Anda di halaman 1dari 7

HERBAL DAUN CABE RAWIT SEBAGAI ANTIPIRETIK

YANG DIAMBIL DARI BEBERAPA GABUNGAN JURNAL DAN BUKU


SALAH SATUNYA DARI JURNAL

ARTIKEL ULASAN: EFEK ANTIPIRETIK EKSTRAK DAUN CABE RAWIT


(Capsicum annum L) TERHADAP TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus)
YANG DIINDUKSI VAKSIN Difteri Pertusis Tetanus

Tugas Ini Disusun Sesuai Dengan Format Permenkes No. 6 Tahun 2016 BAB III
Dan BAB 1V

DI SUSUN OLEH

AINY RAMADHANY
G70119103

KELAS
A

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITASS TADULAKO
PALU
2021
No
HERBAL UNTUK DEMAM

BERDASARKAN LANDASAN JURNAL

Cabai rawit (Moekasan et al., 2014).

Kerajaan : Plantae

Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Bangsa : Solanales
Suku : Solanaceae
Genus : Capsicum
Spesies : Capsicum annum L.
Gambar daun cabe rawit

a) Nama daerah
Suku Kaili menyebut cabai rawit (marisa) dan Nama Daerah cabai rawit dari
Sumatera; leudeuaarum, pentek (Gayo), situdu langit, lacina sipane
(Simelungmz), lada limi (Nias), mutia (Melayu). Jawa: cabe rawit, cengek
(SLCnda), lombok jempling, jemprit, rawit, gambir, setan, cempling (Jawa),
cabhi letek, taena manok (Madura). Nusa Tenggara: tabia krinyi (Bali), kurus
(Alor). Sulawesi: kaluya kapal (bent.), mareta dodi (Mongond.), malita diti
(Gorontalo), m.didi (Buol), lada masiwu (Baree), marica, capa, laso meyong
(Mak.), meyong, ladang burica, marica (Bug.), rica halus, padi (Manado).
Maluku: Abrisan kubur (Seram), karatupa batawe (Elpaputi), katupu walata
(Waraka), araputa patawe (Atamano), kalapita batawi (Amahai), karatuba
manesane (Nuaulu), karatupa. batawi (Sepcc), maricang kekupe (Weda), rica
gufu (Ternate). Irian: metrek wakfoh (Sarmi), basen tanah (Barik).
b) Bagian yang digunakan
Daun
c) Deskripsi tanaman/simplisia
Tumbuhan ini berasal dari Amerika tropik, menyukai daerah kering, dan
ditemukan pada ketinggian 0,5-1.250 m dpl. Perlu setahun, percabangan
banyak, tinggi 50-100 cm. Batangnya berbuku-buku atau bagian atas
bersudut. Daun tunggal, bertangkai, letak berselingan. Helaian daun bulat
telur, ujung meruncing, pangkal menyempit, tepi rata, pertulangan menyirip,
panjang 5-9,5 cm, lebar 1,5-5,5 cm, berwarna hijau. Bunga keluar dari ketiak
daun, mahkota bentuk bintang, bunga tunggal atau 2-3 bunga letaknya
berdekatan, berwarna putih, putih kehijauan, kadang-kadang ungu. Buahnya
buah buni, tegak, kadang-kadang merunduk, berbentuk bulat telur, lurus atau
bengkok, ujung meruncing, panjang 1-3 cm, lebar 2,5-12 mm, bertangkai
panjang, dan rasanya pedas. Buah muda berwarna hijau tua, putih kehijauan,
atau putih, buah yang masak berwarna merah terang. Bijinya banyak, bulat
pipih, berdiameter 2-2,5 mm, berwarna kuning kotor (Moekasan et al., 2014)
d) Kandungan kimia
pada cabai rawit juga beragam seperti tanin, flavonoid, alkaloid, antraquinon,
fenol, saponin, glikosida, terpenoid, limonoid dan karotenoid
e) Data keamanan
Secara empiris masyarakat Desa Lemusa Kab. Parigi Mautong, memanfaatkan
tanaman cabe rawit sebagai obat penurun demam. Bagian tanaman cabe rawit
yang biasa digunakan adalah daunnya dengan cara lima helai daun segar, lalu
dicuci bersih kemudian ditumbuk kemudian ditempelkan pada dahi dan untuk
mengobati sakit perut, menambah nafsu makan, mengobati sariawan, bisul
dan melancarkan peredaraan darah dan daun cabe rawit mengandung senyawa
flavonoid. Flavonoid diduga mempunyai kemiripan struktur dengan
parasetamol. Golongan terbesar flavonoid berciri mempunyai cincin piran
yang menghubungkan rantai tiga karbon dengan salah satu karbon dengan
salah satu cincin benzena dan efek parasetamol tersebut ditimbulkan oleh
gugus aminobenzena
f) Data manfaat
1. Uji praklinik
Perlu dilakukan penelitian secara farmakologi mengenai potensi daun
cabe rawit sebagai obat penurun demam dengan menguji aktivitas
antipiretik ekstrak daun cabe rawit (Capsicum annum L) terhadap
tikus putih jantan (Rattus norvegicus). Penelitian ini adalah penelitian
eksperimental murni menggunakan tikus putih jantan yang diberikan
induksi vaksin DPT untuk melihat aktivitas ekstrak daun cabe rawit
terhadap penurunan suhu rektal tikus putih jantan.Rancangan
penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap pola searah.
Menggunakan 6 kelompok perlakuan yaitu Kontrol normal, kontrol
positif, kontrol negatif, dan kelompok perlakuan dengan 3 variasi
dosis yang berbeda yang selanjutnya dianalisis terhadap data yang
diperoleh dengan menggunakan metode Oneway ANOVA(Analysis of
Variance) dan dilanjutkan uji Duncan pada taraf kepercayaan 95%.
2. Uji klinik
A. Sebanyak 30 ekor hewan uji dibagi menjadi 6 kelompok (masing-
masing kelompok terdiri dari 5 ekor tikus),sebelum pengujian tikus
dipuasakan selama 18 jam tetapi diberi minum ad libitum.
B. Dilakukan pengukuran suhu awal pada rektal tikus dengan cara
memasukkan termometer digital ± 2cm.
C. Semua hewan uji diinduksi terlebih dahulu dengan vaksin DPT 0,2
ml/ekor secara intramuskular, kecuali pada kelompok kontrol
normal
D. 2 jam setelah pemberian penginduksi, dilakukan pengukuran
kembali pada rektal tikus.
E. Jika terjadi peningkatan suhu tubuh lebih dari atau sama dengan
0,60 C dari suhu awal maka tikus dapat dikatakan demam.
F. Kemudian tiap kelompok diberikan dosis secara oral sebagai
berikut :
1. Kelompok I diberi suspensi Na CMC 1% sebagai kontrol normal
2. Kelompok III diberi suspensi parasetamol sebagai kontrol positif
3. Kelompok II diberi suspensi Na CMC 1% dan diinduksikan
vaksin DPT 0,2 ml sebagai kontrol negatif
4. Kelompok IV diberi suspensi ekstrak etanol daun cabe rawit
dengan dosis 100 mg/Kg BB
5. Kelompok V diberi suspensi ekstrak etanol daun cabe rawit
dengan dosis 200 mg/Kg BB
6. Kelompok VI diberi suspensi ekstrak etanol daun cabe rawit
dengan dosis 300 mg/Kg BB
g) Indikasi
Antioksidan, Antipiretik, Antibakteri, Antiinflamasi, Anti analgesik,
Antiseptik
g) Kontraindikasi
Penderita penyakit saluran pencernaan, sakit tenggorokkan dan sakit mata
h) Peringatan
Belum diketahui
i) Efek samping
Belum diketahui
j) Interaksi
-
k) Posologi
Herba ekstrak daun cabai rawit dikonsumsi 2 kali sehari dengan seduhan air.
DAFTAR PUSTAKA

Fitriani. (2014). Analisis Pendapatan dan Pola Kelembagaan Pemasaran Usahatani


Cabai Rawit di Desa Sunju Kecamatan Marawola Kabupaten Sigi. Palu :
Universitas Tadulako. e-J Agrotekbis 2 (3) : 317-324, Juni 2014

Kusnadi J., dkk. (2019). Ekstraksi Senyawa Bioaktif Cabai Rawit (Capsicum
Frutescens L.) Menggunakan Metode Ekstraksi Gelombang Ultrasonik.
Malang : Universita Brawijaya. Jurnal Teknologi Pertanian Vol 20 No 2

Musdalipah., dkk. (2018). Efektivitas Ekstrak Daun Cabai Rawit (Capsicum


frutescents L.) Sebagai Penumbuh Rambut Terhadap Hewan Uji Kelinci
(Oryctolagus cuniculus). Kendari : Politeknik Bina Husada. Jurnal Riset
Informasi Kesehatan Vol 7 No 1

Saripa J., dkk. (2020). Aktivitas Antimikroba Ekstrak Etanol Daun Cabai Rawit
Spesies Capsicum frutescens Linn dan Capsicum annum Pada Staphylococcus
aureus. Kendari : STIKES Mandala. Jurnal Mandala Pharmacon Indonesi Vol
6 No 2

Yuliana, I., Yuliet., Khaerati K. (2018). Efek Antipiretik Ekstrak Daun Cabe Rawit
(Capsicum annum L) Terhadapp Tikus Putih Jantan (Rattus norvegicus) Yang
Diinduksi Vaksin Difteri Pertusis Tetanus. Palu : Universitas Tadulako.
Biocelebes vol 12 no 3

Anda mungkin juga menyukai