Anda di halaman 1dari 96

A.

Latar Belakang

Bencana alam secara langsung memberikan dampak buruk pada kehidupan manusia,
lingkungan fisik, biologis dan sosial. Dampak buruk ini akan menyebabkan terjadinya gangguan
kesehatan, kesejahteraan dan kelangsungan hidup masyarakat berkepanjangan. Indonesia
merupakan salah satu negara yang tergolong rawan terhadap kejadian baik bencana alam maupun
karena tindakan manusia, hal tersebut berhubungan dengan letak geografis, iklim, geologis dan
faktor-faktor lain seperti keragaman sosial, budaya dan politik. Perawat sebagai lini terdepan
dalam pelayanan kesehatan memegang penting dalam situasi bencana dan krisis. Perawat
dipanggil untuk merespon kebutuhan individu, kelompok dan masyarakat di saat krisis karena
perawat mempunyai keterampilan yang luas (menyediakan pengobatan dan pencegahan penyakit).

B. Tujuan Penulisan
Tujuan kritisi jurnal ini adalah untuk mengetahui dan memahami penelitian jurnal ilmiah yang
baik dan benar, untuk mengetahui dan memahami tata cara mengkritisi jurnal ilmiah.
C. Pembahasan
Jurnal 1

Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan diSMK Ma’arif 1 Piyungan Bantul dengan
mewawancara salah satu guru dan beberapasiswa tentang upaya yang dilakukan dalam
mengahadapi bencana gempa bumi yaitu bahwadi sekolah belum pernah ada yang melakukan
edukasi tentang bencana gempa bumi. Upaya yang dilakukan pihak sekolah dalam menghadapi
bencana gempa bumi hanya berkumpul di lapangan serta mengarahkan siswanya.

Menurut BNPB (2017), Kesiapsiagaan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan


untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna
dan berdaya guna.Tahapan dalam kesiapsiagaan bencana meliputi perencenaan, persiapan,
pelaksanaan dan evaluasi serta rencana perbaikan.

Berdasarkan hasil penelitian Haryuni, S (2018) dengan judul “pengaruh pelatihan siaga bencana
gempa bumi terhadap kesiapsiagaan anak usia sekolah dasar dalam menghadapi bencana gempa
bumi di yayasan hidayatul mubtadiin kediri” didapatkan bahwa pemberian pelatihan siaga
bencana dapat meningkatkan kesipsiagaan anak usia sekolah dasar dalam menghadapi bencana
gempa bumi.

Jurnal 2
Pengaruh Pengetahuan Dan Sikap Terhadap Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam Menghadapi
Bencana Banjir Di Desa Perkebunan Bukit Lawang Kecamatan Bahorok Tahun 2011
Banjir disebabkan oleh air sungai yang
meluap ke lingkungan sekitarnya sebagai akibat curah hujan yang tinggi. Banjir dapat
merusak rumah dan fondasinya. Banjir sering membawa lumpur yang berbau dan
dapat menutupi semua tempat yang dilaluinya setelah air mereda.Bencana banjir merupakan
peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam
dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat sehingga mengakibatkan timbulnya
korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis

(Bakornas PB, 2007).Menurut UU RI No.24 Tahun 2007, Kesiapsiagaan adalah serangkaian


kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui
langkah yang tepat guna dan berdaya guna dan kesiapsiagaan menurut Carter (1991) adalah
tindakan-tindakan yang memungkinkan pemerintahan, organisasi, masyarakat, komunitas, dan
individu untuk mampu menanggapi suatu situasi bencana secara cepat dan tepat guna. Termasuk
ke dalam tindakan kesiapsiagaan adalah penyusunan rencana penanggulangan bencana,
pemeliharan dan pelatihan personil.

Kesiapsiagaan menghadapi banjir akan menunjukkan adanya sikap dan pengetahuan dalam
menghadapi bencana dan ini semakin menjadi bagian penting khususnya di daerah yang seringkali
dilanda bencana banjir seperti Desa Perkebunan Bukit Lawang. Hasil pengamatan dan informasi
dari kepala desa bahwa banyak keluarga yang tidak siap menghadapi bencana banjir, kondisi
rumah tangga di atas mencerminkan kemampuan yang rendah atau tidak mempunyai
kemampuan untuk menanggapi bencana (tidak memiliki kesiapsiagaan bencana).
Bukit Lawang adalah nama tempat wisata di Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatra Utara yang
terletak 68 km sebelah barat laut Kota Binjai dan sekitar 80 km di sebelah barat laut kota Medan.
Bukit Lawang termasuk dalam lingkup Taman Nasional Gunung Leuser yang merupakan daerah
konservasi terhadap mawas dan orang utan. Oleh karena itu, daerah ini sangat penting
untuk konservasi serta pariwisata. Jika
daerah ini rusak, maka komunitas orang utan akan berkurang dan mungkin punah serta
pendapatan daerah dari sektor pariwisata Bukit Lawang akan berkurang (Pemprovsu,
2004).
Terkait dengan kesiapsiagaan rumah tangga menghadapi banjir dapat dipengaruhi
oleh faktor pengetahuan dan sikap masyarakat sehingga dipandang penting
dilakukan penelitian tentang pengaruh pengetahuan dan sikap terhadap
kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana banjir di Desa Perkebunan Bukit
Lawang Kecamatan Bahorok tahun 2011.

Jurnal 3
Pemulihan Ptsd Anak-Anak Korban Bencana Tanah Longsor Dengan Play Therapy
penelitian ini adalah pada anakanakkorban bencana tanah longsor usia 4-12 tahun yang
mengalami gangguan psikologis pasca bencana.
Metode sampling yang digunakan adalah total sampling. Analisis datadengan pair t test. Hasil
penelitian menunjukkan terdapat perbedaan signifikan kelompok intervensi dengan skor PTSD
sebelum dan sesudah play therapy (p 0,001). Pada kelompokkontrol tidak terdapat perbedaan
signifikan skor PTSD sebelum dan sesudah play therapy (p 0,163). Saran penelitian adalah terapi
bermain dapat dijadikan sebagai salah satu program penanganan dampak psikologis anak korban
bencana, dan lingkungan tempattinggal anak perlu menyediakan sarana permainan untuk anak
yang disesuaikan budaya setempat.
Bencana yang terjadi di Kabupaten Banjarnegara menimbulkan dampak psikologis yang tidak
ringan bagi warga di daerah bencana. Laporan Badan Penelitian dan Pengembangan Jawa
Tengah (2008), menyebutkan bahwa korban bencana seringkali secara psikologis terjangkit
gangguan stress pasca trauma/bencana yang pada umumnya dalam dunia kesehatan disebut post
traumatic stress disorder (PTSD).

Salah satu bentuk intervensi yang dapat diterapkan untuk memulihkan kondisi psikologis anak-
anak korban bencana adalah konseling melalui terapi bermain Bermain balon dan bermain
ketapel diberikan minggu ketiga. Bermain ketapel termasuk salah satu permainan tradisional dan
board games yang cocok bagi anak pada masa laten untuk mengembangkan achievment,
kompetensi, menguasai lingkungan dan self esteem (Masykur, 2006). (play therapy). Dengan
bermain anak diberi kesempatan berada dalam dunia naturalnya sebagai anak (Sukmaningrum,
2001). Melalui anak-akan merasa aman dalam mengekpresikan dan melakukan eksplorasi
terhadap dirinya baik perasaan, pikiran, pengalaman, maupun tingkah laku, karena anak tidak
berhadapan langsung dengan kondisi yang mengingatkan pada trauma yang dialami namun hanya
menggunakan materi-materi yang bersifat simbolik (Landreth, 2001). Jadi, terapi bermain
yang diterapkan pada anak yang mengalami gangguan stres pasca bencana bertujuan untuk
menurunkan gangguan tersebut dengan membantu anak belajar menerima diri sendiri dan
mengembalikan kontrol diri serta merasakan kebebasan dalam berekspresi.

Gangguan perilaku yang menonjol pada anak-anak korban bencana tanah longsor di Kabupaten
Banjarnegara dari hasil pretest adalah sembunyi jika mendengar suara keras seperti
sirene,ambulan dan lain-lain, mengalami ketakutan tanpa alasan yang jelas, tampak cemas,
tampak sedih, dan menunjukkan perilaku agresif. Minimal separuh dari anak-anak korban bencana
tanah longsor menunjukkan beberapa gangguan perilaku tersebut.
Penelitian ini mendapatkan hasil pada kelompok intervensi rata-rata skor PTSD anak-anak korban
bencana tanah longsor yaitu 22,63 sebelum play therapy dan 21,11 sesudah play therapy.
Sementara pada kelompok kontrol, ratarata skor PTSD pada anak-anak korban bencana sebelum
dan sesudah play therapy adalah 22,74 dan 24,53.

Jurnal 4
Pengaruh Pemberian Metode Simulasi Siaga Bencana Gempa Bumi Terhadap Kesiapsiagaan Anak Di
Yogyakarta
Keberhasilan pelaksanaan simulasi tersebut karena mendapatkan dukungan dari berbagai pihak.
Hasil observasi menunjukkan ada 3 guru yang mendampingi anak-anak selama simulasi,
kemudian anak-anak sangat antusias mengikuti simulasi sampai selesai dan aktif memberikan
feedback saat trainer memberikan pertanyaan, selain itu wali/orang tua siswa mendukung anak-
anak dengan memberikan ijin untuk mengikuti simulasi, guru-guru juga memfasilitasi terhadap
pelaksanaan pelatihan seperti terlibat dalam memberikan informasi tentang pelatihan kepada
siswa dan orang tua siswa.

Pada pelatihan siaga bencana pada anak-anak menggunakan metode simulasi. Hal ini didukung
Oleh pernyataan oleh Steward & Wan (2007) dalam penelitiannya tentang peran simulasi didalam
manajemen bencana dapat mengukur kesiapan seseorang dalam menghadapi bencana. Menurut
Olson et.al, (2010) dalam penelitiannya juga menyatakan bahwa pendidikan tentang siaga
bencana dengan menggunakan simulasi berupa game atau permainan dapat memberikan hasil
yang lebih baik dibandingkan yang tidak menggunakan simulasi.

Simulasi merupakan cara penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk
memahami tentang konsep, prinsip atau ketrampilan tertentu. Simulasi dapat digunakan sebagai
metode mengajar dengan asumsi tidak semua proses pembelajaran dapat dilakukan secara
langsung pada obyek yang sebenarnya (Sanjaya, 2013). Pada penelitian ini simulasi yang
digunakan adalah role playing atau bermain peran yaitu metode pembelajaran sebagai bagian dari
simulasi yang diarahkan untuk mengkreasi peristiwa-peristiwa aktual, atau kejadian kejadian yang
mungkin muncul pada masa mendatang. Hal ini sesuai dengan Filina (2013) bahwa metode role
playing suatu bentuk permainan anak-anak yang aman dan bentuk-bentuk permainan yang sesuai
dengan struktur lingkungan atau permainan-permainan dengan menggunakan
boneka, rumah-rumahan, yang pada dasarnya mendramatisasikan tingkah laku dalam
hubungannya dengan masalah sosial. Dengan dramatisasi anak berkesempatan melakukan,
menafsirkan dan memerankan suatu peranan tertentu.

Keterlibatan dan kemampuan anak dalam melakukan simulasi siaga bencana menunjukkan
semua anak aktif dalam melakukan setiap tindakan simulasi setelah dilakukan 5 kali. Tindakan
simulasi terdiri dari 6 tindakan yang dilakukan di dalam ruangan dan di luar ruangan.

Jurnal 5
Pengaruh Penyuluhan Bahaya Gunung Berapi Terhadap Kesiapsiagaan Siswa Smp Kristen
Kakaskasen Kota Tomohon Menghadapi Bencana Gunung Berapi

Gunung berapi adalah salah satu bencana yang sering terjadi di Indonesia. Bencana gunung
berapi dapat menyebabkan banyak korban jiwa dan kerugian, kota Tomohon memiliki dua gunung
berapi aktif yang memerlukan kesiapsiagaan bencana yang terkoordinasi. SMP Kristen salah satu
yang selalu terkena dampak ketika gunung meletus karena hanya berjarak 3 km dari gunung
Lokon, sedangkan daerah terdampak dari gunung Lokon berjarak 5km.

Salah satu bencana yang sering terjadi di Indonesia adalah gunung berapi karena Indonesia
terletak pada pertemuan tiga lempeng tektonik dunia, memiliki lebih dari 128 gunung berapi aktif,
dan sekitar 150 sungai, baik besar maupun kecil, yang melintasi wilayah padat penduduk.
Beberapa catatan bencana alam besar yang pernah di alami Indonesia, antara lain pada tahun
1815, Gunung tambora meletus. Jumlah korban saat itu tidak tercatat dengan baik, namun dapat
dipastikan melebihi jumlah korban letusan gunung Krakatau, tahun 1883 Gunung Krakatau
meletus mengakibatkan tsunami dan menghilangkan lebih dari 36 ribu jiwa. Gunung merapi
meletus, mengakibatkan 1.300 orang harus kehilangan nyawa. Tahun 1963, Gunung Agung
Meletus dan menewaskan sekitar seribu jiwa (Badan Nasional Penanggulangan Bencana, 2012).

Berdasarkan data yang didapat setiap tahun diperkirakan sekitar 66 juta anak terkena dampak
bencana. Lebih dari 300.000 penduduk terkena dampak bencana. Lebih dari 300.000 penduduk
terkena dampak peristiwa Merapi 2010, sekitar 100.000 diantaranya adalah anak-anak. Menurut
Rinaldi (2009) dalam jurnal penelitiannya yang berjudul kesiapan menghadapi bencana di
Indonesia mengatakan, bahwa dalam setiap kejadian bencana, jumlah korban jiwa dan kehilangan
materi yang banyak memperlihatkan masih lemahnya kesiapan menghadapi bencana di Indonesia
(Herdwiyanti F. dan Sudaryono, 2013).
Kota Tomohon merupakan salah satu daerah di Indonesia dengan resiko ancaman kebencanaan
yang relatif tinggi mengingat letak geografis, topografis dan geologis dimana kota Tomohon
merupakan daerah yang dikelilingi cincin api (ring of fire). Keberadaan dua gunung berapi yang
masih aktif yaitu Gunung Lokon dan Gunung Mahawu di daerah ini menyebabkan perlu adanya
kesiapsiagaan bencana yang terkoordinasi dan komprehensif (Badan Penanggulangan Bencana
Daerah, 2012).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Tomohon,
pada tahun 2011 Gunung Lokon mengalami letusan besar dengan tinggi abu 1500-3000 meter
disertai lontaran materian pijar, dan pada tahun 2012 pada bulan Januari sampai bulan Oktober,
letusan abu dan letusan besar 12 kali dan pada saat ini aktivitas

Prosedur dari pada penelitian dilakukan oleh peneliti setelah mendapat rekomendasi dari
Koordinator Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi
Manado. Langkah selanjutnya peneliti menyampaikan surat permohonan kepada Kepala Sekolah
SMP Kristen Kakaskasen Kota Tomohon sebagai tempat penelitian. Setelah mendapat persetujuan
kemudian mengidetifikasi responden penelitian. Selanjutnya menjelaskan pada calon responden
tentang tujuan dan manfaat penelitian dan meminta kesediannya untuk menjadi responden.

Tingkat kesiapsiagaan siswa mengalami peningkatan sesudah diberikan penyuluhan. Terdapat


pengaruh yang signifikan penyuluhan bahaya gunung berapi terhadap kesiapsiagaan siswa SMP
Kristen Kakaskasen Kota Tomohon dalam menghadapi bencana gunung berapi.

D. Kesimpulan dan Saran


a. Kesimpulan
Kritisi jurnal adalah proses sistematis untuk menguji validitas, hasil dan relevansi dari
sebuah bukti ilmiah (hasil penelitian) sebelum digunakan untuk mengambil keputusan.
b. Saran
Bagi mahasiswa dapat lebih mengetahui dan memahami tentang penelitian jurnal secara
baik dan benar serta dapat lebih mengetahui tata cara mengkritisi jurnal sehingga mahasiswa
dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang penelitian jurnal

E. Tabel

No Judul Nama penulis Sumber Metode Penulisan Hasil


Jurnal
1 Pengaruh Edukasi Dian Lusiana Jurnal penelitian quasi a. Tujuan
Managemen Romdhonah1, ILKES experiment dengan Mengetahui
Bencana Gempa Adi Sucipto2, (Jurnal Ilmu desaign pre test pengaruh
Bumi Terhadap Cornelia Dede Kesehatan) and post test and pemberian edukasi
Kesiapsiagaan Yoshima 1 Juni 2019 kousioner control manajemen
Siswa Dalam Nekada3 group5. bencana gempa
Menghadapi 1Prodi S1 Ilmu Teknik sampling bumi terhadap
Gempa Bumi Keperawatan, yang digunakan kesiapsiagaan
FIKES adalah siswa dalam
Universitas strativied random menghadapi
Respati sampling dengan gempa bumi.
Yogyakarta, populasi 217
Indonesia b. Hasil
Hasil penelitian
juga didukung dari
penelitian yang
dilakukan Dungga
(2014),
dengan hasil yang
menunjukkan
bahwa ada
perbedaan nilai
rata-rata pre-test
dan postpos test
menggunakan
metode ceramah
serta membagikan
leafleat dan
kuesioner.
2 Pengaruh Mukhtar Jurnal Pengambilan a. Tujuan
Pengetahuan Dan Effendi Ilmiah sampeldilakukan Tujuan penelitian ini
Sikap Terhadap Harahap Keperawata dengan adalah untuk

Kesiapsiagaan Alumni n IMELDA cara proportional menganalisis


pengaruh
Masyarakat Dalam Program 1,Februari random sampling
pengetahuan dan
Menghadapi Pascasarjana 2015 sehingga setiap
sikap terhadap
Bencana Banjir Di IKM FKM - dusun memiliki
kesiapsiagaan
Desa Perkebunan USU, Medan wakil yang
masyarakat
Bukit Lawang dipilih secara dalam menghadapi
KecamatanBahorok random dengan bencana banjir di
Tahun 2011 simple radom Desa Perkebunan
sampling. Bukit Lawang
Kecamatan
Bahorok tahun 2011.
b. Hasil
Hasil pengamatan
dan informasi dari
kepala desa
bahwa banyak
keluarga yang tidak
siap menghadapi
bencana banjir,
kondisi rumah
tangga di atas
mencerminkan
kemampuan
yang rendah atau
tidak mempunyai
kemampuan untuk
menanggapi bencana
(tidak memiliki
kesiapsiagaan
bencana).

