Mari kita lanjutkan pembahasan tentang manajemen keperawatan bencana pada kelompok rentan.
Tidak hanya bayi yang memiliki kerentanan dalam kondisi darurat bencana, anak‐anak dibawah 5 tahun
dan terutama anak dibawah 2 tahun memiliki risiko lebih mudah sakit dan menemui ajalnya dalam
kondisi darurat.Di bagian ini, akan dibahas seperti apakah perawat bertindak untuk melindungi jiwa
anak-anak dan mendukung pertumbuhan anak yang sehat dan dampak bencana dari aspek psikologis.
Selain itu akan dibahas mengenai manajemen keperawatan bencana pada setiap fase dari siklus
bencana.
Gejala Somatik(badan)
Gejala Mental (pikiran)
Sakit perut
Kelelahan
Muntah
Diare
Batuk
Rambut rontok
Rambut putih/Uban
Atopi
Menggigil
Kepanasan
Reaksinya lambat
Kembalinya rasa takut
Gangguan tidur
Gelisah
Perasaan kesepian
Merasa tersisihkan
Depresi
Marah
Perasaan bersalah
Kelumpuhan daya pikir
Kebingungan
Mengamuk
Perselisihan
Menangis
Tindakan yang berlebihan
Menarik diri
Isolasi sosial
Anorexia
Makan berlebihan
Kembali menjadi anak-anak
Tic (gerakan otot-otot wajah yang tidak terkendali)
Gejala Somatik(badan)
Gejala Mental (pikiran)
Reaksi Stres (tindakan)
Gemetar
Pusing/Puyeng
Kesemutan
Tidak ada semangat
Kehilangan daya ingat sesaat
Tidak dapat memutuskan
Gagap
Sebagai tambahan, fenomena karakteristik anak-anak dapat dilihat dalam permainannya setelah
bencana,seperti: ”bercerita kembali (retelling)”dengan menceritakan tentang pengalaman bencana
mereka secara berulang; bermain “gempa bumi” dan “menguburnya hidup-hidup” dalam tema bencana
dan menggambarkannya. Hal ini bukan untuk kesenangan mereka dalam bermain, tetapi dianggap
sebagai reaksi stres setelah bencana. Dapat diterangkan bahwa reaksi seperti itu adalah tanda bahwa
mereka perlu dukungan seseorang.
Saat ini, keberadaan anak yang dapat bertahan dari stres yang sangat kuat dan tumbuh secara adaptif
telah menarik perhatian.Penelitian terhadap “Resilience”, yaitukekuatan pemulihan, daya elastisitas,
dan tenaga pemulihan secara cepat dari berbagai kerusakan dan penyakit telah dikembangkan. Dengan
penelitian ini, pandangan umum bahwa anak-anak seharusnya dilindungi secara menyeluruh dari
dampak yang lebih serius akibat pengalaman bencana telah ditekankan untuk direvisi. Anak-anak
mempunyai kekuatan untuk bertahan dari kejadian sekalipun mereka berada di lingkungan yang
memprihatinkan seperti bencana. Oleh karena itu, bisa dikatakan bahwa anak-anak dapat terus tumbuh
dan berkembang asal mereka dilengkapi dengan bantuan dan dukungan yang tepat.
Keperawatan pada saat bencana yang diharapkan adalah perlindungan hidup anak dan dukungan
pertumbuhan dan perkembangan kesehatan anak pada setiap fase/tahap dari siklus bencana. Oleh
karena itu, perawat sebaiknya menyediakan suatu lingkungan yang dapat memenuhi kebutuhan dasar
supaya anak bisa hidup, berdasarkan pengetahuan tentang fungsi fisiologis dan proses pertumbuhan
serta perkembangan anak. Perawat harus meningkatkan kemampuan untuk menilai sebuah
kemungkinan memburuknya keadaan kesakitan fisik secara tepat karena harus mencegah anak-anak
dari berbagai macam penyakit. Perawat juga harus memahami pandangan dunia yang dialami anak dan
mampu berhubungan dengan mereka sesuai dengan tahap perkembangannya. Selain itu, supaya
mewujudkan dasar/fondasi perkembangan dan pertumbuhan yang sehat tidak hanya untuk pada saat ini
tetapi juga untuk masa depan, maka yang penting adalah mendukung pengasuh atau orang dewasa di
sekitarnya bisa mengasuh anak dalam kondisi stabil.Oleh karena itu, perawat perlu mengkaji bagaimana
pengasuh atau pimpinan di TK/play group/sekolah yang juga mengalami bencana berpartisipasi supaya
mencapai sebuah hasil yang baik kepada anak pada masa kini dan masa depan, sehingga
dapatmelaksanakan penataan lingkungan dan bantuan yang sistematis terhadap orang pribadi maupun
organisasi/kelompok.
Dalam hal perawatan stres anak, akan dibahas nanti karena anak membutuhkan keperawatan yang
terfokus dan berkelanjutan. Penting juga mengkaji lingkungan anak dari berbagai pandangan untuk
melihat apakah kepentingan dari anak dihargai/dihormati dengan baik dan melaksanakan
penanganannya. Sepertiapakah tempat bermain dan belajar tersedia atau tidak,serta apakah pendapat
anak-anak dihargai ketika menentukan hal-hal yang terkait atau tidak.
Anak akan berperan penting di masa mendatang di wilayah bencana. Keperawatan bencana pada anak
dapat dikembangkan sebagai salah satu dukungan terhadap anak sehingga pengalaman bencana
menjadi pengalaman yang bermakna bagi mereka, seperti dijelaskan pada gambar dibawah ini.
Reaksi stres pada anak adalah perwujudan usaha mereka untuk mencoba berasimilasi dan berintegrasi
dengan luka mental yang disebabkan oleh bencana sedikit demi sedikit, dan ini merupakan reaksi
normal. Oleh karena itu, penting bagi orang dewasa yang ada di sekitarnya untuk mendukung anak
dengan pengetahuan yang benar sehingga mereka dapat memahami ketakutan dan kegelisahan yang
dialami oleh anak. Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan sebagai solusi terhadap reaksi stress pada
anak akibat bencana, antara lain:
Agar dapat mengenali reaksi stres anak, hal yang efektif adalah dengan mendengarkan orang tua
mereka, orang dewasa dan anak/teman yang mengetahui keadaan normalanak yang bersangkutan. Ini
juga efektif untuk mengamati bagaimana cara mareka menghabiskan waktu, bermain, bertindak sesuai
dengan usia mereka, dan berhubungan dengan lingkungan orang-orang disekitarnya.
1)Menghabiskan lebih banyak waktu bersama anakdan tidak membiarkan mereka sendirian
3)Berusaha untuk menerima rasa sedih dari anak, bukan memaksakan mereka untuk tidak bersedih
4)Memperlakukan anak dengan penuh kasih sayang dan kesabaran karena reaksi stres adalah sebuah
tanda dari anak yang membutuhkan perlindungan
5)Memperhatikan sehingga anak dapat diikutsertakan dalam proses untuk memutuskan pada masalah
dan solusi yang berkaitan dengan anak serta menghargai pendapat anak.
d.Berbagi perasaan dan pengalaman serta membantu agar mudah mengungkapkan perasaan
Mendiskusikan perasaan dan pengalaman anak dan memberi kesempatan untuk berbagi rasa akan
bermanfaat untuk mengurangi kegelisahannya. Walaupun demikian, perawat tidak seharusnya
memaksakan anak untuk bercerita tentang perasaan dan pengalaman mereka karena terkadang ada
saat-saat mereka tidak ingin bercerita. Beberapa anak yang memiliki kesulitan untuk mengungkapkan
perasaan dan pengalaman mereka dengan kata-kata, namun dapat menyatakan dengan jelas melalui
gambar-gambar. Bila ada orang dewasa yang dapat dipercaya selalu berada di samping anak yang
sedang menggambar atau dapat berbagi perasaan dan pengalaman dengannya, maka ketakutan dan
perasaan tidak berdaya akan dapat diatasi sedikit demi sedikit. Lebih dari itu, ungkapan perasaan
melalui aktivitas bercerita kembali atau menggambar dapat memberikan rasa aman bahwa mereka tidak
sendiri.
Jika anak dan orang tua dipisahkan dalam kondisi luar biasa seperti bencana, dapat menyebabkan PSTD
pada anak maupun orang tua.Oleh karena itu, perawat harus segera merespon dan menyediakan
pengobatan dan psikoterapi disamping tindakan bedah, dan harus memperhatikan masalah kesehatan
mental anak dan memastikan agar sebisa mungkin anak tidak dipisahkan dari orang tua. Hal ini penting
bagi perawat untuk menemukan bagaimana keadaan anak di tempat penampungan atau lokasi
pengungsian melalui pengecekan keselamatan korban. Membuat peta keberadaan anak dan
keluarganya pada kondisi darurat sangat bermanfaat terutama pada waktu perawat lain akan
mengambil alih tugas perawat lain.Karena peta tersebut menunjukkan sejumlah data, seperti berapa
usia anak, dimana anak itu berada, anak seperti apa mereka, dengan siapa anak berada, dan kondisi
anak seperti anak prematur, bayi yang baru dilahirkan, anak penyandang cacat, anak pengidap penyakit
kronis (diabetes, epilepsi, penyakit ginjal, asma, penyakit darah, dll), anak beresiko tinggi yang
menggunakan peralatan medis seperti alat pernapasan, tabung oksigen, dan alat penyedot untuk
mempertahankan hidupnya.
Anak pada fase kronis dalam siklus bencana dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok anak yang
pindah dari area bencana dimana alat penunjang kehidupannya (lifeline) terputus ke tempat yang lebih
aman, dan kelompok anak yang mulai tinggal di tempat penampungan/pengungsian, seperti di sekolah
dan beberapa bangunan yang ada di area bencana. Sedangkan kelompok kedua terpaksa tinggal
berkelompok bersama sejumlah korban bencana.Oleh karena itu, perawat perlu mengkaji apakah air
bersih, makanan sehat, fasilitas sanitasi dasar seperti toilet, pembuangan sampah dan tempat tinggal
yang aman sudah terjamin. Apabila salah satu dari kebutuhan dasar tersebut tidak tercukupi, maka baik
kelangsungan hidup maupun pertumbuhan dan perkembangan kesehatan anak tidak dapat terjamin,
seperti terlihat pada gambar 6.10.
Gambar 6.10.
Kesiapsiagaan bukan berarti hanya menyiapkan peralatan dan materi yang diperlukan tetapi memiliki
keterampilan dan pengetahuan yang cukup agar dapat bertindak dengan baik ketika terjadi
bencana.Persiapan terlebih dahulu sebelum bencana mampu memperkecil kerugian.Penting juga
berbicara dengan anak tentang keselamatan dan mengikutsertakan mereka dalam perencanaan untuk
suatu bencana.Hal ini membuat anak merasa lebih nyaman. Anak harus mengetahui apa saja
perlengkapan untuk mempertahankan hidup dan mengapa barang-barang itu diperlukan. Anakjuga
perlu mengetahui nomor telepon darurat dan mengetahui bagaimana dan kapan meminta bantuan.
Anak harus mengetahui bagaimana cara mengkonfirmasikan keselamatan keluarga mereka, dimana
tempat penampungan atau lokasi evakuasi, dan bagaimana cara menghubungi anggota keluarga.
Mereka harus mengetahui segala informasi terpenting tentang keluarganya seperti nama, alamat,
nomor telepon keluarga dan dimana harus bertemu dalam keadaan darurat. Kesiapsiagaan seperti itu
untuk menghindari atau mengurangi kebingungan dan dampak terhadap anak pada saat bencanaHal itu
dapat mencegah anak menderita krisis kesehatan mental yang disebabkan oleh stres dalam bencana,
dan untuk belajar bagaimana cara menghadapinya dengan manajemen stres.