Npm: 1910013411164
Tugas 2 : evaluasi pendidikan
Dengan PAP setiap individu dapat diketahui apa yang telah dan belum dikuasainya.
Bimbingan individual untuk meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi pelajaran dapat
dirancang, demikian pula untuk memantapkan apa yang telah dikuasainya dapat
dikembangkan. Guru dan setiap peserta didik (siswa) mendapat manfaat dari adanya PAP.
Melalui PAP berkembang upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dengan
melaksanakan tes awal (pre test) dan tes akhir (post test). Perbedaan hasil tes akhir dengan
test awal merupakan petunjuk tentang kualitas proses pembelajaran.
Untuk memperoleh pemahaman yang sama dalam pelaksanaan penilaian hasil belajar
oleh pendidik perlu dijelaskan pengertian yang terkait dengan penilaian di SD sebagai
berikut:
Standar Penilaian Pendidikan adalah kriteria mengenai mekanisme, prosedur,
dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik.
Pembelajaran adalah proses interaksi antarpeserta didik, antara peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Penilaian adalah proses yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi
peserta didik secara berkelanjutan dalam proses pembelajaran, untuk memantau
kemajuan dan perbaikan hasil belajar peserta didik.
Penilaian Harian (PH) adalah kegiatan yang dilakukan secara periodik untuk
mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan satu
Kompetensi Dasar (KD) atau lebih.
Penilaian Tengah Semester (PTS) adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengukur
pencapaian kompetensi peserta didik setelah melaksanakan 8-9 minggu kegiatan
pembelajaran. Cakupan penilaian tengah semester meliput seluruh indikator yang
merepresantasikan seluruh KD pada periode tersebut.
Penilaian Akhir Semester (PAS) adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengukur
pencapaian kompetensi peserta didik di akhir semester. Cakupan akhir semester
meliput seluruh indikator yang merepresantasikan seluruh KD pada periode tersebut.
Ujian adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi
peserta didik sebagai pengakuan prestasi belajar dan/atau penyelesaian dari suatu
satuan pendidikan.
Penilaian hasil belajar peserta didik pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah
meliputi aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Penilaian sikap merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk memperoleh
informasi mengenai perilaku peserta didik. di dalam dan di luar pembelajaran. Penilaian sikap
dilakukan oleh pendidik.
Penilaian pengetahuan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengukur
penguasaan pengetahuan peserta didik. Penilaian pengetahuan dilakukan oleh pendidik,
satuan pendidikan, dan Pemerintah.
Penilaian keterampilan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengukur kemampuan
peserta didik dalam mengaplikasikan menerapkan pengetahuan untuk dalam melakukan tugas
tertentu. di dalam konteks tertentu sesuai dengan indikator pencapaian kompetensi. Penilaian
pengetahuan dan keterampilan dilakukan oleh pendidik, satuan pendidikan, dan/atau
Pemerintah.
Prinsip-prinsip Penilaian
Ketuntasan belajar aspek pengetahuan (KI-3) dan keterampilan (KI-4) ditentukan oleh
satuan pendidikan. Peserta didik yang belum mencapai ketuntasan belajar diberi
kesempatan untuk perbaikan (remedial teaching), dan peserta didik tidak diperkenankan
melanjutkan pembelajaran kompetensi selanjutnya sebelum kompetensi tersebut tuntas.
Kriteria ketuntasan dijadikan acuan oleh pendidik untuk mengetahui kompetensi yang
sudah atau belum dikuasai peserta didik. Melalui cara tersebut, pendidik mengetahui
sedini mungkin kesulitan peserta didik sehingga pencapaian kompetensi yang kurang
optimal dapat segera diperbaiki.
2. Otentik
Penilaian dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi secara holistik. Aspek sikap,
pengetahuan, dan keterampilan dinilai secara bersamaan sesuai dengan kondisi nyata.
Penilaian dilaksanakan untuk mengetahui pencapaian kompetensi peserta didik yang
dikaitkan dengan situasi nyata bukan dunia sekolah. Oleh karena itu, dalam melakukan
penilaian digunakan berbagai bentuk dan teknik penilaian. Penilaian otentik tidak hanya
mengukur apa yang diketahui oleh peserta didik, tetapi lebih menekankan mengukur apa
yang dapat dilakukan oleh peserta didik.
3. Berkesinambungan
Penilaian berkesinambungan dimaksudkan sebagai penilaian yang dilakukan secara terus
menerus dan berkelanjutan selama pembelajaran berlangsung. Tujuannya adalah untuk
mendapatkan gambaran yang utuh mengenai perkembangan hasil belajar peserta didik,
memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil terus menerus dengan menggunakan
berbagai bentuk penilaian.
b) Mendidik
Evaluasi pembelajaran harus memberi sumbangan positif terhadap pencapaian belajar peserta
didik. Hasil evaluasi bagi peserta didik yang sudah berhasil lulus hendaknya dinyatakan dan
dapat dirasakan sebagai penghargaan, sedangkan bagi yang kurang berhasil dapat dijadikan
sebagai pemicu semangat belajar.
e) Terbuka
Criteria penilaian dan dasar pengambilan keputusan harus jelas dan terbuka bagi semua pihak
sehingga keputusan tentang keberhasilan peserta didik jelas bagi pihak-pihak yang
berkepentingan.
f) Berkesinambungan
Evaluasi pembelajaran dilakukan secara berencana, bertahap, dan terus menerus untuk
memperoleh gambaran tentang perkembangan kemajuan belajar peserta didik sebagai hasil
kegiatan belajarnya.
g) Menyeluruh
Evaluasi terhadap proses dan hasil belajar peserta didik harus dilaksanakan secara
menyeluruh, utuh, dan tuntas yang mencakup seluruh aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik dengan menggunakan teknik dan prosedur yang komprehensif dengan berbagai
bukti hasil belajar peserta didik.
h) Bermakna
Evaluasi pembelajaran hendaknya mudah dipahami, mempunyai arti, berguna, dan bisa
ditindaklanjuti oleh pihak-pihak yang berkepentingan.
a. Kontinuitas
Evaluasi tidak boleh dilakukan secara incidental karena pelajaran itu sendiri adalah suatu
proses yang kontinu. Oleh sebab itu, evaluasi pun harus dilakukan seecara kontinu. Hasil
evaluasi yang diperoleh pada suatu waktu harus senantiasi dihubungkan dengan hasil-hasil
pada waktu sebelumnya, sehingga dapat diperoleh gambaran yang jelas dan berarti tentang
perkembangan peserta didik. Perkembangan belajar peserta didik tidak dapat dilihat dari
dimensi produk saja, tetapi juga dimensi proses bahkan dari dimensi input.
b. Komprehensif
Dalam melakukan evaluasi terhadap suatu obyek, guru harius mengambil semua obyek itu
sebagai bahan evaluasi. Misalnya: jika obyek evaluasi itu adalah peserta didik, maka seluruh
aspek kepribadian peserta didik itu harus dievaluasi, baik menyangkut kognitif, afektif
maupun psikomotor. Begitu juga dengan obyek-obyek evaluasi yang lain.
c. Adil dan Objektif
Dalam melaksanakan evaluasi, guru harus berlaku adil tanpa pilih kasih. Kata “adil” dan
“objektif” memang mudah diucapkan, tetapi sulit dilaksanakan. Meskipun demikian,
kewajiban manusia adalah harus berikhtiar. Semua peserta didik harus diberlakukan sampa
tanpa “pandang bulu”. Guru juga hendaknya bertindak secara obyetif, apa adanya sesuai
dengan kemampuan peserta didik. Oleh sebab itu, sikap like and dislike, perasaan, keinginan,
dan prasangka yang bersifat negative harus dijauhkan. Evaluasi harus didasarkan atas
kenyataan (data dan fakta) yang sebenarnya, bukan hasil manipulasi atau rekayasa.
d. Kooperatif
Dalam kegiatan evaluasi guru hendaknya bekerja sama dengan semua pihak, seperti orang tua
peserta didik, sesame guru, kepala sekolah, termasuk dengan peserta dikdik itu sendiri. Hal
ini dimaksudkan agar seua pihak merassa puas dengan hasil evaluassi, dan pihak-pihak
tersbutt merasa dihargai.
e. Praktis
Praktis mengandung arti mudah digunakan, baik oleh guru itu sendiri yang menyusun alat
evaluasi maupun orang lain yang akan menggunakan alat tersebut. Untuk itu, harus
diperhatikan bahasa dan petunjuk mengerjakan soal.
2. Prinsip-prinsip khusus evaluasi pembelajaran (Depdiknas 2002)
a) Evaluasi proses dan hasil belajar harus memungkinkan adanya kesempatan yang terbaik
bagi peserta didik untuk menunjukkan apa yang mereka ketahui dan pahami, serta
mendemonstrasikan kemampuannya. Prinsip khusus ini berimplementasi sebagai berikut:
v Pelaksanaan evaluasi hendaknya dalam suasana yang bersahabat dan tidak mengancam;
v Semua peserta didik mempunyai kesempatan dan perlakuan yang sama;
v Peserta didik memahami secara jelas apa yang dimaksud dalam evaluasi dan criteria untuk
membuat keputusan atas hasil evaluasi hendaknya disepakati dengan peserta didik dan orang
tua atau wali.
b) Setiap guru harus mampu melaksanakan prosedur evaluasi dan pencatatan
secara tepat. Implikasi dari proses ini adalah:
Prosedur evaluasi harus dapat diterima oleh guru dan dipahami secara
jelas.
Prosedur evaluasi dan catatan harian hasil belajar peserta didik hendaknya
mudah dilaksanakan sebagai bagian dari KBM, dan tidak harus mengambil
waktu yang berlebihan.
Catatan harus mudah dibuat, jelas, mudah dipahami, dan bermanfaat untuk
perencanaan pembelajaran.
Informasi yang diperoleh untuk menilai semua pencapaian belajar peserta
didik dengan berbagai cara harus digunakan sebagaimana mestinya.
Evaluasi pencapaian belajar peserta didik yang bersifat positip untuk
pencapaian belajar selanjutnya perlu direncanakan oleh guru dan peserta didik.
Klasifikasi dan kesulitan belajar harus ditentukan sehingga peserta didik
mendapat bimbingan dan bantuan belajar yang sewajarnya.
Hasil evaluasi hendaknya menunjukkan kemajuan dan keberlanjutan
pencapaian belajar peserta didik.
Evaluasi semua aspek yang berkaitan dengan pembelajaran, misalnya
efektivitas kegiatan belajar mengajar (KBM) dan kurikulum perlu dilaksanakan.
Peningkatan keahlian guru sebagai konsekuensi dari diskusi pengalaman dan
membandingkan metode dan hasil evaluasi perlu dipertimbangkan.
Pelaporan penampilan peserta didik kepada orang tua/wali, dan atasan
(kepala sekolah atau pejabat di atasnya) harus dilakssanakan.
Di samping itu, guru harus memperhatikan pula hal-hal teknis, antara lain:
1) Penilaian hendaknya dirancang sedemikian rupa, sehingga jelas abilitas yang harus
dinilai, materi yang akan dinilai, alat penilaian dan interpretasi hasil penilaian.
2) Penilaian harus menjadi bagian integral dalam proses pembelajaran.
3) Untuk memperoleh hasil yang obyektif, penilaian harus menggunakan berbagai alat
(instrument), baik yang berbentuk tes maupun yang berbentuk non tes.
4) Pemilihan alat penilaian harus sesuai dengan kompetensi yang ditetapkan.
5) Alat penilaian harus mendorong kemampuan penalaran dan kreativitas peserta didik,
seperti: tes tertulis, esai, tes kinerja, hasil karya peserta didik, proyek, dan portofolio.
6) Objek penilaian harus mencakup aspek pengetahuan, ketrampilan, sikap dan nilai-nilai.
7) Penilaian harus mengacu kepada prinsip diferensiasi, yaitu memberikan peluang kepada
peserta didik untuk menunjukkan apa yang diketahui, apa yang dipahami, dan apa yang dapat
dilakukan.
8) Penilaian tidak bersikap diskriminatif. Artinya, guru harus berlaku adil dan bersikap
jujur kepada semua peserta didik, serta bertanggung jawab kepada semua pihak.
9) Penilaian harus diikuti dengan tindak lanjut (follow-up).
10) Penilaian harus berorientasi pada kecakapan hidup dan bersikap mendidik.