3 Pemulihan Ptsd Mukhadiono, Jurnal Penelitian ini a. Tujuan


Anak-Anak Korban Widyo Keperawata bersifat kuantitatif untuk memulihkan
Bencana Tanah Subagyo, n Soedirman dengan kondisi psikologis
Longsor Dengan Wahyudi (The desain penelitian anak-anak korban
Play Therapy Poltekkes Soedirman quasy experiment bencana adalah
SemarangProdi Journal Of pre konseling melalui
Keperawatan Nursing), post test with terapibermain
Purwokerto Volume 11, control group. (play therapy).
No.1, Maret
2016 b. Hasil
Gangguan perilaku
yang menonjol
pada anak-anak
korban bencana
tanah longsor di
Kabupaten
Banjarnegara dari
hasil pretest adalah
sembunyi jika
mendengar suara
keras seperti
sirene, ambulan
dan lain-lain,
mengalami
ketakutan tanpa
alasan yang
jelas, tampak
cemas, tampak
sedih, dan
menunjukkan
perilaku agresif.
Minimal separuh
dari anak-anak
korban bencana
tanah longsor
menunjukkan
beberapagangguan
perilaku tersebut.
4 Pengaruh Fika Nur Jurnal Jenis penelitian ini a. Tujuan
Pemberian Metode Indriasari Keperawata merupakan Meningkatnya
Simulasi Siaga Departemen n Soedirman penelitian kesiapsiagaan
Bencana Gempa Keperawatan (The kuantitatif dan siswa didukung
BumiTerhadap Anak/Akper Soedirman desain oleh peran guru
Kesiapsiagaan Notokusumo Journal of penelitiannya dan orang tua.
Anak Di Yogyakarta Nursing), adalah quasi Sekolah siaga
Yogyakarta Volume 11, experiment dengan bencana
No.3 rancangan yang merupakan
November digunakan rencana tindak
2016) adalah one group lanjut untuk
pre and post test menjadikan SD N
design. Giwangan sebagai
SD inklusi siaga
bencana.

b. Hasil
Berdasarkan
gambaran
karakteristik
responden
Anak berdasarkan
jenis kelamin
sebagian besar
Pemberian metode
simulasi siaga
bencana
gempa bumi
memberikan
pengaruh terhadap
kesiapsiagaan anak
sekolah dasar yang
ditunjukkan
dengan nilai P <
0,001 sehingga
target kecakapan
anak-anak untuk
bisa menolong diri
sendiri tercapai
(Suhardjo, 2011).
5 Pengaruh Prisilia Riani jurnal Penelitian ini a. Tujuan
Penyuluhan Bahaya Mais Keperawatn merupakan Untuk
Gunung Berapi Mulyadi (e-Kep) penelitian Menganalisis
Terhadap Jill Lolong Volume3 eksperimen semu Penyuluhan
Kesiapsiagaan Program Studi Nomor 2 dengan pendekatan Bahaya Gunung
Siswa Smp Kristen Ilmu Mei 2015 desain one group Berapi Terhadap
Kakaskasen Keperawatan pre test-post test. Kesiapsiagaan
Fakultas
Kota Tomohon Siswa SMP
Kedokteran
Menghadapi Kristen
Universitas Sam
Bencana Gunung Kakaskasen Kota
Ratulangi
Berapi Tomohon
MenghadapiBenca
na Gunung Berapi.
b. Hasil
diperoleh nilai P-
value sebesar 0,00
(<0,05) dengan
nilai t hitung
sebesar 23,78 dan t
tabel sebesar 2,002

DAFTAR PUSTAKA
Adlina Nita., Agussabti., Hermansyah. (2014). Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam Menghadapi
Situasi Bencana Gunung Api Seulawah Agan Di Wilayah Kecamatan Sare Kabupaten Aceh
Besar. Jurnal Ilmu Kebencanaan.
http://prodipps.unsyiah.ac.id/jika/images/jika/vol/vol.1/vol.1.1/3.17.25.Nita%20Adlina.pdf.
Diakses pada tanggal 25 Januari 2015 Pukul 21.00 WITA

BNPB. Buku Pedoman Latihan Kesiapsiagaan Bencana Membangun Kesadaran,


Kewaspadaan Dan Kesiapsiagaan Dalam Menghadapi Bencana. Jakarta. (2017)

Fathoni, Tachrir. (2005). Banjir Bandang diKawasan Wisata Bukit Lawang. Pusat
Informasi Kehutanan. Jakarta

Mashar, Riana. (2011). Konseling Pada Anak Yang Mengalami Stress Pasca Trauma Bencana
Merapi Melalui Play Therapy. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.

Rinaldi. (2009). Kesiapan Menghadapi Bencana Pada Masyarakat Indonesia. Universitas Negeri
Padang. Jurnal Penelitian Psikologi 14(1) Sunarto, N. (2012). Edukasi Penanggulangan
Bencana Lewat Sekolah.http://bpbd.banjarkab.go.id/?p=75. Diakses : 3 Maret 2014
Lampiran Jurnal

Vol. 10 No. 1 Juni 2019 ISSN : 2087-


1287
PENGARUH EDUKASI MANAGEMEN BENCANA GEMPA BUMI TERHADAP
KESIAPSIAGAAN SISWA DALAM MENGHADAPI GEMPA BUMI

Dian Lusiana Romdhonah1, Adi Sucipto2, Cornelia Dede Yoshima Nekada3


1
Prodi S1 Ilmu Keperawatan, FIKES Universitas Respati Yogyakarta, Indonesia
adisucipto@respati.ac.id
Abstract

Earthquakes are energy release events caused by movement in parts sudden earth's bowels that
create seismic waves and cause natural symptoms. the cause of the large number of victims due to
the earthquake is lack of public knowledge about disaster management and preparedness in the
face of disasters. Based on preliminary studies conducted by researchers with interviews, it was
found that there were still many students who panicked when the earthquake occurred, students
also did not know how to deal with a good earthquake other than that, no one had ever given an
extension. This study aims was to determine the effect of providing earthquake disaster
management education on student preparedness in the face of earthquakes. Method was used
quasi experiment with a pre-post test control group design. The sample size was 36 respondents
divided into 2 groups. The sampling technique uses stratified random sampling. The instrument
used was a questionnaire. Preparedness pretest in the control group was well prepared most of
which 9 students (50%) and post-test mostly very ready for a total of 12 students (66.7%),
whereas the intervention group pretest mostly prepared a total of 11 students (61.1 %) and
posttest most of thewere very prepared for 13 students (72.2%). It was conclude that it is an
influence of the level of preparedness pre and post test in the control group and the intervention
group. There was no difference in the level ofpreparedness post test in the two group.

Keyword: Education, Earthquake, Disaster Management, Preparedness

Abstrak

Gempa bumi merupakan peristiwa pelepasan energi yang diakibatkan pergerakan pada bagian
perut bumi yang mendadak sehingga menciptakan gelombang seismik dan menimbulkan gejala
alam. penyebab banyaknya korban akibat gempa kurangnya pengetahuan masyarakat tentang
manajemen bencana dan kesiapsiagaan dalam mengahadapi bencana. Berdasarkan studi
pendahuluan yang dilakukan peneliti dengan wawancara didapatkan ternyata masih banyak siswa
yang panik ketika terjadi gempa bumi, siswa juga tidak tahu bagaimana cara menghadapi bencana
gempa bumi yang baik selain itu, belum pernah ada yang memberikan penyulukan. Penelitian ini
bertujuan untuk Mengetahui pengaruh pemberian edukasi manajemen bencana gempa bumi
terhadap kesiapsiagaan siswa dalam menghadapi gempa bumi. Jenis penelitian quasi experiment
dengan desain pre-post test control group. Besar sampel penelitian sebanyak 36 responden yang
dibagi 2 kelompok. Teknik sampling menggunakan stratified random sampling. Instrumen yang
digunakan adalah kuesioner. Kesiapsiagaan pretest pada kelompok kontrol sebagian besar sangat
siap yaitu 9 siswa (50%) dan post test sebagian besar sangat siap sejumlah 12 siswa (66,7%),
sedangkan pada kelompok intervensi pretest sebagian besar siap sejumlah 11 siswa (61,1%) dan
posttest sebagian besar sangat siap sejumlah 13 siswa (72,2%). Kesimpulan penelitian ini yaitu
ada pengaruh tingkat kesiapsiagaan pre and post test pada kelompok kontrol dan kelompok
intervensi. Tidak ada perbedaan tingkat kesiapsiagaan post test pada kedua kelompok.
Kata Kunci : Edukasi, Gempa Bumi, Manajemen Bencana, Kesiapsiagaan

Jurnal ILKES (Jurnal Ilmu Kesehatan) Page


1
Vol. 10 No. 1 Juni 2019 disaster) salah satunya adalah gempa bumi
PENDAHULUAN 16.

Latar Belakang Indonesia telah mengalami bencana salah


satunya bencana Gempa bumi yang terjadi di
Bencana alam dapat terjadi kapan saja dan
dimana saja. Secara geografis indonesia Yogyakarta pada tahun 2006 yang
merupakan negara yang kejadian bencan mengakibatkan banyaknya korban jiwa
alamnya paling banyak, karena indonesia sebanyak 4.143, kerusakan sarana dan
sendiri diapit oleh 3 lempeng yaitu lempeng prasarana seperti kerusakan rumah penduduk
eurasia, lempeng pasifik dan lempeng hindia dan gedung sekolah. Wilayah yang terkena
yang menghubungkan indonesia rawan dampak paling parah adalah wilayah Bantul
mengalami bencana gempa bumi15. 2,3.

Bencana merupakan suatu gangguan serius Beberapa faktor penyebab utama banyaknya
terhadap berfungsinya sebuah komunitas korban akibat bencana gempa bumi adalah
atau masyarakat yang mengakibatkan karena kurangnya pengetahuan masyarakat
kerugian dan dampak yang meluas terhadap tentang manajemen bencana dan kurangnya
manusia, materi, ekonomi, dan lingkungan kesiapsiagaan masyarakat dalam
yang melampaui kemampuan komunitas mengantisipasi bencana tersebut sehingga
yang bersangkutan untuk mengatasi dengan korban jiwa paling banyak anak-anak dan
menggunakan sumber daya mereka masyarakatnya5. Sekolah merupakan wahana
sendiri1,8. Bencana disebabkan oleh efektif dalam memberikan efek
kejadian alam (natural disaster) maupun oleh untukmenyebarkan informasi,
ulah manusia (man-made). Bencana yang
ISSN : 2087-1287
disebabkan oleh kejadian alam (natural
pengetahuan danketerampilan kepada Indonesia yang merupakan negara yang
masyarakat terdekatnya. Dengan demikian, rawan bencana alam terutama gempa bumi
kegiatan pendidikan kebencanaan di sekolah karena merupakan tempat bertemunya 3
menjadiefektif, dinamis dan implementatif lempeng dunia dan juga merupakan bagian
dalam meningkatkan kemampuan warga negara yang memiliki banyak gunung berapi
sekolah, untuk mampu mengurangi dampak yg
resiko bencanadi sekolah (Konsorsium
Pendidikan Bencana Indonesia, 2011). masih aktif. Pentingnya siswa ataupun

Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan masyarakat mengetahui penanganan


di SMK Ma’arif 1 Piyungan Bantul dengan managemen bencana gempa bumi karena
mewawancara salah satu guru dan beberapa faktor penyebab banyaknya korban akibat
siswa tentang upaya yang dilakukan dalam bencana gempa bumi diakibatkan karena
mengahadapi bencana gempa bumi yaitu kurangnya pengetahuan dan kesiapsiagaan
bahwa di sekolah belum pernah ada yang masyarakat dalam menghadapi bencana
melakukan edukasi tentang bencana gempa gempa bumi. Oleh karena itu dibutuhkan
bumi. Upaya yang dilakukan pihak sekolah peran serta siswa dan juga masyarakat dalam
dalam menghadapi bencana gempa bumi meingkatkan pengetahuan dan kesiapsiagan
hanya berkumpul di lapangan serta terhadap bencana dengan
mengarahkan siswanya.
melakukan pemberian edukasi tentang
managemen bencana gempa bumi.
Rumusan Masalah Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti
berinisiatif untuk merumuskan sebuah
masalah penelitian dengan

Jurnal ILKES (Jurnal Ilmu Kesehatan) Page


2
Vol. 10 No. 1 Juni 2019 Tujuan Penelitian

Mengetahui pengaruh pemberian edukasi


manajemen bencana gempa bumi terhadap
kesiapsiagaan siswa dalam menghadapi
yaitu “Apakah ada pengaruh pemberian
gempa bumi.
edukasi manajemen bencana gempa bumi
terhadap kesiapsiagaan siswa dalam
Telaah Pustaka
menghadapi gempa bumi?”
Gempa bumi adalah peristiwa pelepasan Teknik sampling yang digunakan adalah
energi yang diakibatkan oleh pergeseran atau strativied random sampling dengan populasi
pergerakan pada bagian dalam bumi atau 217
kerak bumi dengan tiba-tiba (Nurjannah,
2017).. Menurut Wiarto, (2017). Penyebab
gempa bumi dapat diklasifikasikan menjadi 3
yaitu: gempa tektonik, vulkanik dan
runtuhan.

Menurut BNPB (2017), Kesiapsiagaan


merupakan serangkaian kegiatan yang
dilakukan

untuk mengantisipasi bencana melalui


pengorganisasian serta melalui langkah yang

tepat guna dan berdaya guna. b.


Tahapan dalam kesiapsiagaan bencana
meliputi perencenaan, persiapan,
pelaksanaan

dan evaluasi serta rencana perbaikan.


Berdasarkan hasil penelitian Haryuni, S

(2018) dengan judul “pengaruh pelatihan


siaga bencana gempa bumi terhadap
kesiapsiagaan anak usia sekolah dasar dalam
menghadapi bencana gempa bumi di yayasan
hidayatul mubtadiin kediri” didapatkan
bahwa pemberian pelatihan siaga bencana
dapat meningkatkan kesipsiagaan anak usia
sekolah dasar dalam menghadapi bencana
gempa bumi.

Bahan Dan Metode

Jenis penelitian quasi experiment dengan


desaign pre test and post test control group5.
ISSN : 2087- b. Laki-laki 13 72,2 38,9
1287
7

siswa dan besar sampel 36 responden yang Usia 5 1

dibagi menjadi dua kelompok yaitu 18 A. R. Awal 27,8 61,1


berada pada kelompok kontrol dan 18 13 1
kelompok intervensi. Instrumen pada
B. R. Akhir 72,2 38,9
penelitian ini adalah kuesioner dan satuan
7
acara penyuluhan. Teknik analisis yang
digunakan adalah uji Wilcoxon dan Uji
Mann Whitney. Penelitian dilakukan di
SMK Ma’arif 1 Piyungan, Bantul pada Jurusan
tanggal 22 April 2019. a. KP 4 222 6 33,3
b. TKR 8 44,2 - -
c. TAV 6 33,3 8 44,4
Hasil Penelitian
d. TITL - - 4 22,2
1. Hasil penelitian disajikan dalam
tabel
(Sumber:Data Primer, diolah April 2019)
Karakteristik Responden Berdasarkan Tabel 1, Menunjukkan

Tebel 1 distribusi frekuensi


responden pada kelompok intervensi
dan kontrol berdasarkan jenis
kelamin, usia dan jurusan.

Karakteristik
Kontrol Intervensi
Responden

f % f %

Jenis Kelamin
a. Perempuan 5 27,8 1 61,1
1
bahwa responden pada kelompok kontrol sedangkan pada kelompok intervensi
jenis kelamin responden paling banyak menunjukkan bahwa jenis
adalah laki-laki sebanyak 13 orang (72,2%)

Jurnal ILKES (Jurnal Ilmu Kesehatan) Page


3
Vol. 10 No. 1 Juni 2019

f % f % F %

Kontrol
kelamin responden paling banyak adalah Pre
perempuan sebanyak 11 orang (61,1%).
50,
Berdasarkan rentang usia responden pada
test
kelompok kontrol menunjukkan bahwa usia
remaja akhir sebanyak 13 orang (72,2%) 1 5,6 8 44,4 9 0
Post
sedangkan pada kelompok intervensi - - 6 33,3 12 66,
menunjukkan bahwa rentang usia responden test
paling banyak usia remaja awal sebanyak 11
7
orang (61,1%). Berdasarkan jurusan
responden pada kelompok kontrol
Interve
menunjukkan bahwa jurusan Teknik n
Kendaraan Ringan (TKR) lebih banyak yaitu
si
8 orang (44,4%) sedangkan pada kelompok
Pre 61, 33,
intervesi menunjukkan bahwa jurusan
test 1 5,6 11 1 6 3
Teknik Audio Video (TAV) sebanyak 8
orang (44,4%). Post - - 5 27, 13 72,
test 8 2

Tabel 2. Tingkat kesiapsiagaan Siswa


(Sumber:Data Primer, diolah April 2019)
terhadap Bencana Gempa Bumi Sebelum
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan
dan Setelah pada Kelompok Kontrol dan
Kelompok Intervensi
bahwa tingkat kesiapsiagaan pre test pada
Hampi Sangat kelompok kontrol menunjukkan bahwa 9

Siap
r siap siap
ISSN : 2087-
1287 Tabel 4. Perbedaan Kesiapsiagaan Siswa
sebelum dan setelah diberikan Edukasi
Menajemen Bencana Gempa Bumi pada
Kelompok Kontrol

responden (50,0%) sangat siap sedangkan Kelompok Kontrol p-value

untuk tingkat kesiapsiagaan post test pada (0,05)


kelompok kontrol menunjukkan bahwa 12
responden (66,7%) sangat siap. Sementara Pre test and Post test 0,046
tingkat kesiapsiagaan pre test pada
kelompok intervensi menunjukkan bahwa 6
*Uji Wilcoxon
responden (33,3%) sangat siap sedangkan
post test pada kelompok intervensi
Berdasarkan tabel 4 menunjukkan
menunjukkan bahwa 13 responden (72,2%)
bahwa hasil pre test and post test pada
sangat siap.
kelompok kontrol yaitu 0,046 (p<0,05)
secara statistik terdapat pengaruh antara pre
Hasil uji bivariat dapat dilihat pada
tabel test and post test pada kelompok kontrol.

berikut:

Tabel 3. Perbedaan Kesiapsiagaan Siswa


sebelum dan setelah diberikan Edukasi
Menajemen Bencana Gempa Bumi pada
Kelompok Intervensi

Kelompok Intervensi p-value


(0,05)

Pre test and Post test 0,011

*Uji Wilcoxon

Berdasarkan tabel 3 menunjukkan


bahwa hasil pre test and post test pada
kelompok intervensi yaitu 0,011 (p<0,05)
secara statistik terdapat pengaruh antara pre
test and post test pada kelompok intervensi.
Jurnal ILKES (Jurnal Ilmu Kesehatan) Page
4
Vol. 10 No. 1 Juni 2019 lebih besar dari P-value (0,05). Hal ini
menunjukkan bahwa tidak adanya pengaruh
antara post test kelompok kontrol dan post
test pada kelompok intervensi Sedangkan
analisis bivariat dengan menggunakan uji
Tabel 5. Perbedaan Kesiapsiagaan Siswa
mann whitney untuk mengetahui pre test pada
Setelah diberikan Edukasi Menajemen
siswa SMK antara kelompok intervensi dan
Bencana Gempa Bumi pada Kelompok
kelompok kontrol didapatkan hasil p=0,949
Kontrol dan Kelompok.
lebih besar dari p-value (0,05). Hal ini
menunjukkan bahwa tidak adanya pengaruh
Kesiapsiagaan P-value antara pre test kelompok kontrol dan pre test
(P<0,05) pada kelompok intervensi.

PEMBAHASAN
Sebelum Kelompok

Intervensi 1. Karakteristik Responden

0,949
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan
Kelompok
bahwa jenis kelamin pada kelompok
kontrol maupun kelompok intervensi lebih
Kontrol
banyak adalah laki-laki dengan total 20
responden. Hasil tersebut sejalan dengan
Setelah Kelompok penelitian4. Menyebutkan bahwa sebagian
besar responden berjenis kelamin laki-laki
intervensi yaitu sebesar 14 responden (60,9%). Usia
0,721 pada
Kelompok

kontrol

*Uji Mann Whitney

Berdasarkan tabel 5 menunjukkan


bahwa hasil post test kelompok kontrol dan
post test kelompok intervensi yaitu 0,721
ISSN : 2087-1287 siswa (5,6%) hampir siap, 11 orang
penelitian ini yaitu berada pada kategori (61,1%) orang siap dan 13 orang (72,2%)
remaja akhir sebanyak 13 responden, hal ini orang siswa sangat siap. Dari hasil
sesuai dengan dengan penelitian Mongkau rekapan kuesioner kesiapsiagaan bahwa
(2018), yang mengatakan bahwa semakin pernyataan no 9 yang merupakan
cukup umur seseorang maka tingkat pernyataan unfavorable dari 18
kematangan dan kekuatan akan lebih matang
dalam berfikir9. menyatakan faktor umur responden 3 responden diantaranya
menjawab benar artinya responden
dapat mempengaruhi pengetahuan tersebut mengetahui dan memahami
seseorang. Sedangkan berdasarkan pernyataan tersebut sedangkan 15
jurusan pada kelompok intervensi responden menjawab salah. Hasil ini
maupun kelompok kontrol menunjukkan menunjukkan pada kelompok intervensi
lebih banyak jurusan Teknik Audio saat pre test tingkat kesiapsiagaan siswa
Video (TAV) yaitu 14 responden, tentang bencana dalam menghadapi
dimana dalam kurikulum yang gempa bumi belum mengetahui secara
digunakan disekolah tidak ada benar terkait upaya pra, saat dan pasca
pembelajaran terkait manajemen bencana bencana. Pernyataan ini sesuai dengan
khususnya bencana gempa bumi. teori, yang

2. Tingkat Kesiapsiagaan Pre Test and menjelaskanbahwajangan


Post Test pada Kelompok Intervensi
dan Kelompok Kontrol panik/menimbulkan kepanikan yang
mengakibatkan korban15.
Berdasarkan tabel 2 pada kelompok
intervensi diketahui sebanyak 1 orang

Jurnal ILKES (Jurnal Ilmu Kesehatan) Page


5
Vol. 10 No. 1 Juni 2019 terkait kesiapsiagaan dalam
mengahadpi bencana gempa bumi15.
Dari rekapan kuesioner kesiapsiagaan
siswa dalam menghadapi bencana
gempa bumi pre test pada kelompok
Pada kelompok kontrol sebanyak 1 orang
kontrol, Pernyataan dengan jumlah
siswa (5,6%) hampir siap, 8 orang (44,4%)
skor paling rendah adalah pernyataan
orang siap dan 12 orang (66,7%) orang siswa
sangat siap. Kelompok kontrol adalah
kelompok yang tidak diberikan edukasi
nomor 18 tentang kesiapsiagaan yang ISSN : 2087-
1287
dilakukan setelah bencana gempa bumi yang

merupakan pernyataan unfavorable


didapatkan dari 18 responden hanya 7
responden yang menjawab benar artinya 7 Berdasarkan tabel 3 hasil dikatahui
responden mengetahui dan memahaminya bahwa nilai pre-test dan post test pada
sedangkan 11 responden menjawab salah kelompok intervensi dengan
maka pengetahuan responden tentang menggunakan uji Wilcoxon diperoleh
kesiapsiagaan setelah bencana masih nilai p-value sebesar 0,011<0,05. Maka
kurang. Pernyataan ini sesuai dengan secara statistik ada pengaruh pada tingkat
teori yang mengatakan bahwa jangan pengetahuan pre-test dan post-test pada
kembal kerumah sebelum dinyatakan
kelompok intervensi. Hasil ini
2
aman oleh petugas .
menunjukkan terjadi perubahan tingkat
Menurut Notoatmodjo (2010),
mengatakan bahwa pengetahuan kesiapsiagaan sesuai dengan
yang
merupakan hasil tahu dan terjadi setelah
seseorang mengadakan kegiatan terhadap
diharapkan melalui edukasi tentang
suatu objek. Pada peneitian ini siswa
kesiapsiagaan dalam mengahadapi
mengetahui dan memahami tentang upaya
bencana gempa bumi Di SMK Ma’arif 1
kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana
Piyungan, Bantul.
gempa bumi.

Menurut Wawan&Dewi (2010),


Data tentang kesiapsiagaan dalam
edukasi merupakan suautu kegiatan atau
menghadapi gempa bumi didapatkan
usaha menyampaikan pesan kepada
melalui penyebaran kuesioner pre test dan
masyarakat, kelompok atau individu.
post test pada kelompok kontol.
Dengan harapan bahwa dengan adanya
pesan tersebut masyarakat, kelompok,
3. Perbedaan Kesiapsiagaan Siswa
atau individu dapat memperoleh
sebelum dan setelah diberikan Edukasi
pengetahuan yang lebih baik.
Menajemen Bencana Gempa Bumi
pada Kelompok Intervensi
Setelah diberikannya edukasi tetang
kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana
gempa bumi pada kelompok kontrol
terdapat perbedaan tingkat pengetahuan
pre-test dan post-test sesuai yang
diharapkan.
Pemberian edukasi salah satunya
Hasil penelitian juga didukung dari
menggunakan metode ceramah dengan
penelitian yang dilakukan Dungga (2014),
alat bantu, misalnya makalah singkat,
dengan hasil yang menunjukkan bahwa ada
slide, sound system dan leaflet. Hal ini
perbedaan nilai rata-rata pre-test dan post-post
terbukti bahwa edukasi sangat efektif dan
test menggunakan metode ceramah serta
efisien serta memberikan pengaruh untuk
membagikan leafleat dan kuesioner.
meningkatkan pengetahuan siswa-siswi
dalam jangka waktu yang singkat dan
sesuai teori yang sudah

Jurnal ILKES (Jurnal Ilmu Kesehatan) Page


6
Vol. 10 No. 1 Juni 2019 kepada beberapa siswa kelompok kontrol.
Hasil wawancara yang yang didapat 5
responden mengatakan kalau sudah
pernah ada yang memberikan penyuluhan
tentang kebencanaan yang dilakukan oleh
ada, selain itu penyampaian materi yang
mahasiswa KKN di Desanya. Sedangkan
menarik dan bahasa penyampaian yang
siswa yang lainnya hanya mendapatkan
disesuaikan dengan tingkat pendidikan,
informasi dari tv atau media sosial, ada
umur.
beberapa responden yang merupakan
korban bencana gempa bumi tahun 2006.
4. Perbedaan Kesiapsiagaan Siswa
sebelum dan setelah diberikan Edukasi
Ada beberapa faktor yang
Menajemen Bencana Gempa Bumi
mempengaruhi pengetahuan seseorang
pada Kelompok Kontrol
ada
Berdasarkan tabel 4 hasil pre test
and post test pada kelompok kontrol duayaitufaktorinternal
diperoleh nilali p-value 0,046 (<0,05)
maka secara statistik ada pengaruh pada (umur,pendidikan,pekerjaan) dan faktor
tingkat pengetahuan pre test and post test eksternal (faktor lingkungan dan sosial
pada kelompok kontrol. Dimana budaya). Hal ini sejalan dengan penelitian
peningkatan yang terjadi pada kelompok Mongkau (2018), bahwa pengetahuan
kontrol dapat disebabkan karena yang baik tentang kesiapsiagaan akan
kelompok kontrol sudah terpapar oleh membentuk perilaku atau sikap yang baik

edukasi mengenai bencana. Oleh sebab mengenai kesiapsiagaan9. Selain itu,

itu, peneliti melakukan wawancara faktor lain yang dapat mempengaruhi


kesiapsiagaan siswa yaitu dari ISSN : 2087-
1287
pengalaman, sosial media dimana

siswa tersebut mampu mengakses


berbagai informasi terkait bencana dan
siswa tersebut merupakan korban
bencana gempa bumi16.

5. Perbedaan Kesiapsiagaan Siswa


Setelah diberikan Edukasi Menajemen
Bencana Gempa Bumi pada Kelompok
Kontrol dan Kelompok Intervensi.

Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa


nilai post-test pada kelompok intervensi
dan kelompok kontrol dengan
menggunakan uji mann-whitney
diperoleh nilai p-value 0,721,

Sedangkan analisis bivariat dengan


menggunakan uji mann whitney untuk
mengetahui pre test pada siswa SMK
antara kelompok intervensi dan kelompok
kontrol didapatkan hasil p=0,949 lebih
besar dari p-value (0,05). Maka secara
statistik tidak ada pengaruh tingkat
kesiapsiagaan pre test dan post-test antara
kelompok intervensi dan kelompok
kontrol. Hal ini karena kelompok

intervensi diberikan edukasi tentang


manajemen bencana gempa bumi
sedangkan kelompok kontrol tidak
diberikan edukasi terkait manajemen
bencana gempa bumi.
Proses pemberian materi dengan kontrol sudah terpapar oleh penyuluhan
metode ceramah dan adanya komunikasi yang dilakakukan di desanya.
dua arah menjadikan materi yang
diberikan mudah diterima. Oleh sebab itu Dari hasil perbedaan yang telh
pada kelompok dijelaskan sebelumnya kesiapsiagaan pre
test and post test pada kelompok
intervensi ada perubahan tingkat intervensi menandakan ada pengaruh
pengetahuan sesudah diberikan edukasi. edukasi tentang kesiapsiagaan dalam
Sedangkan pada kelompok kontrol juga menghadapi gempa bumi di sekolah.
ada perubahan dikarenakan kelompok

Jurnal ILKES (Jurnal Ilmu Kesehatan) Page


7
Vol. 10 No. 1 Juni 2019 Simpulan Dan Saran

Simpulan

Kesimpulan penelitian ini yaitu ada


Hal ini sesuai dengan teori Machfoeds
pengaruh tingkat kesiapsiagaan pre and post
(2009) menyatakan ada berberapa faktor
test pada kelompok kontrol dan kelompok
yang dapat
intervensi. Tidak ada perbedaan tingkat
kesiapsiagaan post test pada kedua
mempengaruhi keberhasilan dalam
kelompok
memberikan edukasi diantaranya adalah
faktor pemateri, sarana prasarana dan
Saran
proses edukasi. Berdasarkan hasil dari
penelitian ini peneliti menyimpulkan
Memasukan materi kesiagaan bencana
bahwa pelaksanaan edukasi dengan
khususnya tentang managemen bencana
menggunakan metode ceramah dengan
gempa bumi sebagai salah satu materi
alat bantu LCD dapat meningkatkan
ataupun kurikulum dalam kegiatan organisasi
pengetahuan dan pemahaman
seperti PMR atau Pramuka.

siswa tentang kesiapsiagaan dalam


menghadapi bencan gempa bumi sehingga DAFTAR PUSTAKA
siswa-siswi dapat mengetahui dan
memahami secara cara jelas mengenai Anies, D. Manajemen Bencana Solusi
upaya yang harus dilakukan sebelum Untuk

bencana, saat bencana dan pasca bencana.


Mencegah dan Mengelola ISSN : 2087-
Bencana: 1287

Yogyakarta.Gosyen.(2018)

BNPB. Buku Pedoman Latihan


Kesiapsiagaan BNPB. Buku Saku Tanggap Tangkas
Tangguh

Bencana Membangun
Kesadaran, Menghadapi Bencana. Jakarta:Graha
BNPB. (2012)
Kewaspadaan Dan Kesiapsiagaan Dalam
Menghadapi Bencana. Jakarta. (2017) Damayati, D. Pengaruh Simulasi Tentang
Cara

Mengahadapi Bencana Dengan


Kemampuan Penanganan Bencana
Gempa Bumi Di SMAN 3 Kediri Vol:5
No:2.(2018)

Dien J.R. Pengaruh Penyuluhan


Kesehatan

Terhadap Kesiapsiagaan Menghadapi


Bencana Gempa Bumi Pada SMP
Kristen Kakaskasen Kota Tomohon. e-
Journal Keperawatan (e-Kp) Volume 3
Nomor 2.(2015)

Dharma, K L. Metodologi Penelitian


Keperawatan (Pedoman Melaksanakan
dan Menerapkan Hasil Penelitian).
Jakarta: Trans Info Media.(2011)

Dungga, L. Pengaruh Penyuluhan Kesehatan


tentang bahaya Obesitas pada Anak Usia
11 Tahun Terhadap Sikap Anak Tentang
Pencegahan Obesitas Di SDN Kledokan
Depok Sleman
Yogyakarta.Skripsi. Mongkau, F. Pengaruh Penyuluhan
Kesehatan

UNRIYO.(2014)
Terhadap Kesiapsiagaan Menghadapi
Bencana Gempa Bumi Di SMP Negeri 5
Konsorsium Pendidikan Bencana
Indonesia.
PSSI.Skripsi. Stikes Graha Medika
Kerangka Kerja Sekolah Siaga Kotamobagu. (2018).
Bencana.Jakarta.(2011)
Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian
Lambas. Modul Ajar Pengintegrasian Kesehatan. Jakaerta: Rineka Cipta
Pengurangan Risiko Gempa Bumi. (2014).
Jakarta: Pusat Kurikulum Badan
Penelitian Dan Pengembangan
Kementrian Pendidikan Nasional. (2009)

Jurnal ILKES (Jurnal Ilmu Kesehatan) Page


8
Vol. 10 No. 1 Juni 2019 ISSN : 2087-
1287

Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan Teori dan

Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta.(2010)

Notoatmodjo S. Metodelogi Penelitian

Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. (2018)

Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan Dan

Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

(2012)

Nursalam & Efendi, F. Pendidikan Dalam

Keperawatan. Jakarta: Salemba

Medika.(2012)

Supartini. Buku Pedoman Latihan Kesiapsiagaan

Bencana Membangun Kesadaran

Kewaspadaan dan Kesiapsiagaan Dalam

Menghadapi Bencana.Jakarta.BNPB.(2017)

Wawan A, & Dewi M. Teori dan Pengukuran

Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia.

Yogyakarta: Nuha Medika.(2010)


Wiarto, G. Tanggap Darurat Bencana Alam.

Yogyakarta: Gosyen.(2017)
Jurnal ILKES (Jurnal Ilmu Kesehatan) Page
9
Jurnal Ilmiah Keperawatan IMELDA Vol. 1, No. 1, Februari
2015

Penelitian

PENGARUH PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA


BANJIR DI DESA PERKEBUNAN BUKIT LAWANG KECAMATAN
BAHOROK TAHUN 2011

2. Mukhtar Effendi Harahap, 2. Muslich Lufti, 3.


Abdul Muthalib 1Alumni Program Pascasarjana
IKM FKM - USU, Medan
2
Staf Pengajar Fakultas Ekonomi USU, Medan
3
Staf Pengajar Universitas Medan Area, Medan

ABSTRACT

Flood preparedness will show the existence of attitudes and knowledge in the face of
disaster and became an important part, especially in areas frequently hit by floods as
the village of Perkebunan Bukit Lawang. flooding potentially occurred in the village of
Perkebunan Bukit Lawang as in 2004. This is because the nature of the slope of the
Bahorok River basin as well as the many people who cut down trees around the river
and a lot of activity in near the river. The purpose of this study to analyze the influence
of knowledge and attitudes towards community preparedness in the face of catastrophic
flooding in the village of Bukit Lawang district Bahorok Plantation. This type of
research is analytical research using explanatory approach. The population in this
study were all heads of families in the village of Perkebunan Bukit Lawang in 2011,
amounting to 740 people to the sample amounted to 89 people drawn at random
proportional sampling. Data obtained through interviews using questionnaires, were
analyzed with multiple logistic regression. The results showed that statistically there is
the influence of knowledge and attitudes towards community preparedness in the face of
catastrophic floods in the village of Perkebunan Bukit Lawang in 2011 Variable attitude
householders provide the most impact to the value of

3. coefficient (21.623). Necessary improvement of environmental health, so people


are not too exploit nature for his life and eventually destroying the forest. Moreover,
given counseling about preparedness in facing the potential hazards that arise in the
area, such as floods. In addition, local governments are also expected to create policies
that support the implementation of the conservation of protected forests and the
prevention of forest destruction in order to prevent the emergence of flood disaster.
Keywords: Preparedness, Flood, Head of Family.

PENDAHULUAN (Bakornas PB, 2007).


Menurut UU RI No.24 Tahun
2007,
Banjir disebabkan oleh air sungai
yang meluap ke lingkungan sekitarnya Kesiapsiagaan adalah
sebagai akibat curah hujan yang tinggi. serangkaian
Banjir dapat merusak rumah dan
fondasinya. Banjir sering membawa kegiatan yang dilakukan
lumpur yang berbau dan dapat menutupi untuk
semua tempat yang dilaluinya setelah
air mereda. mengantisipasi bencana melalui
pengorganisasian serta melalui langkah
Bencana banjir merupakan yang tepat guna dan berdaya guna dan
peristiwa atau rangkaian peristiwa yang kesiapsiagaan menurut Carter (1991)
mengancam adalah tindakan-tindakan yang
memungkinkan pemerintahan,
dan mengganggu kehidupan organisasi, masyarakat, komunitas, dan
dan individu untuk mampu menanggapi
suatu situasi bencana secara cepat dan
penghidupan masyarakat sehingga tepat guna. Termasuk ke dalam tindakan
mengakibatkan timbulnya korban jiwa kesiapsiagaan adalah penyusunan
manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda, dan dampak rencana penanggulangan bencana,
psikologis pemeliharan dan pelatihan personil.

22
Jurnal Ilmiah Keperawatan IMELDA Vol. 1, No. 1, Februari
2015

Bukit Lawang adalah nama


tempat wisata di Kabupaten
Langkat, Provinsi Sumatra Utara
yang terletak 68 km sebelah barat
laut Kota Binjai dan sekitar 80
Keluarga diharapkan memiliki km di sebelah barat laut kota
kemampuan untuk mengatasi banjir, Medan. Bukit Lawang termasuk
karena peran keluarga dalam dalam lingkup Taman Nasional
kesiapsiagaan sangat penting alasannya Gunung Leuser yang merupakan
kepala keluarga berperan dalam daerah konservasi terhadap
menyampaikan informasi bagi mawas dan orang utan. Oleh
keluargannya, mengambil keputusan yang karena itu, daerah ini sangat
penting
cepat dapat memengaruhi anggota
keluarganya dan juga kepala keluarga untuk konservasi serta
sebagai sumber dukungan sosial bagi pariwisata. Jika daerah ini rusak,
keluargannya. Akibat pengaruhnya semua maka komunitas orang utan akan
ucapan, tingkah laku dan tindakannya berkurang dan mungkin punah
akan dijadikan panutan serta pendapatan daerah dari
sektor pariwisata Bukit Lawang
akan berkurang (Pemprovsu,
oleh keluargannya (Effendi, 2009).
2004).
Kemampuan yang harus dimiliki kepala
keluarga sebagai wujud dari
kesiapsiagaan adalah mempunyai Banjir bandang melanda
pengetahuan dan sikap terhadap bencana kawasan wisata Desa Perkebunan
seperti ketrampilan pertolongan pertama, Bukit Lawang, Kecamatan
menggerakkan anggota keluarga untuk Bahorok, Kabupaten Langkat,
mengikuti latihan dan Sumatera

keterampilan evakuasi, menyiapkan


kebutuhan makanan dan tahan lama,
menyiapkan kotak P3K dirumah (LIPI,
2006).

Kesiapsiagaan menghadapi banjir


akan menunjukkan adanya sikap dan
pengetahuan dalam menghadapi bencana
dan ini semakin menjadi bagian penting
khususnya di daerah yang seringkali
dilanda bencana banjir seperti Desa
Perkebunan Bukit Lawang. Hasil
pengamatan dan informasi dari kepala
desa bahwa banyak keluarga yang tidak
siap menghadapi bencana banjir, kondisi
rumah tangga di atas mencerminkan
kemampuan yang rendah atau tidak
mempunyai kemampuan untuk
menanggapi bencana (tidak memiliki
kesiapsiagaan bencana).
dilakukan penelitian tentang
pengaruh

pengetahuan dan sikap terhadap


kesiapsiagaan masyarakat dalam
Utara pada tanggal 3 November 2004 yang
menghadapi bencana banjir di Desa
menewaskan sedikitnya 92 orang tewas dan 154
Perkebunan Bukit Lawang Kecamatan
orang hilang di Bukit Lawang itu. Hal ini sangat
Bahorok tahun 2011.
memprihatinkan bukan saja dari segi jumlah
korban jiwa, juga kerusakan hutan lindung yang
disebabkan banjir bandang tersebut yang
menyebabkan areal hutan lindung menjadi 23
semakin sempit (Basarnas Sumatera Utara, 2005).

Penyebab utama terjadinya banjir bandang


adalah karakter alam hulu sub DAS (Daerah
Aliran Sungai) Bohorok yang memiliki
kemiringan lahan lebih dari 60 % (persen), peka
longsor dengan erosi lokal tipe parit, ditambah
curah hujan yang sangat tinggi selama 2 (dua) hari
sebelum kejadian yaitu 5 - 10 kali diatas normal,
atau 50 - 100

4. per hari (kondisi normal 2100 - 5100 mm per


tahun). Sedangkan faktor yang menyebabkan
timbulnya korban jiwa cukup tinggi adalah tata
letak bangunan fasilitas wisata (penginapan,
restoran, dan hotel) dan bangunan pemukiman di
lokasi kejadian berada di bantaran sungai, bahkan
ada yang memasuki badan sungai, serta waktu
kejadian pada malam hari (Fathoni, 2005).

Dari hasil survei awal yang dilakukan di Desa


Perkebunan Bukit Lawang yang

memiliki luas wilayah 32,26 km2, dengan jumlah


kepala keluaraga sekitar 740 kepala keluarga dan
mayoritas penduduknya memiliki rumah yang
terletak tepat di pinggir sungai dan bahkan ada
yang berada di atas sungai, terutama di Sungai
Bahorok. Aktifitas penduduk Desa Perkebunan
Bukit Lawang juga terkonsentrasi di sungai dekat
rumah mereka didirikan, seperti halnya mandi,
cuci, kakus, pariwisata, serta bermain anak-anak.

Umumnya penduduk menggantungkan hidupnya


dari alam (hutan dan sungai) dan beberapa dari
pariwisata (Taman Koservasi Orang Utan).

Terkait dengan kesiapsiagaan rumah tangga


menghadapi banjir dapat dipengaruhi oleh faktor
pengetahuan dan sikap masyarakat sehingga
dipandang penting
Jurnal Ilmiah Keperawatan IMELDA Vol. 1, No. 1, Februari
2015

Metode Penelitian Jenis


Penelitian Penelitian ini
dilaksanakan dalam bentuk

survei dengan menggunakan


Tujuan Penelitian pendekatan explanatory research
yaitu penelitian yang
Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan hubungan antara
menganalisis pengaruh pengetahuan dan variabel-
sikap terhadap kesiapsiagaan masyarakat
dalam menghadapi bencana banjir di variabel melalui pengujian
Desa Perkebunan Bukit Lawang hipotesa (Singarimbun, 1996).
Kecamatan Bahorok tahun 2011. Explanatory research untuk
menganalisis pengaruh antara
variabel independen yaitu
Hipotesis pengaruh pengetahuan dan sikap
terhadap variabel dependen yaitu
kesiapsiagaan masyarakat dalam
Adapun hipotesis pada penelitian ini
menghadapi bencana banjir di
adalah ada pengaruh pengetahuan dan
Desa Perkebunan Bukit Lawang
sikap terhadap kesiapsiagaan masyarakat
Kecamatan Bahorok.
dalam menghadapi bencana banjir di
Desa Perkebunan Bukit Lawang
Kecamatan Bahorok tahun 2011.
Lokasi dan Waktu Penelitian

Kerangka Konsep Penelitian ini dilaksanakan


di Desa Perkebunan Bukit
Lawang Kecamatan Bahorok
Berdasarkan teori yang telah
Kabupaten Langkat.
dijelaskan, maka kerangka konseptual
penelitian ini dikutip dari Green (1968)
adalah sebagai berikut: Waktu Penelitian
dilaksanakan selama 1 bulan,
terhitung dari Bulan November
2011 sampai Bulan Desember
Pengetahuan 2011.
Kesiapsiagaan

Masyarakat dalam Populasi dan Sampel


Populasi pada penelitian
Menghadapi Banjir ini adalah

Sikap
8,40

n = 88,1
dibulatkan menjadi 89
seluruh kepala keluarga (KK) di Desa Perkebunan
Bukit Lawang tahun 2011. Berdasarkan data yang
diperoleh dari Kantor Kepala Desa Perkebunan
Bukit Lawang serta Kantor Kecamatan Bahorok, Metode Pengumpulan Data
KK di Desa Bukit lawang berjumlah 740 KK dan
tersebar di 7 Dusun. Metode pengumpulan data primer
dalam penelitian ini melalui observasi dan
Pengambilan sampel dilakukan dengan wawancara langsung dengan kepala
keluarga Desa Perkebunan Bukit Lawang
Kecamatan Bahorok yang berpedoman
cara proportional random sampling sehingga pada kuesioner yang telah dipersiapkan.
setiap dusun memiliki wakil yang dipilih secara Kuesioner itu telah diuji validitas dan
random dengan simple radom sampling. Besarnya reliabilitas.
sampel adalah 89 KK, yang ditentukan dengan
menggunakan rumus yang dikutip oleh
Data sekunder diperoleh dari Kantor
Notoadmodjo (2003), yaitu:
Kepala Desa Perkebunan Bukit Lawang,
Puskesmas dan Kantor Kecamatan
Bahorok, yaitu tentang gambaran umum
n= N Desa Bukit Lawang serta data daerah
yang rawan bencana banjir.
1+ N (d 2 )

Keterangan:

n = Besarnya sampel diinginkan N = 24


Populasi (740)
d = Tingkat kepercayaan (0,1) Perhitungan:

N
n=

1+ N (d 2 )

740

n=

1+ 740(0,01)

740
n=
Jurnal Ilmiah Keperawatan IMELDA Vol. 1, No. 1, Februari
2015

Hasil Penelitian Karakteristik


Responden
Berdasarkan hasil
penelitian, distribusi
Variabel Independen
karakteristik responden, yaitu
5. Pengetahuan adalah pemahaman umur, pendidikan dan pekerjaan.
kepala keluarga di Desa Perkebunan
Bukit Kecamatan Bahorok tentang
informasi kesiapsiagaan di rumah
tangga dalam menghadapi banjir.

6. Sikap adalah kecenderungan kepala


keluarga di Desa Perkebunan Bukit
Kecamatan Bahorok untuk
memberikan respon tentang tindakan
yang harus dilakukan apabila akan
terjadi bencana banjir, bersikap
positif atau negatif.

Variabel Dependen

Variabel dependen adalah


kesiapsiagaan masyarakat dalam
menghadapi bencana banjir.

Metode Pengukuran
Dalam penelitian ini instrumen
yang

digunakan adalah daftar pertanyaan


(kuesioner) untuk wawancara langsung
dengan responden.

Metode Analisis Data


Analisis dalam penelitian ini
meliputi:

6. Analisis Univariat
7. Analisis Bivariat
8. Analisis Multivariat
PNS/BUMN 18 20,2
Pegawai swasta 9 10,1

Tabel 1. Karakteristik Responden Analisis Univariat


Jumlah
Variabel Analisis univariat digunakan dalam
Penelitian (%) penelitian ini untuk melihat gambaran
secara tunggal masing-masing variabel
(N) penelitian, baik variabel independen
(pengetahuan dan sikap responden) dan
Umur
variabel dependen (kesiapsiagaan
< 25 tahun 4 4,5 menghadapi bencana banjir).
25 – 35 tahun 60 67,4
> 35 tahun 25 28,1 Distribusi Frekuensi Pengetahuan
Responden
Pendidikan
SD 14 15,7 Persentase jawaban responden per
item pernyataan diperoleh persentase
SMP 29 32,6
responden yang menjawab “Tahu”
SMA 37 41,6 tertinggi pada pernyataan “Tahu
pengertian banjir”, yaitu 64%, sedangkan
Akademi/PT 9 10,1 persentase responden yang menjawab
“Tidak tahu” tertinggi pada pertanyaan
Pekerjaan
“Tahu cara membuat rencana evakuasi”,
Wiraswasta 62 69,7 yaitu 64%. Persentase per item pernyataan
dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.

Tabel 2. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Pengetahuan

Tahu Tidak Tahu Total


Pertanyaa
n

F % F % F %

1. 57 64 32 36 89 100

2. 47 52,8 42 47,2 89 100

3. 46 51,7 43 48,3 89 100

4. 48 53,9 41 46,1 89 100

5. 42 47,2 47 52,8 89 100

6. 58 65,2 31 34,8 89 100

7. 48 53,9 41 46,1 89 100

8. 39 43,8 50 56,2 89 100


9. 48 53,9 41 46,1 89 100

10. 40 44,9 49 55,1 89 100

11. 54 60,7 35 39,3 89 100

12. 46 51,7 43 48,3 89 100

13. 46 51,7 43 48,3 89 100

14. 55 61,8 34 38,2 89 100

25
Jurnal Ilmiah Keperawatan IMELDA Vol. 1, No. 1, Februari
2015

15. 48 53,9 41 46,1 89 100

16. 41 46,1 48 53,9 89 100

17. 46 51,7 43 48,3 89 100

18. 32 36 57 64 89 100

19. 53 59,6 36 40,4 89 100

20. 42 47,2 47 52,8 89 100

Tabel 3. Distribusi Frekuensi pernyataan “Membersihkan rumah pasca


Pengetahuan Responden dalam banjir”, yaitu 32,8%, persentase
Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana responden yang menjawab “Kurang
Banjir setuju” tertinggi pada pertanyaan
“Kesepakatan keluarga berpartisipasi
dalam simulasi evakuasi”, yaitu 58,4%,
Pengetahuan Kepala Jumlah
sedangkan persentase responden yang
No menjawab “Tidak setuju” tertinggi pada

Keluarga f %
pernyataan “Pentingnya kesiapsiagaan
1 Baik 36 40,4 keluarga dalam menghadapi banjir”, yaitu
78,7%. Persentase per item pernyataan
2 Tidak Baik 53 59,6 dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini:

Distribusi Frekuensi Sikap Responden

Persentase jawaban responden per


item pernyataan diperoleh persentase
responden yang menjawab “Setuju”
tertinggi pada

Tabel 4. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Sikap Responden


Pertanyaa
n Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju Total

f % f % f %

1. 23 25,8 35 39,3 31 34,8 89 100

2. 12 13,5 24 27 53 59,6 89 100


3. 22 24,7 31 34,8 36 40,4 89 100

4. 17 19,1 38 42,7 34 38,2 89 100

5. 22 24,7 11 12,4 56 62,9 89 100

6. 18 20,2 14 15,7 57 64 89 100

7. 18 20,2 16 18 55 61,8 89 100

8. 11 12,4 8 9 70 78,7 89 100

9. 19 21,3 6 6,7 64 71,9 89 100

10. 8 9 52 58,4 29 32,6 89 100

11. 18 20,2 12 13,5 59 66,3 89 100

12. 18 20,2 9 10,1 62 69,7 89 100

13. 34 38,2 33 37,1 22 27,7 89 100

14. 15 16,9 17 19,1 57 64 89 100

15. 14 15,7 21 23,6 54 60,7 89 100

16. 20 22,5 12 13,5 57 64 89 100

17. 15 16,9 9 10,1 65 73 89 100

18. 20 22,5 6 6,7 63 70,8 89 100

19. 11 12,4 37 41,6 41 46,1 89 100

20. 28 31,5 36 40,4 25 28,1 89 100

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Sikap Distribusi Frekuensi Kesiapsiagaan


Responden dalam Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana Banjir
Menghadapi Bencana Banjir
Persentase jawaban responden per
Jumlah item pernyataan diperoleh persentase
Sikap Kepala responden yang menjawab “Ya” tertinggi
No Keluarga pada pernyataan “Pernah mengikuti
f % latihan dan ketrampilan evakuasi”, yaitu
77,5%, persentase responden yang
1 Positif 34 38,2 menjawab “Tidak” tertinggi pada
pertanyaan “Mampu melakukan
2 Negatif 55 61,8 pertolongan pertama”, yaitu

26
Jurnal Ilmiah Keperawatan IMELDA Vol. 1, No. 1, Februari
2015

67,4%. Persentase per item pernyataan dapat dilihat pada tabel 6 berikut ini:
Tabel 6. Distribusi Jawaban Respon- Dala
Responden Mengenai Kesiapsiagaan den m
Menghadapi Banjir
Pertanyaa
n Ya Tidak Total

f % f % f %

1. 58 65,2 31 34,8 89 100

2. 48 53,9 41 46,1 89 100

3. 29 32,6 60 67,4 89 100

4. 69 77,5 20 22,5 89 100

5. 57 64 32 36 89 100

6. 43 48,3 46 51,7 89 100

7. 44 49,4 45 50,6 89 100

8. 66 74,2 23 25,8 89 100

9. 32 36 57 64 89 100

10. 52 58,4 37 41,6 89 100

11. 51 57,3 38 42,7 89 100

12. 50 56,2 39 43,8 89 100

13. 32 36 57 64 89 100

14. 61 68,5 28 31,5 89 100

15. 37 41,6 52 58,4 89 100

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Banjir


Kesiapsiagaan Responden dalam
Menghadapi Bencana Banjir 1 Siap 32 36
2 Tidak Siap 57 64
Kesiapsiagaan Jumlah
No Menghadapi Bencana f %
Analisis Bivariat
banjir dapat dilihat dengan menggunakan
Analisis bivariat digunakan dalam tabulasi silang dan analisis bivariat
penelitian ini untuk melihat hubungan dengan menggunakan uji chi square.
variabel independen (pengetahuan dan Hasil analisis ini diperoleh persentase
sikap kepala keluarga) dan variabel pengetahuan kepala keluarga yang baik
dependen (kesiapsiagaan dalam tertinggi pada kepala keluarga yang siap
menghadapi bencana banjir) pada dalam menghadapi bencana banjir, yaitu
penelitian ini. Pada analisis ini, digunakan 58,3% dibandingkan kepala keluarga
uji Chi Square dengan tingkat yang tidak siap, yaitu 41,7%. Persentase
kepercayaan 95% dengan kriteria model pengetahuan kepala keluarga yang tidak
analisis multivariate (p<0,25). baik tertinggi pada kepala keluarga yang
tidak siap dalam menghadapi bencana
banjir, yaitu 79,2% dibandingkan kepala
Hubungan Pengetahuan Kepala keluarga yang siap, yaitu 20,8%.
Keluarga
Selain itu, hasil analisis bivariat
dengan Kesiapsiagaan Menghadapi dengan uji chi square didapat nilai p =
Bencana Banjir 0,001, artinya ada hubungan yang
signifikan antara

Hubungan pengetahuan responden


dengan kesipasiagaan menghadapi pengetahuan terhadap kesiapsiagaan
bencana responden dalam menghadapi bencana
banjir di Desa Perkebunan Bukit Lawang
Kecamatan Bahorok tahun 2011. Selain
itu, variabel pengetahuan juga masuk ke
dalam model analisis multivariat karena
memiliki nilai p < 0,25 seperti terlihat
pada tabel 8 berikut.

Tabel 8. Hubungan Pengetahuan Respon-den terhadap Kesiapsiagaan Menghadapi


Bencana Banjir
Kesiapsiagaa
n

Total
Pengetahuan Kepala
Keluarga Tidak Siap Siap P Value

f % f % f %
Tidak Baik 42 79,2 11 20,8 53 100 0,001

27
Jurnal Ilmiah Keperawatan IMELDA Vol. 1, No. 1, Februari
2015

Baik 15 41,7 21 58,3 36 100

Hubungan Sikap Kepala Keluarga pada kepala keluarga yang tidak siap
dengan Kesiapsiagaan Menghadapi dalam menghadapi bencana banjir, yaitu
Bencana Banjir 89,1% dibandingkan kepala keluarga
yang siap, yaitu 10,9%.
Hubungan sikap responden dengan
kesipasiagaan menghadapi bencana banjir Selain itu, hasil analisis bivariat
dapat dilihat dengan menggunakan dengan uji chi square didapat nilai p =
tabulasi silang dan analisis bivariat 0,001, artinya ada hubungan yang
dengan menggunakan uji chi square. signifikan antara sikap terhadap
Hasil analisis ini diperoleh persentase kesiapsiagaan responden dalam
sikap kepala keluarga yang positif menghadapi bencana banjir di Desa
tertinggi pada kepala keluarga yang siap Perkebunan Bukit Lawang Kecamatan
dalam menghadapi bencana banjir, yaitu Bahorok tahun 2011. Selain itu, variabel
76,5% dibandingkan kepala keluarga sikap juga masuk ke dalam model analisis
yang tidak siap, yaitu 23,5%. Persentase multivariat karena memiliki nilai p <
sikap kepala keluarga yang negatif 0,25. Hasil analisis tersebut dapat dilihat
tertinggi pada tabel di bawah ini.

Tabel 9. Hubungan Sikap Responden terhadap Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana


Banjir

Kepala Keluarga
Tidak Siap Siap Total
P Value

f % f % f %

Negatif 49 89,1 6 10,9 55 100 0,001


2
Positif 8 23,5 6 76,5 34 100

Variabel df P R
Analisis Multivariat Squar
Value e
0,000
Tabel 10. Uji Kecocokan Model Regresi Step 1 45,366 2 * 0,548
Logistik Berganda
0,000
Block 45,366 2 *
terbentuk sudah cocok untuk menjelaskan
0,000 pengaruh pengetahuan dan sikap terhadap
Model 45,366 2 *
kesiapsiagaan masyarakat dalam
menghadapi bencana banjir di Desa
* = Signifikan Perkebunan Bukit Lawang Kecamatan
Bahorok. Selain itu, nilai R Square =
0,548 atau di atas 50%, artinya model
Berdasarkan hasil uji kecocokan di
yang terbentuk sudah kuat menjelaskan
atas, terlihat bahwa nilai p pada omnibus
pengaruh tersebut.
tests of model coefficients adalah 0,000
atau (p<0,05). Hasil tersebut
memperlihatkan bahwa model regresi Pada penelitian ini, variabel
logistik berganda yang independen yang memenuhi kriteria
kemaknaan statistik (p< 0,25)
dimasukkan ke dalam model, yaitu
pengetahuan dan sikap kepala keluarga.
Hasil dari analisis multivariat dengan uji
regresi logistik berganda dapat dilihat
pada tabel 11.

Tabel 11. Pengaruh Pengetahuan dan Sikap terhadap Kesiapsiagaan Responden dalam
menghadapi Bencana Banjir

Variabel B (Koef S.E


Wald P Value
Regresi)

Pengetahuan 3,416 0,608 4,081 0,043*

Sikap 21,623 0,608 25,552 0,001*

Constant 0,077 0,530 23,382 0,001*

Berdasarkan tabel 11 di atas dapat kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana


diketahui ada dua variabel penelitian, banjir di Desa Perkebunan Bukit Lawang
yaitu pengetahuan dan sikap kepala Tahun 2011. Variabel dominan yang
keluarga yang memiliki pengaruh (p < memiliki pengaruh paling besar terhadap
0,05) terhadap

28
Jurnal Ilmiah Keperawatan IMELDA Vol. 1, No. 1, Februari
2015

bencana banjir tergolong rendah.


Hal ini terlihat pada rendahnya
pengetahuan mereka mengenai
dimana tempat memperoleh info
tentang banjir, cara penyimpaan
dalam dokumen penting saat banjir,
kesiapsiagaan menghadapi bencana barang penting apa yang dibawa
saat banjir, serta cara berperilaku
banjir Perkebunan hidup bersih dan sehat selaras
di Desa Bukit Lawang dengan alam sehingga mampu
mencegah banjir.
karen
adalah sikap kepala keluarga, a
Masyarakat Desa
memilik Perkebunan Bukit Lawang juga
i nilai koefisien regresi (β) yang harus memahami tentang
penyebab banjir bandang yang
paling besar, yaitu 21,623. sebenarnya yaitu terjadinya
bendungan di hulu sungai akibat
dari erosi dan abrasi tebing
Berdasarkan hasil analisis multivariat gunung ke daerah sungai dan
di atas, maka dapat diketahui model timbunan pepohonan yang jatuh
persamaan kearah sungai di kedua sisi
tebing sehingga membentuk
bendungan, sehingga pada saat
regresi logistik adalah sebagai berikut : hujan turun air tertahan di
Rumus uji regresi logstik dapat kita lihat bendungan oleh rebahan batang
di bawah ini (Yasril, 2009): pohon dan lama-kelamaan air
seperti membentuk danau, seiring
perjalanan waktu dan
P= 1 bertambahnya volume air karena
e(0,773,416X 1 21.623X 2) hujan mengakibatkan pecahnya
bendungan sehingga air bah
mengalir deras bersama dengan
Keterangan: kayu gelondong yang terbawa
arus sehingga menghancurkan
P = Peluang kesiapsiagaan perumahan penduduk, hotel,
dalam menghadapi bencana kios, ruko dan jatuhnya korban
banjir X1 = Pengetahuan jiwa yang cukup banyak.

X2 = Sikap

PEMBAHASAN

Pengetahuan Kepala Keluarga dalam


Menghadapi Bencana Banjir

Pengetahuan masyarakat di Desa


Perkebunan Bukit Lawang tentang
bencana adalah karena kekurangan
kesiapsiagaan rumah tangga.

Sikap Kepala Keluarga dalam Menghadapi


Bencana Banjir

Sikap masyarakat di Desa Perkebunan Bukit


Lawang tergolong rendah sesuai dengan penelitian
ini. Hal ini terlihat pada rendahnya sikap mereka 2
bahwa daerah mereka tinggal adalah rawan banjir, 9
tidak menyimpan bahan makanan sebagai
persediaan saat banjir, menganggap tidak penting
kesiapsiagaan menghadapi bencana dan tidak
memiliki kesiapan evakuasi saat terjadi bencana
yang dapat datang tiba-tiba. Masyarakat juga
kurang menyadari akibat dari penebangan pohon
secara liar yang dilakukan masyarakat saat
sebelum terjadinya banjir bandang, hal ini juga

mencerminkan bahwa kurangnya kesadaran


masyarakat akibat yang akan ditimbulkan.

Kesiapsiagaan dalam Menghadapi Bencana


Banjir

Masyarakat di Desa Perkebunan Bukit


Lawang umumnya tidak siap dalam mengahadapi
bencana banjir yang berpotensi terjadi di desa
mereka. Hal ini dikarenakan mereka belum
memiliki kesiapsiagaan dalam menghadapi
bencana banjir yang meliputi rendahnya
kemampuan mengenali bencana yang berpotensi
terjadi di lingkungan tempat tinggal, kemampuan
mengenali tanda-tanda akan terjadinya bencana,
dan kesadaran untuk mengelola lingkungan
tempat tinggal yang ramah bencana.
Ketidaksiapan dalam rumah tangga untuk
menghadapi banjir akan menimbulkan kerugian
bagi rumah tangga berupa rusaknya perabot-
perabot, televisi, kulkas, mesin cuci dan juga
terendamnya dokumen-dokumen penting.

Seperti disampaikan oleh Syamsul Ma‟arif


dalam pengantarnya pada Buku Pedoman
Penanggulangan Bencana Banjir (2007/2008),
salah satu penyebab timbulnya korban jiwa dan
kerusakan/kerugian akibat
Jurnal Ilmiah Keperawatan IMELDA Vol. 1, No. 1, Februari
2015

menentukan tempat mengungsi.


Mereka juga

tidak mengetahui perlunya


memiliki peralatan-peralatan
Pengaruh Pengetahuan terhadap
dalam mengantisipasi banjir,
Kesiapsiagaan Masyarakat
banyak keluarga yang tidak
Menghadapi Bencana Banjir
menyimpan kotak P3K, tidak
menyimpan dokumen-dokumen
Berdasarkan tabel 8 dapat kita lihat penting dalam tas yang
bahwa persentase pengetahuan kepala dipersiapkan untuk dibawa ke
keluarga yang baik tertinggi pada kepala tempat pengungsian. Hal ini
keluarga yang siap dalam menghadapi terjadi karena selama ini
bencana banjir. Persentase pengetahuan informasi tentang pengetahuan
kepala keluarga yang tidak baik tertinggi ini memang masih terbatas,
pada kepala keluarga yang tidak siap bahkan untuk mereka yang
dalam menghadapi bencana banjir. Hasil
analisis bivariat menunjukkan adanya
berpendidikan menengah dan
hubungan antara pengetahuan terhadap
tinggi
kesiapsiagaan responden dalam
menghadapi bencana banjir di Desa
Perkebunan Bukit Lawang. sekalipun.

Juga kita lihat hasil analisis


multivariat dengan nilai p=0,043 (p < Pengaruh Sikap terhadap
0,05). Artinya, variabel pengetahuan Kesiapsiagaan Masyarakat
memiliki pengaruh terhadap Menghadapi Bencana Banjir
kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana
banjir di Desa Perkebunan Bukit Lawang Berdasarkan tabel 9 dapat
Tahun 2011. juga kita lihat hasil analisis
multivariat dengan nilai p=0,001
Pengetahuan kepala keluarga di Desa (p < 0,05). Artinya, variabel
Perkebunan Bukit Lawang yang rendah sikap memiliki pengaruh
terutama pada aspek tindakan yang harus terhadap kesiapsiagaan dalam
dilakukan untuk mengantisipasi menghadapi bencana banjir di
timbulnya banjir, keluarga tidak Desa Perkebunan Bukit Lawang
mengetahui keharusan Tahun 2011. Selain itu, variabel
sikap juga merupakan
keputusa
untuk membuat n mengenai
tempa darura
t evakuasi dalam keadaan t
terjad
banjir, sehingga pada saat i banjir
meras
keluarga a kebingungan untuk
a. Masyarakat di Desa perkebunan
Bukit Lawang diharapkan mau dan
aktif mencari informasi dan
pengetahuan tentang cara membuat
rencana evakuasi saat bencana banjir
variabel yang dominan memengaruhi datang serta dampak yang
kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana banjir ditimbulkannya untuk mengurangi
di Desa Perkebunan Bukit Lawang dengan nilai β resiko terjadinya korban (jiwa, harta
= 21,623. dan benda).

b. Masyarakat di Desa Perkebunan


Sesuai dengan pendapat Notoadmodjo (2005), Bukit Lawang agar memiliki sikap
mengemukakan sikap dapat bersifat positif dan yang positif
dapat bersifat negatif. Pada sikap positif
kecenderungan tindakan adalah mendekati, terhadap kesiapsiagaan dalam
menyenangi, mengharapkan objek tertentu, menghadapi bencana banjir seperti
sedangkan pada sikap negatif terdapat mengikuti pelatihan evakuasi yang
kecenderungan untuk menjauhi, menghindar, diberikan pemerintah.
membenci, tidak menyukai objek tertentu.
c. Masyarakat di Desa Perkebunan
Bukit Lawang yang tinggal di daerah
Kesimpulan dan Saran Kesimpulan bantaran

a. Pengetahuan kepala keluarga di Desa 30


Perkebunan Bukit Lawang terhadap
kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana
banjir tidak baik berjumlah 59,6 % (53
Responden)

b. Sikap kepala keluarga umumnya negatif yaitu


61,8 % (55 Responden) dalam

kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir di


desa Perkebunan Bukit Lawang.

c. Pengetahuan dan sikap kepala keluarga


memilikipengaruhterhadap

kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi


bencana banjir di Desa Perkebunan Bukit
Lawang.

Sikap kepala keluarga memiliki pengaruh


yang paling dominan dalam

kesiapsiagaan masyarakat menghadapi bencana


banjir.

SARAN
Jurnal Ilmiah Keperawatan IMELDA Vol. 1, No. 1, Februari
2015

Jakarta.

Basarnas Provinsi Sumatera


Utara. (2005).
sungai sebaiknya mengikuti anjuran Banjir Bandang di Bukit
pemerintah daerah setempat agar Lawang 3
tidak membangun rumah dan kios
serta tinggal di bantaran sungai.
November 2004. Medan.
d. Masyarakat Desa perkebunan Bukit Dibyosaputro. (1998).
lawang agar mengikuti penyuluhan Penanggulangan
dan pelatihan yang diberikan
pemerintah

tentang kesiapsiagaan dalam


mengahadapi bahaya banjir seperti
pelatihan evakuasi dan persiapan
pertolongan pertama di setiap Rumah
Tangga.

DAFTAR PUSTAKA

Anung, G. (2002). Modifikasi Rumah


Tinggi

Sebagai Strategi Mengatasi


Tekanan
Lingkungan. Medan: Program
Pasca
Sarjana USU
Bakornas PB. (2007).
Pedoman

Penanggulangan Banjir Tahun


2007-2008. Jakarta.
Bappenas. (2007). Peluncuran
Buku

Rencana Aksi Nasional


Pengurangan
Resiko Bencana Tahun 2006-
2009.
Bencana Banjir. Jakarta.

Fathoni, Tachrir. (2005). Banjir Bandang di


Kawasan Wisata Bukit Lawang. Pusat
Informasi Kehutanan. Jakarta

LIPI–UNESCO/ISDR. (2006). Kajian

Kesiapsiagaan Masyarakat dalam


Mengantisipasi Bencana Gempa Bumi

& Tsunami. Jakarta: Deputi Ilmu


Pengetahuan Kebumian Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia.
Ma‟mun. (2007). Mengurai Ancaman Banjir
Jakarta. Jakarta: Pustaka Cerdasindo.

Mistra. (2007). Antisipasi Rumah di Daerah


Rawan Banjir. Jakarta: Griya Kreasi.

Notoadmodjo, Soekidjo. (1993). Promosi


Kesehatan, Teori dan Aplikasi. Cetakan
Pertama. Jakarta: Rineka Cipta.

Priyanto. Agus. (2006). Promosi Kesehatan Pada


Situasi Emergensi. Edisi 2. Jakarta Susanto.
(2006). Disaster Manajemen di Negeri Rawan
Bencana. Cetakan Pertama. Jakarta: Aksara
Grafika

Pratama.
Syamsul, Ma‟arif. (2008). Pedoman
Penanggulangan Bencana Banjir.
Jakarta.

Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 tentang


Penanggulangan Bencana. (2007). Jakarta
31

PEMULIHAN PTSD ANAK-ANAK KORBAN BENCANA TANAH


LONGSOR DENGAN PLAY THERAPY

Mukhadiono, Widyo Subagyo, Wahyudi

Poltekkes Semarang Prodi Keperawatan Purwokerto

email: mukhadiono@gmail.com

ABSTRACT

Children as victims susceptible to Post Traumatic Stress Disorders (PTSD)


deserve serious treatment so that the impact is not prolonged and can hinder
development. One form of intervention that can be applied namely play therapy.
This research aims to determine the PTSD symptom and effect of play therapy on
PTSD at the children victims of landslide in Banjarnegara Regency. Research
design using quasy experimental pre-posttest with control group. The sample was
children victims of landslide aged 4-12 years who experience post-disaster
psychological disorders. Sampling method used total sampling. Data analysis used
pair t test. The results showed there were significant differences in scores PTSD
before and after the play therapy (p 0.001) in the intervention group. In the control
group there was no significant difference in score of PTSD before and after the
play therapy (p 0.163). The play therapy was recommended to manage the
psychological impact of disaster on childeren, and their neighborhood may
participate in providing toys wihic are suitable for the local cultures.

Keywords: PTSD, play therapy; disaster; trauma

ABSTRAK

Anak sebagai korban bencana yang rentan mengalami Post Traumatic Stress
Disorder (PTSD) perlu mendapat penanganan yang serius agar akibat yang
ditimbulkan tidak berkepanjangan dan dapat menghambat perkembangannya.
Salah satu bentuk intervensi yang dapat diterapkan yaitu terapi bermain (play
therapy). Penelitian ini bertujuan mengetahui gejala PTSD dan pengaruh play
therapy terhadap PTSD pada anak-anak korban bencana tanah longsor di
Kabupaten Banjarnegara. Desain penelitian menggunakan quasy experiment pre
posttest with control group. Sampel penelitian ini adalah pada anak-anak korban
bencana tanah longsor usia 4-12 tahun yang mengalami gangguan psikologis
pasca bencana. Metode sampling yang digunakan adalah total sampling. Analisis
data dengan pair t test. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan
signifikan kelompok intervensi dengan skor PTSD sebelum dan sesudah play
therapy (p 0,001). Pada kelompok kontrol tidak terdapat perbedaan signifikan
skor PTSD sebelum dan sesudah play therapy (p 0,163). Saran penelitian adalah
terapi bermain dapat dijadikan sebagai salah satu program penanganan dampak
psikologis anak korban bencana, dan lingkungan tempat tinggal anak perlu
menyediakan sarana permainan untuk anak yang disesuaikan budaya setempat.

Kata kunci: PTSD, play Theray


Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 11, No.1,
Maret 2016
(Flannery, 1999). Umumnya PTSD
dapat disembuhkan dan prinsip
pertolongan pada korban bencana
yang mengalami PTSD adalah
PENDAHULUAN berupa pendampingan pada korban
untuk mengembalikan kondisi seperti
sediakala (NICE, 2005, dalam
Bencana tanah longsor yang melanda Mashar, 2011).
Dusun Jemblung, Desa Sampang,
Kecamatan Karangkobar, Kabupaten
Banjarnegara pada hari Jumat, 12 Anak sebagai korban bencana
Desember 2014 menimbun sekitar 35 yang rentan mengalami PTSD, perlu
rumah, mengakibatkan kerugian mendapat penanganan yang serius
harta benda dan korban jiwa. Data agar
Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB) menyebutkan tidak akibat yang ditimbulkan
kurang dari 95 orang ditemukan tidak
tewas dan 13 orang dinyatakan
hilang (Tempo Online, 22 Desember
2014).

Bencana yang terjadi di


Kabupaten Banjarnegara
menimbulkan dampak psikologis
yang tidak ringan bagi warga di
daerah bencana. Laporan Badan
Penelitian dan Pengembangan Jawa
Tengah (2008), menyebutkan bahwa
korban bencana seringkali secara
psikologis terjangkit gangguan stres
pasca trauma/bencana yang pada
umumnya dalam dunia kesehatan
disebut post traumatic stress
disorder (PTSD).

PTSD pada umumnya dapat


disembuhkan apabila segera dapat
terdeteksi dan mendapatkan
penanganan yang tepat. Apabila tidak
terdeteksi dan dibiarkan tanpa
penanganan, maka dapat
mengakibatkan komplikasi medis
maupun psikologis yang serius yang
bersifat

permanen yang akhirnya akan


mengganggu kehidupan sosial
maupun pekerjaan penderita
eksplorasi terhadap dirinya baik
perasaan, pikiran, pengalaman,
maupun tingkah laku, karena anak
tidak berhadapan langsung dengan
berkepanjangan dan menghambat kondisi yang mengingatkan pada
perkembangannya. Anak-anak trauma yang dialami namun hanya
korban bencana memiliki menggunakan materi-materi yang
karakteristik yang khas, sehingga bersifat simbolik (Landreth, 2001).
memerlukan bentuk-bentuk Jadi, terapi bermain yang diterapkan
pada anak yang mengalami gangguan
intervensi yang sesuai dengan stres pasca bencana bertujuan untuk
menurunkan gangguan tersebut
karakteristik dan tahap dengan membantu anak belajar
perkembangannya agar gangguan menerima diri sendiri dan
stres pasca trauma yang dialami mengembalikan kontrol diri serta
dapat menurun (Masykur, 2006).
merasakan kebebasan dalam
berekspresi.
Salah satu bentuk intervensi
yang dapat diterapkan untuk
memulihkan kondisi psikologis anak- Permasalahan yang dikaji
anak korban bencana adalah daam penelitian ini adalah gejala
konseling melalui terapi bermain PTSD dan pengaruh play therapy
(play therapy). Dengan bermain anak terhadap (PTSD) pada anak-anak
diberi kesempatan berada dalam korban bencana tanah longsor di
Kabupaten Banjarnegara.
dunia naturalnya sebagai anak
(Sukmaningrum, 2001). Melalui
anak METODE PENELITIAN

akan merasa aman dalam Penelitian ini bersifat kuantitatif


dengan desain penelitian quasy
mengekpresikan dan melakukan experiment pre post test with control
group. Populasi

24
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 11, No.1,
Maret 2016
dan lain-lain, mengalami ketakutan
tanpa alasan yang jelas, tampak
cemas, tampak sedih, dan
menunjukkan perilaku agresif.
Minimal separuh dari anak-anak
Tabel 1 Perbedaan PTSD Sebelum korban bencana tanah longsor
dan Sesudah Play Therapy (N=38) menunjukkan beberapa gangguan
perilaku tersebut.

Mean
Kelpk (SD) Rang p Beberapa gangguan perilaku
yang menonjol berada pada frekuensi
e
sering merefleksikan kondisi
Intervens kejiwaan anak-anak korban bencana
i 0,001 tanah longsor dalam kondisi stress
A0 22,63 (2,97) 17-28 dan trauma akibat bencana yang
terjadi beberapa waktu sebelumnya.
A1 21,11 (2,33) 17-24 Gangguan perilaku yang
Kontrol 0,163
A0 24,74 (2,2) 21-30
A1 24,53 (12,25) 21-30

Ket: A0: sebelum perlakuan, A1:


setelah perlakuan

penelitian anak-anak korban bencana


tanah longsor di Kabupaten
Banjarnegara yang mengalami
gangguan psikologis pasca bencana.
Kriteria inklusi sampel adalah anak
usia 4-12 tahun dan mengikuti sesi
play therapy sampai selesai. Kriteria
eksklusinya adalah tidak mengalami
gangguan jiwa berat. Instrumen
penelitian menggunakan kuesioner.
Analisis data menggunakan paired t
test dan independent t test.

HASIL PENELITIAN

Gangguan perilaku yang


menonjol pada anak-anak korban
bencana tanah longsor di Kabupaten
Banjarnegara dari hasil pretest
adalah sembunyi jika mendengar
suara keras seperti sirene, ambulan
berbeda dengan hasil pretest. Selain
itu, frekuensi data terbanyak juga
berubah. Hasil pretest frekuensi data
yang menonjol pada kategori sering,
sedangkan frekuensi data hasil
Tabel 2 Selisih skor PTSD posttest yang menonjol pada kategori
Bencana (N=38) pada Kelompok kadang-kadang.
Intervensi dan Kontrol

Tabel 1. menunjukkan rata-


Kelpk Mean (SD) SE p rata skor PTSD kelompok intervensi
sebelum play therapy 22,63 dan
Intervens sesudah play therapy 21,11. Rentang
i 1,53 (1,65) 0,38 0,003
skor sebelum play therapy 17-28,
Kontrol 0,21 (0,63) 0,15 sedangkan sesudah play therapy 17-
24.

paling menonjol adalah sembunyi Pada kelompok kontrol, rata-


jika mendengar suara keras seperti rata skor PTSD sebelum play
sirene, ambulan dan lain-lain. therapy 22,74 dan sesudah play
Sebanyak 23 anak menunjukkan therapy 24,53. Rentang skor sebelum
perilaku dimaksud pada kategori play therapy 21-30 dan play therapy
sering. 21-30. Dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan
pada kelompok intervensi dengan
Gangguan perilaku yang skor PTSD sebelum dan sesudah
menonjol pada anak-anak korban
Play Therapy (p value 0,001).
bencana tanah longsor hasil posttest
Sementara kelompok kontrol tidak
adalah tampak cemas, mengalami
mimpi buruk, tampak sedih, dan terdapat perbedaan signifikan skor
mudah marah. Perilaku tersebut PTSD sebelum dan sesudah Play
Therapy (p value 0,163).

25
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 11, No.1,
Maret 2016
tersebut sudah berbeda dengan hasil
pretest. Perbedaan juga terlihat pada
frekuensi data perilaku yang
menonjol, yakni sering pada hasil
pretest, sedangkan frekuensi data
Tabel 2 menunjukkan rata-
hasil posttest yang menonjol pada
rata selisih skor PTSD sebelum dan
kategori kadang-kadang.
sesudah play therapy pada kelompok
intervensi 1,53 dan pada kelompok
kontrol 0,21.
Perilaku yang ditunjukkan
pada anak-anak korban bencana
Disimpulkan terdapat perbedaan tanah longsor di Kabupaten
signifikan PTSD sebelum dan Banjarnegara sejalan
sesudah play therapy pada kelompok
intervensi dan kontrol (p value
0,003).

PEMBAHASAN

Hasil pretest menunjukkan


bahwa gangguan perilaku yang
menonjol pada anak-anak korban
bencana tanah longsor di Kabupaten
Banjarnegara adalah sembunyi jika
mendengar suara keras seperti sirene,
ambulan dan lain-lain, mengalami
ketakutan tanpa alasan yang jelas,
tampak cemas, tampak sedih, dan
menunjukkan perilaku agresif.
Minimal separuh dari anak-anak
korban bencana tanah longsor yang
diteliti

menunjukkan beberapa gangguan


perilaku yang menonjol tersebut dan
frekuensinya berada pada kategori
sering. Hal ini merefleksikan kondisi
kejiwaan anak-anak korban bencana
tanah longsor dalam kondisi stres dan
trauma akibat bencana yang terjadi
beberapa waktu sebelumnya.

Hasil posttest menunjukkan


gangguan perilaku yang menonjol
pada anak-anak korban bencana
tanah longsor di Kabupaten
Banjarnegara adalah tampak cemas,
mengalami mimpi buruk, tampak
sedih, dan mudah marah. Perilaku
dan berulang, sakit kepala, gemetar
dan mual.

Berbagai macam gangguan


dengan pendapat Grinage mengenai
tersebut dijumpai pada anak-anak
beberapa gangguan yang terjadi
korban bencana tanah longsor di
dalam PTSD. Menurut Grinage Kabupaten Banjarnegara, meskipun
(2003, dalam Mashar, 2011) PTSD gejala yang muncul antara satu anak
ditandai oleh beberapa gangguan, dengan anak yang lain berbeda-beda.
yaitu: (1) gangguan fisik/perilaku Hal itu tidak terlepas dari aspek-
yang ditandai: sulit tidur, terbangun aspek kondisional yang melingkupi
pagi sekali; (2) Gangguan si anak, seperti umur, pendidikan,
kemampuan berpikir ditandai; mudah kepribadian, faktor keluarga, dan
curiga dan perasaan selalu takut lainnya.
disakiti, teringat kembali pada
kajadian traumatis hanya dengan
melihat, mencium, atau mendengar Penelitian ini mendapatkan
sesuatu. (3) Gangguan emosi hasil pada kelompok intervensi rata-
ditandai; sedih dan putus asa, mudah rata skor PTSD anak-anak korban
tersinggung dan cemas, kemarahan bencana tanah longsor yaitu 22,63
dan rasa bersalah, perasaan takut sebelum play therapy dan 21,11
mengalami kembali kejadian sesudah play therapy. Sementara
pada kelompok kontrol, rata-rata skor
traumatis tersebut, perasaan
PTSD pada anak-anak korban
kehilangan dan kebingungan, emosi
bencana sebelum dan sesudah play
yang naik turun. Gangguan lain yang
therapy adalah 22,74 dan 24,53.
juga sering dijumpai adalah tidur
terganggu sepanjang malam dan
gelisah, terbangun dengan keringat Penelitian menyimpulkan
dingin, selalu merasa lelah walaupun pada kelompok intervensi yang
tidur sepanjang malam, mimpi buruk mendapatkan

26
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 11, No.1,
Maret 2016

Dalam penelitian yang


dilakukan oleh Melisha, dkk (2010)
menyebutkan bahwa play therapy
play therapy terdapat perbedaan dengan jenis permainan SIAGA
signifikan skor Post Traumatic Stres dapat bermanfaat untuk media
Disorder (PTSD) antara sebelum dan informasi bagi anak dalam
sesudah play therapy (p value 0,001). menghadapi bencana sehingga anak
Sementara pada kelompok kontrol menjadi siap secara fisik dan
dapat disimpulkan tidak terdapat psikologis. Sejalan juga dengan
perbedaan signifikan skor Post penelitian yang
Traumatic Stres Disorder (PTSD)
sebelum dan sesudah Play Therapy
(p value 0,163).

Selanjutnya, terdapat perbedaan


signifikan selisih skor Post
Traumatic Stres Disorder (PTSD)
antara sebelum dan sesudah play
therapy pada kelompok intervensi
dan kontrol (p value 0,003).

Soemitro (1991)
menyatakan

bahwa bermain adalah belajar


menyesuaikan diri dengan keadaan.
Melalui bermain anak berusaha
untuk beradaptasi dengan situasi dan
kondisi lingkungan tertentu dalam
bentuk, berat, isi, sifat, jarak, waktu
dan bahasa. Bermain juga merupakan
suatu sarana pelepasan atau
pembebasan dari tekanan tekanan
yang dihadapi anak. Dengan bermain
anak diberi kesempatan berada dalam
dunia naturalnya sebagai anak
(Sukmaningrum, 2001), sehingga
anak akan merasa aman dalam

mengekspresikan dan melakukan


eksplorasi terhadap diri mereka baik
pikiran, perasaan, pengalaman
maupun tingkah laku, karena anak
tidak berhadapan langsung dengan
kondisi yang mengingatkan pada
trauma yang dialami namun hanya
menggunakan materi-materi yang
bersifat simbolik (Landreth, 2001).
menghindari bernafas dengan
tergesa-gesa yang menimbulkan
perasaan tidak nyaman, bahkan
reaksi fisik yang tidak baik seperti
dilakukan oleh Nuryani (2014), jantung berdebar dan sakit kepala, 3)
menyatakan bahwa permainan positive thinking dan self-talk, yaitu
berbasis budaya lokal dapat belajar untuk menghilangkan pikiran
meningkatkan kemampuan negatif dan mengganti dengan
sosialisasi siswa taman pikiran positif ketika menghadapi
hal–hal yang
kanak-kanak di Hunian Tetap
Cangkringan Sleman Yogyakarta. membuat stress (stresor), 4)
assertiveness training, yaitu belajar
bagaimana mengekspresikan
Jenis penanganan psikoterapi harapan, opini dan emosi tanpa
pada masalah Post Traumatic Stres menyalahkan atau menyakiti orang
Disorder (PTSD) meliputi 3 macam, lain, 5) thought stopping, yaitu
yaitu: anxiety management, cognitive belajar bagaimana mengalihkan
therapy dan exposure therapy. Pada pikiran ketika kita sedang
anxiety management, terapis akan memikirkan hal-hal yang membuat
mengajarkan beberapa ketrampilan kita stress.
untuk membantu mengatasi gejala
PTSD dengan lebih baik melalui: 1)
Dalam cognitive therapy,
relaxation training, yaitu belajar
terapis membantu untuk merubah
mengontrol ketakutan dan
kepercayaan yang tidak rasional yang
kecemasan secara sistematis dan
mengganggu emosi dan kegiatan
sehari-hari klien. Dalam exposure
merelaksasikan kelompok otot-otot therapy para terapis membantu
utama, 2) breathing retraining, yaitu menghadapi situasi yang khusus,
belajar bernafas dengan perut secara orang lain, obyek, memori atau
perlahan-lahan, santai dan emosi yang mengingatkan pada
trauma

27
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 11, No.1,
Maret 2016
sesuai dengan diri mereka sendiri
bahkan karakter-karakter dalam
cerita.

dan menimbulkan ketakutan yang Menggambar dapat memberikan


tidak realistik dalam kehidupannya. pengalaman kepada anak-anak untuk
Terapi dapat berjalan dengan cara: membuat gambar-gambar berisi
exposure in the imagination, yaitu peristiwa traumatis yang dialami,
bertanya pada penderita untuk anak dapat melukiskan kekuatan dan
mengulang cerita secara detail konrol diri mereka (Mashar, 2011).
sampai tidak mengalami hambatan Menurut Masykur (2006),
menceritakan; atau exposure in menggambar dengan
reality, yaitu membantu menghadapi
situasi yang sekarang aman tetapi
ingin dihindari karena menyebabkan
ketakutan yang sangat kuat.

Play therapy menjadi


alternatif penanganan yang cukup
efektif untuk membantu mengatasi
gejala PTSD pada anak-anak korban
bencana. Terapi ini dilakukan dengan
berbagai jenis permainan yang sesuai
dengan kondisi kelompok sasaran
(anak-anak korban bencana dan
lingkungannya. Terapis memakai
permainan untuk memulai topik yang
tidak dapat dimulai secara langsung.
Hal ini dapat membantu anak lebih
merasa nyaman dalam berproses
dengan pengalaman traumatiknya.

Jenis permainan pada minggu


ke-1 adalah menggambar dan
bercerita yang ditujukan bagi
kelompok intervensi anak usia TK
dan SD. Dalam aplikasinya, anak
diminta untuk menggambar
peristiwa/ kejadian traumatik/ tidak
menyenangkan yang pernah dialami,
kemudian minta anak untuk
menceritakan gambar yang dibuatnya
itu.

Buku cerita dan bercerita


dapat mendorong atau membesarkan
hati anak. Anak dapat
memproyeksikan jalan keluar yang
bermain puzzle bertujuan untuk
menguasai ketrampilan tertentu.
Dengan bermain puzzle, anak
diharapkan meningkat kemampuan
kognitifnya, dan dapat berpikir logis
tangan memiliki fungsi terapeutik
terhadap realitas.
dan memunculkan katarshis, finger
painting
Bermain balon dan bermain
dapat memproyeksikan dan ketapel diberikan minggu ketiga.
mengekspresi-kan fantasi dan Bermain ketapel termasuk salah satu
asosiasi bebas. Sedangkan bercerita permainan tradisional dan board
dapat mengeluarkan konflik dalam games yang cocok bagi anak pada
diri, mengenal cara adaptasi yang masa laten untuk
sehat dan menanamkan nilai-nilai
dan ketrampilan menyelesaikan mengembangkan achievment,
masalah. kompetensi, menguasai lingkungan
dan self esteem (Masykur, 2006).
Dengan bermain mencari balon,
Minggu kedua diberikan
memecah balon dan bermain ketapel
permainan puzzle dengan tingkat
merupakan salah satu psikoterapi
kerumitan yang berbeda. Permainan
jenis exposure therapy. Dengan suara
ini berfungsi sebagai cognitive
balon meletus dan suara dentingan
therapy
ketapel, terapis membantu anak
menghadapi situasi traumatik yang
menstimulasi kemampuan kognitif, pernah dihadapi anak dan
membantu anak merubah menimbulkan ketakutan yang tidak
kepercayaan yang tidak rasional yang realistik (Mashar ,2011).
mengganggu emosi dan kegiatan
sehari-hari.
Permainan minggu ke empat
yaitu permainan plastisin. Anak
Menurut Kathleen Stassen diminta membuat bentuk bebas
Berger dalam Tejasaputra (2001) sesuai imajinasi

28
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 11, No.1,
Maret 2016
Kabupaten Banjarnegara adalah
sembunyi jika mendengar suara keras
seperti sirene, ambulan dan lain-lain,
mengalami ketakutan tanpa alasan
yang jelas, tampak cemas, tampak
yang dimiliki. Permainan ini
sedih, dan menunjukkan perilaku
termasuk art technique dan imagery
agresif. Gangguan perilaku tersebut
technique. Anak
frekuensinya berada pada kategori
sering. Hasil posttest menunjukkan
dapat memproyeksikan dan bahwa gangguan perilaku yang
mengekspresikan fantasi dan asosiasi menonjol pada anak-anak korban
bencana tanah longsor di Kabupaten
Banjarnegara adalah tampak cemas,
bebas, memunculkan insight,
menanamkan nilai dan ketrampilan
menyelesaikan masalah (Masykur,
2006). Menurut Teori Psikoanalitik
dari Sigmund Freud bermain seperti
halnya berfantasi dan berangan-
angan. Melalui bermain dan
berangan-angan anak dapat
memproyeksikan harapan-
harapannya, maupun konflik
pribadinya. Dengan bermain plastisin
anak dapat berimajinasi dan
berangan-angan membuat sebuah
bentuk sesuai yang dipikirkan, juga
dapat menstimulasi motorik dan
sensorik tangan. Melalui bermain
plastisin anak dapat memindahkan
perasaan negatif ke obyek pengganti,
yaitu plastisin.

Berbagai macam permainan


tersebut memberikan dampak yang
nyata terhadap anak-anak korban
bencana tanah longsor yang menjadi
subjek penelitian ini. Indikasinya
terlihat pada perubahan perilaku
yang terkait dengan gangguan PTSD
yang dialami kelompok sasaran dan
perbedaan selisih skor PTSD pada
kedua kelompok yang diteliti
(intervensi dan kontrol).

Hasil pretest menunjukkan


gangguan perilaku yang menonjol
anak-anak korban bencana tanah
longsor di
anak korban bencana tanah longsor
di Kabupaten Banjarnegara,
dibuktikan dengan selisih skor Post
Traumatic Stres Disorder (PTSD)
mengalami mimpi buruk, tampak sebelum dan sesudah Play therapy
sedih, dan mudah marah. Frekuensi pada kelompok intervensi dan
data perilaku tersebut pada kategori kontrol (p value 0,003).
kadang-kadang. Jadi, ada perubahan
jenis

gangguan perilaku dan kategori KEPUSTAKAAN


frekuensinya. Pasca dilakukannya
play therapy, gangguan yang dialami
menjadi lebih sedikit, ada perubahan Flannery, R.B. (1999) Psychological
jenis gangguan dan frekuensinya. Trauma and Post Traumatic
Stress Disorder: a.review,
International Journal of
KESIMPULAN Emergency Mental Health. 1 (2)
p 77 – 82

Post Traumatic Stress Disorder


Heni, Anastasia. (2008). Manual
(PTSD) yang dialami anak-anak
korban bencana tanah longsor di Psikoedukasi Informasi Psikososial
Kabupaten Banjarnegara hasil
pretest meliputi sembunyi jika Dasar Bagi Masyarakat Pasca
mendengar suara keras seperti sirene,
ambulan dan lain-lain, mengalami Bencana. Jakarta: CWS.
ketakutan tanpa alasan yang jelas,
tampak cemas, tampak sedih, dan
menunjukkan perilaku agresif, Kaplan, H.I., B. J. Sadock, J.A. Grebb.
sedangkan hasil posttest meliputi
tampak cemas, mengalami mimpi (1998), Sinopsis Psikiatri:Ilmu
buruk, tampak sedih, dan mudah Pengetahuan Perilaku Psikiatri
marah. Play therapy berpengaruh Klinis,
signifikan terhadap Post Traumatic
Stress Disorder (PTSD) pada anak- 1. Jakarta: Binarupa Aksara.

29
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 11, No.1,
Maret 2016
Masykur, Achmad M. (2006). “Potret
Psikososial Korban Gempa 27
Mei

Kharismawan, Kuriake. (2008).


Panduan
Program Psikososial Paska

Bencana. Semarang: Center For


Trauma Recovery Unika

Soegijapranata

Landreth, G.L. 1991. Play


therapy: The Art of the
Relationship. Indiana:
Accelerated Development Inc

Landreth, G.L. (2001). Innovations


in
Play Therapy: Issues, Process,
and

Special Populations. Brunner-


Routledge: Taylor & Francis.

Laporan Badan Penelitian dan


Pengembangan Jawa Tengah.
(2008). Semarang: Badan
Litbang Provinsi Jawa
Tengah.

Mashar, Riana. (2011). Konseling


Pada
Anak Yang Mengalami Stress
Pasca

Trauma Bencana Merapi Melalui


Play Therapy. Bandung :
Universitas

Pendidikan Indonesia.
2006 (Sebuah Studi Kualitatif di
Kecamatan Wedi dan
Gantiwarno, Klaten)”. Jurnal
Psikologi Universitas
Diponegoro Vol.3 No. 1, Juni
2006.

Roan,W., (2003).“Melupakan
Kenangan Menghapus Trauma”
dalam Intisari, Edisi Desember
2003.Mohon di cek.

Sastroasmoro, S. & Ismael, S.


(2002). Dasar-Dasar
Metodologi Penelitian Klinis
(2th ed). Jakarta: CV. Sagung
Seto.
Sugiyono, (2012), Statistik Untuk
Penelitian. Edisi 4, Bandung:
IKAPI

Sukmaningrum, E. (2001). “Terapi


Bermain sebagai Salah Satu
Alternatif Penanganan Pasca
Trauma Karena Kekerasan
(Domestic Violence) Pada
Anak”. Jurnal Psikologi. Vol. 8.
No. 2, 14-23.

Tempo Online. Longsor Banjarnegara,

Fokus Bergeser ke Pengungsi. 22

Desember 2014.
30
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 11,
No.3 November 2016)

PENGARUH PEMBERIAN METODE SIMULASI SIAGA BENCANA GEMPA BUMI

TERHADAP KESIAPSIAGAAN ANAK DI YOGYAKARTA

Fika Nur Indriasari

Departemen Keperawatan Anak/Akper Notokusumo Yogyakarta

fheekha.nur@gmail.com

ABSTRACT

Background: Indonesia is located within the ring of fire and Yogyakarta is one of
the area which is experiencing with earthquake. The earthquake happened in 2006
left many victims. Most of them are elderly and children. Not all children are
trained to deal with disaster, therefore it is necessary to conduct a training to
elementary school so the children have a knowledge how to deal with this disaster
if it is suddenly happened.

Objective: The main aims of this research is to find out the effect of disaster
simulation method toward the children readiness.

Method: The research design applies quasi experiment with one pre post test
design. The sample are taken by using purposive sample for 31 respondents and
the data are collected by using questioners. The hypothesis is tested by using
Wilcoxon test.

Result: The results of this study showed there is influence on the preparedness of
disaster simulation method children with a value of P <0.001.

Conclusion: The training of readiness to face an earthquake disaster increase the


level of children awareness. All of the level 6 Giwangan elementary students is
able and involved after the training was repeated 5 times and most of the children
showed that the level of awareness is categorised as less ready

Keywords: Disaster Preparedness Training, The Readiness to deal with disaster,


simulation method
Pendahuluan terja d Yogyakar pad tangg 2 M 2006
di i ta a al 7 ei .

Peristiwa gempa bumi banyak terjadi di Berdasarkan informasi data dari BNPB jumlah
wilayah korban

Indonesia. Menurut data rekaman sebaran mencapai 5.716 orang tewas dan 37.927 orang
episentrum luka-

gempa bumi dengan magnitudo 5 dari tahun luka (BNPB, 2014). Gempa bumi tersebut
1900- membuat

200 da menur pet daera gemp bum d banya oran terperangka d dala ruma
0 n ut a h a i i k g p i m h

Indonesi Propin Daera Istimew Yogyakar khususnya anak-anak dan orang tua karena
a, si h a ta terjadi di

(DI berad d wilaya 4.Wilayah tersebu pag har sehingg mayorit korba merupaka
Y) a i h t i i a as n n

merupakan wilayah yang rawan terhadap oran yan berusi lanj da anak- yan
terjadinya g g a ut n anak g

gempa bumi (Dwisiwi et al., 2012). kemungkinan tidak sempat menyelamatkan diri
ketika

Kewaspadaan penting gemp belangsun Ha i memperlihatk masi


sangatlah mengingat a g. l n an h
i

bahwa jumlah korban jiwa dan kehilangan lemahny kesiapa menghada bencan d
materi yang a n pi a i

tidak sedikit di setiap kejadian bencana, seperti Indonesia (Rinaldi, 2009).


yang

1
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 11, No.3 November
2016)
culture of safety and resilience at al levels.
Anak-anak merupakan salah satu
Pendidikan mitigasi bencana juga telah
kelompok rentan yang paling berisiko terkena
diterapkan didalam kurikulum pendidikan dasar
dampak bencana (PP No 21, 2008). Kerentanan
dan menengah pada 113 negara lain, diantaranya
anak-anak terhadap bencana dipicu oleh faktor
Bangladesh, Iran,
keterbatasan pemahaman tentang risiko-risiko di
sekeliling mereka, yang berakibat tidak adanya
kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana.
Berdasarkan data kejadian bencana di beberapa
daerah banyak korban terjadi pada anak usia
sekolah baik di jam sekolah atapun di luar jam
sekolah, hal ini menunjukkan bahwa pentingnya
pengetahuan tentang bencana dan pengurangan
risiko bencana diberikan sejak dini untuk
memberikan pemahaman dan pengarahan
langkah-langkah yang harus dilakukan saat
terjadi suatu ancaman yang ada di sekitarnya
untuk mengurangi risiko bencana (Sunarto,
2012).

Pendidikan siaga bencana dapat dilakukan


sejak dini melalui program siaga bencana
disekolah supaya anak-anak dapat mengetahui
bagaimana cara menyelamatkan diri saat terjadi
bencana. Pendidikan siaga bencana dapat diawali
pada anak usia sekolah dasar karena menurut
Piaget, pada masa ini merupakan fase
operasional konkrit (Suhardjo, 2011).

Pengetahuan mengenai pengurangan risiko


bencana secara khusus belum masuk ke dalam
kurikulum pendidikan di Indonesia (Kemdikbud,
2013). Kondisi tersebut bertentangan dengan
Hyogo Framework yang disusun oleh PBB
bahwa pendidikan siaga bencana merupakan
prioritas, yakni Priority for Action 3: Use
knowledge, innovation and education to build a
informasi bagaimana prosedur atau rencana
India, Mongolia, Filipina, Turkey, dan Tonga
penyelamatan bagi ABK yang memerlukan
(UNCRD, 2009).
bantuan orang di sekitar mereka (misal: guru,
teman, staf sekolah). Berdasar dari latar belakang
Kelurahan giwangan terletak di selatan
tersebut, maka peneliti tertarik untuk
kota yogyakarta yang berbatasan dengan kota
memberikan edukasi berupa pelatihan tentang
bantul yang rawan terhadap gempa bumi.
siaga bencana gempa bumi terhadap anak-anak
Menurut peta kerusakan gempa tahun 2006 yang
sekolah dasar di Kelurahan Giwangan
lalu, daerah giwangan masuk dalam zona
Yogyakarta dengan harapan dapat meningkatkan
moderate damage area. Jumlah sekolah dasar di
kesiapsiagaan anak-anak dalam menghadapi
kelurahan giwangan kecamatan umbulharjo ada
bencana.
lima dengan jumlah siswa 1660. Salah satu dari
lima sekolah dasar tersebut merupakan sekolah
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
dasar inklusi yang menyatukan penyelenggaran
mengetahui pengaruh pelatihan siaga bencana
pendidikan anak-anak berkebutuhan khusus
gempa bumi terhadap kesiapsiagaan anak-anak
dengan anak-anak yang normal di dalam
sekolah dasar dalam menghadapi bencana.
kegiatan belajar mengajar. Anak Berkebutuhan
Khusus (ABK) merupakan salah satu kelompok
METODE PENELITIAN
paling rentan ketika terjadi bencana. Beberapa
dari mereka memiliki hambatan mobilitas untuk
Jenis penelitian ini merupakan penelitian
melakukan perlindungan bahkan penyelamatan
kuantitatif dan desain penelitiannya adalah quasi
diri secara mandiri sehingga diperlukan adanya

2
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 11, No.3 November
2016)

experiment dengan rancangan yang digunakan responden adalah berjenis kelamin perempuan
adalah one group pre and post test design. yaitu sebanyak 17 responden (54,8%).
Lokasi penelitian dilakukan di SD Negeri
Giwangan Kelurahan Giwangan Yogyakarta Tabel 1. Distribusi Frekuensi
pada bulan Agustus Karakteristik Responden di SD N
Giwangan Yogyakarta bulan Agustus
Tahun 2014 (n=31)

Responden Frekuensi Presentase


(%)

Tidak Si
siap Kurang siap ap

Pr
Pre Post Pre Post e Post

f % f % f % f % f % f %

Kesiapsia 16,
gaan 4 12,9 5 16,1 22 71 23 74,2 5 1 3 9,7
anak

Perempu
an 1 25 0 0 13 59,1 16 69,6 3 60 1 33,3

Laki-laki 3 75 5 100 9 40,9 7 30,4 2 40 2 66,7

penelitian. Sedangkan kriteria eksklusinya adalah


2014. Populasi dalam penelitian ini adalah
tidak hadir pada saat dilakukan intervensi dan
seluruh siswa SD di kelurahan Giwangan
anak berkebutuhan khusus (ABK) dengan tuna
Yogyakarta dengan populasi terjangkau adalah
netra, tuna rungu dan disabilitas intelektual.
siswa SD Negeri Giwangan sebanyak 370.
Sampel dalam penelitian merupakan purposive
Instrumen dalam penelitian ini dengan
sampel sebanyak 31 siswa dengan kriteria
menggunakan media film simulasi siaga bencana
inklusi adalah anak kelas 6; tidak sedang
yang di produksi oleh LSM Lembaga Peduli Anak
mengalami sakit; bersedia menjadi responden
Bangsa dan Kluwung Indonesia yang bekerja
Jenis kelamin anak
sama dengan ASB (Arbeiter-Samariter-Bund)
Perempuan 17 54,8
cabang Indonesia dan materi pengetahuan siaga
bencana dengan flipchart kemudian untuk Laki-laki 14 45,2

mengetahui kesiapsiaagaan dalam menghadapi Sumber : Data Primer


bencana dengan menggunakan kuesioner
sebanyak 17 soal valid dan reliabel. Analisis data Pemberian metode simulasi siaga bencana
gempa bumi memberikan pengaruh terhadap
dengan menggunakan uji Wilcoxon (Dahlan,
kesiapsiagaan anak sekolah dasar yang
2013).
ditunjukkan

HASIL PENELITIAN
dengan nilai P < 0,001 sehingga
target kecakapan
Berdasarkan gambaran karakteristik
responden anak berdasarkan jenis kelamin anak-anak untuk bisa menolong diri sendiri
sebagian besar tercapai

(Suhardjo,2011). Selisih nilai mean pre dan post

adalah 5,26 yang menunjukkan adanya


peningkatan

kesiapsiagaan setelah diberikan simulasi. Namun

peningkatankesiapsiagaan tersebut dalam kategori

lemah.

Tabel 2. Pengaruh Pelatihan Siaga Bencana


Gempa Bumi Terhadap Kesiapsiagaan Anak-
anak Sekolah Dasar di SD N Giwangan
Yogyakarta Tahun 2014 (n=31)

Kesiap Pre Post P

Mea Mea
siagaan f n SD f n SD

anak
68,7 <0.001
31 4 8,49 31 74 9,62 *
Tabel 3. Tingkat Kesiapsiagaan Anak Sebelum
dan Sesudah Pelatihan Siaga Bencana Gempa
1. uji Wilcoxon Bumi di SD N Giwangan Yogyakarta Bulan
Agustus Tahun 2014 (n=31)

Sumber : data primer

PEMBAHASAN

3
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 11, No.3 November
2016)
sebenarnya (Sanjaya, 2013). Pada penelitian ini
Keberhasilan pelaksanaan simulasi tersebut
simulasi yang digunakan adalah role
karena mendapatkan dukungan dari berbagai
pihak. Hasil observasi menunjukkan ada 3 guru
playing atau bermain peran yaitu metode
yang mendampingi anak-anak selama simulasi,
pembelajaran sebagai bagian dari simulasi yang
kemudian anak-anak sangat antusias mengikuti
diarahkan untuk mengkreasi peristiwa-peristiwa
simulasi sampai selesai dan aktif memberikan
feedback saat trainer memberikan pertanyaan,
selain itu wali/orang tua siswa mendukung anak-
anak dengan memberikan ijin untuk mengikuti
simulasi, guru-guru juga memfasilitasi terhadap
pelaksanaan pelatihan seperti terlibat dalam
memberikan informasi tentang pelatihan kepada
siswa dan orang tua siswa.

Pada pelatihan siaga bencana pada anak-


anak menggunakan metode simulasi. Hal ini
didukung oleh pernyataan oleh Steward & Wan
(2007) dalam penelitiannya tentang peran
simulasi didalam manajemen bencana dapat
mengukur kesiapan seseorang dalam
menghadapi bencana. Menurut Olson et.al,
(2010) dalam penelitiannya juga menyatakan
bahwa pendidikan tentang siaga bencana dengan
menggunakan simulasi berupa game atau
permainan dapat memberikan hasil yang lebih
baik dibandingkan yang tidak menggunakan
simulasi.

Simulasi merupakan cara penyajian


pengalaman belajar dengan menggunakan situasi
tiruan untuk memahami tentang konsep, prinsip
atau ketrampilan tertentu. Simulasi dapat
digunakan sebagai metode mengajar dengan
asumsi tidak semua proses pembelajaran dapat
dilakukan secara langsung pada obyek yang
aktual, atau kejadian-kejadian yang mungkin Keterlibatan dan kemampuan anak dalam
muncul pada masa mendatang. Hal ini sesuai melakukan simulasi siaga bencana menunjukkan
dengan Filina (2013) bahwa metode role playing semua anak aktif dalam melakukan setiap
suatu bentuk permainan anak-anak yang aman tindakan simulasi setelah dilakukan 5 kali.
dan bentuk-bentuk permainan yang sesuai Tindakan simulasi terdiri dari 6 tindakan yang
dengan struktur lingkungan atau permainan- dilakukan di dalam ruangan dan di luar ruangan.
permainan dengan menggunakan boneka, rumah-
rumahan, yang pada dasarnya Metode role playing ini juga dapat diterapkan
mendramatisasikan tingkah laku dalam pada anak berkebutuhan khusus. Pada penelitian
hubungannya dengan masalah sosial. Dengan ini melibatkan anak ABK dengan hiperaktif
dramatisasi anak sebanyak 1 orang dan hasil observasi
menunjukkan anak ABK tersebut kooperatif dan
berkesempatan melakukan, menafsirkan dan mampu mengikuti tindakan simulasi dengan
memerankan suatu peranan tertentu. Melalui baik. Pada anak penyandang ADHD, terapi
kegiatan ini siswa akan aktif membicarakan bermain dapat dilakukan untuk membantu
masalah-masalah yang ditemuinya, kemudian
menginformasikan hasil pengalaman melalui mengendalikan aktivitas yang
berlebihan
kegiatan berbicara. Pernyataan tersebut juga
didukung oleh Siska (2010) terhadap penerapan
metode role playing pada anak-anak usia dini (hiperaktivitas), melatih kemampuan
mempertahankan perhatian pada objek tertentu,
juga menunjukkan terdapat peningkatan
ketrampilan sosial dan ketrampilan berbicara
pada anak-anak usia dini.

4
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 11, No.3 November
2016)
didukung oleh media pengajaran yang
mengembangkan ketrampilan menunggu giliran,
digunakan. Penggunaan media pengajaran
dan mengendalikan tingkat agresivitas
didasarkan kepada pemilihan yang tepat
(Landreth, 2001). Terapi bermain dapat
sehingga memperbesar arti dan fungsi dalam
meningkatkan konsentrasi pada anak ADHD
menunjang efektifitas dan efisiensi proses belajar
(Hatiningsih, 2013).
mengajar.

Kesiapsiagaan anak-anak sebelum dan


sesudah diberikan simulasi siaga bencana
sebagian besar dalam kategori kurang siap
sebanyak 22 anak (71%) dan 23 anak (74,2%).
Berdasarkan jenis kelamin, sebelum pelatihan
sebagian besar adalah perempuan dalam kategori
kurang siap sebanyak 13 anak (59,1%) dan
sesudah pelatihan menjadi 16 anak

(69,6%). Hal tersebut didukung oleh pernyataan


guru bahwa anak-anak belum pernah diberikan
materi tentang siaga bencana baik di dalam
intrakurikuler maupun ekstrakurikuler. Materi
tentang bencana gempa bumi ada di mata
pelajaran IPA dan hanya sebatas pengetahuan
tentang apa itu gempa bumi. Kondisi psikologi
seperti cemas dan takut dapat mempengaruhi
kesiapan anak dalam menghadapi bencana
gempa bumi. Hasil observasi yang dilakukan
peneliti pada saat pelatihan siaga bencana gempa
bumi juga didapatkan respon anak saat peluit
berbunyi ada 4 anak menjerit-jerit, tiga anak
tidak peduli dan ada satu anak yang hanya duduk
terdiam.

Media pembelajaran dalam penelitian ini


berupa media audio visual berupa film simulasi
siaga bencana gempa bumi. Menurut Ali (2010),
selain metode pengajaran yang sesuai,
keberhasilan proses belajar mengajar juga
mengesan bagi anak-anak karena mudah diingat,
Media pembelajaran yang digunakan selain
dipahami apa yang harus dilakukan pada saat
media audio visual dalam penelitian ini adalah
bencana datang. Hal tersebut juga didukung dari
dengan mengajarkan anak lagu “ BBMK”
hasil observasi bahwa anak-anak cepat
mengutip dari melody: Potong Bebek, lirik
menghafal lagu BBMK dan bernyanyi saat
lagunya sebagai berikut:
melakukan simulasi.

“Kalau ada gempa lindungi kepala”


Meningkatnya kesiapsiagaan siswa
didukung oleh peran guru dan orang tua. Sekolah
“Kalau ada gempa ingat BBMK”
siaga bencana merupakan rencana tindak lanjut
untuk menjadikan SD N Giwangan sebagai SD
“Jangan Berlari”
inklusi siaga bencana. Pelatihan dan pemberikan
edukasi terhadap guru dan orang tua siswa
“Jangan Berisik”
dilakukan terpadu dan berkelanjutan. Program
sekolah siaga bencana meliputi program 6 bulan
“Jangan Mendorong dan”
dan 9 bulan. Beberapa materi yang diajarkan dan
kegiatan yang dilakukan antara lain: lokakarya
“Jangan Kembali 2x”
pengurangan resiko bencana; pengenalan dan
pembuatan peta evakuasi; pelatihan tanggap
Menurut Setyaningrum dalam Suhardjo (2011)
darurat; pengembangan sekolah yang aman;
cara mengajarkan dengan menggunakan lagu
simulasi; Pelatihan pengintegrasian pengurangan
bermain merupakan pesan dan peringatan ketika
risiko bencana ke kurikulum sekolah dan metode
terjadi gempa. Pendidikan dini dengan
pembelajaran PAKEM; peningkatan kapasitas
permainan adalah hal yang sangat menarik dan
guru

5
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 11, No.3 November
2016)

dan siswa; pembuatan modul, film dan poster


BNPB. (2014). Data dan Informasi
serta lomba sekolah bencana (World Vision Bencana
Indonesia, 2011).
Indonesia.
Pernyataan tersebut juga didukung
http://dibi.bnpb.go.id/DesInventar/simple_data.js
American Academy of Pediatrics (2008) bahwa p.
salah satu aspek yang paling penting di tahap
kesiapan dalam menghadapi bencana di sekolah diakses: 13 Mei 2014
adalah memberikan pemahaman terhadap orang
tua tentang emergency plan dan proses Dahlan, M.S. (2013). Statistik Untuk Kedokteran
reunifikasi, selain itu alat komunikasi seperti dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika
TV, radio dan HP atau telepon sebagai strategi
kesiapan bencana. Media informasi seperti Dwisiwi, R.S, Surachman, Sudomo, J &
koran, poster di pasang ditempat yang strategis Wiyatmo, Y.
sehingga setiap orang dapat mengetahui
(2012). Pengembangan Teknik Mitigasi Dan
informasi yang disampaikan. Sekolah juga perlu Manajemen Bencana Alam Gempabumi Bagi
memastikan bahwa komunikasi saat bencana
sudah direncanakan dengan baik antar komunitas
di dalam sekolah maupun di luar komunitas
sekolah seperti dengan orang tua siswa.

KESIMPULAN

Pemberian metode simulasi siaga bencana


gempa bumi memberikan pengaruh positif
dengan kategori lemah terhadap kesiapsiagaan
menghadapi bencana gempa bumi pada anak-
anak.

DAFTAR PUSTAKA

American Academy of Pediatrics. (2008).


Disaster Planning for Schools. Pediatrics,122, 4

Ali, M. (2010). Guru Dalam Proses Belajar


Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo
Sunarto, N. (2012). Edukasi
Komunitas SMP DI Kabupaten Bantul Penanggulangan
Yogyakarta. Prosiding Seminar Nasional
Penelitian. Pendidikan dan Penerapan MIPA.
Fakultas MIPA. Universitas Negeri Yogyakarta
Bencana Lewat Sekolah.
http://bpbd.banjarkab.go.id/?p=75. Diakses : 3
Maret 2014
Filina.(2013). Efektifitas Metode Role playing
Untuk meningkatkan Kosakata Anak tunarungu.
Jurnal Ilmu Pendidikan khusus, 1(1)
Sanjaya, W. (2013). Strategi
Pembelajaran:
Hatiningsih, N. (2013). Play Therapy untuk Berorientasi StandarProses
Meningkatkan Konsentrasi pada Anak Attention Pendidikan. Jakarta:
Deficit Hyperactive Disorder (ADHD). Jurnal
Ilmiah Psikologi Terapan, 1(2)
Kencana Prenadamedia Group

Kemdikbud. (2013). Kurikulum 2013


Kompetensi Dasar Sekolah Dasar (SD)/ Siska, Y. (2011). Penerapan Metode Bermain
Madrasah Ibtidaiyah (MI). Jakarta: Kementrian Role Playing Dalam Meningkatkan Ketrampilan
Pendidikan dan Kebudayaan Sosial Dan Ketrampilan Berbicara Anak Usia
Dini. Tesis. Universitas Pendidikan Indonesia

Landreth,G.L.(2001). Innovationsin
Play Therapy: Suhardjo, D. (2011). Arti Penting Pendidikan
Mitigasi Bencana Dalam Mengurangi Resiko
Issues, Process, and Special Bencana. Cakrawala Pendidikan, Juni, Th. XXX,
Populations. 2

Philadelphia: Brounner-Routledge

6
Olson, D.K, Scheller, A, Larson, S, Lindeke, L
& Edwardson, S. (2010). Using Gaming
Simulation to Evaluate Bioterrorism and
Emergency Readiness Education. Public Health
Rep, May-June 2010, 125, 468-477

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia.


(2008). Penyelenggaraan Penanggulangan
Bencana. No 21

Rinaldi. (2009). Kesiapan Menghadapi Bencana


Pada

MasyarakatIndonesia. UniversitasNegeri
Padang.
Jurnal Penelitian Psikologi 14(1)
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 11,
No.3 November 2016)

Steward, D & Wan, T.T.(2007). The Role of

Simulation and Modeling in Disaster Management. J


Med Syst. 3, 125–130.

UNCRD. (2009). Mengurangi Kerentanan Anak-anak

Sekolah terhadap Bahaya Gempa Bumi. Proyek

Inisiatif Keselamatan Sekolah Terhadap Gempa Bumi


(SESI). UNCRD

World Vision Indonesia.(2011). Sekolahku Siaga

Bencana: DokumentasiProgram. PT Sinar Surya

Megah
ejoural Keperawatan (e-Kep) Volume 3 Nomor 2 Mei 2015

PENGARUH PENYULUHAN BAHAYA GUNUNG BERAPI TERHADAP


KESIAPSIAGAAN SISWA SMP KRISTEN KAKASKASEN
KOTA TOMOHON MENGHADAPI
BENCANA GUNUNG BERAPI

Prisilia Riani Mais


Mulyadi
Jill Lolong

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran


Universitas Sam Ratulangi
Email : Pricilya.mais@gmail.com

ABSRACT: Volcano is one of the frequent disasters in Indonesia. Volcanic eruptions can
cause many casualties and losses, Tomohon city has two active volcanoes that require
coordinated disaster preparedness. Christian junior high school is the one of which always
affected when the volcano erupted because just 3 miles from mount lokon, mount Lokon
whereas the impact area within 5 miles. Purpose to analyze Effect Of Volcano Hazards
Counseling To Students Preparedness Of Christian Junior High School Kakaskasen
Tomohon City To Be Up Against Volcano Disaster. Samples in this research were 60
respondents using probability sampling techniques. Design of the research is one group pre
test-post test and data collected from respondents using questionnaire. Research result
obtained P value 0,00 with t value is 23,78 and t table 2,002. Conclusion shows there is
Effect Of Volcano Hazards Counseling To Students Preparedness Of Christian Junior High
School Kakaskasen Tomohon City To Be Up Against Volcano Disaster. Suggestion for
further research are expected to further investigate the other factors that can increase
preparedness.

Keywords : Counseling, Disaster Preparedness, Volcano

ABSTRAK: Gunung berapi adalah salah satu bencana yang sering terjadi di Indonesia.
Bencana gunung berapi dapat menyebabkan banyak korban jiwa dan kerugian, kota
Tomohon memiliki dua gunung berapi aktif yang memerlukan kesiapsiagaan bencana yang
terkoordinasi. SMP Kristen salah satu yang selalu terkena dampak ketika gunung meletus
karena hanya berjarak 3 km dari gunung Lokon, sedangkan daerah terdampak dari gunung
Lokon berjarak 5km. Tujuan untuk Menganalisis Penyuluhan Bahaya Gunung Berapi
Terhadap Kesiapsiagaan Siswa SMP Kristen Kakaskasen Kota Tomohon Menghadapi
Bencana Gunung Berapi. Sampel berjumlah 60 responden dengan menggunakan teknik
probability sampling. Desain penelitian yang digunakan adalah desain one group pre test-
post test dan data yang dikumpulkan dari responden dengan menggunakan lembar kuesioner.
Hasil Penelitian diperoleh nilai P-value sebesar 0,00 (<0,05) dengan nilai t hitung sebesar
23,78 dan t tabel sebesar 2,002. Kesimpulan menunjukkan adanya pengaruh penyuluhan
bahaya gunung berapi terhadap kesiapsiagaan siswa SMP Kristen Kakaskasen Kota
Tomohon menghadapi bencana gunung berapi. Saran untuk peneliti selanjutnya diharapkan
dapat meneliti lebih lanjut mengenai faktor-faktor lain yang dapat meningkatkan
kesiapsiagaan. Kata Kunci: Penyuluhan, Kesiapsiagaan Bencana, Gunung Berapi

1
ejoural Keperawatan (e-Kep) Volume 3 Nomor 2 Mei 2015
Indonesia mengatakan, bahwa dalam
setiap kejadian bencana, jumlah korban
jiwa dan kehilangan materi yang
banyak memperlihatkan masih
lemahnya kesiapan menghadapi
LATAR BELAKANG bencana di Indonesia (Herdwiyanti F.
dan Sudaryono, 2013).
Di Asia Tenggara, Indonesia
merupakan wilayah yang paling rawan
terhadap bencana terkait dengan kondisi
geografis, demografis, geologis, dan
hidrologis yang memungkinkan terjadi
bencana di Indonesia, baik yang di
sebabkan oleh faktor alam ataupun faktor
non alam, Pusat Penanggulangan Krisis
Depkes RI, 2008 (Herdwiyanti F. dan
Sudaryono, 2013).

Salah satu bencana yang sering


terjadi di Indonesia adalah gunung berapi
karena Indonesia terletak pada pertemuan
tiga lempeng tektonik dunia, memiliki
lebih dari 128 gunung berapi aktif, dan
sekitar 150 sungai, baik besar maupun
kecil, yang melintasi wilayah padat
penduduk. Beberapa catatan bencana alam
besar yang pernah di alami Indonesia,
antara lain pada tahun 1815, Gunung
tambora meletus. Jumlah korban saat itu
tidak tercatat dengan baik, namun dapat
dipastikan melebihi jumlah korban letusan
gunung Krakatau, tahun 1883 Gunung
Krakatau meletus mengakibatkan tsunami
dan menghilangkan lebih dari 36 ribu

jiwa. Gunung merapi meletus,


mengakibatkan 1.300 orang harus
kehilangan nyawa. Tahun 1963, Gunung
Agung Meletus dan menewaskan sekitar

seribu jiwa (Badan Nasional


Penanggulangan Bencana, 2012).

Berdasarkan data yang didapat


setiap tahun diperkirakan sekitar 66 juta
anak terkena dampak bencana. Lebih dari
300.000 penduduk terkena dampak
bencana. Lebih dari 300.000 penduduk
terkena dampak peristiwa Merapi 2010,
sekitar 100.000 diantaranya adalah anak-
anak. Menurut Rinaldi (2009) dalam
jurnal penelitiannya yang berjudul
kesiapan menghadapi bencana di
implementatif dalam meningkatkan
kemampuan warga sekolah, untuk mampu
mengurangi dampak resiko

bencana di sekolah (Konsorsium


Sektor pendidikan merupakan salah
Pendidikan Bencana Indonesia, 2011).
satu sektor pembangunan yang terkena
dampak dari bencana. Di dalam kaitannya
dengan upaya penanggulangan bencana di Kota Tomohon merupakan salah
Indonesia memiliki tanggung jawab untuk satu daerah di Indonesia dengan resiko
menyelenggarakan pendidikan sebagai upaya ancaman kebencanaan yang relatif tinggi
mewujudkan pembangunan budaya bangsa mengingat letak geografis, topografis dan
termasuk membangun budaya kesiapsiagaan
bencana warga negara, yakni secara khusus geologis dimana kota Tomohon
kepada anak atau murid. Anak-anak tersebut merupakan daerah yang dikelilingi cincin
adalah pihak yang harus dilindungi dan
api (ring of fire). Keberadaan dua gunung
secara berapi yang masih aktif yaitu Gunung
Lokon dan Gunung Mahawu di daerah ini
bersamaan perlu ditingkatkan pengetahuan menyebabkan perlu adanya kesiapsiagaan
kbencanaannya (Konsorsium Pendidikan
Bencana Indonesia, 2011).
bencana yang terkoordinasi dan
komprehensif (Badan Penanggulangan
Dalam hal ini sekolah merupakan Bencana Daerah, 2012).
wahana efektif dalam memberikan efek
Berdasarkan data yang diperoleh
untuk menyebarkan informasi, pengetahuan dari Badan Penanggulangan Bencana
dan keterampilan kepada Daerah Kota Tomohon, pada tahun 2011
Gunung Lokon mengalami letusan besar
dengan tinggi abu 1500-3000 meter
masyarakat terdekatnya. Dengan
disertai lontaran materian pijar, dan pada
tahun 2012 pada bulan Januari sampai
demikian, kegiatan pendidikan kebencanaan bulan Oktober, letusan abu dan letusan
di sekolah menjadi efektif, dinamis dan besar 12 kali dan pada saat ini aktivitas

2
ejoural Keperawatan (e-Kep) Volume 3 Nomor 2 Mei 2015
bulan desember 2014 – Maret 2015.
Populasi pada penelitian ini adalah
seluruh siswa SMP Kristen Kakaskasen
Gunung Lokon berada pada siaga (level Kota Tomohon yang berjumlah 307
III). Jika gunung lokon meletus, maka siswa. Sampel diambil dengan
daerah yang akan terkena dampak yaitu menggunakan metode probability
daerah yang berjarak 5 km dari gunung sampling. Instrument pengumpulan
(Badan Penanggulangan Bencana Daerah, data yang digunakan dalam
2012).

Berdasarkan hasil observasi dan


wawancara dengan kepala sekolah, SMP
Kristen Kakaskasen Kota Tomohon adalah
sekolah menengah pertama yang teletak di
Kelurahan Kakaskasen 3 Kota Tomohon
dengan jumlah siswa sebanyak 307 siswa,
sekolah ini hanya berjarak 3 km dari
gunung lokon, yang artinya menjadi salah
satu yang akan terkena dampak ketika
gunung lokon meletus. Kepala sekolah
juga mengatakan, bahwa SMP Kristen
Kakaskasen Kota Tomohon selalu terkena
dampak ketika gunung lokon meletus
seperti gempa bumi, abu vulkanik dan
lain-lain. Dimana abu vulkanik dapat
menyebabkan gangguan kesehatan
terutama dalam sistem

pernapasan yaitu, infeksi saluran


pernapasan dan iritasi pada mata, selain
itu juga letusan gunung lokon dapat
mengganggu proses belajar mengajar
warga SMP Kristen Kakaskasen Kota
Tomohon.

Oleh karena itu, peneliti tertarik

untuk meneliti tentang pengaruh


penyuluhan bahaya gunung berapi
terhadap kesiapsiagaan siswa Sekolah
Menengah Pertama Kristen Kakaskasen
Kota Tomohon menghadapi bencana
gunung berapi.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian


eksperimen semu dengan pendekatan
desain one group pre test-post test.
Penelitian ini dilaksanakan di SMP
Kristen Kakaskasen Kota Tomohon pada
sebagai tempat penelitian. Setelah
mendapat persetujuan kemudian
mengidetifikasi responden penelitian.
penelitian ini menggunakan kuesioner yang Selanjutnya menjelaskan pada calon
dikembangkan sendiri oleh peneliti yang responden tentang tujuan dan manfaat
berdasarkan jurnal penelitian dari LIPI dan penelitian dan meminta kesediannya
UNESCO. Kuesioner ini berisi tentang untuk menjadi responden. Jika calon
pernyataan untuk mengukur tingkat setuju, maka responden menandatangani
keisapsiagaan pada siswa SMP Kristen ijin inform consent dan tahap terakhir
Kakaskasen Kota Tomohon. dengan membagikan kusioner
pernyataan sebanyak 20 yang terdiri dari 5
pertanyaan untuk sikap dan pengetahuan, 5 Prosedur pengolahan data yang
pertanyaan untuk perencanaan kedaruratan, 5 dilakukan melalui tahap cleaning, koding,
pertanyaan untuk sistem peringatan, dan 5 skoring dan tabulating dan data dianalisis
pertanyaan untuk mobilisasi sumber daya. melalui prosedur analisis univariat dan
Dengan bobot, jika sangat setuju diberi skor analisis bivariate dengan menggunakan uji
5, jika setuju di beri skor 4, jika ragu-ragu di Pared T-test pada tingkat kemaknaan 95%
beri skor 3, jika tidak setuju diberi skor 2, (α=0,05).
jika sangat tidak setuju diberi skor 1.

Etika dalam penelitian ini sebagai


Prosedur dari pada penelitian berikut: peneliti melakukan beberapa hal
dilakukan oleh peneliti setelah mendapat yang berhubungan dengan informed
rekomendasi dari Koordinator Program Studi consent, menghormati privasi responden
Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan kerahasiaan responden.
Universitas Sam Ratulangi Manado.
Langkah selanjutnya peneliti menyampaikan
surat permohonan kepada Kepala Sekolah
SMP Kristen Kakaskasen Kota Tomohon

3
ejoural Keperawatan (e-Kep) Volume 3 Nomor 2 Mei 2015

Total 60 100

HASIL dan
PEMBAHASAN A. Hasil Sumber: Data Primer 2015
Penelitian Analisis Univariat

Analisis Bivariat
Tabel 5.1. Tingkat Kesiapsiagaan
Siswa Sebelum Dilakukan Tabel 5.3. Pengaruh Penyuluhan
Penyuluhan Bahaya

Tingkat
Gunung Berapi
n % Terhadap

Kesiapsiagaan Kesiapsiagaan Siswa SMP


Kristen
Kakaskasen Kota Tomohon
Kurang Siap 1 1,7 Dalam
Hampir Siap 7 11,7 Menghadapi Bencana.
Siap 52 86,6
Sangat Siap 0 0 Variabel Me SD n t P-

Total 60 100 Penyuluhan an


Valu

Sumber: Data Primer e


2015

Tabel 5.2 Tingkat Kesiapsiagaan Sebelum 64,08 5,69 60


Sesudah Dilakukan Penyuluhan

23,

Tingkat 0,00
n %
Sesudah 80,78 4,58 60 78
Kesiapsiagaan

Kurang Siap 0 0 Sumber: Data Primer 2015

Hampir Siap 0 0
Siap 22 36,7
Sangat Siap 38 63,3
keluarga, dimana sikap dipengaruhi oleh
pengetahuan tentang bencana dan dampak
dari bencana tersebut. Dalam teori
Benyamin Blum juga menyatakan, bahwa
pengetahuan atau kognitif merupakan
3. PEMBAHASAN domain yang sangat penting untuk
Darihasilanalisispengaruh terbentuknya tindakan seseorang. Dalam
teori tersebut pula dijelaskan, bahwa
penyuluhan terhadap kesiapsiagaan pada siswa sikap/perilaku merupakan faktor terbesar
SMP Kristen Kakaskasen, bahwa siswa yang kedua setelah faktor lingkungan yang
sebelum di berikan penyuluhan bahaya gunung mempengaruhi kesehatan individu atau
berapi memiliki rata-rata lebih rendah daripada masyarakat (Djafar dkk. 2013).
rata-rata sesudah penyuluhan. Hal tersebut
senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Berdasarkan uji statistik dengan
Purwati (2014) dimana nilai sebelum diberikan
penyuluhan lebih rendah daripada nilai
menggunakan uji Paired T-Test
sesudah penyuluhan itu di buktikan dalam
penelitiannya yaitu responden sebelum menunjukkan bahwa koefisien P-value
diberikan penyuluhan kesehatan (44%) yang sebesar 0,000 (< 0,05) yang berarti adanya
pengetahuan dan perilakunya baik dan setelah perbedaan yang signifikan yang dimana,
di berikan nilai t hitung lebih besar dari nilai t tabel
(2,001) yang berarti Ho ditolak. Maka
dapat disimpulkan, bahwa terdapat
penyuluhan kesehatan tingkat pengetahuan dan perbedaan yang signifikan tingkat
perilakunya semakin baik (100%). Dalam hal kesiapsiagaan sebelum dan sesudah
ini Adlina dkk (2014) juga mengatakan dalam diberikan penyuluhan yang berarti
jurnal penelitannya bahwa pengetahuan
tentang bencana merupakan aspek dasar yang
penyuluhan sangat mempengaruhi

seharusnya dimiliki oleh setiap masyarakat


untuk dapat memberikan informasi kepada

4
ejoural Keperawatan (e-Kep) Volume 3 Nomor 2 Mei 2015
SMP Kristen Kakaskasen Kota
Tomohon selalu terkena dampak ketika
gunung lokon erupsi karena hanya
kesiapsiagaan siswa dalam menghadapi berjarak 3km dari gunung lokon. Hal
bencana.. Hasil penelitian ini sejalan tersebut dapat mengganggu proses
dengan penelitian yang dilakukan oleh belajar mengajar warga sekolah di SMP
oleh (Afifah Dkk, 2014) yang Kristen
menunjukkan adanya pengaruh yang
signifikan antara sebelum dan sesudah

diberikan penyuluhan tentang


kesiapsiagaan menghadapi bencana.

WHO mengungkapkan, bahwa sikap


seseorang disebabkan oleh pemikiran dan
perasaan dalam bentuk pengetahuan,
persepsi, sikap, kepercayaan, dan
penilaian-penilaian seseorang terhadap
objek. Dalam hal ini, dengan pemberian
penyuluhan kesehatan, maka pengetahuan
akan bertambah, sehingga sikap juga akan
lebih baik lagi (Djafar dkk, 2013).

Maulana (2007) mengatakan, bahwa


pengetahuan yang ada pada setiap orang

diterima atau ditangkap melalui


pancaindera, semakin banyak pancaindera
yang digunakan, maka semakin banyak
dan semakin jelas pula pengertian atau
pengetahuan yang diperoleh, dimana mata
merupakan pancaindera yang paling
berperan dalam menyalurkan pengetahuan
ke otak, yaitu 75% sampai 87%, maka dari
itu peneliti memilih untuk menggunakan
media audiovisual karena selain menarik
juga lebih mudah untuk siswa dan siswi
mengerti akan materi yang disampaikan,
maka pengetahuan siswa tentang bahaya
gunung berapi meningkat, sehingga
kesiapsiagaan siswa dalam menghadapi
bencana gunung berapi semakin baik pula.
Oleh karena itu, dalam penelitian ini
peneliti memberikan penyuluhan selain
menggunakan media cetak (leaflet)
peneliti juga menggunakan media
audiovisual untuk merangsang indera
penglihatan dan pendengaran para siswa
agar lebih memudahkan siswa siswi untuk
memahami tentang bahaya bencana
gunung berapi.
tersebut.
.
Kakaskasen Kota Tomohon, maka SMP
Kristen Kakaskasen perlu adanya SIMPULAN
kesiapsiagaan yang baik. Dalam hal ini
peneliti berpendapat, bahwa dengan
Tingkat kesiapsiagaan siswa
diberikannya penyuluhan tentang bahaya
mengalami peningkatan sesudah diberikan
gunung berapi dapat meningkatkan
penyuluhan. Terdapat pengaruh yang
pengetahuan siswa tentang bencana yang
signifikan penyuluhan bahaya gunung
rawan di daerah tersebut, seiring dengan
berapi terhadap kesiapsiagaan siswa SMP
Kristen Kakaskasen Kota Tomohon dalam
meningkatnya pengetahuan siswa terhadap menghadapi bencana gunung berapi.
bencana gunung berapi maka kesiapsiagaan
siswa akan lebih meningkat juga.

Dengan demikian tingkat kesiapsiagaan


yang semakin baik, maka para siswa DAFTAR PUSTAKA
semakin siap menghadapi bencana gunung
Purwana R. (2013). Manajemen
berapi kapanpun bencana tersebut terjadi.
Para siswa dan siswi akan mampu Kedaruratan Kesehatan Lingkungan
mengelolah resiko bencana dilingkungannya,
akan adanya tindakan yang cepat dan tepat Dalam Kejadian Bencana. Jakarta:
guna pada saat terjadi bencana dengan
memadukan dan Raja Grafindo Persada.

mempertimbangkan sistem
Sarwidi., Wantoro Dwi., & Suharjo
penanggulangan bencana di daerah dan
disesuaikan kondisi wilayah setempat, Drajat. (2013). Evaluasi Sekolah Siaga
(Studi Kasus SMKN Berbah Kabupaten
dengan begitu dapat meminimalisir
Sleman ). Yogyakarta.
korban dan kerugian akibat bencana
ejoural Keperawatan (e-Kep) Volume 3 Nomor 2 Mei 2015
Nugroho Ag. Cahyo. (2007). Kajian Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam Mengantisipasi
Bencana . Jakarta. http://unesdoc.unesco.org/images/001

5/001536/153617IND.pdf. Diakses tanggal 5 November 2014 pukul 23.15 wita.

Konsorsium Pendidikan Bencana Indonesia. (2011). Kerangka Kerja Sekolah Siaga


Bencana. Jakarta . http://gerashiaga.files.wordpress.com/ 2012/06/buku-kerangka-kerja-
sekolah-siaga-bencana.pdf.

Diakses tanggal 4 November 2014 pukul 21.30.

Maulana, H, D, J. (2007). Promosi Kesehatan. Jakarta : EGC

Badan Nasional Penanggulangan Bencana. (2012). Siaga Bencana

Gunung Api. http://bnpb.go.id.

diakses pada November 5, 2014.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah.

(2012). Profil Daerah Rawan Bencana (Erupsi Gunung Lokon dan Mahawu).

Tomohon.

Adlina Nita., Agussabti., Hermansyah. (2014). Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam


Menghadapi Situasi Bencana Gunung Api Seulawah Agan Di Wilayah Kecamatan
Sare Kabupaten

Aceh Besar. Jurnal Ilmu

Kebencanaan.

http://prodipps.unsyiah.ac.id/jika/ima

ges/jika/vol/vol.1/vol.1.1/3.17.25.Nita %20Adlina.pdf. Diakses pada tanggal 25 Januari


2015 Pukul 21.00 WITA
Widianto M, A. (2013). Statistika Terapan Konsep & Aplikasi SPSS/LISREL

Dalam Penelitian Pendidikan,

Psikologi & Ilmu Sosial Lainnya.

Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

6
Setiadi. (2013). Konsep dan Praktik

Penulisan Riset Keperawatan.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai