Anda di halaman 1dari 4

Deksripsi Masalah:

Lanang adalah siswa salah satu sekolah di Yogyakarta. Semester ini ia jarang masuk sekolah
dan nilainya semakin jeblok. Ia tampak kurus, wajahnya tampak pucat, pandangan matanya
kosong, dan penampilannya lusuh. Akhir-akhir ini, ia juga suka berkelahi dengan teman-
temannya. Jika gurunya menegur, ia akan mereaksi dengan kasar. Ketika gurunya berpapasan
dengan Lanang, terdapat amplop yang terjatuh dari tasnya dan ternyata isinya adalah ganja.

Lanang adalah pindahan dari jayapura. Ayahnya seorang perwira menengah ABRI, ibunya
adalah seorang ibu rumah tangga. Karena kesibukan, ayahnya jarang di rumah, sedangkan
ibunya sibuk dalam kelompok sosialita, sehingga Lanang kurang mendapat perhatian, baik dari
ayah maupun ibunya. Lanang tidak betah di rumah, dia jarang pulang, bahkan pernah minggat
dari rumah. Dia dan teman-temannya sering terlibat mabuk-mabukan.

Mengetahui kehidupan Lanang yang demikian, ayahnya memutuskan untuk memindahkan


Lanang ke Yogyakarta dan tinggal bersama dengan tantenya. Oleh tantenya dia diperlakukan
sangat keras (tantenya takut jika nantinya akan salah asuh), bahkan sepulang sekolah dia tidak
boleh keluar rumah. Perlakuan ini membuatnya merasa seperti berada di penjara. Perasaan yang
dideritanya ini sering dilampiaskan kepada teman-temannya dan gurunya dalam bentuk
tindakan kasar. Sehingga, dia dicap sebagai anak nakal.

1. Berdasarkan permasalahan Lanang prespektif hakekat manusia menurut konseling


kreatif
Pada dasarnya manusia mampu berpikir untuk diri mereka sendiri sehingga mampu menangani
masalahnya secara mandiri. Namun, terkadang membutuhkan konselor untuk menangani
permasalahan yang melibatkan orangtua. Seperti yang dihadapi oleh Lanang.

2. Pribadi bermasalah sehubungan Konseling kreatif merupakan bagian dari impact


therapy yang menggabungkan teknik konseling kreatif dan teori konseling, untuk pribadi
bermasalah bukan terletak pada konselinya. Melainkan keberhasilan proses konseling dalam
mengatasi masalah Lanang terletak pada kreativitas konselor dalam menggunakan teknik dan
dipadukan dengan pendekatan konseling

3. Tahapan Konseling Kreatif (Impact Therapy)


1) Fase Rapport (R) menunjukkan fase membangun hubungan yang genuine dan saling percaya
antara konselor dan konseli. Fase Rapport untuk membangun hubungan dengan Lanang dapat
menggunakan kalimat tanya berikut ini:
 Bagaimana kabarmu?
 Melakukan topik netral bisa membahas topik yang menarik berkaitan hobi ataupun
berita yang sedang booming.

2) Fase Contract (C) merujuk pada persetujuan baik secara implisit ataupun eksplisit antara
konselor dan konseli dalam menetapkan tujuan sesi konseling. Konselor dapat menggali dengan
pertanyaan berikut:
Konselor: “Baiklah Lanang saya tadi sudah menjelaskan mengenai konseling dan asasnya.
Sekarang, saya akan bertanya mengenai tujuan konseling pada hari ini. Kira-kira tujuan yang
akan Lanang harapkan dari sesi konseling hari ini apa ya?

3) Fase Focus (F) merujuk pada tahapan yang bertujuan membantu konseli untuk fokus pada
suatu topik atau isu tertentu selama sesi konseling. Saat masuk sesi konseling, terkadang
konseli menceritakan berbagai permasalahan yang dialaminya. Sesi konseling akan tidak efektif
apabila terlalu banyak permasalahan yang berusaha dipecahkan dalam satu waktu. Oleh karena
itu konselor perlu membantu konseli untuk memutuskan. permasalahan apa yang hendak ia
selesaikan terlebih dahulu.

Konselor dapat merumuskan masalah Lanang yang menjadi sebab utama untuk diselesaikan
terlebih dahulu, dengan pertanyaan sebagai berikut:
Konselor: Terimakasih Lanang sudah mau mengungapkan segala permasalahan yang Lanang
hadapi. Jadi, permasalahan Lanang adalah jarang masuk sekolah dan nilainya semakin jeblok.
Tidak bisa mengontrol emosi maka dari itu Lanang suka berkelahi dengan teman-teman, jika
gurunya menegur berkata dengan kasar, terdapat ganja, kurang mendapat perhatian, baik dari
ayah maupun ibunya. Lanang tidak betah di rumah, dia jarang pulang, bahkan pernah minggat
dari rumah dan sering terlibat mabuk-mabukan. Dikarenakan masalah Lanang cukup banyak.
Masalah apa yang perlu kita sepakati untuk diselesaikan terlebih dahulu?

Kemudian konselor membuat kesepakatan mengenai masalah yang akan diselesaikan.


Kemudian konselor menetapkan pendekatatan konseling yang tepat untuk menangani
permasalahan Lanang. Berkaitan masalah Lanang permasalahan yang harus dituntaskan
mengenai masalah keluarga. Dengan begitu konselor menggunakan pendekatan logotheray
yang dianggap tepat unntuk menangani permasalahan Lanang.

4) Fase Funnel (F) merujuk pada tahap mendiskusikan sebuah isu dengan cara tertentu sampai
tercapai tingkat pemahaman (insight) baru yang lebih dalam.
5) Fase Closing (C) merupakan fase di mana konseli merangkum apa yang telah dipelajari dan
membicarakan bagaimana konseli akan menggunakan informasi yang diperolehnya setelah sesi
konseling berakhir.
Pada tahap ini konselor dapat menyampaikann hasil kesimpulan konseling pada hari ini.

4. Teknik Yang Digunakan Untuk Membantu Lanang Mengatasi Masalah Dengan


Menggunakan Kursi.
Tujuannya membantu Lanang melakukan refleksi terhadap keadaanya saat ini,
menghayati ego-state (biasanya keadaan NOT OK child atau Critical Parent),
menghayati dan membawa pengalaman dimasa lalu atau ekspektasi terhadap masa
depan kekeadaan sekarang, memberikan saluran bagi Lanang untuk mengatakan luapan
emosi yang terpendam, atau menjadi wahana untuk berlatih mengungkapkan pikiran dan
perasaan kepada oranglain. Lanang diajak untuk menimbang sisi positif dan negatif dari
beberapa pilihan keputusan sambil menduduki setiap kursi dan merasakan pengalaman
dari dampak keputusan yang ia pilih.

Anda mungkin juga menyukai