Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat

Universitas Selamat Sri


Vol. xx, No. xx, Bulan, 20xx, pp. xxx -xxx

Pelatihan Psychological First Aid (PFA): Milenial Tanggap Bencana Pada


Anggota Palang Merah Remaja (PMR) di SMK Bhakti Kencana
Kabupaten Kendal

Laelatul Anisah1, Suprihatma2


1
Universitas Selamat Sri, 2Universitas Selamat Sri
E-mail: laelatulanisah89@gmail.com*

Abstract
Psycological First Aid (PFA) dapat membantu membangun ketahanan dan mengurangi
dampak trauma dan kehilangan yang luar biasa. PFA membekali korban dengan dukungan
emosional, keterampilan mengatasi dan koneksi ke layanan praktis. Peristiwa traumatis seperti
bencana alam dapat mempengaruhi korban dengan cara yang berbeda, seperti Post Traumatic Stress
Disorder (PTSD). PFA adalah salah satu metode yang bisa dilakukan untuk membantu para penyitas.
Hal ini dapat diterapkan kepada para korban pasca bencana. Pelatihan Psychological First Aid
(PFA) bertujuan mampu memberikan wawasan dan keterampilan bagi siswa yang aktif
ekstrakulikuler Palang Merah Remaja (PMR). Dimana siswa yang aktif dalam ekstrakulikuler PMR
dapat menambah wawasan dan memiliki skiil tanggap bencana. Sehingga diharapkan ketika ada
bencana alam daerah bisa berpartisipasi dalam penanggulangan bencana alam serta
mengimplimentasikan skill yang sudah diperoleh.
Luaran yang diharapkan pada kegiatan ini adalah publikasi dimedia cetak (artikel jurnal).
Sedangkan capaian yang diharapkan membentuk keterampilan tanggap bencana. Bentuk kegiatan
yang diselenggarakan yaitu serangkaian kegiatan yang akan dilaksanakan dalam bentuk materi,
diskusi dan simulasi. Psychological First Aid (PFA) adalah tindakan suportif berupa dukungan sosial
dan emosional yang diberikan terhadap seseorang yang mengalami trauma akibat bencana yang
dialaminya. Penerapan langsung prinsip dasar PFA dan intervensi penyembuhan trauma melalui
Play Therapy. Simulasi playtherapy yang berupa permainan dengan tujuan untuk memberikan
gambaran terhadap peserta pelatihan dalam memberikan therapy pasca bencana guna meringankan
beban penderitaan korban bencana dan menghibur para korban bencana.

Keyword : Pelatihan Psychological First Aid (PFA); Milenial Tanggap Bencana; Anggota Palang
Merah Remaja (PMR)
Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat
Universitas Selamat Sri
Vol. xx, No. xx, Bulan, 20xx, pp. xxx -xxx

