Anda di halaman 1dari 19

Accounting Theory Construction and The Economics of

Financial Reporting Regulation


Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pelaporan Keuangan

DISUSUN OLEH :

Rahmat Handoyo

Monica Puspita Sari

Putri Asyafiah

Yuhelni

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS TRISAKTI

JAKARTA

2021
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami diberi kesempatan dalam membuat tugas mata kuliah
Pelaporan Keuangan. Tugas ini membahas tentang Accounting Theory Construction and The
Economics of Financial Reporting Regulation.

Dua jurnal yang kami bahas adalah tentang Positive Accounting dan Agency Theory yang
keduanya saling berkaitan dalam suatu penyusunan laporan keuangang yang efektif di sisi
manajemen maupun investor.

Masih ada kekurangan dari penyusunan tugas ini. Mohon maaf bila ada yang kurang
berkenan. Terima kasih atas kesempatan yang telah diberikan kepada kelompok kami.

Jakarta, 2 Oktober 2021

Kelompok Dua
DAFTAR ISI
Accounting Theory Construction and The Economics of
Financial Reporting Regulation

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………………
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………..
KASUS 1 Pengaruh Konservatisme Akuntansi Pada Suatu Perusahaan di Sektor Agricultue dalam
Penggunaan Teori Akuntansi Positif………………………………………………………
Definisi Teori Akuntansi Positif……………………………………………………………………….
Definisi Konservatisme………………………………………………………………………………...
Definisi Leverage………………………………………………………………………………………
Definisi Financial Distress……………………………………………………………………………..
Definisi Ukuran Perusahaan……………………………………………………………………………
Hubungan Antar Variabel……………………………………………………………………………...
Pengaruh Leverage terhadap Konservatisme…………………………………………………………..
Pengaruh Financial Distress terhadap Konservatisme…………………………………………………
Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Konservatisme………………………………………………...
Penelitian………………………………………………………………………………………………..
Kesimpulan……………………………………………………………………………………………...
Implikasi Peneltian……………………………………………………………………………………...

KASUS 2 Kebijakan Hutang dengan Pendekatan Agency Theory pada Perusahaan Property dan Real
Estate……………………………………………………………………………………….
Definisi Agency theory…………………………………………………………………………………
PEMBAHASAN JURNAL
1. Kepemilikan Institusional…………………………………………………………………………...
2. Profitabilitas…………………………………………………………………………………………
3. Investment opportunity set…………………………………………………………………………..
4. Free cash flow……………………………………………………………………………………….
Metode Penelitian……………………………………………………………………………………….

Hasil Penelitian…………………………………………………………………………………………

Kesimpulan……………………………………………………………………………………………..
KASUS 1
Pengaruh Konservatisme Akuntansi Pada Suatu Perusahaan di Sektor Agriculture
dalam Penggunaan Teori Akuntansi Positif

Definisi Teori Akuntansi Positif


Menurut Scott (2000) adalah berusaha untuk membuat prediksi yang baik sesuai dengan kejadian yang
nyata.
Teori akuntansi positif dalam Chariri dan Ghozali (2007) menyatakan bahwa ada tiga hubungan
keagenan:

1. Antara manajemen dengan pemilik (pemegang saham)


Apabila manajemen memiliki jumlah saham yang lebih sedikit dibanding dengan investor, maka
manajer akan cenderung melaporkan laba lebih tinggi atau kurang konservatif karena manajer ingin
dinilai kinerjanya bagus dan mendapatkan bonus.

2. Antara manajemen dengan kreditur


Manajemen cenderung melaporkan labanya lebih tinggi karena pada umumnya kreditur beranggapan
bahwa perusahaan dengan laba yang tinggi akan melunasi hutang dan bunganya pada tanggal jatuh
tempo. Kreditur dengan melihat laba yang tinggi cenderung akan mudah dalam memberikan pinjaman
karena tingkat risiko hutang tidak dibayar rendah.

3. Antara manajemen dengan pemerintah


Manajer cenderung melaporkan labanya secara konservatif. Hal ini dikarenakan untuk menghindari
pengawasan yang lebih ketat dari pemerintah, para analis sekuritas dan pihak yang berkepentingan
lainnya. Pada umumnya perusahaan yang besar dibebani oleh beberapa konsekuensi. Misalnya harus
menyediakan pelayanan publik yang lebih baik dan harus membayar pajak yang lebih tinggi dll.

Definisi Konservatisme
Menurut Tazawa (2003), merupakan proses pembukuan yang lebih mengedepankan pengakuan terhadap
laba kecil dengan lebih lambat mengakui keuntungan atau pendapatan, mempercepat mengakui biaya atau
kerugian, mengutamakan penilaian hutang dan mengenyampingkan nilai aktiva.
Menurut Juanda (2007) konservatisme merupakan suatu konsep akuntansi yang menerapkan biaya dan
hutang lebih tinggi, sedangkaan laba dan aset cenderung lebih rendah.

Dengan demikian koservatisme berarti konsep pembukuan yang besifat berhati-hati dan mengutamakan
pelaporan terhadap rugi atau biaya dibandingkan laba.

Definisi Leverage
Menurut Noviantari dan Ratnadi (2015), leverage merupakan rasio yang menunjukkan seberapa besar
hutang atau modal membiayai aktiva perusahaan. Perusahaan yang telah go public tentunya tidak lepas
dari hutang yang dapat digunakan untuk memperluas usahanya secara besar.

Definisi Financial Distress


Emrinaldi (2007) financial distress merupakan kondisi kesulitan keuangan yang dimulai dari kesulitan
likuiditas (jangka pendek) sebagai indikasi kesulitan keuangan yang paling ringan, sampai kepernyataan
kebangkrutan yang merupakan kesulitan keuangan yang paling berat.

