Anda di halaman 1dari 10

DAMPAK TSUNAMI TERHADAP KESEHATAN MENTAL ANAK :

A NARRATIVE REVIEW

Bs. Titi Haerana, Alifka Rahmayanti Jamaluddin


Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
bs.titihaerana@gmail.com
ABSTRAK
Indonesia merupakan salah satu negara yang sering mengalami bencana. Hal ini
disebabkan karena kondisi geografis, geologis, hidrologis maupun demografis
Indonesia. Salah satu bencana yang sering terjadi yaitu bencana tsunami yang dapat
menimbulkan dampak terhadap kesehatan mental anak psikologis merupakan salah
satu dampak yang masih jarang menjadi perhatian dan akan menyebabkan efek
jangka panjang jika tidak mendapatkan pertolongan yang sesuai. Kajian ini bertujuan
untuk menilai dampak tsunami terhadap kesehatan mental anak. Metode penelitian
yang digunakan adalah review yang dilakukan dengan mencari jurnal terkait dengan
dampak tsunami terhadap kesehatan mental yang sudah dipublikasikan. Penelusuran
literatur dilakukan pada tanggal 14 – 21 April 2020 melalui database penyedia jurnal
yaitu Google Scholar dengan tahun pencarian dibatasi dari tahun 2017 sampai 2021,
kemudian jurnal-jurnal tersebut diseleksi sesuai dengan tujuan jurnal. Hasil dari yang
telah dilakukan terhadap beberapa jurnal, maka didapatkan dampak yang ditemukan
pada penyintas anak sebenarnya dapat bervariasi. Kondisi tersebut dapat ditangani
dengan baik dan dideteksi sejak awal dengan cara melakukan identifikasi masalah
pada korban bencana alam agar tidak semakin memburuk dan berdampak jangka
panjang.

Kata Kunci: Dampak Tsunami, Kesehatan Mental, Anak

PENGANTAR
Indonesia merupakan salah satu Negara yang sering mengalami bencana.
Indonesia kerap disebut sebagai “Laboratorium Bencana”. Hal ini disebabkan karena
kondisi geografis, geologis, hidrologis maupun demografis Indonesia. Karena terletak
dalam Pacific Ring of Fire, Indonesia kerap terjadi bencana, termasuk gempa,
tsunami, erupsi gunung berapi, banjir, longsor maupun kebakaran hutan yang dapat
mengakibatkan kerusakan lingkungan, kerugian harta benda bahkan korban jiwa
(Nurtyas, 2019). Menurut Undang-Undang RI Nomor 24 Tahun 2007, tentang
penanggulangan bencana, Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan oleh faktor alam dan/atau faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak
psikologis.
Dampak bencana secara umum berkaitan dengan kesehatan, kehidupan sosial,
ekonomi, kehidupan keagamaan, dan psikologis (Dewi dan Anggarasari, 2020).
Dampak secara psikologis merupakan salah satu dampak yang masih jarang
menjadi perhatian dan akan menyebabkan efek jangka panjang jika tidak
mendapatkan pertolongan yang sesuai (Harjanti, Sagala, dan Elisha, 2020). Kondisi
ini dapat menyebabkan terjadinya penurunan kualitas mental sebagai dampak
traumatis kejadian tersebut (Sagita, dan Fairuz, 2019). Dampak bencana secara
psikologis ini dapat terjadi pada semua kalangan usia, mulai dari bayi, anak-anak,
remaja, dewasa, hingga lansia (Dewi dan Anggarasari, 2020).
Berdasarkan pengantar tersebut review ini bertujuan untuk menilai dampak
tsunami terhadap Kesehatan mental anak. Karena pada umumnya anak-anak lebih
rentan mendapat trauma yang berkepanjangan dibandingkan orang dewasa, sehingga
terjadi penurunan kualitas mental yang berimbas pada penurunan kualitas hidup
(Nurtyas, 2019).

METODE
Metode penelitian yang digunakan adalah review yang dilakukan dengan
mencari jurnal terkait dengan dampak tsunami terhadap Kesehatan mental yang sudah
dipublikasikan. Penelusuran literatur dilakukan pada tanggal 14 – 21 April 2020
melalui database penyedia jurnal yaitu Google Scholar dengan menggunakan kata
kunci “dampak tsunami”, “kesehatan mental, dan “anak” dengan tahun pencarian
dibatasi dari tahun 2012 sampai 2021. Hasil dari pencarian literatur tersebut
didapatkan 11 jurnal, kemudian dilakukan seleksi sesuai dengan tujuan jurnal, maka
didapatkan 6 jurnal yang sesuai untuk dilakukan narrative review.
Tabel 1. Tinjauan Pustaka
Penulis,
Desain
Tahun, Tujuan Sampel Hasil/Kesimpulan
Penelitian
Lokasi
Dewi, dan Melakukan Metode n= 45 Kegiatan bermain dapat
Anggarasari mitigasi kualitatif responden menjadi salah satu cara
, 2020, bencana dengan alat untuk melakukan
Pangandara tsunami pada bantu mitigasi bencana
n. anak usia dini penelitian tsunami. Kegiatan
(PAUD) berupa bermain dengan tema
dengan cara angket bencana ini perlu
memberikan observasi dilakukan secara
kegiatan yang diisi berkesimbungan agar
bermain yang oleh proses evakuasi saat
terdiri dari observer, bencana dapat terekam
peningkatan yang lebih baik pada memori
wawasan. diproses dan anak-anak dan hal yang
dianalisa terpenting adalah proses
dalam sosialisasi dan mitigasi
bentuk bencana pun perlu
deskriptif. dikuasi terlebih dahulu
oleh guru.

Harjanti, Mengetahui Review n= 5 artikel Munculnya dampak


Sagala, dan efektivitas sumber psikologis melibatkan
Elisha, 2020. dukungan sosial penulisan beberapa faktor, salah
dalam dengan satunya adalah jenis
pemulihan mesin kelamin. Wanita
trauma pencari memiliki risiko tiga kali
psikologis pada yaitu lebih besar untuk
wanita setelah Pubmed dan mengalami depresi atau
bencana alam Google PTSD pascabencana
Scholar daripada pria.
Penanganan segera
terhadap kelainan
psikologis yang dialami
korban perlu untuk
dilakukan, salah satunya
adalah dukungan social
yang segera diberikan
pada wanita korban
bencana alam dapat
memberikan efek positif
dalam pemulihan trauma
psikologis pascabencana
dan menurunkan
kemungkinan terjadinya
depresi.

Nugroho, et Pembentukan Kegiatan Program Sekolah Petra


al., 2012. Program pengabdian dirancang untuk
Sekolah Petra kepada menjawab permasalahan
yang bertujuan masyarakat penanganan trauma pada
untuk korban anak-anak
memberikan bencana alam.
panduan untuk Diharapkan dengan
menangani metode penanganan
korban yang memiliki sistem
bencana, bertahap, berkelanjutan,
khususnya dan memperhatikan
menangani semua aspek dalam diri
anak- anak, anak, yaitu fisik,
agar dapat emosional, dan
melakukan intelektual, Sekolah
tindakan yang Petra mampu
tepat sesuai menyembuhkan luka
dengan trauma secara permanen
perkembangan dan memulihkan kondisi
kepribadian dan anak, serta
tingkat meningkatkan kualitas
traumatis anak. hidup anak.

Nurtyas, Tujuan Kegiatan Pelayanan kesehatan ibu


2019, pengabdian pengabdian dan anak di Huntara
Huntara adalah untuk kepada Balaroa sangat
Balaroa. mengimplement masyarakat dibutuhkan karena pos
asikan beberapa kesehatan jauh dari
kegiatan Huntara dan tidak ada
pelayanan tenaga kesehatan yang
kesehatan ibu siap sedia di Huntara.
dan anak pasca Pelayanan yang
bencana di dilakukan antara lain 2
Huntara antenatal care, 1 post
Balaroa natal care, 1 neonatal
care, 2 konsultasi
keluarga berencana serta
trauma healing pada
anak-anak.

Sagita, dan Tujuan dari Kegiatan Antusiasmie dan


Fairuz, pelaksanaan pengabdian perubahan pada diri
2019. pengabdian ini kepada anak-anak yang
adalah masyarakat mengalami traumatic
memberikan pasca bencana, anak-
dukungan dan anak mengikuti kegiatan
pendampingan dengan penuh semangat
kepada anak- dan aktif. Karena
anak yang besarnya manfaat dan
menjadi korban dampak dari kegiatan ini
dalam maka perlu dilanjutkan
mereduksi dengan prosedur dan
stress dan persiapan yang lebih
trauma akibat matang di kemudian
bencana hari. Sehingga luka
sehingga bisa psikologis anak dan
kembali remaja dapat di entaskan
tersenyum dan senyuman anak-
seperti sedia anak bisa kembali
kala. mereka di wajah mereka.

Thoyibah et Untuk Desain yang n= 47 Sebagaian besar


al. 2019, mengidentifikas digunakan responden responden anak-anak
Lombok i dampak dalam termasuk kategori
Barat. kecemasan dan penelitian kecemasan normal
gejala ini adalah 85,11%, sedangkan
psikologis pada mix-method. 14,89% termasuk dalam
anak-anak yang Analisis kategori kecemasan
disebabkan oleh data klinis. Hasil studi
bencana gempa kuantitaif kualitatif menunjukkan
bumi di wilayah menggunaka bahwa terjadi perubahan
Lombok n kuesioner sikap pada anak-anak,
RCMAS-2 seperti anak menjadi
(Revised lebih sensitive, mudah
Children’s menangis, mudah marah,
Manifest anak-anak mudah panik
Anxiety dan menangis jika
Scale; mendengar sesuatu yang
second bergemuruh, anak sering
edition) dan khawatir masuk rumah,
analisis mereka yang awalnya
kualitiatif ceria namun setelah
menggunaka gempa terjadi anak lebih
n metode banyak pendiam dan
wawancara menarik diri.
mendalam
dengan
orang tua
dan guru di
sekolah

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil dari review yang telah dilakukan terhadap beberapa jurnal, maka
didapatkan dampak tsunami terhadap kesehatan mental atau secara psikologis
sebenarnya dapat bervariasi seperti berupa stres pasca trauma, penghayatan terhadap
pengalaman selama terjadinya bencana, berkurangnya dukungan sosial, kurang
optimalnya kemampuan menyesuaikan diri terhadap perubahan yang terjadi,
berkurangnya penghargaan diri yang dimiliki, hingga berkurangnya pengharapan
yang positif, masalah ansietas (kecemasan), stress (tekanan), depresi (kemurungan),
dan trauma (Dewi dan Anggarasari, 2020). Sebuah survey menunjukkan bahwa,
setelah peristiwa bencana, sekitar 15-20% populasi akan mengalami gangguan mental
ringan atau sedang yang merujuk pada kondisi Post-Traumatic Stress Disorder
(PTSD), sementara 3-4% akan mengalami gangguan berat seperti psikosis, depresi
berat dan kecemasan yang tinggi (Thoyibah et al. 2019).
Kondisi kesehatan mental yang buruk dan berefek panjang tidak lepas
kaitannya dengan kejadian cedera fisik, penyaksian kematian atau cedera individu
lain secara langsung, dan ancaman terhadap hidupnya. Karena pada umumnya anak-
anak lebih rentan mendapat trauma yang berkepanjangan dibandingkan orang
dewasa, sehingga terjadi penurunan kualitas mental yang berimbas pada penurunan
kualitas hidup (Nurtyas, 2019). Kondisi tersebut akan semakin memburuk bila tidak
ditangani dengan baik dan dideteksi sejak awal dengan cara melakukan identifikasi
masalah pada korban bencana alam (Thoyibah et al. 2019).
Masalah-masalah yang ditemukan pada penyintas anak diantaranya yaitu
terjadinya perubahan sikap seperti anak menjadi lebih sensitif, mudah menangis,
mudah marah, apabila mendengar sesuatu yang bergemuruh langsung panik dan
menangis, sering khawatir masuk rumah, yang awalnya ceria dan cerdas setelah
gempa lebih banyak diam dan menarik diri. Gejala-gejala kecemasan klinis yang
dialami anak dapat mengarah pada gejala PTSD. Meskipun banyak korban bencana
pada usia kelompok anak-anak memperlihatkan beberapa jenis reaksi psikologis
pasca bencana, penelitian klinis menunjukkan bahwa gejala-gejala tersebut
tergantung juga pada usia Penelitian sebelumnya menunjukan bahwa usia adalah
faktor kunci pemahaman anak terhadap bencana. Usia sebagai indeks keterampilan
perkembangan anak dalam merefleksikan kemampuan memahami apa sebenarnya
bencana atau kejadian yang dapat menyebabkan trauma (Thoyibah et al. 2019).
Perlakuan yang dapat diberikan kepada anak-anak untuk menanggulangi
trauma yang akan mempengaruhi kesehatan mentalnya adalah sebagai berikut:
1. Kegiatan mitigasi bencana
Kegiatan mitigasi bencana yang merupakan serangkaian upaya untuk
mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran
dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana seperti melakukan
try out tentang metode kegiatan bermain pada anak dengan menggunakan
aktivitas fisik dan motorik anak. Kegiatan try out yang dapat dilakukan (Dewi dan
Anggarasari, 2020) adalah
a. Memberikan yel-yel penyemangat
b. Memperkenalkan tentang macam-macam bencana
c. Bernyanyi tentang gempa dan tsunami
d. Menonton tayangan tentang sejarah dan sebab-sebab tsunami
e. Melakukan aktivitas outdoor, tentang koordinasi tubuh dan konsentrasi pada
komando.
2. Kegiatan trauma healing dalam bentuk permainan
Langkah awal program ini adalah identifikasi masalah, yaitu
mengumpulkan penyintas anak-anak. Penanganan trauma disesuaikan dengan
permasalahan yang dimiliki anak yang memiliki empat titik poin dalam pencarian
solusi masalah trauma, yaitu fisik, emosional, intelektual dan spiritual. Karena
keempat titik poin tersebut merupakan prinsip keseimbangan dalam hidup
manusia (Nugroho et al., 2012), yaitu:
a. Dengan pemulihan fisik diharapkan penyintas mampu menerima pembinaan
dan penanganan tahap selanjutnya. Talam pencarian masalah titik poin dengan
fisik misalnya jika ada penyintas yang terluka atau cacat akibat bencana
solusinya untuk anak adalah dengan memberikan semangat dan motivasi dan
juga memberikan sesuatu yang bisa membuat penyintas bisa tetap sehat dan
kuat seperti pemberian
b. Pemulihan emosional, anak biasanya memiliki emosi yang labil sehingga
untuk meredakan emosi pada anak bisa dilakukan dengan bermain agar anak
selalu gembira atau dengan dongeng ceria (story telling), kegiatan gerak dan
lagu dimana anak-anak menyanyi sambil memperagakan proses yang terjadi
dengan gerakan, dan simulasi dengan media dengan membuat rumah-rumahan
yang dasarnya dapat bergetar, hingga menyebabkan rumah-rumahan tersebut
runtuh, kemudian ada air yang datang, dan membuat membuat boneka kecil
yang kami buat harus pergi ke tempat yang lebih tinggi.
c. Pemulihan intelektual, akibat terjadinya bencana biasanya aktivitas sekolah
terganggu sehingga perlu adanya proses belajar mengajar agar aktivitas
belajar terus berjalan dan agar korban bencana tetap menambah pengetahuan
mereka dengan hal-hal baru yang seperti mewarnai, merangkai puzzle,
membaca buku bacaan, buku cerita, dan menonton film dimana anak-anak
disuguhkan dengan film kartun tentang bencana tsunami.
d. Pemulihan spiritual, misalnya dengan mengadakan ibadah bersama seperti
membaca iqro dan menghapalkan doa-doa bersama-sama yang akan
mengurangi rasa trauma dengan iman yang kuat.
Hasil penelitian dari 6 jurnal bahwa dapat diketahui kejadian tsunami yang
kerap kali terjadi di negara kita ini memiliki dampak yang sangat berdampak buruk
karena dampak psikologis merupakan salah satu dampak yang masih jarang menjadi
perhatian dan akan menyebabkan efek jangka panjang jika tidak mendapatkan
pertolongan yang sesuai. Kondisi ini dapat mengakibatkan penurunan kualitas mental
anak sebagai dampak traumatis kejadian tersebut. Maka dari itu kondisi tersebut
dapat ditangani dengan baik dan dideteksi sejak awal dengan cara melakukan
identifikasi masalah pada korban bencana alam agar tidak semakin memburuk dan
berdampak jangka panjang.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian pada review yang telah dilakukan terhadap
beberapa jurnal, maka didapatkan dampak yang ditemukan pada penyintas anak
sebenarnya dapat bervariasi diantaranya yaitu terjadinya perubahan sikap seperti anak
menjadi lebih sensitif, mudah menangis, mudah marah, apabila mendengar sesuatu
yang bergemuruh langsung panik dan menangis, sering khawatir masuk rumah, yang
awalnya ceria dan cerdas setelah gempa lebih banyak diam dan menarik diri.
Perlakuan yang dapat diberikan kepada anak-anak untuk menanggulangi trauma yang
akan mempengaruhi kesehatan mentalnya dengan melakukan mitigasi bencana
sebagai bentuk penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman
bencana dan kegiatan trauma healing dengan mengidentifikasi masalah untuk
penanganan trauma disesuaikan dengan permasalahan yang dimiliki anak yang
memiliki empat titik poin dalam pencarian solusi masalah trauma, yaitu fisik,
emosional, intelektual dan spiritual.
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, Rikha Surtika, and Nadhini hudha Anggarasari. 2020. “Mitigasi Bencana Pada
Anak Usia Dini.” Early Childhood : Jurnal Pendidikan 3(1): 68–77.
Harjanti, Sagala, dan Elisha. 2020. "Efektivitas Dukungan Sosial Dalam Pemulihan
Trauma Psikologis Pada Wanita Setelah Bencana Alam".
Nugroho, D., N. R, N. Rengganis, and P. Wigati. 2012. “Sekolah Petra (Penanganan
Trauma) Bagi Anak Korban Bencana Alam.” Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro 2(2): 96644.
Nurtyas, Maratushoikhah. 2019. “Pelayanan Kesehatan Ibu Dan Anak Pascabencana
(Studi Kasus Gempa Dan Tsunami Di Huntara Balaroa, Palu, Sulawesi
Tengah).” Seminar Nasional: 1–5.
Sagita, D. D, dan Fairuz. 2019. "Menjemput Senyuman : Dukungan Psikososial
Anak-Anak Korban Bencana Tsunami Di Anyer". MARTABE : Jurnal
Pengabdian Masyarakat. 2 (2): 106-118.
Thoyibah, Zurriyatun et al. 2019. “Gambaran Dampak Kecemasan Dan Gejala
Psikologis Pada Anak Korban Bencana Gempa Bumi Di Lombok.” Holistic
Nursing and Health Science 2(1): 31–38.

Anda mungkin juga menyukai