Pendahuluan

Kabupaten Kendal merupakan Kabupaten yang berada di wilayah Provinsi Jawa


Tengah yang mempunyai tingkat bencana cukup tinggi. Undang-undang Nomor 24 Tahun
2007 tentang penanggulangan bencana menyatakan bahwa bencana dibagi menjadi 3 jenis
yaitu bencana alam, bencana non alam, dan bencana sosial. Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD) Kabupaten Kendal menyebutkan bahwa Kabupaten Kendal memiliki
wilayah yang rentan terhadap beberapa potensi bencana alam, yaitu kebakaran, banjir,
kekeringan, dan tanah longsor. Tingginya bencana yang berada di Kabupaten Kendal harus
diseimbangkan dengan pengetahuan siswa agar siswa khususnya di Kabupaten Kendal dapat
mengetahui pentingnya bencana alam yang ada di sekitarnya.
Pengetahuan tentang tanggap kebencanaan akan diimplementasikan untuk
memberikan pendidikan melalui kegiatan belajar ektrakulikuler. Pengetahuan tentang
kesadaran datangnya banjir dan antisipasi kebakaran yang di ajarkan melalui kegiatan
pembelajaran pada ektrakulikuler Sekolah Siaga Bencana (SSB). Ekstrakurikuler sebagai
wadah untuk menyalurkan ilmu pengetahuan agar siswa menambah pengetahuan
kebencanaan khususnya banjir, kebakaran dan longsor. Adanya ekstrakulikuler akan
membuat siswa lebih memiliki jiwa mitigatif yang akan membantu siswa tanggap akan
bencana yang akan terjadi sewaktu-waktu. Siswa yang mengetahui pengetahuan yang cukup
baik akan pentingnya bencana maka siswa dapat memiliki kesiapsiagaan dalam menghadapi
bencana, tetapi setiap siswa tentunya mempunyai tingkat kesiapsiagaan yang berbeda.
Sektor pendidikan merupakan salah satu sektor pembangunan yang terkena dampak
dari bencana. Di dalam kaitannya dengan upaya penanggulangan bencana di Indonesia
memiliki tanggung jawab untuk menyelenggarakan pendidikan sebagai upaya mewujudkan
pembangunan budaya bangsa termasuk membangun budaya kesiapsiagaan bencana warga
negara, yakni secara khusus kepada anak atau murid. Anak-anak tersebut adalah pihak yang
harus dilindungi dan secara bersamaan perlu ditingkatkan pengetahuan kebencanaannya
(Konsorsium Pendidikan Bencana Indonesia, 2011). Oleh karena itu salah satu upaya dalam
meningkatkan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana adalah dengan memberikan
pendidikan atau ilmu pengetahuan tentang kesadaran tanggap bencana. Wina dalam Tjipto
Subandi (2011) mengemukaan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan
pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajran dapat dicapai
secara efektif dan efisien. kegiatan pembelajaran dapat dikombinasikan dengan penggunaan
strategi yang bisa dilakukan agar materi bahan ajar yang disampaikan lebih terkonsep dan
mencapai tujuan.
Menurut UU 24/2007 Bencana adalah peringatan atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan menganggu kehidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam
atau non alam, sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Ketidakseimbangan kondisi psikologis akibat
bencana termanifestasi dalam bentuk terganggunya fungsi-fungsi psikologi seseorang seperti
fungsi pikiran, perasaan, perilaku, dan spiritual. Selain itu fungsi fisik juga terpengaruh akibat
terganggunya fungsi psikologis. Salah satu contohnya adalah stress traumatic (trauma).
Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat
Universitas Selamat Sri
Vol. xx, No. xx, Bulan, 20xx, pp. xxx -xxx

Trauma adalah penderitaan terus-menerus yang dialami sehingga mengakibatkan


individu merasakan kecemasan dan kesakitan yang amat mendalam. Adapun Faktor-faktor
yang mempengaruhi trauma yaitu Individu, Lingkungan, dan Peristiwa Traumatik. Menurut
World Health Organization (2011), Psycological First Aid (PFA) merupakan tindakan
humanis dan mendukung dalam membantu seseorang yang menderita dan membutuhkan
bantuan akibat bencana alam atau krisis. Psycological First Aid (PFA) sendiri dapat
dilakukan dengan cara mendengarkan, membuat penyintas merasa nyaman, membantu
seseorang untuk terhubung orang lain, dan menyediakan informasi serta dukungan praktis
untuk memenuhi kebutuhan penyintas. Psycological First Aid (PFA) sendiri tidak harus
dilakukan oleh para ahli, tetapi dapat dilakukan oleh komponen masyarakat yang sudah
dilatih terlebih dahulu.
Psycological First Aid (PFA) dapat membantu membangun ketahanan dan
mengurangi dampak trauma dan kehilangan yang luar biasa. PFA membekali korban dengan
dukungan emosional, keterampilan mengatasi dan koneksi ke layanan praktis. Peristiwa
traumatis seperti bencana alam dapat mempengaruhi korban dengan cara yang berbeda,
seperti Post Traumatic Stress Disorder (PTSD). PFA adalah salah satu metode yang bisa
dilakukan untuk membantu para penyitas. Hal ini dapat diterapkan kepada para korban pasca
bencana.
Dalam pelaksanaannya, PFA memiliki tiga prinsip yang berupa proses jalannya
pertolongan pertama itu sendiri. Prinsip tersebut terdiri dari: (1) Look (Amati), (2) Listen
(Dengar), (3) Link (Hubungkan). Salah satu ektrakulikuler di Pendidikan Menengah Kejuruan
adalah Palang Merah Remaja (PMR) dimana Siswa mampu menambah wawasan berkenaan
dengan esensi dari ekstrakulikuler tersebut. Palang Merah Remaja (PMR) melaksanakan
kegiatan-kegiatan kemanusiaan dibidang kesehatan dan siaga bencana, mempromosikan
prinsip-prinsip dasar gerakan palang merah. Hal ini sangat tepat untuk dilaksanakannuya
kegiatan “Pelatihan Psycological First Aid (PFA) : Milenial Tanggap Bencara pada Anggota
Palang Merah Remaja (PMR) di SMK Bhakti Kencana Kabupaten Kendal”.
Metode Pelaksanaan
Bentuk kegiatan yang diselenggarakan yaitu serangkaian kegiatan yang akan
dilaksanakan dalam bentuk materi, diskusi dan simulasi yang meliputi:
1. Materi
Penyampaian materi mengenai :
a. Materi : “Psycological First Aid” oleh Laelatul Anisah, S.Pd., M.Pd., Kons.
b. Materi Praktik : “Kesadaran Tanggap Bencana” oleh Suprihatma, S.Pd.,
M.Pd.
2. Simulasi
Setelah menyampaikan materi, dilanjutkan dengan diskusi dan simulasi sebagai
bentuk pemantapan materi dan praktik dari materi yang telah didapatkan.
Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat
Universitas Selamat Sri
Vol. xx, No. xx, Bulan, 20xx, pp. xxx -xxx

Hasil dan Pembahasan


Hasil
Pelaksanaan kegiatan pada Pengabdian Kepada Masyarakat ini dilakukan dalam 3 tahap
yaitu (1) tahap persiapan kegiatan, (2) tahap pelaksanaan kegiatan dan (3) tahap evaluasi
kegiatan. Khalayak sasarannya adalah Siswa SMK Bhakti Kencana yang aktif dalam
Ekstrakulikuker Palang Merah Remaja (PMR). Melalui kegiatan ini diharapkan dapat
menambah pengetahuan dan wawasan berkenaan dengan Psycological First Aid (PFA)
sehingga menjadi generasi mulenial tanggap bencana.
A. Persiapan Kegiatan
Sebelum melaksanakan kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat ini maka
diperlukan persiapan-persiapan. Adapun persiapan yang dilakukan antara lain:
1. Melakukan observasi di lokasi mitra yang akan diberikan pelatihan Psycological
First Aid (PFA) di SMK Bhakti Kencana Kabupaten Kendal.
2. Menentukan tema yang akan disapaikan dan berdiskusi dengan pihak sekolah
mengenai kegiatan pelatihan yang akan dilakukan serta mengurus surat ijin yang
diperlukan untuk kegiatan pelaksanaan. Pertemuan ini dilakukan pada bulan Juni
2021.
3. Menentukan waktu pelaksanan penyuluhan dan lamanya kegiatan yang akan
dilakukan pada bulan Juni-Agustus 2021.
4. Mempersiapkan materi guna menunjang kegiatan pelatihan. Persiapan ini
dilakukan secara matang agar pada saat pelaksanaan dapat berjalan dengan lancar,
sehingga meminimalisir kendala yang akan terjadi.
B. Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dilaksanakan setelah pendaftaran
ekstrakulikuler Palang Merah Remaja (PMR) sehingga anggota baru bisa mengikuti
pelatihan Psycological First Aid (PFA). Pada pelaksanaan pertama dilakukan pada
tanggal 30 Juli 2021 yang dimulai pada pukul 15.00 sampai dengan pukul 17.00 WIB,
bertempat di Aula SMK Bhakti Kencana yang diikuti oleh anggota ekstrakulikuler
Palang Merah Remaja (PMR) berjumlah 20 orang. Penyuluhan ini dilakukan berdasarkan
relevansi kebutuhan dengan fenomena yang ada dilapangan berdasarkan hasil observasi
sebelum kegiatan ini dilakukan. Sehingga materi yang akan disampaikan sesuai dengan
kebutuhan. Diharapkan tujuan yang akan dicapai dapat terealisasi dengan maksimal.
Kegiatan pelatihan Psycological First Aid (PFA) ternyata belum pernah dilakukan di
SMK Bhakti Kencana apalagi moment dalam pelatihan ini sangat tepat yaitu ketika ada
reorganisasi anggota ekstrakulikuler Palang Merah Remaja (PMR) di SMK Bhakti
Kencana sehingga diharapkan menjadi generasi milenial tanggap bencana.
Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat
Universitas Selamat Sri
Vol. xx, No. xx, Bulan, 20xx, pp. xxx -xxx

Pemaparan Psycological First Aid (PFA) Menurut World Health Organization


(2011), PFA merupakan tindakan humanis dan mendukung dalam membantu seseorang
yang menderita dan membutuhkan bantuan akibat bencana alam atau krisis. Prinsip PFA
(Psychological First Aid) yaitu:
1. Lihat (Look)
Prinsip pertama mencakup bagaimana penolong mengamati lingkungan serta
kondisi yang mengelilingi para penyintas. Di sini, akan lebih baik untuk penolong
untuk bisa lebih sensitif terhadap penyintas dengan reaksi yang cukup serius.
2. Dengarkan (Listen)
Mendengarkan aktif merupakan komponen utama dalam prinsip ini. Di proses
kedua, penolong mendekati para penyintas dengan membangun rapport dan
mengembangkan kemampuan mendengarkan aktif untuk memahami apa yang
mereka rasakan. Dengan mendengarkan aktif, penolong juga dapat lebih mendalami
hal-hal yang menjadi kebutuhan utama bagi para penyintas.
3. Hubungkan (Link)
Prinsip terakhir ini merupakan penerapan dari prinsip sebelumnya, dimana penolong
akan membantu penyintas untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar serta mengatasi
permasalahan yang mereka alami. Tidak hanya berhenti sampai di situ, penolong
juga dapat memberikan informasi yang mereka ketahui dan mencoba
menghubungkan penyintas dengan keluarga mereka maupun pihak-pihak terkait
yang memiliki bantuan yang dibutuhkan oleh penyintas.
Kegiatan Play Theraphy digunakan sebagai salah satu theraphy dalam menangani
konsidi trauma atau yang biasanya disebut Trauma Healing. Dalam Playtherapy teori-
teori yang digunakan yaitu :
1. Konsentrasi
Scholz (2006) yaitu konsentrasi adalah kemampuan yang tercermin dalam berbagai
kegiatan di kehidupan sehari-hari.
Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat
Universitas Selamat Sri
Vol. xx, No. xx, Bulan, 20xx, pp. xxx -xxx

2. Interaksi Sosial
Interaksi sosial merupakan proses setiap orang menjalin kontak dan berkomunikasi
yang saling mempengaruhi dalam pikiran maupun tindakan Gillin (1992:72)
interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut
hubungan antar individu dan kelompok atau antar kelompok
3. Percaya diri
Menurut Carl Rogers percaya diri berasal dari bahasa inggris yaitu Self Confidence
yang artinya percaya pada kemampuan, kekuatan, dan penilaian diri sendiri.
4. Kekompakan
Menurut Mangkuprawira (2009) menyatakan bahwa kekompakan adalah tingkat
solidaritas dan perasaan positif yang ada dalam diri seseorang terhadap
kelompoknya.
5. Empati
Empati adalah kemampuan meletakkan diri sendiri dalam posisi orang lain dan
menghayati pengalaman tersebut serta untuk melihat situasi dari sudut pandang
orang lain (Hurlock: 1991)

Simulasi Play Teraphy Menurut Vanfleet (dalam Saputro: 2017) terapi bermain
merupakan suatu bentuk permainan anak-anak, dimana mereka dapat berhubungan
dengan orang lain, saling mengenal sehingga dapat mengungkapkan perasaanya sesuai
dengan kebutuhan mereka. Menurut pendapat Freud dan Erikson terkait terapi bermain
(terapi permainan) yang memunginkan anak mengatasi frustasi dan merupakan suatu
media bagi ahli terapi untuk menganalisis konflik-konflik anak dan cara-cara mereka
mengatasinya (Santrock: 1995). Tujuan Terapi Bermain, Menurut The Association for
Play Therapy (Nawangsih:2016) terdapat 14 macam keuntungan yang diperoleh bila
menggunakan Playtherapy sebagai sebuah intervensi yaitu : (a) Mengatasi Resistensi, (b)
Komunikasi, (c) Kompetensi, (d) Berpikir Kreatif, (e) Chatarsis, (f) Abreaksi, (g)
Bermain Peran, (h) Fantasi, (i) Pengajaran Metaforis, (j) Pembentukan Lampiran, (k)
Peningkatan Hubungan, (l) Emosi Positif, (m) Menguasai Ketakutan, (n) Bermain Game.
Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat
Universitas Selamat Sri
Vol. xx, No. xx, Bulan, 20xx, pp. xxx -xxx

Simulasi Playtherapy yang berupa permainan degan tujuan untuk memberikan


gambaran terhadap peserta pelatihan dalam memberikan therapy pasca bencana guna
meringankan beban penderitaan korban bencana dan meghibur para korban bencana.
Adapun beberapa permainan yang kami berikan diantaranya : (a) Bola Bergilir, (b) Bola
Seluncur, (c) Mari Membentuk, (d) Menyusun Menara, (e) Estafet Sarung, (f) Lingkaran
Ceria, (g) Kapal Selam.
Pembahasan
Kegiatan pelatihan Psychological First Aid (PFA) merupakan salah satu bentuk dari
pemecahan masalah. Hal ini dapat diketahui dari kegiatan yang dilakukan berdasarkan need
assesmen permasalahan yang ada dilapangan. Kondisi Kabupaten Kendal yang memiliki
daerah pegunungan dan lautan sering terjadi bencana. Antara lain: Tanah Longsor, Banjir
Bandang, Kebakaran. Dengan diadakannya pelatihan ini siswa yang aktif dalam
ekstrakulikuler Palang Merah Remaja (PMR) memiliki skill lebih dalam mengantisipasi
bencana alam. Tidah hanya itu, tetapi follow up yang diaharapkan setelah kegiatan pelatihan
berakhir adalah adanya hasil dari sebelum kegiatan dilakukan sampai setelah kegiatan
dilakukan. Kegiatan ini memiliki khalayak sasaran antara lain: (1) Siswa yang Aktif dalam
Ekstrakulikuler Palang Merah Remaja (PMR), (2) Mahasiswa Psikologi dan Ilmu Sosial, (3)
Praktisi Lapangan, (4) Umum. Adapun manfaat dari pelatihan ini antara lain: (1)
Meningkatkan skill Psychological First Aid (PFA) dalam diri siswa yang aktif dalam Palang
Merah Remaja (PMR), (2) Menumbuhkan sikap kepedulian terhadap sesama manusia yang
sedang mengalami musibah bencana alam, (3) Membangun generasi milenial untuk tanggap
bencana membantu sesama manusia.
Kegiatan selanjutnya setelah pelaksanaan yaitu evaluasi terhadap kegiatan pelatihan
yang dilakukan. Evaluasi pelaksanaan kegiatan dan simulasi berkenaan dengan materi yang
sudah dibahas pada pertemuan sebelumnya. Dari hasil evalusi yang didapat banyak peserta
pelatihan yang memberikan pertanyaan sehubungan dengan apa yang sudah didapat pada
materi sebelumnya. Awal evaluasi peserta masih kebingungan dalam mengaplikasikan materi
pelatihan kepada kehidupan mereka karena beberapa faktor seperti belum mengetahui
berkenaan kondisi ketika terjadinya bencana alam. Fokus kegiatan ini adalah peserta
Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat
Universitas Selamat Sri
Vol. xx, No. xx, Bulan, 20xx, pp. xxx -xxx

mendapatkan pengetahuan dan wawasan berkenaan dengan milenial tanggap bencana.


Sehingga mampu menjadi skill lebih saat siswa mengikuti ekstrakulikuler Palang Merah
Remaja (PMR).
Dalam pelaksanaan kegiatan pelatihan yang dilaksanakan pada tanggal 30-31 Juli
2021 yang bertempat di SMK Bhakti Kencana Kendal dengan peserta PMR berjalan kurang
maksimal. Dari awal sebelum pelaksanaan kegiatan dimulai, ada beberapa miss komunikasi
dengan pihak sekolah. Sehingga membuat pelaksana merubah konsep awal. Ketika kegiatan
berlangsung, ada beberapa kendala yang dialami seperti saat melaksanakan kegiatan Play
Theraphy, kendala tersebut diantaranya seperti:
1. Playtherapy Bola Seluncur
Kegiatan ini tidak terlaksana dikarenakan, menurut kami akan jauh lebih
menyenangkan apabila bola tersebut digantikan dengan air. Mengingat kondisi para
peserta sudah merasa kelelahan dan pada waktu tersebut cuaca terasa terik.
2. Playtherapy Bola Bergilir
Kegiatan ini tidak terlaksa dikarenakan terbatasnya waktu. Megingat begitu
banyaknya permainan yang sudah dipersiapkan dari pihak pelaksana ataupun dari
PMR.
Akan tetapi, ada beberapa penambahan Playtherapi dalam kegiatan tersebut seperti,
Playtherapy Kapal Selam, Dragon War, dan Kentang. Dikarenakan melihat suasana lapangan
yang begitu terik dan besarnya antusias serta semangat peserta untuk tetap melanjutkan
kegiatan dan meminta permainan yang jauh lebih seru.
Pada tanggal 31 Juli 2021 dilakukan pelaksanaan pengabdian yang kedua dengan
jumlah peserta 20 orang, pertemuan kedua lanjutan dari pertemuan pertama dimana
pertemuan ini membahas mengenai Simulasi berkenaan dengan materi yang sudah di bahas
pada pertemuan sebelumnya dan Evaluasi Pelaksanaan.
Kesimpulan
Psychological First Aid (PFA) adalah tindakan suportif berupa dukungan sosial dan
emosional yang diberikan terhadap seseorang yang mengalami trauma akibat bencana yang
dialaminya. Penerapan langsung prinsip dasar PFA dan intervensi penyembuhan trauma
melalui Play Therapy. Simulasi playtherapy yang berupa permainan dengan tujuan untuk
memberikan gambaran terhadap peserta pelatihan dalam memberikan therapy pasca bencana
guna meringankan beban penderitaan korban bencana dan menghibur para korban bencana.
Daftar Referensi
Cahyono, Wahyu. Psychological First Aid “Sebuah Kesiapsiagaan dari Kita untuk Kita”.
http://psikologi.unmuha.ac.id/wp-content/uploads/2020/02/Buku-PFA-2015.pdf.
Center For Public Health. Pertolongan Pertama Psikologis: Langkah untuk Membantu
Meredam Luka Batin Seseorang.
https://cpmh.psikologi.ugm.ac.id/2020/10/12/pertolongan-pertama-psikologis-langkah-
untuk-membantu-meredam-luka-batin-seseorang/.
Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat
Universitas Selamat Sri
Vol. xx, No. xx, Bulan, 20xx, pp. xxx -xxx

Iqbal, Mirza. Psychological First Aid pada Korban Terdampak Bencana.


https://pijarpsikologi.org/psychological-first-aid-pada-korban-terdampak bencana/.
Sumampouw, Nael. Psychological First Aid (PFA).
https://staff.ui.ac.id/system/files/users/nathanael.elnadus/material/pfadepkes.pdf.
Sutrisna, Sonny. 2014. Power of Soul. Jakarta: Power Of Soul.

Anda mungkin juga menyukai