Anda di halaman 1dari 22

BAB 9

REKONSILIASI LAPORAN KEUANGAN FISKAL

Produk akhir dari aktivitas akuntansi baik akuntansi keuangan maupun akuntansi pajak
adalah laporan keuangan. Laporan keuangan yang dihasilkan akuntansi keuangan disebut
Laporan keuangan komersial, yang ditujukan kepada fihak luar perusahaan seperti invertor,
kreditur dan sebagainya. Acuan penyusunan laporan komersial Standar Akuntansi Keuangan.
Sedangkan laporan keuangan yang dihasilkan akuntansi pajak disebut Laporan Keuangan
Fiskal, yang ditujukan kepada pihak Fiskus (administrasi pajak). Acuan penyusunan laporan
fiskal Undang-undang Perpajakan
Format dalam penyajian laporan keuangan tidak berbeda antara laporan keuangan fiskal
dengan laporan keuangan komersial. Namun ada beberapa metode yang berbeda antara
keduanya sehingga laba/rugi yang diakui secara komersial bisa jadi tidak sama dengan
laba/rugi yang diakui fiskal.
1. Perbedaan Metode dan Prosedur Akuntansi
2. Perbedaan Perlakuan dan Pengakuan Penghasilan dan Biaya
Macam perbedaan:
1. Berdasar Sifat
- Positif, bersifat meningkatkan Penghasilan Kena Pajak (PKP)
- Negatif, bersifat mengurangi PKP.
2. Berdasar Jangka Waktu
- Temporer/waktu, merupakan akibat berbedanya waktu pengakuan, namun akan
berujung pada hasil akhir serupa.
- Permanen, merupakan perbedaan yang tidak akan terserupakan seiring waktu.

Perbedaan berdasarkan sifatnya


1. Perbedaan dimasukkan sebagai koreksi positif karena PKP meningkat
yang diseabkan oleh:
1. Pendapatan bertambah menurut fiskal
2. Biaya/pengeluaran berkurang menurut fiscal
2. Perbedaan dimasukkan sebagai koreksi negatif karena PKP menurun yang disebabkan:
1. Pendapatan berkurang menurut fiskal
2. Biaya/pengeluaran bertambah menurut fiscal
Format Rekonliasi untuk perbedaan berdasarkan sifatnya
Laba bersih (menurut akuntansi komersial) xx
Koreksi Positif
- xx
- xx
-----------
Total Koreksi Positif xx (+)
---------
Koreksi Negatif
- xx
- xx
--------
Total Koreksi Negatif xx (-)
---------
Laba (penghasilan) kena pajak (menurut fiskal) xx
Perbedaan berdasarkan Jangka Waktu
Perbedaan Tetap
• Perbedaan tetap terjadi karena transaksi-transaksi pendapatan dan biaya diakui
menurut akuntansi komersial dan tidak diakui menurut fiskal, dan sebaliknya.
• Perbedaan tetap mengakibatkan laba(rugi) menurut akuntansi berbeda secara tetap
dengan laba(penghasilan) kena pajak menurut pajak.
• Contoh:
- Penghasilan bunga bank
- dividen
- penghasilan lain yang sifat pemungutan pajaknya final
- deviden yang diterima oleh perseroan terbatas, koperasi, yayasan,
BUMN/BUMD
- bunga yang diterima oleh perusahaan reksadana
- jenis penghasilan lain yang dikecualikan dari objek pajak
- pemberian imbalan dalam bentuk natura
- sumbangan
- biaya/pengeluaran untuk kepentingan pribadi pemilik
- biaya atau pengurang lain yang tidak diperbolehkan menurut fiskal
Perbedaan Waktu/Temporer
• Perbedaan waktu terjadi karena perbedaan waktu pengakuan pendapatan dan biaya
untuk penghitungan laba.
• Suatu biaya atau penghasilan diakui menurut akuntansi komersial dan belum diakui
menurut fiskal , atau sebaliknya.
• Perbedaan ini bersifat sementara karena akan tertutup pada periode sesudahnya.
• Contoh:
- Pengakuan piutang tidak tertagih
- penyusutan harta berwujud
- amortisasi harta tidak berwujud
- Penilaian persediaan
Metode penyusutan aktiva tetap:
Dalam neraca fiskal, tidak semua metoda dapat diakui tergantung pada jenis aktiva tetap (ps
11 UU No 36 th 2008), nilai residu tidak diperhatikan dan masa manfaat ditentukan oleh
undang-undang berdasarkan 2008), nilai residu tidak diperhatikan dan masa manfaat
ditentukan oleh undang-undang berdasarkan penggolongan aktiva tetap.

Kelompok Harta Masa Tarif Penyusutan


Berwujud Manfaat
Garis Lurus Saldo Menurun
I. Bukan Bangunan 4 tahun 25% 50%
- Kelompok I 8 tahun 12,5% 25%
- Kelompok II 16 tahun 6,25% 12,5%
- Kelompok III 20 tahun 5% 10%
- Kelompok IV

II. Bangunan
- Permanen 20 tahun 5%
- Tidak Permanen 10 tahun 10%

Pengakuan piutang tidak tertagih:


Neraca fiskal hanya boleh mengakui kerugian piutang tak tertagih yang nyata-nyata tidak
dapat ditagih

Penilaian persediaan:
Dalam neraca fiskal hanya mengakui penilaian persediaan dengan menggunakan metoda
FIFO dan Rata-rata saja

Format Rekonliasi untuk perbedaan berdasarkan Jangka Waktu

Keterangan Menurut Menurut


Akuntansi Fiskal
Beda Tetap Beda
Waktu
Pendapatan
-
-
Biaya-Biaya
-
-
Laba Laba Bersih Laba
(Penghasilan) Sebelum Pajak (Penghasilan
Kena Pajak)

Rician item rekonsiliasi (Yang tidak harus Dikoreksi)


1. Penghasilan Yang Objek Pajak (Pasal 4 ayat 1)
a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau
diperoleh, termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi,
uang pensiun atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam
undang-undang ini
b. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan dan penghargaan
c. Laba usaha
d. Keuntungan karena penjualan atau pengalihan harta,  termasuk:
1) Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan dan badan
lainnya, sebagai pengganti saham atau penyertaan modal. 
2) Keuntungan yang diperoleh perseroan, persekutuan dan badan lainnya karena
pengalihan harta kepada pemegang saham,  sekutu atau anggota. 
3) Keuntungan karena likuidasi,  penggabungan,  peleburan,  pemekaran, pemecahan
atau pengambil alihan usaha. 
4) Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah,  bantuan atau sumbangan,  kecuali
yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat,  dan
badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil, 
termasuk koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan,  sepanjang tidak ada
hubungannya dengan usaha,  pekerjaan,  kepemilikan atau penguasaan antara pihak-
pihak yang bersangkutan.
5) Keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruh hak
penambangan, tanda turut serta dalam pembiayaan,  atau permodalan dalam
perusahaan pertambangan;
e. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan biaya dan pembayaran
tambahan pengembalian pajak;
f. Bunga termasuk premium,  diskonto,  dan imbalan karena jaminan pengembalian
utang;
Peraturan Pemerintah No. 94 Tahun 2010 menegaskan pinjaman tanpa bunga dari
pemegang saham yang diterima wajib pajak bentuk perseroan terbatas diperkenankan
apabila:
1. Pinjaman tersebut berasal dari pemegang saham itu sendiri. 
2. Modal telah disetor seluruhnya oleh pemegang saham
3. Pemegang saham pemberi pinjaman tidak dalam keadaan merugi. 
4. Perseroan sedang mengalami kesulitan keuangan
5. Apabila tidak memenuhi ketentuan tersebut,  maka pinjaman tersebut terutang bunga
dengan tingkat suku bunga yang wajar
g. Dividen,  dengan nama dan dalam bentuk apapun,  termasuk dividen dari perusahaan
asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi;
h. Royalti atau imbalan atas penggunaan hak;
i. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;
j. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;
k. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah;
l. keuntungan selisih kurs mata uang asing;
m. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;
n. Premi asuransi;
o. luran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari
Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;
p. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak; 
q. Penghasilan dari usaha berbasis syariah; 
r. Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur
mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan, dan
s. Surplus Bank Indonesia. 

2. Deductible Expenses (Pasal 6 Ayat (1) )


1) biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha, 
antara lain:
a. biaya pembelian bahan;
b. biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah,  gaji,  honorarium, 
bonus,  gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang;
c. bunga sewa,  dan royalti;
d. biaya perjalanan;
e. biaya pengolahan limbah;
f. premi asuransi;
g. biaya promosi dan penjualan yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan (Peraturan Menteri Keuangan No. 02/PMK.03/2010) 
h. biaya administrasi; dan
i. pajak kecuali Pajak Penghasilan
2) Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan amortisasi atas
pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain yang mempunyai masa
manfaat lebih dari 1 (satu)  tahun. 
3) Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan.
4) kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan digunakan dalam
perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan,  menagih,  dan memelihara
penghasilan. 
5) kerugian selisih kurs mata uang asing;
6) biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia; 
7) biaya beasiswa,  magang,  dan pelatihan; 
8) piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dengan syarat:
a. telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial. 
b. Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih kepada
Direktorat Jenderal Pajak; dan
c. telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau instansi
pemerintah yang menangani piutang negara; atau adanya perjanjian tertulis mengenai
penghapusan piutang/pembebasan utang antara kreditur dan debitur yang
bersangkutan; atau telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus; atau
adanya pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah dihapuskan untuk jumlah utang
tertentu;
d. syarat huruf c tidak berlaku untuk penghapusan piutang tak tertagih debitur kecil;
Yang pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan
9) Sumbangan dalam rangka:
a) penanggulangan bencana nasional yang ketentuannya diatur dengan Peraturan
Pemerintah;
b) penelitian dan pengembangan yang dilakukan di Indonesia yang ketentuannya diatur
dengan Peraturan Pemerintah;
c) Biaya pembangunan infrastruktur sosial yang ketentuannya diatur dengan Peraturan
Pemerintah;
d) fasilitas pendidikan yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah; dan
e) pembinaan olahraga yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah. 

Rician item rekonsiliasi (Yang harus Dikoreksi)


1. Penghasilan Bukan Objek Pajak (Pasal 4 ayat 3)
a. Bantuan atau sumbangan, zakat yang diterima oleh badan/ lembaga amil zakat yang
disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima zakat yang berhak atau
sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di
Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh
pemerintah dan yang diterima oleh penerima sumbangan yang berhak, yang
ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah;
b) Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah garis keturunan lurus satu derajat,
badan keagamaan, badan pendidikan, sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang
pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur dengan
atau berdasarkan PMK, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan,
kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan;
c) Warisan;
d) Harta, termasuk setoran tunai, sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti
penyertaan modal;
e) Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau
diperoleh dalam bentuk natura dan/ atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau
pemerintah, kecuali yang diberikan oleh bukan WP, WP yang dikenakan pajak secara
final atau WP dengan Norma Penghitungan Khusus (deemed profit);
f) Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan
asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan
asuransi bea siswa;
g) Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh PT sebagai WP dalam negeri,
koperasi, badan usaha milik negara, atau badan usaha milik daerah, dari penyertaan
modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia
dengan syarat:
- Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan
- Bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah
yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen
paling rendah 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah modal yang disetor;
h) Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan
Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai;
i) Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun dalam bidang-bidang
tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan;
j) Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang
modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan
kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif;
k) Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa bagian
laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha di Indonesia,
dengan syarat badan pasangan usaha tersebut:
l) Merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah, atau yang menjalankan kegiatan
dalam sektor-sektor usaha yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan; dan
m) Sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia;
n) Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur lebih lanjut
dengan atau berdasarkan PMK;
o) Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang bergerak
dalam bidang pendidikan dan/ atau bidang penelitian dan pengembangan, yang telah
terdaftar pada instansi yang membidanginya, yang ditanamkan kembali dalam bentuk
sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan/ atau penelitian dan pengembangan,
dalam jangka waktu paling lama 4 (empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih
tersebut, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan; dan
p) Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
kepada Wajib Pajak tertentu, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
Kesimpulan yang harus dikoreksi dalam hal Bukan Objek Pajak adalah:
a. Bantuan atau sumbangan kegamaan bersifat wajib.
b. Hibah diterima keluarga, badan keagamaan, pendidikan, sosial.
c. Warisan.
d. Harta sebagai pengganti penyertaan modal.
e. Natura.
f. Klaim asuransi diterima WP OP.
g. Dividen dari laba ditahan atas kepemilikan > 25%.
h. Iuran diterima Dana Pensiun.
i. Penghasilan investasi oleh Dana Pensiun.
j. Bagian laba diterima anggota persekutuan.
k. Bagian laba diterima perusahaan modal ventura.
l. Beasiswa.
m. Sisa lebih diterima badan pendidikan/ litbang nirlaba yang ditanamkan kembali.
n. Bantuan dibayarkan BPJS

2. Non Deductible Expenses (Pasal 9 Ayat (1) )


Biaya yang tidak dapat dikurangkan (non deductible) atas penghasilan bruto, meliputi:
a. Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun;
b. Biaya yang dibebankan untuk kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu, anggota
atau anggota;
c. Pembentukan dana cadangan, kecuali:
Cadangan untuk jenis usaha tertentu yang ditetapkan KMK;
Cadangan untuk usaha asuransi;
Cadangan jaminan sosial dibentuk BPJS;
Cadangan penjaminan yang dibentuk LPS;
Cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan;
Cadangan biaya reforestasi untuk usaha kehutanan;
Cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat limbah industri untuk
usaha pengelolaan limbah;
d. Premi asuransi kesehatan, kecelakaan, jiwa, dwiguna, dan asuransi beasiswa yang
dibayar oleh WP orang pribadi;
e. Penggantian/ imbalan atas pekerjaan/jasa yang diberikan dalam bentuk natura dan
kenikmatan, kecuali:
Penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai ;
Diberikan di daerah tertentu atau diberikan berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan
sebagaimana ditetapkan KMK;
f. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau
pihak yang mempunyai hubungan istimewa;
g. Harta yang dihibahkan, bantuan, atau sumbangan, selain sumbangan yang ditetapkan
sebagai deductible expense serta selain sumbangan keagamaan yang bersifat wajib
kepada lembaga yang dibentuk atau disahkan pemerintah;
h. Pajak penghasilan;
i. Biaya yang dibebankan/ dikeluarkan untuk kepentingan pribadi WP atau orang yang
menjadi tanggungan;
j. Gaji anggota persekutuan, firma, atau perseroan komanditer yang modalnya tidak
terbagi atas saham;
k. Sanksi administrasi dan pidana di bidang perpajakan.

Non Deductible Expenses Lain


• Non Deductible
• Pengobatan secara cuma–cuma bagi pegawai.
• Makan siang bagi sebagian pegawai.
• PPh 21 ditanggung perusahaan.
• Biaya jamuan tanpa daftar nominatif.
• Deductible
• Penggantian biaya pengobatan.
• Makan siang bagi seluruh pegawai.
• Tunjangan PPh 21.
• Biaya jamuan dilengkapi daftar nominatif.
3. Penghasilan Dikenai PPh Final (Pasal 4 Ayat (2) )
a. Penghasilan atas bunga deposito/tabungan,  diskonto,  SBI dan Jasa Giro
b. Penghasilan atas penjualan saham di bursa efek
c. Penghasilan atas transaksi penjualan obligasi di bursa efek. 
d. Penghasilan atas hadiah undian. 
e. Persewaan tanah dan atau bangunan
f. Jasa konstruksi. 
g. Penjualan saham milik perusahaan modal ventura
h. Pengalihan hak atas tanah dan atau bangunan
i. Bunga simpanan koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi
j. Transaksi Derivatif diperdagangkan di Bursa

Contoh Soal Penyusutan Metode Garis lurus:


1. Data berkenaan dengan harga perolehan, Akumulasi Penyusutan Aset kelompok 1, 2,
3, 4 dan bangunan permanen dan tidak permanen, sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan, pada tanggal 31 Desember 2017, memperlihatkan
angka-angka sebagai berikut:

Uraian Harga Perolehan Akumulasi


Penyusutan
Bukan Bangunan
Kelompok 1 325.166.190 162.583.095
Kelompok 2 706.304.000 353.152.000
Kelompok 3 1.323.114.000 882.076.000
Kelompok 4 457.629.630 305.086.420
Bangunan
Permenen 1.500.000.000 1.000.000.000
Bukan permanen - -
2. Pada awal tahun 2017 perusahaan membeli sebidang tanah seluas 1.500 meter
persegi. Kemudian di atas tanah tersebut dibangun perluasan pabrik dan kantor yang
sifatnya permanen seluas 300 meter persegi dengan biaya Rp 117.460.000 dan
bangunan tidak permenen seluas 700 meter persegi dengan biaya Rp 82.580.000 yang
mulai digunakan sejak 2 Agustus 2017.
3. Untuk melengkapi pabrik tersebut, pada tanggal 23 Maret 2017 dibeli pula mesin-
mesin beserta peralatannya, inventaris kantor dan pabrik, komputer, dan jumlah dan
masa manfaatnya sesuai keputusan menteri keuangan, sebagai berikut:

Uraian Masa Manfaat Harga


Mesin fotocopy, kalkulator 4 tahun 38.425.000
Mebel dan peralatan dari kayu 4 tahun 120.000.000
Sepeda motor 4 tahun 10.000.000
AC dan Kipas angin 8 tahun 6.150.000
Komputer, printer dan scaner 8 tahun 28.250.000
Mesin packing 16 tahun 62.500.000
Mesin bleaching, dyeing, printing, 16 tahun 1.323.437.500
finishing
Semuanya disusutkan sejak tahun pengeluarannya tahun 2017, terkecuali mesin
bleaching, dyeing, printing, finishing disusutkan pada tahun aktiva tersebut
menghasilkan yaitu tahun 2018 yang sudah mendapat persetujuan dari Direktur
Jendral Pajak.
4. Disamping itu perusahaan membeli 2 buah truk dengan harga @ Rp 125.800.000
yang ditetapkan masa manfaatnya 8 tahun. Pembelian ini dilakukan dalam bulan 5
September 2017.
5. Selama tahun 2017 telah dijual computer, printer dan scaning dengan harga jual Rp
33.362.500 ( nilai sisa buku Rp 30.000.000 dan harga perolehan Rp 60.000.000),
sedangkan mesin packing yang nilai sisa bukunya Rp 55.775.000 (harga perolehan Rp
111.550.000) mengalami kecelakaan sehingga rusak total dan mendapat penggantian
asuransi sebesar Rp 48.275.000
6. Besarnya penyusutan komersial Rp 328.603.297 dengan menggunakan metode garis
lurus.
Diminta:
Hitunglah besarnya Biaya Penyusutan Fiskal
Contoh Soal Penyusutan Metode Saldo Menurun:
1. Penyusutan
1. Data Aktiva tetap kelompok 1, 2, 3, 4 dan kelompok bangunan dalam Laporan
Keuangan pada tanggal 31 Desember 2017, memperlihatkan angka-angka sebagai
berikut:

Uraian Harga Perolehan Akumulasi


Penyusutan
Bukan Bangunan
Kelompok 1 402.938.078 45.369.200
Kelompok 2 593.847.700 136.432.800
Kelompok 3 638.495.900 142.560.350
Kelompok 4 998.613.160 56.956.800
Bangunan
Permenen 1.275.000.000 463.528.600
Tidak permenen 455.750.000 42.187.100
2. Di atas tanah yang dimiliki perusahaan , dalam tahun ini dibangun perluasan
pabrik yang sifatnya permanen seluas 1.000 meter persegi dengan biaya Rp
354.856.456 dan bangunan tidak permanen seluas 300 meter persegi dengan biaya
Rp 126.463.200 yang mulai digunakan sejak September 2017.
3. Untuk melengkapi pabrik tersebut, pada tanggal 22 Mei 2017 dibeli pula mesin-
mesin beserta peralatannya, inventaris kantor dan pabrik, komputer, dan jumlah
dan masa manfaatnya sesuai keputusan menteri keuangan, sebagai berikut:

Uraian Masa Harga


Manfaat
Mesin fotocopy, kalkilator 3 tahun 235.265.864
Mebel dan peralatan dari kayu 3 tahun 96.458.200
Sepeda motor 4 tahun 56.236.758
AC dan Kipas angina 7 tahun 423.463.500
Komputer, printer dan scanner 7 tahun 28.461.300
Mesin packing 16 tahun 1.265.342.500
Mesin bleaching, dyeing, printing, 16 tahun 489.631.560
finishing
Semuanya disusutkan sejak tahun pengeluarannya tahun 2017, terkecuali mesin
packing disusutkan pada tahun aktiva tersebut menghasilkan yaitu tahun 2018
yang sudah mendapat persetujuan dari Direktur Jendral Pajak.
4. Disamping itu perusahaan membeli 2 buah truk dengan harga @ Rp 85.275.000
yang ditetapkan masa manfaatnya 8 tahun. Pembelian ini dilakukan dalam bulan
April 2017
5. Selama tahun 2017 telah dijual aset (mebel dan dan peralatan dari kayu) dengan
harga jual Rp 123.456.000 nilai sisa buku Rp 116.656.000, harga perolehan Rp
156.320.000, mesin bleaching, dyeing, printing dengan nilai sisa bukunya Rp
136.483.600, harga perolehan Rp 169.485.300 musnah terbakar dan mendapat
penggantian asuransi sebesar Rp 128.233.600
6. Besarnya penyusutan komersial Rp 854.226.317 dengan menggunakan
menggunakan metode saldo menurun

Diminta:
Hitunglah besarnya Biaya Penyusutan Fiskal
Contoh Soal Rekonsiliasi 1

Pada tahun 2017 PT Perdana memperoleh penghasilan dari dalam luar negeri dan dari luar
negeri. Laporan Laba Rugi (komersial) pada tahun 2014 adalah sebagai berikut:

Keterangan Menurut Beda Tetap Beda Menurut


Komersial Waktu Fiskal
Usaha Dalam Negeri
Penjualan 20.005.654.000
Retur Penjualan (954.852.000)
Potongan Penjualan (545.987.000)
Penjualan neto 18.504.815.000
Harga Pokok Penjualan 14.654.879.000
Laba Bruto 3.849.936.000
Biaya Usaha:
Gaji, Upah, THR, Tunj. lain 150.520.000
Alat Tulis dan biaya kantor 23.958.000
Biaya perjalanan dinas 53.465.000
Biaya listrik & telepon 16.825.000
Biaya makan karyawan 36.783.000
Biaya iklan/promosi 297.285.000
PBB dan bea materai 53.726.000
Angsuran PPh Pasal 25 60.000.000
Biaya representasi 65.798.000
Biaya Royalti 237.465.000
Biaya 12.132.000
Konsumsi/Penjamuan
Biaya Sewa 197.958.000
Biaya kerugian Piutang 105.654.000
Biaya penyusutan 328.603.297
Biaya lain-lain 285.123.000
Total Biaya Usaha 1.925.295.297
Laba Usaha 1.924.640.703
Pengh. di luar usaha:
Deviden 25.000.000
Sewa 25.000.000
Jml Pengh. luar usaha 50.000.000
Laba Bersih 1,974.640.703
Usaha di Luar Negeri:
Laba di Canada 200.000.000
Laba di Singapura 50.000.000
Total penghasilan dr LN 250.000.000
Laba 2.224.640.703

PT Perdana
Rekonsiliasi Fiskal Laporan Laba Rugi
Untuk tahun pajak 2017
Laba Menurut Akuntansi Rp
Koreksi Positif

Rp
Koreksi negatif

Rp
Laba Menurut Fiskal Rp

Informasi yang digunakan sebagai dasar penyesuaian penghitungan Laba (rugi) fiskal:
1. Metode penyusutan menggunakan metode garis lurus.
2. Di dalam gaji dan tunjangan lain terdapat pengeluaran untuk pembeliaan beras yang
dibagikan kepada karyawan sebesar Rp 20.365.000 dan biaya pengobatan karyawan
senilai Rp 5.100.000
3. Dalam biaya lain-lain terdapat biaya rekreasi karyawan Rp 2.652.000
4. Dalam biaya perjalanan dinas terdapat bukti-bukti pendukung atas nama keluarga
pemegang saham sebesar Rp 596.000
5. Pengeluaran berupa biaya representasi sebesar Rp 65.798.000 tidak didukung dengan
bukti pengeluaran eksternal.
6. Biaya royalti sebesar Rp 237.465.000 yang ada bukti pendukungnya dari pihak
eksternal sebesar Rp 225.353.000
7. Piutang yang benar-benar tidak tertagih dan telah memenuhi syarat untuk diakui
sebagai piutang tak dapat ditagih menurut perpajakan dalam tahun 2017 sebesar Rp
60.500.000
8. Dalam biaya promosi terdapat sumbangan yang tidak ada hubungannya dengan
kegiatan utama perusahaan sebesar Rp 12.754.000
9. Biaya makan karyawan Rp 36.783.000 adalah untuk pegawai staf sedang pegawai
pabrik tidak diberikan makan
10. Dalam penjualan tidak memasukkan penjualan kepada karyawan sebesar Rp
20.000.000 yang penegihannya melalui pemotongan gaji setiap bulan.
11. Penghasilan sewa (dalam penghasilan luar usaha) sebesar Rp 25.000.000 terdiri dari
sewa bangunan senilai Rp 5.000.000, sewa atas peralatan pabrik di dalam bangunan
tersebut senilai Rp 12.000.000 dan sewa atas kendaraan senilai Rp 8.000.000.
Penghasilan sewa ini diterima dari PT Putra Surya.
12. Dividen sebesar Rp 25.000.000 merupakan dividen kas atas penyertaan saham pada
PT Ananda dimana penyertaan modal di atas 25% dari modal yang disetor.
13. Dalam penjualan tidak memasukkan penjualan kepada karyawan sebesar Rp
100.000.000 yang penagihannya melalui pemotongan gaji setiap bulan.

Diminta:
1. Susunlah Rekonsiliasi Laporan Fiskal
2. Berapa besarnya pajak menurut Fiskal
Contoh Soal Rekonsiliasi 2

Pada tahun 2017 PT Bahureksa memperoleh penghasilan dari dalam luar negeri dan dari luar
negeri adalah sebagai berikut (dalam ribuan):

Keterangan Menurut Beda Tetap Beda Menurut


Komersial Waktu Fiskal
Usaha Dalam Negeri
Penjualan 20.031.154.000
Retur Penjualan (980.352.000)
Potongan Penjualan (571.487.000)
Penjualan neto 18.479.315.000
Harga Pokok Penjualan (14.680.379.000)
Laba Bruto 3.798.936.000
Biaya Usaha:
Gaji, tunjangan lain 1.577.400.500
Biaya kantor 24.983.266
Biaya perjalanan dinas 17.765.000
Biaya listrik & telepon 14.764.294
Biaya makan karyawan 28.523.560
Biaya iklan 89.654.000
PBB 43.976.600
PPh Pasal 21 23.000.000
PPh pasal 25 40.000.000
Biaya representasi 32.975.000
Biaya Royalti 254.974.000
Biaya Konsumsi 42.456.000
Biaya kerugian Piutang 46.872.000
Biaya penyusutan 854.226.317
Biaya lain-lain 32.989.000
Total Biaya Usaha 3.124.559.537
Laba Usaha 674.376.463
Pengh. di luar usaha:
Deviden 75.000.000
Sewa 45.000.000
Jml Pengh. luar usaha 120.000.000
Laba Bersih 794.376.463
Usaha di Luar Negeri:
Laba di China 100.000.000
Laba di Singapura 200.000.000
Total penghasilan dr LN 300.000.000
Laba 1.094.376.463
PT Bahureksa
Rekonsiliasi Fiskal Laporan Laba Rugi
Untuk tahun pajak 2017
Laba Menurut Akuntansi Rp
Koreksi Positif

Rp
Koreksi negatif

Rp
Laba Menurut Fiskal Rp

2. Metode penyusutan menggunakan metode Saldo Menurun


3. PPh pasal 21 merupakan pajak penghasilan karyawan yang dibayarkan perusahaan
untuk karyawannya.
4. Dalam penjualan tidak memasukkan penjualan kepada karyawan sebesar Rp
50.000.000 yang penagihannya melalui pemotongan gaji setiap bulan.
5. Dividen sebesar Rp 75.000.000 merupakan dividen kas atas penyertaan saham pada
PT Ananta dimana penyertaan modal 20% dari modal yang di setor.
6. Biaya royalti sebesar Rp 254.974.000 yang ada bukti pendukungnya dari pihak
eksternal sebesar Rp 123.474.000
7. PPh pasal 25 merupakan angsuran pajak setiap bulan.
8. Piutang yang benar-benar tidak tertagih dan telah memenuhi syarat untuk diakui
sebagai piutang tak dapat ditagih menurut perpajakan dalam tahun 2017 sebesar Rp
49.872.000
9. Penghasilan sewa (dalam penghasilan luar usaha) sebesar Rp 45.000.000 terdiri dari
sewa bangunan senilai Rp 15.000.000, sewa atas peralatan pabrik di dalam bangunan
tersebut senilai Rp 20.000.000 dan sewa atas kendaraan senilai Rp 10.000.000.
Penghasilan sewa ini diterima dari PT Surya Abadi.
10. Di dalam gaji, tunjangan lain terdapat pengeluaran untuk pembeliaan beras yang
dibagikan kepada karyawan sebesar Rp 465.200.000 dan biaya pengobatan karyawan
senilai Rp 335.200.000
11. Pengeluaran berupa biaya representasi sebesar Rp 32.975.000 yang tidak didukung
dengan bukti pengeluaran eksternal Rp 18.475.000.
12. Dalam biaya iklan merupakan sumbangan yang ada hubungannya dengan kegiatan
utama perusahaan sebesar Rp 19.654.000
13. Dalam biaya lain-lain terdapat biaya rekreasi karyawan Rp 12.989.000
14. Dalam biaya perjalanan dinas terdapat bukti-bukti pendukung atas nama keluarga
pemegang saham sebesar Rp 8.765.000

Diminta:
1. Susunlah Rekonsiliasi Laporan Fiskal
2. Berapa besarnya pajak menurut Fiskal

Anda mungkin juga menyukai