perilaku kekerasan yang kekerasan yang dilakukannya:  Motivasi klien untuk menceritakan
dilakukannya.  Menceritakan penyebab penyebab rasa kesal atau jengkelnya.
perasaan jengkel atau kesal  Dengarkan tanpa menyela atau
baik dari diri sendiri maupun memberi penilaian setiap ungkapan
lingkungannya. perasaan klien.
TUK 3 : 3. Setelah … x pertemuan, klien 3. Bantu klien mengungkapkan tanda-tanda
Klien dapat menceritakan tanda-tanda saat perilaku kekerasan yang dialaminya:
mengidentifikasi tanda-tanda terjadi perilaku kekerasan :  Motivasi klien menceritakan kondisi
perilaku kekerasan.  Tanda fisik : mata merah, fisik ( tanda-tanda fisik) saat perilaku
tangan mengepal, ekspresi kekerasan terjadi.
tegang, dll.  Motivasi klien menceritakan kondisi
 Tanda emosional : perasaan emosinya ( tanda-tanda emosional)
marah, jengkel, bicara kasar. saat terjadi perilaku kekerasan.
 Tanda sosial : bermusuhan  Motivasi klien menceritakan kondisi
yang dialami saat terjadi hubungan dengan orang lain ( tanda-
perilaku kekerasan. tanda sosial) saat terjadi perilaku
kekerasan.

TUK 4 : 4. Setelah … x pertemuan, klien 4. Diskusikan dengan klien perilaku


Klien dapat menjelaskan : kekerasan yang dilakukannya selama ini :
mengidentifikasi jenis perilaku  Jenis-jenis ekspresi  Motivasi klien menceritakan jenis-
kekerasan yang pernah kemarahan yang jenis tindak kekerasan yang selama ini
dilakukannya. selama ini telah pernah dilakukannya.
dilakukannya.  Motivasi klien menceritakan perasaan
 Perasaannya saat melakukan klien setelah tindak kekerasan tersebut
kekerasan. terjadi.
 Efektifitas cara yang dipakai  Diskusikan apakah dengan tindak
dalam menyelesaikan kekerasan yang dilakukannya, masalah
masalah. yang dialami teratasi.
TUK 5 : 5. Setelah … x pertemuan klien 5. Diskusikan dengan klien akibat negatif
Klien dapat menjelaskan akibat tindak (kerugian) cara yang dilakukan pada :
mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan yang dilakukannya :  Diri sendiri.
kekerasan.  Diri sendiri : luka, dijauhi  Orang lain / lingkungan.
teman, dll.  Lingkungan.
 Orang lain/keluarga : luka,
tersinggung, ketakutan, dll.
 Lingkungan : barang atau
benda rusak, dll.
TUK 6 : 6. Setelah … x pertemuan klien : 6. Diskusikan dengan klien:
Klien dapat  Menjelaskan cara-cara sehat  Apakah klien mau mempelajari cara
mengidentifikasi cara mengungkapkan marah. baru mengungkapkan marah yang
konstruktif dalam sehat.
mengungkapkan kemarahan.  Jelaskan berbagai alternatif pilihan
untuk mengungkapkan marah selain
perilaku kekerasan yang diketahui
klien.
 Jelaskan cara-cara sehat untuk
mengungkapkan marah :
- Cara fisik : nafas dalam, pukul
bantal/ kasur, olah raga.
- Verbal : mengungkapkan bahwa
dirinya sedang kesal kepada orang
lain.
- Sosial : latihan asertif dengan orang
lain.
- Spiritual :sembahyang / doa, zikir,
meditasi, dsb sesuai keyakinan
agamanya masing-masing.
TUK 7 : 7. Setelah … x pertemuan klien 7.1 Diskusikan cara yang mungkin
Klien dapat memperagakan cara mengontrol dipilih dan anjurkan klien memilih
mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan : cara yang mungkin untuk
perilaku kekerasan.  Fisik : nafas dalam, pukul mengungkapkan kemarahan.
bantal/ kasur, olah raga. 7.2 Latih klien memperagakan cara yang
 Verbal: mengungkapkan dipilih :
bahwa dirinya sedang kesal  Peragakan cara melaksanakan
kepada orang lain. cara yang dipilih.
 Sosial : latihan asertif  Jelaskan manfaat cara tersebut.
dengan orang lain.  Anjurkan klien menirukan
 Spiritual:sembahyang / doa, peragaan yang sudah dilakukan.
zikir, meditasi, dsb sesuai  Beri penguatan pada klien,
keyakinan agamanya perbaiki cara yang masih belum
masing-masing. sempurna.
7.3 Anjurkan klien menggunakan cara
yang sudah dilatih saat marah /
jengkel.
TUK 8 : 8. Setelah … x pertemuan keluarga 8.1 Diskusikan pentingnya peran serta
Klien : keluarga sebagai pendukung klien
 Menjelaskan cara merawat untuk mengatasi perilaku kekerasan.
klien dengan perilaku 8.2 Diskusikan potensi keluarga untuk
kekerasan. membantu klien mengatasi perilaku
 Mengungkapkan rasa puas kekerasan.
dalam merawat klien. 8.3 Jelaskan pengertian, penyebab,
akibat, dan cara merawat klien
perilaku kekerasan yang dapat
dilaksanakan oleh keluarga.
8.4 Peragakan cara merawat klien
(menangani petilaku kekerasan).
8.5 Beri kesempatan keluarga untuk
memperagakan ulang..
8.6 Beri pujian kepada keluarga setelah
peragaan.
8.7 Tanyakan perasaan keluarga setelah
mencoba cara yang dilatihkan.
TUK 9 : 9.1 Setelah … x pertemuan klien 9.1 Jelaskan manfaat menggunakan obat
Klien menggunakan obat sesuai menjelaskan : secara teratur dan kerugian jika
program yang telah ditetapkan.  Manfaat minum obat. tidak menggunakan obat.
 Kerugian tidak minum obat. 9.2 Jelaskan kepada klien:

 Nama obat.  Jenis obat (nama, warna, dan

 Bentuk dan warna obat. bentuk obat).

 Dosis yang diberikan  Dosis yang tepat untuk klien.

kepadanya.  Waktu pemakaian.

 Waktu pemakaian.  Cara pemakaian.

 Cara pemakaian.  Efek yang akan dirasakan

 Efek yang dirasakan. klien.


9.2 Setelah … x pertemuan klien 9.3 Anjurkan klien :
menggunakan obat sesuai  Minta dan menggunakan obat
program. tepat waktu.
 Lapor ke perawat atau dokter
jika mengalami efek yang tidak
biasa.
 Beri pujian terhadap
kedisiplinan klien
11. Implementasi Keperawatan
Melakukan implementasi sesuai dengan intervensi

12. Evalusasi Keperawatan


a. Pasien mampu mengidentifikasi penyebab, tanda dan gejala RPK, akibat
b. Pasien mampu melakukan cara fisik 1 dan 2 secara mandiri
c. Pasien mampu melakukan latihan cara verbal secara mandiri
d. Pasien mampu melakukan latihan spritial secara mandiri
e. Pasien mampu melakukan latihan patuh obat secara mandiri

13. Intervensi Berdasarkan SP Pasien dan Keluarga


Pasien Keluarga
SP 1 SP 1
1. Mengidentifikasi penyebab prilaku 1. Mendiskusikan masalah yang diharapkan
kekerasan. keluarga dalam merawat klien .
2. Mengidentifikasi tanda dan gejala prilaku 2. Menjelaskan pengertian prilaku
kekerasan. kekerasan, tanda dan gejala prilaku
3. Mengidentifikasi prilaku kekerasan yang kekerasan, serta proses terjadinya prilaku
di lakukan. kekerasan.
4. Mengidentifikasi akibat perilaku 3. Cara merawat pasien RPK
kekrasan. 4. Latih/simulasi 2 cara merawat
5. Menyebutkan cara mengontrol prilaku 5. RTL Keluarga
kekerasan.
6. Membantu klien mempraktekan latihan
cara mengontrol prilaku kekerasan secara
fisik 1 : latihan nafas dalam.
7. Menganjurkan klien memasukkan ke
dalam kegiatan harian.
SP 2 SP 2
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian 1. Mengevaluasi SP 1
klien (SP1). 2. Melatih keluarga mempraktikan langsung
2. Melatih pasien untuk patuh obat. cara pemberian obat ke pasien.
3. Masukan ke jadwal harian pasien 3. RTL Keluarga
SP 3 SP 3
1. Mengevaluasi SP 1&2 1. Mengevaluasi SP 1&2
2. Melatih pasien mengontrol prilaku 2. Melatih 2 cara lain untuk merawat pasien
kekerasan dengan cara fisik 2: pukul 3. Melatih keluarga untuk merawat
kasur dan bantal . langsung ke pasien
3. Memasukkan ke dalam kegiatan harian 4. RTL Keluarga
SP 4 SP 4
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian 1. Mengevaluasi SP 1,2&3
klien (SP 1,2&3) 2. Melatih langsung keluarga ke pasien
2. Melatih klien mengontrol prilaku 3. RTL keluarga: Follow up dan rujukan
kekerasan dengan cara spiritual
3. Memasukan ke dalam kegiatan harian
DAFTAR PUSTAKA

Direja Ade Herman Surya. (2016). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Nuha Medika:
Yogyakarta.

Fitria,Nita. (2014). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan ( LP & SP ) untuk 7 Diagnosis Keperawatan Jiwa
Berat bagi Program S1 Keperawatan. Salemba Medika : Jakarta.

Purba. (2013). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Masalah Psikososial dan Gangguan
Jiwa.Medan: USU Press.

Keliat Budi Anna, Panjaitan Ria Utami, Helena Novy. (2011). Proses Keperawatan Kesehatan
Jiwa Edisi 2. EGC: Jakarta.

Kusumawati dan Hartono. (2015) .Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai