Anda di halaman 1dari 11

Syndrome Respon Stress

Tuty Hayati Anwar          (2110101199)


Andi Sakina Rasyid   (2110101209)
Eva Fadila Sangaji           (2110101200)
Liana                          (2110101211)
Hairunnisa Cika R           (2110101202)
Sugihartini                 (2110101212)
Annisa Rayahtini Albi     (2110101203)
Yuni Nerawati           (2110101214)
Junita Aryanti Dapa Ole  (2110101205)
Nur Khonsa latifah    (2110101215)
Shally Fathia Rahma        (2110101207)
Sylvia Faridatulhuda (2110101217)
Listyarti                          (2110101208)
Pengertian

Sindrom respon stres merupakan kondisi individu yang sangat emosional sehingga orang

disektar yang ingin bersosialisasi tampak tidak bisa toleransi dengan pengidapnya. Sindrom

respon stress merupakan reaksi maladaptif jangka pendek terhadap stressor yang dapat

diidentifikasi, yang muncul selama tiga bulan dari munculnya stressor tersebut. Gangguan ini

merupakan respon patologis terhadap apa yang oleh orang awam disebut sebagai kekurang

keberuntungan, atau yang menurut para psikiater disebut sebagai stressor psikososial.
Faktor Penyebab

 Keluarga
1. Pola pengasuhan Orang Tua
a. Penggunaan Gawai yang berlebihan.
b. Membanding- banding kan anak.
c. pola istirahat
d. Keharmonisan orang tua
2. Broken Home
 Lingkungan
1. Lingkungan Sekolah
a. Pemberian tugas di sekolah yang terlalu banyak ; menyebabkan anak menjadi setress dan tidak menikmati proses pembelajaran yang di lakukan.
b. Bullying.
2. Lingkungan Masyarakat
a. Lingkungan masyarakat yang tidak mendukung akan pertumbuhan dan perkembangan anak hingga melakukan boddy shaming.
 Status Gizi
Pemenuhan status gizi yang kurang menyebabkan anak menjadi stress
 Kelaninan Bawaan
 Status Ekonomi
Gejala
1. Murung
2. Emosional/ Membangkang
3. Mudah tersinggung
4. Rendahnya minat, motivasi, atau tenaga
5. Kurang Percaya Diri
6. Suka menyendiri
7. Mengalami ganguan tidur dan nafsu makan
8. Penurunan Prestasi
Pencegahan

1. Melakukan coping yang berfokus pada pemecahan masalah. Berupa strategi untuk menghadapi
sumber stress secara langsung. Melakukan apapun untuk mengubah stressor atau memodifikasi reaksi
sehingga dampak stressor berkurang.
2. Harapan akan self efficacy (self efficacy  expentacies) yaitu harapan akan kemampuan kita dalam
mengatasi masalah atau tantangan yang individu hadapi dimana hal ini akan membawa ketrampilan
dan perubahan positip dalam hidup (Bandura , 2006). Rasa percaya diri akan menurunkan hormon
stress, seperti keyakinan mendapat nilai baik akan mengurangi tingkat stress.
3. Ketahanan psikologis (Psychological hardiness) Orang yang kuat secara psikologis  menganggap stressor  yang dihadapi
sebagai  hal yang membuat hidup mereka menjadi lebih menarik dan lebih menantang, bukan sebagai hal yang membebani
dengan tekanan.  Rasa memiliki kendali adalah faktor utama dalam ketahanan psikologis.
 Menjadi panutan yang positif saat menghadapi situasi sulit.

 Awasi emosi dini dan perilaku reaksi anak-anak, mis. menjadi lebih tidak mau lepas daripada biasanya, terus

bertanya tentang apa yang terjadi

 Bantu anak-anak mengekspresikan perasaan sesuai kemampuan masingmasing dan dengan cara yang tepat.

Beritahukan mereka bahwa merasakan sesuatu adalah hal normal dan dapat diterima. Hindari mengkritik atau

menyalahkan mereka.

 Diskusikan kejadian yang ada secara jujur. Ketahui bahwa perasaan, penilaian dan nilai-nilai diri sendiri yang

terkait insiden ini dapat mempengaruhi sudut pandang anak mengenai kejadian tersebut.

 Tanamkan rasa aman dengan menenangkan mereka dan memberikan predikabilitas melalui aktivitas rutin.

 Terus membuat ikatan dengan anak-anak kalaupun Anda tidak dapat mengubah situasi
Upaya yang dilakukan

1. Bantuan professional  Konflik dan stress berkepanjangan akan menyebabkan gangguan mental yang

lebih parah. Tidak perlu malu untuk datang pada professional bila gejala ini sudah sangat

mengganggu hidup anda sehari-hari.  Disini individu akan diajak menemukan masalahnya, dan

mendapatkan pemahaman tentang apa yang harus dilakukan. Kepercayaan dan komitment untuk

bekerja sama yang diperlukan disini.

2. Ketrampilan relaksasi. Pemeliharaan kesehatan adalah fungsi utama otak.  Bagian tengah dari otak 

yang mempercepat proses biokimia  saat individu terancam dapat diminta untuk memperlambat.

Respon relaksasi adalah kebalikan dari respon stress dan dapat mengembalikan tubuh pada keadaan

seimbang. Relaksasi dapat menjaga individu untuk tidak menggunakan semua tenaga vital  pada saat

beraksi terhadap stress, justru mengembalikan proses, fisik, dan mental. Individu dapat belajar

menyadari respon stressnya dan kemudian mengontrolnya.


3. Dukungan Sosial Memiliki jaringan sosial yang  beragam dapat menyediakan dukunga sosial yang

lebih luas dan hal ini dapat melindungi sistem kekebalan tubuh dengan bertindak sebagai penahan

stress. Penelitian dari Universitas Chicago menyatakan bahwa kesepian berkorelasi dengan

pengerasan arteri yang menyebabkan naiknya tekanan darah, inflamasi pada tubuh, sehingga dapat

mengganngu proses belajar dan memori (Cacioppo; Patrick, W., 2008 )


Dampak negatif
Semakin banyak pengalaman buruk di masa kanak-kanak, semakin besar
kemungkinan keterlambatan perkembangan dan masalah kesehatan di
kemudian hari, termasuk penyakit jantung, diabetes, penyalahgunaan
obat-obatan dan depresi.
Daftar Pustaka

Davis, Marta , Panduan Relaksasi dab Reduksi Stress ( The relaxation and stress reduction workbook
)/ Martha Davis,Elizabeth Robbins Eshelman, Matthew McKay; alih bahasa , Budi Anna Keliat, Achir
Yani  S Hamid;editor, Yasmin Asih-Ed 3- Jakarta:EGC, 1995
Rasmud, Stress, Koping , dan Adaptasi, (2004 ), Agung Seto, Jakarta
Ibung,Dian. Panduan Praktis Bagi Orang tua dalam Memahami Dan Mendampingi Anak Stress Pada
Anak (2008), Jakarta: Elex Media Komputind0.
Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai