Judul:
Panduan Singkat Tata Cara Shalat
Penulis:
Muhammad Al-Khidhir
Tata Letak: Ãlu Al-Khidhir
Desain Sampul: Ãlu Al-Khidhir
2
Muhammad Al-Khidhir |
3
| Panduan Singkat Tata Cara Shalat
ã آ
â ـَى،ـَا
û ـو
‘ ؤ، أ،ء
ts ث
dz ذ
sy ش
sh ص
dh ض
th ط
zh ظ
' ع
gh غ
q ق
î ي،ـِي
4
Muhammad Al-Khidhir |
َٰ ْ اّللِِالَر
ِ حم ِنِالَرِحِْي ِم َِ ِبِ ْس ِم
ِاّللِِ موآلِِِه
َِ ِص مَلةِِ موال َس مَلمِِ معلمىِ مرس ِْوِِل ِِ ّللِِ مر
ِبِالْ معالم ِم ْ م
َ ِ موال،ي َِِِِاْلم ْمد
ْ
:ِِأمَِماِبم ِْعد،ي ِمجمعِ ْ م
ِْ حبِِِهِأ
ِْ ص
مو م
Sesungguhnya Nabî membuka atau mengawali
shalatnya dengan takbîr, berkata 'Âisyah :
5
| Panduan Singkat Tata Cara Shalat
6
Muhammad Al-Khidhir |
7
| Panduan Singkat Tata Cara Shalat
Berkata Allâh :
َ َ ُ َ ْ
ِين َء َام ُن ٓوا إذا ق ۡم ُت ۡم إَل ٱ ذ ذ َ َ
ِ﴾ِ لصل ٰوة َ يأ ُّي َها ٱَّل
َٰٓ ﴿
ِ ِ
“Wahai orang-orang yang beriman, jika kalian berdiri untuk
shalat.” [Surat Al-Mâidah: 6].
Pada ayat ini menunjukkan tentang disyari'atkan
berdiri ketika shalat, dan berdiri pada shalat wajib termasuk
rukun dari rukun-rukun shalat, dalîlnya adalah perkataan
Allâh:
َ وموا ْ ِ ذّلِلِ َقٰنِت
ِ﴾٢٣٨ ني ُ ُ﴿ َوق
ِ
“Dan berdirilah kalian dalam keadaan khusyu' karena
Allâh.” [Surat Al-Baqarah: 238].
Dengan adanya keinginan untuk berdiri menegakkan
shalat maka itu sudah teranggap telah berniat, berkata Al-
Wâdi'î :
»ِصَلمِةِِي ِْعتم بم رِِنِيَة ِ« موقِيمام م
ِكِإِ م
َِ لِال
“Berdirinya kamu untuk shalat itu teranggap sebagai niat.”
Yakni pengamalan terhadap niat yang ada di dalam hati.
Dan berdiri untuk shalat di sini adalah bagi orang yang
mampu, berkata Allâh:
﴾ٱس َت َط ۡع ُت ۡم َ ٱت ُقوا ْ ذ
ۡ ٱّلِل َما َ ذ
﴿ف
8
Muhammad Al-Khidhir |
9
| Panduan Singkat Tata Cara Shalat
01
Muhammad Al-Khidhir |
00
| Panduan Singkat Tata Cara Shalat
02
Muhammad Al-Khidhir |
03
| Panduan Singkat Tata Cara Shalat
04
Muhammad Al-Khidhir |
05
| Panduan Singkat Tata Cara Shalat
“ ”
ُ ۡ َ ۡ ۡ َ ۡ ۡ َ َ َ ۡ َ ۡ َ َ َٰ َ ذ
surat Al-Fâtihah yaitu:
ذ
َ لضٓال َ ََ
ِني وب عل ۡي ِه ۡم َوَل ٱ
ِ ض ۡي ٱلمغ
ِ َّلين أنعمت علي ِهم غ ِ صرط ٱِ ﴿
﴾٧
“Yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau beri
kenikmatan kepada mereka, bukan jalan mereka yang
dimurkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat.” [Surat
Al-Fâtihah: 7], maka hendaklah dia mengucapkan “Ãmîn”,
baik keberadaannya sebagai imâm atau shalat sendirian.
Adapun kalau keberadaannya sebagai ma’mûm maka
mengucapkan “Ãmîn” ketika imâm sudah selesai membaca
akhir surat Al-Fâtihah, dalîlnya adalah perkataan Nabî :
ذ َ ََ ُ ۡ َۡ ۡ َ
ِلضٓال َِني﴾ِفمق ِْولوا وب عل ۡي ِه ۡم َوَل ٱ ِ ض ۡي ٱلمغ ِ ِ﴿غ:اْل ممام ِْ ِ الِ«إِ مذا ِقم م
ِِفم مم ِْنِ موافم مِقِقم ْولهِِقم ْومِلِالْ مم مَلئِ مك ِِةِغ ِفمِرِلمهِِ مماِتم مقد م،ي
»َمِ ِم ِْنِذمنْبِِِه ِِآم ْ م
“Jika imâm telah mengucapkan: “Ghairil maghdhûbi
'alaihim waladhãllîn (bukan jalan mereka yang dimurkai
dan bukan pula jalan mereka yang sesat) maka
ucapkanlah: “Ãmîn”, barangsiapa ucapannya bersamaan
dengan ucapan para malaikat maka diampuni baginya
terhadap apa-apa yang telah lalu dari
dosanya.” Diriwayatkan oleh Al-Bukhârî dan Muslim dari
Abû Hurairah .
06
Muhammad Al-Khidhir |
07
| Panduan Singkat Tata Cara Shalat
08
Muhammad Al-Khidhir |
09
| Panduan Singkat Tata Cara Shalat
'
21
Muhammad Al-Khidhir |
20
| Panduan Singkat Tata Cara Shalat
22
Muhammad Al-Khidhir |
'
23
| Panduan Singkat Tata Cara Shalat
ِاّللِلِم ِنِ م
»ِح مده ِ
ْ « مَس مِعِ َِ م
“Allâh telah mendengar bagi siapa yang memuji-Nya.”
Sebagaimana dijelaskan pada hadîts Anas bin Mâlik dan
yang lainnya di dalam “Ash-Shahîh”.
Dalam keadaan rukû' ini harus benar-benar
thuma’nînah sebagaimana ketika berdiri sebelum rukû'.
Pada tempat ini ada suatu permasalahan yang
diperbincangkan oleh para ‘ulamâ yaitu tentang bangkit
dari rukû', apakah posisi kedua tangan seperti sebelum
rukû' yaitu tangan kanan di atas tangan kiri dengan
diletakkan di atas dada, atau di perut, atau di pusar,
ataukah posisi kedua tangan diluruskan dengan tanpa
diletakkan seperti semula?
Permasalahan ini ada keluasan dan tidak ada celaan
terhadap orang yang memilih untuk meletakkan kedua
tangannya di atas dada, atau di perut, atau di pusar, dan
tidak pula ada celaan terhadap yang meluruskan kedua
tangannya, karena masing-masing memiliki hujjah, Wallâhu
A'lam wa Ahkam.
24
Muhammad Al-Khidhir |
25
| Panduan Singkat Tata Cara Shalat
27
| Panduan Singkat Tata Cara Shalat
28
Muhammad Al-Khidhir |
29
| Panduan Singkat Tata Cara Shalat
31
Muhammad Al-Khidhir |
30
| Panduan Singkat Tata Cara Shalat
32
Muhammad Al-Khidhir |
33
| Panduan Singkat Tata Cara Shalat
34
Muhammad Al-Khidhir |
35
| Panduan Singkat Tata Cara Shalat
36
Muhammad Al-Khidhir |
37
| Panduan Singkat Tata Cara Shalat
ص مَلتِ م
»ك؟ ِْ ِِِفِتمق ِْول
فِ م ِ« مكِْي م
“Apa yang kamu ucapkan di dalam shalatmu?” Dia
menjawab:
»كِ ِم مِنِالنَا ِر
ِِ موأمع ِْوذِِبِ م،اْلمنَةم
ِْ ِك ِ ِِ«اللَه َِمِإ
ِنِأمسأمل م
“Ya Allâh, sesungguhnya aku memohon surga kepada-Mu,
dan aku berlindung kepada-Mu dari neraka.”
Adapun yang berkaitan dengan lafazh tasyahhud:
ِكِأميي مهاِالنِ ي
»َب ِ«ال َس مَلمِِ معلمْي م
“Semoga kesejahteraan dilimpahkan kepadamu wahai
Nabî”, maka lafazh ini diamalkan di saat Nabî masih
38
Muhammad Al-Khidhir |
39
| Panduan Singkat Tata Cara Shalat
41
Muhammad Al-Khidhir |
40
| Panduan Singkat Tata Cara Shalat
42
Muhammad Al-Khidhir |
43
| Panduan Singkat Tata Cara Shalat
ِِِ موأمع ِْوذ،ابِالْ مق ِْب ِِ ِ موِم ِْنِ مع مذ،َم ِِ كِ ِم ِْنِ مع مذ
ِابِ مج مهن م ِن ِأمع ِْوذِِبِ م
ِ ِِ«اللَه َِمِإ
ِك ِ ِم ِْن ِفِْت نمِِة ِالْ مم ِسِْي ِِح ِ ك ِ ِم ِن ِفِْت نمِِة ِالْمحيا ِوالْمم
ِ ِ موأمع ِْوذِ ِبِ م،ات م ْم م م م ْ ِب م
ِ
»ال ِِ ال َد َج
“Ya Allâh, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari
siksa neraka jahannam, dari siksa kubur. Dan aku
berlindung kepada-Mu dari ujian kehidupan dan kematian.
Dan aku berlindung kepada-Mu dari ujian al-masîh ad-
dajjâl.” Lafazh ini diriwayatkan oleh Al-Bukhârî dan Muslim
dari hadîts 'Âisyah .
Setelah itu membaca doa yang diinginkan untuk
dibaca sesuai dengan kebutuhan, dan yang lebih utama
adalah membaca doa dari Al-Qur’ãn atau doa dari As-
Sunnah.
Adapun duduk pada tasyahhud terakhir ini terjadi
perbedaan pendapat di kalangan para ulamâ, sebagian
mereka berpendapat bahwa duduk dengan iftirâsy, dan
sebagian yang lain berpendapat duduk dengan tawarruk,
yaitu duduk dengan menegakkan kaki kanan dan
memasukkan kaki kiri di bawah kaki kanan serta duduk di
tempat duduknya yakni pantat bagian kirinya langsung
mengenai bumi, sebagaimana disebutkan di dalam riwayat
Al-Bukhârî dari Abû Humaid .
Dan ini diperjelas dengan riwayat Ibnu Hibbân:
ِسمرى ِمتم موِركا ِ معلمى ِ مش ِق ِِه
ِْ ج ِ ِر ِْجلمهِ ِالي
ِمخمر م َ ت ِتمك ِْونِ ِ مخ ِاِتمِةم ِال
ِْ ص مَلِةِ ِأ ِ َِ«ال
»س ِر
اْلِميْ م
“Yang keberadaan penutup shalat adalah beliau
mengeluarkan kaki kirinya dan tawarruk pada pantat
44
Muhammad Al-Khidhir |
45
| Panduan Singkat Tata Cara Shalat
46
Muhammad Al-Khidhir |
47
| Panduan Singkat Tata Cara Shalat
48
Muhammad Al-Khidhir |
49