Anda di halaman 1dari 8

Topik 2

Manajemen Keperawatan Bencana pada Anak

Mari kita lanjutkan pembahasan tentang manajemen keperawatan bencana pada kelompok rentan.
Tidak hanya bayi yang memiliki kerentanan dalam kondisi darurat bencana, anak‐anak dibawah 5 tahun
dan terutama anak dibawah 2 tahun memiliki risiko lebih mudah sakit dan menemui ajalnya dalam
kondisi darurat.Di bagian ini, akan dibahas seperti apakah perawat bertindak untuk melindungi jiwa
anak-anak dan mendukung pertumbuhan anak yang sehat dan dampak bencana dari aspek psikologis.
Selain itu akan dibahas mengenai manajemen keperawatan bencana pada setiap fase dari siklus
bencana.

A. DAMPAK BENCANA PADA ANAK


Bencana terjadi secara tiba-tiba tanpa tahu sebelumnya, anak mengalamiketakutan dan trauma karena
melihatyang mengerikan, dan hal tersebut membuat anak benar-benar terancam kesakitan pada fisik.
Ketakutan anak juga berasal dari imajinasinya bahwa mereka mungkin akan meninggal. Banyak anak
mengalami kehilangan orang tua, anggota keluarga, teman, air bersih dan makanan yang dibutuhkan
untuk hidup, mainan kesayangan, barangbarang yang memiliki memori, rumah yang nyaman, kegiatan
bersekolah, kehidupan seharihari yang selama ini dijalani seperti biasa, dan rasa aman.Hal-hal yang
disebut diatas dirasakan melalui berbagai sense secara komplikasi. Ada pula anak yang meninggal
karena bencana. Kita lihat ilustrasi pengalaman bencana pada anak seperti gambar dibawah ini. Anak
yang mengalami bencana merasakan kesakitan yang mendalam pada rohani dan jasmani. Rasa takut,
rasa sakit dan kesedihan mereka itu bukanlah hal yang mudah dibayangkan.Tidak hanya "masa
sekarang" bagi anak, bencana juga mempengaruhi kehidupan "masa depan" bagi anak-anak dari
berbagai sisi. Perawatan psikologis pada anak-anak yang menerima pukulan hebat karena ketakutan dan
mengalami rasa kehilangan saat bencana adalah tantangan utama yang harus ditangani dengan serius.
Sebab perkembangan gangguan stres akut (disingkat ASD: Acute Stress Disorder) dangangguan stres
pasca trauma (disingkat PTSD:Post Traumatic Stress Disorder) yang mengarah pada gangguan yang
lebih serius dapat ditanggulangi dengan mengenali reaksi stres dan menguranginya secara tepat.Stres
pada anak yang disebabkan oleh bencana tidak hanya dipengaruhi oleh skala bencana serta tingkat
kerusakan atau kehilangan, tetapi juga dipengaruhi oleh usia anak itu sendiri, orang-orang yang berada
di samping mereka ketika bencana, tingkah laku dan respon dari orang tua serta anggota keluarganya.
Stres anak berhubungan dengan stres pengasuh mereka, maka anak merasa terancam dan ketakutan
baik secara langsung maupun tidak langsung dengan melihat dan merespon pada reaksi stres orang
tua/pengasuh.
Reaksi stres pada anak muncul dalam 3 aspek, yaitu fisiologis, emosi, dan tingkah laku. Meskipun tidak
ada masalah penyakit dalam, mereka menunjukkan gejala fisik seperti mualmual; sakit perut; diare; sakit
kepala; konsumsi susu yang buruk; panik karena ketakutan pada pemandangan atau bunyi sepele yang
mengingatkan peristiwa yang menakutkan; menangis pada malam hari; susah tidur; bermimpi buruk
berkali-kali; tidak bisa konsentrasi untuk belajar; melamun tanpa ekspresi wajah; melakukan tindakan
yang tidak realistis; memperlihatkan tingkah laku yang menakutkan seolah-olah mereka berada dalam
situasi bencana; tidak tenang dan gelisah; perilaku seperti bayi, sebagai contoh minta
digendong,mengisap ibu jari, tidak mau pisah dari orang tua, seperti terlihat pada Tabel 6.2

Gejala Somatik(badan)
Gejala Mental (pikiran)

Reaksi Stres (tindakan)


Sakit kepala

Sakit perut
Kelelahan

Muntah
Diare
Batuk
Rambut rontok
Rambut putih/Uban
Atopi
Menggigil
Kepanasan
Reaksinya lambat
Kembalinya rasa takut
Gangguan tidur
Gelisah
Perasaan kesepian
Merasa tersisihkan

Depresi
Marah
Perasaan bersalah
Kelumpuhan daya pikir
Kebingungan
Mengamuk
Perselisihan
Menangis
Tindakan yang berlebihan
Menarik diri
Isolasi sosial
Anorexia
Makan berlebihan
Kembali menjadi anak-anak
Tic (gerakan otot-otot wajah yang tidak terkendali)

Gejala Somatik(badan)
Gejala Mental (pikiran)
Reaksi Stres (tindakan)
Gemetar
Pusing/Puyeng
Kesemutan
Tidak ada semangat
Kehilangan daya ingat sesaat
Tidak dapat memutuskan

Gagap

Sebagai tambahan, fenomena karakteristik anak-anak dapat dilihat dalam permainannya setelah
bencana,seperti: ”bercerita kembali (retelling)”dengan menceritakan tentang pengalaman bencana
mereka secara berulang; bermain “gempa bumi” dan “menguburnya hidup-hidup” dalam tema bencana
dan menggambarkannya. Hal ini bukan untuk kesenangan mereka dalam bermain, tetapi dianggap
sebagai reaksi stres setelah bencana. Dapat diterangkan bahwa reaksi seperti itu adalah tanda bahwa
mereka perlu dukungan seseorang.

Saat ini, keberadaan anak yang dapat bertahan dari stres yang sangat kuat dan tumbuh secara adaptif
telah menarik perhatian.Penelitian terhadap “Resilience”, yaitukekuatan pemulihan, daya elastisitas,
dan tenaga pemulihan secara cepat dari berbagai kerusakan dan penyakit telah dikembangkan. Dengan
penelitian ini, pandangan umum bahwa anak-anak seharusnya dilindungi secara menyeluruh dari
dampak yang lebih serius akibat pengalaman bencana telah ditekankan untuk direvisi. Anak-anak
mempunyai kekuatan untuk bertahan dari kejadian sekalipun mereka berada di lingkungan yang
memprihatinkan seperti bencana. Oleh karena itu, bisa dikatakan bahwa anak-anak dapat terus tumbuh
dan berkembang asal mereka dilengkapi dengan bantuan dan dukungan yang tepat.

1.Keperawatan Bencana yang Diharapkan

Keperawatan pada saat bencana yang diharapkan adalah perlindungan hidup anak dan dukungan
pertumbuhan dan perkembangan kesehatan anak pada setiap fase/tahap dari siklus bencana. Oleh
karena itu, perawat sebaiknya menyediakan suatu lingkungan yang dapat memenuhi kebutuhan dasar
supaya anak bisa hidup, berdasarkan pengetahuan tentang fungsi fisiologis dan proses pertumbuhan
serta perkembangan anak. Perawat harus meningkatkan kemampuan untuk menilai sebuah
kemungkinan memburuknya keadaan kesakitan fisik secara tepat karena harus mencegah anak-anak
dari berbagai macam penyakit. Perawat juga harus memahami pandangan dunia yang dialami anak dan
mampu berhubungan dengan mereka sesuai dengan tahap perkembangannya. Selain itu, supaya
mewujudkan dasar/fondasi perkembangan dan pertumbuhan yang sehat tidak hanya untuk pada saat ini
tetapi juga untuk masa depan, maka yang penting adalah mendukung pengasuh atau orang dewasa di
sekitarnya bisa mengasuh anak dalam kondisi stabil.Oleh karena itu, perawat perlu mengkaji bagaimana
pengasuh atau pimpinan di TK/play group/sekolah yang juga mengalami bencana berpartisipasi supaya
mencapai sebuah hasil yang baik kepada anak pada masa kini dan masa depan, sehingga
dapatmelaksanakan penataan lingkungan dan bantuan yang sistematis terhadap orang pribadi maupun
organisasi/kelompok.

