Anda di halaman 1dari 8

Nama : rosa atika hanum dn

Npm: 1910013411164
Tugas 2 : evaluasi pendidikan

Acuan penilaian hasil belajar PAP dan PAN


Pengertian Penilaian Acuan Norma
          Ada beberapa pendapat tentang pengertian Penilaian Acuan Norma, yaitu:
1. Acuan norma merupakan elemen pilihan yang memeberikan daftar dokumen
normatif yang diacu dalam standar sehingga acuan tersebut tidak terpisahkan dalam
penerapan standar. Data dokumen normatif yang diacu dalam standar yang sangat diperlukan
dalam penerapan standar.
2. Pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi nilai dilakukan dengan mengacu
pada norma atau kelompok. Cara ini dikenal sebagai penilaian acuan norma (PAN).
3. PAN adalah Nilai sekelompok peserta didik (siswa) dalam suatu proses
pembelajaran didasarkan pada tingkat penguasaan di kelompok itu. Artinya
pemberian nilai mengacu pada perolehan nilai di kelompok itu.
4. Penilaian Acuan Norma (PAN) yaitu dengan cara membandingkan nilai seorang
siswa dengan nilai kelompoknya. Jadi dalam hal ini prestasi seluruh siswa dalam kelas /
kelompok dipakai sebagai dasar penilaian.
Dari beberapa pengertian ini dapat disimpulkan bahwa Penilaian Acuan Norma adalah
penilaian yang dilakukan dengan mengacu pada norma kelmpok; nilai-nilai yang diperoleh
siswa diperbandingkan dengan nilai-nilai siswa yang lain yang termasuk di dalam kelompok
itu.

Penilaian Acuan Norma (PAN)


Penilaian acuan norma (PAN) merupakan pendekatan klasik, karena tampilan
pencapaian hasil belajar siswa pada suatu tes dibandingkan dengan penampilan siswa lain
yang mengikuti tes yang sama. Pengukuran ini digunakan sebagai metode pengukuran yang
menggunakan prinsip belajar kompetitif.
Menurut prinsip pengukuran norma, tes baku pencapaian diadministrasi dan
penampilan baku normative dikalkulasi untuk kelompok-kelompok pengambil tes yang
bervariasi. Skor yang dihasilkan siswa dalam tes yang sama dibandingkan dengan hasil
populasi atau hasil keseluruhan yang telah dibakukan.
Guru kelas kemudian mengikuti asas yang sama, mengukur pencapaian hasil belajar
siswa, dengan tepat membandingkan terhadap siswa lain dalam tes yang sama. Seperti
evaluasi empiris, guru melakukan pengukuran, mengadministrasi tes, menghitung skor,
merangking skor, dari tes yang tertinggi sampai yang terendah, menentukan skor rerata
menentukan simpang baku dan variannya .
Berikut ini beberapa ciri dari Penilaian Acuan Normatif :
1. Penilaian Acuan Normatif digunakan untuk menentukan status setiap peserta didik
terhadap kemampuan peserta didik lainnya. Artinya, Penilaian Acuan Normatif digunakan
apabila kita ingin mengetahui kemampuan peserta didik di dalam komunitasnya seperti di
kelas, sekolah, dan lain sebagainya.
2. Penilaian Acuan Normatif menggunakan kriteria yang bersifat “relative”. Artinya,
selalu berubah-ubah disesuaikan dengan kondisi dan atau kebutuhan pada waktu tersebut.
3. Nilai hasil dari Penilaian Acuan Normatif tidak mencerminkan tingkat kemampuan
dan penguasaan siswa tentang materi pengajaran yang diteskan, tetapi hanya menunjuk
kedudukan peserta didik (peringkatnya) dalam komunitasnya (kelompoknya).
4. Penilaian Acuan Normatif memiliki kecendrungan untuk menggunakan rentangan
tingkat penguasaan seseorang terhadap kelompoknya, mulai dari yang sangat istimewa
sampai dengan yang mengalami kesulitan yang serius.
5. Penilaian Acuan Normatif memberikan skor yang menggambarkan penguasaan
kelompok

Penilaian Acuan Patokan (PAP)


Penilaian acuan patokan (PAP) biasanya disebut juga criterion evaluation merupakan
pengukuran yang menggunakan acuan yang berbeda. Dalam pengukuran ini siswa
dikomperasikan dengan kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dalam tujuan
instruksional, bukan dengan penampilan siswa yang lain. Keberhasilan dalam prosedur acuan
patokan tegantung pada penguasaaan materi atas kriteria yang telah dijabarkan dalam item-
item pertanyaan guna mendukung tujuan instruksional .

Dengan PAP setiap individu dapat diketahui apa yang telah dan belum dikuasainya.
Bimbingan individual untuk meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi pelajaran dapat
dirancang, demikian pula untuk memantapkan apa yang telah dikuasainya dapat
dikembangkan. Guru dan setiap peserta didik (siswa) mendapat manfaat dari adanya PAP.
Melalui PAP berkembang upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dengan
melaksanakan tes awal (pre test) dan tes akhir (post test). Perbedaan hasil tes akhir dengan
test awal merupakan petunjuk tentang kualitas proses pembelajaran.

Pembelajaran yang menuntut pencapaian kompetensi tertentu sebagaimana


diharapkan dan termuat pada kurikulum saat ini, PAP merupakan cara pandang yang harus
diterapkan.
PAP juga dapat digunakan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, misalnya kurang
terkontrolnya penguasaan materi, terdapat siswa yang diuntungkan atau dirugikan, dan tidak
dipenuhinya nilai-nilai kelompok berdistribusi normal. PAP ini menggunakan prinsip belajar
tuntas (mastery learning).
Persamaan dan Perbedaan Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian Acuan Patokan
(PAP)
Penilaian Acuan Norma dan Penilaian Acuan Patokan mempunyai beberapa persamaan
sebagai berikut:
1. Penilaian acuan norma dan acuan patokan memerlukan adanya tujuan evaluasi
spesifik sebagai penentuan fokus item yang diperlukan. Tujuan tersebut termasuk tujuan
intruksional umum dan tujuan intruksional khusus
2. Kedua pengukuran memerlukan sample yang relevan, digunakan sebagai subjek
yang hendak dijadikan sasaran evaluasi. Sample yang diukur mempresentasikan populasi
siwa yang hendak menjadi target akhir pengambilan keputusan.
3. Untuk mandapatkan informasi yang diinginkan tenyang siswa, kedua pengukuran
sama-sama nenerlukan item-item yang disusun dalam satu tes dengan menggunakan aturan
dasar penulisan instrument.
4. Keduanya mempersyaratkan perumusan secara spesifik perilaku yang akan diukur.
5. Keduanya menggunakan macam tes yang sama seperti tes subjektif, tes karangan,
tes penampilan atau keterampilan.
6. Keduanya dinilai kualitasnya dari segi validitas dan reliabilitasnya.
7.Keduanya digunakan ke dalam pendidikan walaupun untuk maksud yang berbeda.
Perbedaan kedua penilaian adalah sebagai berikut:
1. Penilaian acuan norma biasanya mengukur sejumlah besar perilaku khusus dengan
sedikit butir tes untuk setiap perilaku. Penilaian acuan patokan biasanya mengukur perilaku
khusus dalam jumlah yang terbatas dengan banyak butir tes untuk setiap perilaku.
2. Penilaian acuan norma menekankan perbedaan di antara peserta tes dari segi
tingkat pencapaian belajar secara relatif. Penilaian acuan patokan menekankan penjelasan
tentang apa perilaku yang dapat dan yang tidak dapat dilakukan oleh setiap peserta tes.
3. Penilaian acuan norma lebih mementingkan butir-butir tes yang mempunyai tingkat
kesulitan sedang dan biasanya membuang tes yang terlalu mudah dan terlalu sulit.
Penilaian acuan patokan mementingkan butir-butir tes yang relevan dengan perilaku
yang akan diukur tanpa perduli dengan tingkat kesulitannya.
4. Penilaian acuan norma digunakan terutama untuk survey. Penilaian acuan patokan
digunakan terutama untuk penguasaan.

Penilaian merupakan serangkaian kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan


untuk memeroleh data dan informasi tentang proses dan hasil belajar peserta didik.
Penilaian juga digunakan untuk mengumpulkan data dan informasi tentang kekuatan
dan kelemahan dalam proses pembelajaran sehingga dapat dijadikan dasar untuk
pengambilan keputusan dan perbaikan proses pembelajaran.

Untuk memperoleh pemahaman yang sama dalam pelaksanaan penilaian hasil belajar
oleh pendidik perlu dijelaskan pengertian yang terkait dengan penilaian di SD sebagai
berikut:
 Standar Penilaian Pendidikan adalah kriteria mengenai mekanisme, prosedur,
dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik.
 Pembelajaran adalah proses interaksi antarpeserta didik, antara peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
 Penilaian adalah proses yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi
peserta didik secara berkelanjutan dalam proses pembelajaran, untuk memantau
kemajuan dan perbaikan hasil belajar peserta didik.
 Penilaian Harian (PH) adalah kegiatan yang dilakukan secara periodik untuk
mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan satu
Kompetensi Dasar (KD) atau lebih.
 Penilaian Tengah Semester (PTS) adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengukur
pencapaian kompetensi peserta didik setelah melaksanakan 8-9 minggu kegiatan
pembelajaran. Cakupan penilaian tengah semester meliput seluruh indikator yang
merepresantasikan seluruh KD pada periode tersebut.
 Penilaian Akhir Semester (PAS) adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengukur
pencapaian kompetensi peserta didik di akhir semester. Cakupan akhir semester
meliput seluruh indikator yang merepresantasikan seluruh KD pada periode tersebut.
 Ujian adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi
peserta didik sebagai pengakuan prestasi belajar dan/atau penyelesaian dari suatu
satuan pendidikan.

Penilaian hasil belajar peserta didik pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah
meliputi aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Penilaian sikap merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk memperoleh
informasi mengenai perilaku peserta didik. di dalam dan di luar pembelajaran. Penilaian sikap
dilakukan oleh pendidik.
Penilaian pengetahuan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengukur
penguasaan pengetahuan peserta didik. Penilaian pengetahuan dilakukan oleh pendidik,
satuan pendidikan, dan Pemerintah.
Penilaian keterampilan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengukur kemampuan
peserta didik dalam mengaplikasikan menerapkan pengetahuan untuk dalam melakukan tugas
tertentu. di dalam konteks tertentu sesuai dengan indikator pencapaian kompetensi. Penilaian
pengetahuan dan keterampilan dilakukan oleh pendidik, satuan pendidikan, dan/atau
Pemerintah.

 Prinsip penilaian adalah azas yang mendasari penilaian dalam pembelajaran.


 Mekanisme penilaian adalah prosedur dan metode penilaian yang dilakukan oleh
pendidik.
 Prosedur penilaian adalah langkah-langkah penilaian yang dilakukan oleh pendidik.
 Metode atau teknik penilaian adalah cara yang digunakan oleh pendidik untuk
melakukan penilaian dengan menggunakan berbagai bentuk instrumen penilaian.
 Instrumen penilaian adalah alat yang disusun oleh pendidik untuk mendapatkan
informasi pencapaian hasil belajar peserta didik, meliputi instrumen tes, lisan,
penugasan, kinerja, proyek, portofolio.

Penilaian otentik adalah pendekatan penilaian yang menghendaki peserta didik


menampilkan sikap, menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari
pembelajaran dalam situasi yang sesungguhnya (dunia nyata).
Kriteria Ketuntasan Minimal yang selanjutnya disebut KKM adalah kriteria ketuntasan
belajar yang ditentukan oleh satuan pendidikan yang mengacu pada standar kompetensi
kelulusan, dengan mempertimbangkan karekteristik peserta didik, karakteristik mata
pelajaran, dan kondisi satuan pendidikan.

Prinsip-prinsip Penilaian

Penilaian dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut.


 Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang
diukur.
 Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak
dipengaruhi subjektivitas penilai.
 Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena
berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat
istiadat, status sosial ekonomi, dan gender.
 Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu komponen yang tak
terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.
 Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan
keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan.
 Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian oleh pendidik mencakup semua
aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk
memantau perkembangan kemampuan peserta didik.
 Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan
mengikuti langkah-langkah baku.
 Beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi
yang ditetapkan.
 Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik,
prosedur, maupun hasilnya.
Karakteristik Penilaian
Penilaian dalam Kurikulum 2013 memiliki karakteristik sebagai berikut:
1.Belaja Tuntas
Ketuntasan Belajar merupakan capaian minimal dari kompetensi setiap muatan pelajaran
yang harus dikuasai peserta didik dalam kurun waktu belajar tertentu. Ketuntasan aspek
sikap (KI-1 dan KI-2) ditunjukkan dengan perilaku baik peserta didik. Jika perilaku
peserta didik belum menunjukkan kriteria baik maka dilakukan pemberian umpan balik
dan pembinaan sikap secara langsung dan terus-menerus sehingga peserta didik
menunjukkan perilaku baik.

Ketuntasan belajar aspek pengetahuan (KI-3) dan keterampilan (KI-4) ditentukan oleh
satuan pendidikan. Peserta didik yang belum mencapai ketuntasan belajar diberi
kesempatan untuk perbaikan (remedial teaching), dan peserta didik tidak diperkenankan
melanjutkan pembelajaran kompetensi selanjutnya sebelum kompetensi tersebut tuntas.
Kriteria ketuntasan dijadikan acuan oleh pendidik untuk mengetahui kompetensi yang
sudah atau belum dikuasai peserta didik. Melalui cara tersebut, pendidik mengetahui
sedini mungkin kesulitan peserta didik sehingga pencapaian kompetensi yang kurang
optimal dapat segera diperbaiki.

2. Otentik
Penilaian dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi secara holistik. Aspek sikap,
pengetahuan, dan keterampilan dinilai secara bersamaan sesuai dengan kondisi nyata.
Penilaian dilaksanakan untuk mengetahui pencapaian kompetensi peserta didik yang
dikaitkan dengan situasi nyata bukan dunia sekolah. Oleh karena itu, dalam melakukan
penilaian digunakan berbagai bentuk dan teknik penilaian. Penilaian otentik tidak hanya
mengukur apa yang diketahui oleh peserta didik, tetapi lebih menekankan mengukur apa
yang dapat dilakukan oleh peserta didik.

3. Berkesinambungan
Penilaian berkesinambungan dimaksudkan sebagai penilaian yang dilakukan secara terus
menerus dan berkelanjutan selama pembelajaran berlangsung. Tujuannya adalah untuk
mendapatkan gambaran yang utuh mengenai perkembangan hasil belajar peserta didik,
memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil terus menerus dengan menggunakan
berbagai bentuk penilaian.

4. Menggunakan bentuk dan teknik penilaian yang bervariasi


Penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan menggunakan berbagai teknik penilaian
yang sesuai dengan karakteristik kompetensi yang akan diukur atau dinilai. Berbagai
metode atau teknik penilaian dapat digunakan, seperti tes tertulis, tes lisan, penugasan,
penilaian kinerja (praktik dan produk), penilaian proyek, portofolio, dan pengamatan atau
observasi.

5. Berdasarkan acuan kriteria


Penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan menggunakan acuan kriteria.
Kemampuan peserta didik tidak dibandingkan terhadap kelompoknya, tetapi
dibandingkan terhadap ketuntasan yang ditetapkan. Kriteria ketuntasan ditetapkan oleh
satuan pendidikan dengan mempertimbangkan dengan mempertimbangkan karekteristik
peserta didik, karakteristik mata pelajaran, dan kondisi satuan pendidikan.
Prinsip prinsip penilaian
1. Prinsip-prinsip umum evaluasi
Untuk memperoleh hasil evavluasi yang lebih baik, mak kegiatan evaluasi harus bertitik tolak
dari prinsip-prinsip umum sebagai berikut (Depdiknas 2002):
a)      Valid
Evaluasi pembelajaran harus dapat memberikan informasi yang akurat (tepat) tentang proses
dan hasil belajar peserta didik. Tepat tidaknya hasil evaluasi ini antara lain dipengaruhi oleh
penggunaan teknik dan instrument evaluasi. Maka seorang evaluator perlu memperhatikan
teknik dan instrument yang akan digunakan agar sesuai dengan kemampuan atau jenis hasil
belajar yang akan dievaluasi. Misalnya, jika yang akan diukur adalah hasil belajar kognitif,
maka teknik dan instrument yang digunakan yang betul-betul cocok untuk mengukur hasil
belajar kognitif tersebut, bukan yang sebenarnya cocok untuk mengukur hasil belajar
psikomotor atau afektif.

b)      Mendidik
Evaluasi pembelajaran harus memberi sumbangan positif terhadap pencapaian belajar peserta
didik. Hasil evaluasi bagi peserta didik yang sudah berhasil lulus hendaknya dinyatakan dan
dapat dirasakan sebagai penghargaan, sedangkan bagi yang kurang berhasil dapat dijadikan
sebagai pemicu semangat belajar.

c)      Berorientasi pada kompetensi


Evaluasi pembelajaran harus mengacu kepada rumusan kompetensi-kompetensi yang telah
dirumuskan di dalam kurikulum dan diarahkan untuk menilai pencapaian kompetensi
tersebut.

d)     Adil dan objjektif


Evaluasi pembelajaraan harus adil terhadap semua [peserta didik dan tidak membedakan latar
belakang peserta didik yang tidak berkaitan dengan pencapaian hasil belajar. Objektivitas
penilaian tergantung dan dipengaruhi oleh factor-faktor pelaksana, criteria untuk scoring dan
pembuatan keputusan pencapaian hasil belajar.

e)      Terbuka
Criteria penilaian dan dasar pengambilan keputusan harus jelas dan terbuka bagi semua pihak
sehingga keputusan tentang keberhasilan peserta didik jelas bagi pihak-pihak yang
berkepentingan.

f)       Berkesinambungan
Evaluasi pembelajaran dilakukan secara berencana, bertahap, dan terus menerus untuk
memperoleh gambaran tentang perkembangan kemajuan belajar peserta didik sebagai hasil
kegiatan belajarnya.

g)      Menyeluruh
Evaluasi terhadap proses dan hasil belajar peserta didik harus dilaksanakan secara
menyeluruh, utuh, dan tuntas yang mencakup seluruh aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik dengan menggunakan teknik dan prosedur yang komprehensif dengan berbagai
bukti hasil belajar peserta didik.

h)      Bermakna
Evaluasi pembelajaran hendaknya mudah dipahami, mempunyai arti, berguna, dan bisa
ditindaklanjuti oleh pihak-pihak yang berkepentingan.
a.      Kontinuitas
Evaluasi tidak boleh dilakukan secara incidental karena pelajaran itu sendiri adalah suatu
proses yang kontinu. Oleh sebab itu, evaluasi pun harus dilakukan seecara kontinu. Hasil
evaluasi yang diperoleh pada suatu waktu harus senantiasi dihubungkan dengan hasil-hasil
pada waktu sebelumnya, sehingga dapat diperoleh gambaran yang jelas dan berarti tentang
perkembangan peserta didik. Perkembangan belajar peserta didik tidak dapat dilihat dari
dimensi produk saja, tetapi juga dimensi proses bahkan dari dimensi input.

b.      Komprehensif
Dalam melakukan evaluasi terhadap suatu obyek, guru harius mengambil semua obyek itu
sebagai bahan evaluasi. Misalnya: jika obyek evaluasi itu adalah peserta didik, maka seluruh
aspek kepribadian peserta didik itu harus dievaluasi, baik menyangkut kognitif, afektif
maupun psikomotor. Begitu juga dengan obyek-obyek evaluasi yang lain.
c.       Adil dan Objektif
Dalam melaksanakan evaluasi, guru harus berlaku adil tanpa pilih kasih. Kata “adil” dan
“objektif” memang mudah diucapkan, tetapi sulit dilaksanakan. Meskipun demikian,
kewajiban manusia adalah harus berikhtiar. Semua peserta didik harus diberlakukan sampa
tanpa “pandang bulu”. Guru juga hendaknya bertindak secara obyetif, apa adanya sesuai
dengan kemampuan peserta didik. Oleh sebab itu, sikap like and dislike, perasaan, keinginan,
dan prasangka yang bersifat negative harus dijauhkan. Evaluasi harus didasarkan atas
kenyataan (data dan fakta) yang sebenarnya, bukan hasil manipulasi atau rekayasa.

d.      Kooperatif
Dalam kegiatan evaluasi guru hendaknya bekerja sama dengan semua pihak, seperti orang tua
peserta didik, sesame guru, kepala sekolah, termasuk dengan peserta dikdik itu sendiri. Hal
ini dimaksudkan agar seua pihak merassa puas dengan hasil evaluassi, dan pihak-pihak
tersbutt merasa dihargai.

e.       Praktis
Praktis mengandung arti mudah digunakan, baik oleh guru itu sendiri yang menyusun alat
evaluasi maupun orang lain yang akan menggunakan alat tersebut. Untuk itu, harus
diperhatikan bahasa dan petunjuk mengerjakan soal.
2. Prinsip-prinsip khusus evaluasi pembelajaran (Depdiknas 2002)

a)      Evaluasi proses dan hasil belajar harus memungkinkan adanya kesempatan yang terbaik
bagi peserta didik untuk menunjukkan apa yang mereka ketahui dan pahami, serta
mendemonstrasikan kemampuannya. Prinsip khusus ini berimplementasi sebagai berikut:
v  Pelaksanaan evaluasi hendaknya dalam suasana yang bersahabat dan tidak mengancam;
v  Semua peserta didik mempunyai kesempatan dan perlakuan yang sama;
v  Peserta didik memahami secara jelas apa yang dimaksud dalam evaluasi dan criteria untuk
membuat keputusan atas hasil evaluasi hendaknya disepakati dengan peserta didik dan orang
tua atau wali.
b)      Setiap guru harus mampu melaksanakan prosedur evaluasi dan pencatatan
secara tepat. Implikasi dari proses ini adalah:
 Prosedur evaluasi harus dapat diterima oleh guru dan dipahami secara
jelas.
 Prosedur evaluasi dan catatan harian hasil belajar peserta didik hendaknya
mudah dilaksanakan sebagai bagian dari KBM, dan tidak harus mengambil
waktu yang berlebihan.
 Catatan harus mudah dibuat, jelas, mudah dipahami, dan bermanfaat untuk
perencanaan pembelajaran.
       Informasi yang diperoleh untuk menilai semua pencapaian belajar peserta
didik dengan berbagai cara harus digunakan sebagaimana mestinya.
       Evaluasi pencapaian belajar peserta didik yang bersifat positip untuk
pencapaian belajar selanjutnya perlu direncanakan oleh guru dan peserta didik.
       Klasifikasi dan kesulitan belajar harus ditentukan sehingga peserta didik
mendapat bimbingan dan bantuan belajar yang sewajarnya.
       Hasil evaluasi hendaknya menunjukkan kemajuan dan keberlanjutan
pencapaian belajar peserta didik.
       Evaluasi semua aspek yang berkaitan dengan pembelajaran, misalnya
efektivitas kegiatan belajar mengajar (KBM) dan kurikulum perlu dilaksanakan.
       Peningkatan keahlian guru sebagai konsekuensi dari diskusi pengalaman dan
membandingkan metode dan hasil evaluasi perlu dipertimbangkan.
       Pelaporan penampilan peserta didik kepada orang tua/wali, dan atasan
(kepala sekolah atau pejabat di atasnya) harus dilakssanakan.

Selain itu, dalam konteks penilaian hasil belajar, Depdiknas (2003)


 mengemukakan prinsip-prinsip umum penilaian adalah megukur hasil-hasil belajar
yang telah ditentukan dengan jelas dan sesuai dengan kompetensi serta tujuan
pembelajaran mengukur sampel tingkah laku yang representatif dari hasil belajar dan
bahan-bahan yang tercakup dalam pengajaran;
 mencakup jenis-jenis instrument penilaian yang paling sesuai untuik mengukur hasil
belajar yang diingginkan, direncanakan sedemikian rupa agar hasilnya sesuai dengan
yang digunakan secara khusus;
 dibuat dengan relibilitas yang sebesar-besarnya dan harus ditafsirkan secara hati-hati;
dan dipakai untuk memperbaiki proses dan hasil belajar.

Di samping itu, guru harus memperhatikan pula hal-hal teknis, antara lain:
1)      Penilaian hendaknya dirancang sedemikian rupa, sehingga jelas abilitas yang harus
dinilai, materi yang akan dinilai, alat penilaian dan interpretasi hasil penilaian.
2)      Penilaian harus menjadi bagian integral dalam proses pembelajaran.
3)      Untuk memperoleh hasil yang obyektif, penilaian harus menggunakan berbagai alat
(instrument), baik yang berbentuk tes maupun yang berbentuk non tes.
4)      Pemilihan alat penilaian harus sesuai dengan kompetensi yang ditetapkan.
5)      Alat penilaian harus mendorong kemampuan penalaran dan kreativitas peserta didik,
seperti: tes tertulis, esai, tes kinerja, hasil karya peserta didik, proyek, dan portofolio.
6)      Objek penilaian harus mencakup aspek pengetahuan, ketrampilan, sikap dan nilai-nilai.
7)      Penilaian harus mengacu kepada prinsip diferensiasi, yaitu memberikan peluang kepada
peserta didik untuk menunjukkan apa yang diketahui, apa yang dipahami, dan apa yang dapat
dilakukan.
8)      Penilaian tidak bersikap diskriminatif. Artinya, guru harus berlaku adil dan bersikap
jujur kepada semua peserta didik, serta bertanggung jawab kepada semua pihak.
9)      Penilaian harus diikuti dengan tindak lanjut (follow-up).
10)  Penilaian harus berorientasi pada kecakapan hidup dan bersikap mendidik.

Anda mungkin juga menyukai