Dalam hal perawatan stres anak, akan dibahas nanti karena anak membutuhkan keperawatan yang
terfokus dan berkelanjutan. Penting juga mengkaji lingkungan anak dari berbagai pandangan untuk
melihat apakah kepentingan dari anak dihargai/dihormati dengan baik dan melaksanakan
penanganannya. Sepertiapakah tempat bermain dan belajar tersedia atau tidak,serta apakah pendapat
anak-anak dihargai ketika menentukan hal-hal yang terkait atau tidak.

Anak akan berperan penting di masa mendatang di wilayah bencana. Keperawatan bencana pada anak
dapat dikembangkan sebagai salah satu dukungan terhadap anak sehingga pengalaman bencana
menjadi pengalaman yang bermakna bagi mereka, seperti dijelaskan pada gambar dibawah ini.

2.Solusi Terhadap Reaksi Stres

Reaksi stres pada anak adalah perwujudan usaha mereka untuk mencoba berasimilasi dan berintegrasi
dengan luka mental yang disebabkan oleh bencana sedikit demi sedikit, dan ini merupakan reaksi
normal. Oleh karena itu, penting bagi orang dewasa yang ada di sekitarnya untuk mendukung anak
dengan pengetahuan yang benar sehingga mereka dapat memahami ketakutan dan kegelisahan yang
dialami oleh anak. Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan sebagai solusi terhadap reaksi stress pada
anak akibat bencana, antara lain:

a.Mengenali reaksi stres pada anak

Agar dapat mengenali reaksi stres anak, hal yang efektif adalah dengan mendengarkan orang tua
mereka, orang dewasa dan anak/teman yang mengetahui keadaan normalanak yang bersangkutan. Ini
juga efektif untuk mengamati bagaimana cara mareka menghabiskan waktu, bermain, bertindak sesuai
dengan usia mereka, dan berhubungan dengan lingkungan orang-orang disekitarnya.

b.Mendukung keluarga/pengasuh dan orang dewasa di sekitarnya untuk menyokong


anak
Perawat harus mendukung dengan menyampaikan hal-hal penting berikut ini kepada
keluarga/pengasuh dan orang dewasa di sekitarnya yang memberikan dukungan pada anak:

1)Menghabiskan lebih banyak waktu bersama anakdan tidak membiarkan mereka sendirian

2)Mendengarkan ungkapan ketakutan mereka

3)Berusaha untuk menerima rasa sedih dari anak, bukan memaksakan mereka untuk tidak bersedih
4)Memperlakukan anak dengan penuh kasih sayang dan kesabaran karena reaksi stres adalah sebuah
tanda dari anak yang membutuhkan perlindungan

5)Memperhatikan sehingga anak dapat diikutsertakan dalam proses untuk memutuskan pada masalah
dan solusi yang berkaitan dengan anak serta menghargai pendapat anak.

c.Menjelaskan fakta bencana kepada anak


Jika anak tidak mengetahui bagaimana bencana dapat terjadi dan seperti apa bencana itu, maka akan
memperkuat rasa ketakutan anak.Oleh karena itu, perawat perlu menjelaskan tentang bencana yang
sebenarnya sesuai dengan usia anak sehingga mereka dapat memahami apa yang terjadi. Bukan
cerita/dongeng rekaan yang dibutuhkan oleh anak, tetapi penjelasan sesuai dengan fakta bencana.
Penting juga untuk menjawab apa yang ingin diketahui oleh anak, menjelaskan seperti apa tipe bencana
itu, bagaimana dan kapan bisa terjadi, bagaimana kita bereaksi terhadap bencana, apa yang akan terjadi
setelah bencana, termasuk risiko bencana yang kedua.Penanganan dan penjelasan seperti ini dapat
mengurangi rasa ketakutan anak.

d.Berbagi perasaan dan pengalaman serta membantu agar mudah mengungkapkan perasaan
Mendiskusikan perasaan dan pengalaman anak dan memberi kesempatan untuk berbagi rasa akan
bermanfaat untuk mengurangi kegelisahannya. Walaupun demikian, perawat tidak seharusnya
memaksakan anak untuk bercerita tentang perasaan dan pengalaman mereka karena terkadang ada
saat-saat mereka tidak ingin bercerita. Beberapa anak yang memiliki kesulitan untuk mengungkapkan
perasaan dan pengalaman mereka dengan kata-kata, namun dapat menyatakan dengan jelas melalui
gambar-gambar. Bila ada orang dewasa yang dapat dipercaya selalu berada di samping anak yang
sedang menggambar atau dapat berbagi perasaan dan pengalaman dengannya, maka ketakutan dan
perasaan tidak berdaya akan dapat diatasi sedikit demi sedikit. Lebih dari itu, ungkapan perasaan
melalui aktivitas bercerita kembali atau menggambar dapat memberikan rasa aman bahwa mereka tidak
sendiri.

e.Mendukung anak sehingga mereka dapat melanjutkan kegiatan rutin


Langkah pertama untuk membuat anak nyaman adalah melakukan kembali rutinitasnya, seperti mencuci
muka ketika bangun pagi, menggosok gigi setelah makan, pergi ke sekolah dan belajar, serta bermain
dengan teman. Sekolah, TK, dan play group menjadi tempat dimana memberikan kenyamanan kepada
anak, maka sarana tersebut diharapkan aktif kembali secepatnya.

f.Menyediakan lingkungan bermain dan beraktivitas


Anak dapat terlepas dari kegelisahan sehari-hari dan dapat disegarkan kembali dengan menyibukkan diri
pada permainan yang menyenangkan, kegiatanolah raga atau menggerakkan badan secara aktif.Olah
raga atau menggerakkan badan dapat membantu metabolisme produksi stres, dan mengendalikan
reaksi stres yang berlebihan selama sibuk dalam aktivitas yang menyenangkan.
B. MANAJEMEN KEPERAWATAN BENCANA PADA ANAK SAAT BENCANA
Hal-hal yang seharusnya diprioritaskan segera setelah terjadi bencana adalah pengobatan darurat dan
pertolongan pertama untuk menjamin kelangsungan hidup dan keselamatan. Anak yang mendapatkan
perawatan pediatrik tidak dapat mengeluhkan rasa sakitnya, sehingga keterangan mereka sering tidak
jelas, maka perawat sering mengalami kesulitan dalam mengkaji level darurat dari anak. Beberapa anak
terlihat serius, tetapi sebenarnya mereka berada dalam kondisi ringan. Sedangkan yang lain kelihatan
ringan, tetapi mereka sebenarnya dalam kondisi yang serius. Anak dalam keadaan darurat mempunyai
ciri khas yang sulit dinilai dalam keadaan mendesak/darurat. Oleh karena itu, segera setelah bencana
dibutuhkan triage yang cepat dan tepat terhadap anak dengan mempertimbangkan kemungkinan
terjadinya keadaan yang memburuk.

Jika anak dan orang tua dipisahkan dalam kondisi luar biasa seperti bencana, dapat menyebabkan PSTD
pada anak maupun orang tua.Oleh karena itu, perawat harus segera merespon dan menyediakan
pengobatan dan psikoterapi disamping tindakan bedah, dan harus memperhatikan masalah kesehatan
mental anak dan memastikan agar sebisa mungkin anak tidak dipisahkan dari orang tua. Hal ini penting
bagi perawat untuk menemukan bagaimana keadaan anak di tempat penampungan atau lokasi
pengungsian melalui pengecekan keselamatan korban. Membuat peta keberadaan anak dan
keluarganya pada kondisi darurat sangat bermanfaat terutama pada waktu perawat lain akan
mengambil alih tugas perawat lain.Karena peta tersebut menunjukkan sejumlah data, seperti berapa
usia anak, dimana anak itu berada, anak seperti apa mereka, dengan siapa anak berada, dan kondisi
anak seperti anak prematur, bayi yang baru dilahirkan, anak penyandang cacat, anak pengidap penyakit
kronis (diabetes, epilepsi, penyakit ginjal, asma, penyakit darah, dll), anak beresiko tinggi yang
menggunakan peralatan medis seperti alat pernapasan, tabung oksigen, dan alat penyedot untuk
mempertahankan hidupnya.
Anak pada fase kronis dalam siklus bencana dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok anak yang
pindah dari area bencana dimana alat penunjang kehidupannya (lifeline) terputus ke tempat yang lebih
aman, dan kelompok anak yang mulai tinggal di tempat penampungan/pengungsian, seperti di sekolah
dan beberapa bangunan yang ada di area bencana. Sedangkan kelompok kedua terpaksa tinggal
berkelompok bersama sejumlah korban bencana.Oleh karena itu, perawat perlu mengkaji apakah air
bersih, makanan sehat, fasilitas sanitasi dasar seperti toilet, pembuangan sampah dan tempat tinggal
yang aman sudah terjamin. Apabila salah satu dari kebutuhan dasar tersebut tidak tercukupi, maka baik
kelangsungan hidup maupun pertumbuhan dan perkembangan kesehatan anak tidak dapat terjamin,
seperti terlihat pada gambar 6.10.

Gambar 6.10.

Pengkajian Keselamatandan Keamanan Anak-Anak


Bagi keluarga dan pengasuh yang membawa bayi harus disediakan tempat untuk memberikan ASI dan
istirahat tanpa mempedulikan lingkungan sekitar selain kebutuhan sehari-hari seperti susu bubuk,
makanan bayi, dan popok. Untukanak-anak yang bersekolahmaupun yang belum bersekolah yang aktif,
harus disiapkan tempat bermain dan belajar, serta mainan seperti mainan balok dan mainan binatang
dan alat-alat belajar seperti krayon, pensil warna adalah penting bagi anak-anak kecil dan anak-anak usia
sekolah di pusat pengungsian atau barak karena alat dan mainan seperti itu dapat membantu anak-anak
untuk menyatakan perasaan dan ketakutan mereka. Seiring berlalunya waktu, beberapa anak
menunjukkan beberapa tanda stres pasca trauma. Ada pula anak-anak yang semakin ketakutan,
mengeluh penyakit fisik seperti nyeri kepala dan perut, menjadi lengket dan tidak ingin ditinggalkan oleh
orang tua mereka, atau kembali ke kebiasaaan seperti menghisap ibu jari dan ngompol. Oleh karena itu,
hal yang baik bagi anak adalah menumpahkan perasaan dan ketakutan mereka dengan kata-kata atau
suatu barang dengan bermain atau menggambar. Anak remaja sangat penting untuk diberi perhatian
dan dilindungi privasi mereka.
Tipe perawatan yang diberikan tergantung pada musim dan kondisi pusat evakuasi atau tempat
penampungan itu. Anak mungkin menderita infeksi saluran pernapasan dan infeksi radang usus (enteric
infection) di bawah lingkungan yangburuk. Untuk mencegah masalah kesehatan tersebut dan
penyebaran penyakit infeksi, maka perlu dilakukan tindakan tegas seperti ventilasi, mencuci tangan,
berkumur, dan memakai masker atas pertimbangan kesehatan lingkungan di lokasi evakuasi atau
tempat penampungan. Hal ini diperlukan untuk memastikan kondisi vaksinasi dan menjamin persediaan
vaksin. Selain itu, reaksi stres dari anak bisa meningkatkan stres jasmani dan rohani pada orang tua.Oleh
karena itu, yang dibutuhkan adalah menjamin keamanan melalui bantuan pada kehidupan dan
pertolongan medis, sehingga ketenangan orang dewasa pun bisa pulih, supaya pengasuh bisa
menghadapi dengan kondisi mental yang stabil.
C. MANAJEMEN KEPERAWATAN BENCANA PANA ANAK SETELAH BENCANA
Pada fase ini, sistem pertolongan yang terorganisir mulai bubar dan dilaksanakan upaya untuk
rekonstruksi kehidupan sehari-hari dan komunitas dalam keadaan yang menghadapi kehilangan fisik dan
non-fisik yang disebabkan oleh bencana dan perubahan gaya hidup secara drastis namun kehidupan
sehari-hari semakin pulih. Keluarga dan pengasuh sepertinya menjadi kurang memperhatikan anak
mereka sebab mereka lebih dilibatkan membangun kembali hidup mereka sendiri dan pemecahan
permasalahan pribadi mereka, terutama pada fase rehabilitasi dan rekonstruksi ini. Dengan demikian,
mereka mungkin terlewatkan kondisi anak yang tidak stabil. Orang-orang yang belum ada visi
rekonstruksi hidup akan terasa gelisah, dan perasaan dari orang dewasa itu dirasakan oleh anak, maka
stres anak seperti itu memuncak. Penting bagi keluarga dan pengasuh untuk bercerita kepada anak
bahwa mereka sedang berupaya secara positif sehingga dapat menjamin keselamatan dan keamanan
keluarga dan mempertahankan kehidupan keluarga dengan tepat. Dengan mereka berbagi rasa dengan
anak dan terus menunjukkan suatu model perilaku yang tepat, maka hal itu dapat menghilangkan
kecemasan anak. Jika reaksi stres anak nampak berlanjut sampai satu bulan atau lebih setelah bencana,
keluarga dan pengasuh harus mencari bantuan dari spesialis kesehatan mental. Hal ini bukanlah satu
tanda kegagalan. Ini merupakan sebuah cara untuk menghindari permasalahan yang lebih serius.
D. MANAJEMEN KEPERAWATAN BENCANA PADA ANAK SEBELUM BENCANA

Kesiapsiagaan bukan berarti hanya menyiapkan peralatan dan materi yang diperlukan tetapi memiliki
keterampilan dan pengetahuan yang cukup agar dapat bertindak dengan baik ketika terjadi
bencana.Persiapan terlebih dahulu sebelum bencana mampu memperkecil kerugian.Penting juga
berbicara dengan anak tentang keselamatan dan mengikutsertakan mereka dalam perencanaan untuk
suatu bencana.Hal ini membuat anak merasa lebih nyaman. Anak harus mengetahui apa saja
perlengkapan untuk mempertahankan hidup dan mengapa barang-barang itu diperlukan. Anakjuga
perlu mengetahui nomor telepon darurat dan mengetahui bagaimana dan kapan meminta bantuan.
Anak harus mengetahui bagaimana cara mengkonfirmasikan keselamatan keluarga mereka, dimana
tempat penampungan atau lokasi evakuasi, dan bagaimana cara menghubungi anggota keluarga.
Mereka harus mengetahui segala informasi terpenting tentang keluarganya seperti nama, alamat,
nomor telepon keluarga dan dimana harus bertemu dalam keadaan darurat. Kesiapsiagaan seperti itu
untuk menghindari atau mengurangi kebingungan dan dampak terhadap anak pada saat bencanaHal itu
dapat mencegah anak menderita krisis kesehatan mental yang disebabkan oleh stres dalam bencana,
dan untuk belajar bagaimana cara menghadapinya dengan manajemen stres.

Anda mungkin juga menyukai