Definisi Ukuran Perusahaan


Menurut (utama, 2000) Ukuran perusahaan adalah skala perusahaan yang dilihat dari total aktiva
perusahaan pada akhir tahun ataupun total penjualan, namun karena biaya yang mengikuti penjualan
cenderung lebih besar, maka perusahaan dengan tingkat penjualan yang tinggi cenderung memilih
kebijakan akuntansi yang mengurangi laba

Hubungan Antar Variabel

Pengaruh Leverage terhadap Konservatisme


Kreditor berkepentingan terhadap distribusi aset bersih dan laba yang lebih rendah kepada manajer dan
pemegang saham sehingga kreditor cenderung meminta manajer untuk menyelenggarakan akuntansi
konservatif (Pramudita, 2012).
Lo (2005) menyatakan bahwa tingkat kesulitan keuangan dan tingkat hutang perusahaan berpengaruh
positif terhadap konservatisme akuntansi.

Pengaruh Financial Distress terhadap Konservatisme


Menurut Lo (2005) apabila financial distress atau kesulitan keuangan tinggi maka akan menyebabkan
manajer mengambil tindakan untuk mengurangi tingkat konservatisme akuntansi, begitupun sebaliknya.
Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Konservatisme
Sesuai pernyataan Lo (2005) bahwa perusahaan yang berukuran besar akan melaporkan laba yang lebih
rendah secara relatif permanen dengan menyelenggarakan akuntansi yang konservatif. Hal ini diakibatkan
oleh biaya politik mencakup semua biaya yang harus ditanggung perusahaan terkait dengan tindakan
antitrust, regulasi, subsidi pemerintah, pajak, tarif, tuntutan buruh, dan lain sebagainya (Watts dan
Zimmerman, 1978).

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut:

1. Leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap konservatisme akuntansi perusahaan di sektor


agriculture.
2. Financial distress yang berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap konservatisme akuntansi
perusahaan di sektor agriculture.
3. Ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap konservatisme akuntansi perusahaan di
sektor agriculture.

Perusahaan di sektor agriculture harus memperhatikan faktor financial distress yang ternyata berpengaruh
positif terhadap konservatisme akuntansi. Maka dari itu penting halnya manajemen perusahaan untuk
lebih mengutamakan konsep pembukuan konservatisme ini, agar menjadi sinyal positif bagi investor
apabila terjadi financial distress yang meningkat.
Dalam hal ini berdasarkan penelitian yang telah yang diuji, kehadiran teori akuntansi positif telah
memberikan sumbangan yang berarti bagi pengembangan akuntansi dengan:

1. menghasilkan pola sistematik dalam pilihan akuntansi


2. memberikan penjelasan spesifik terhadap pola tersebut
3. memberikan kerangka yang jelas dalam memahami akuntansi
4. menunjukkan peran utama contracting cost dalam teori akuntansi
5. menjelaskan mengapa akuntansi digunakan dan memberikan kerangka dalam memprediksi pilihan-
pilihan akuntansi
6. mendorong riset yang relevan dimana akuntansi menekankan pada prediksi dan penjelasan terhadap
fenomena akuntansi.
Teori akuntansi positif didasarkan pada adanya dalil bahwa manajer, pemegang saham, dan aparat
pengatur adalah rasional dan bahwa mereka berusaha untuk memaksimalkan kegunaan mereka yang
secara langsung berhubungan dengan kompensasi mereka, dan tentunya kesejahteraan mereka pula.
Pilihan atas suatu kebijakan akuntansi oleh beberapa kelompok tersebut bergantung pada perbandingan
relatif biaya dan manfaat dari prosedur akuntansi alternatif dengan cara demikian untuk memaksimalkan
kegunaan mereka.

Penelitian
Penelitian dalam jurnal ini adalah penelitian deskriptif dengan metode kualititatif. Populasi adalah lima
belas (15) perusahaan agriculture yang terdaftar di IDX.
Pengumpulan data berupa:

1. Laporan tahunan 2017-2018 di www.IDX.com


2. Daftar perusahaan yang mengeuarkan Sustainable Report di NCSR (National Centre for
Sustainability Reporting)
3. Studi Pustaka melalui buku teks, jurnal ilmiah, artikel dan majalah

Dengan metode analisa regresi linear berganda, dapat diketahui:

1. Apakah variable bebas mempunyai hubungan dengan variable terikat


2. Penetapan tingkat signifikan
3. Kesimpulan penerimaan atau penolakan hipotesis

Y = Variabel Konservatisme
X1 = Variabel Leverage
X2 = Finanical Distress
X3 = Ukuran Perusahaan
Pengujian analisa regresi berganda menggunakan uji T (parsial) dan uji F (simultan)

Y = α + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + e
Y = Konservatisme Akuntansi
α = Konstanta
β = Koefisien Regresi
X1 = Leverage
X2 = Finanical Distress
X3 = Ukuran Perusahaan

Uji asumsi klasik dilakukan sebelum dilakukan analisa regresi berganda:

1. Uji Normalitas Data = Data menyebar di sekitar garis diagonal; Dengan grafik historgram
terbentuk distibusi normal
2. Multikolinearitas = Masing-masing nilai tolerance > 0,1 dan nilai VIF < 10
3. Heteroskedastisitas = Tidak tercipta pola yang jelas, dan titik-titik menyebar di atas dan di bawah
0 pada sumbu Y

Dari analisa regresi berganda, maka

1. Ha = Ada pengaruh leverage terhadap konservatisme akuntansi  P value > alpha (0,911 > 0,
05) HO diterima
2. Ha = Ada pengaruh financial distress terhadap konservatisme akuntansi  P value < alpha (0.00
< 0,05) HO ditolak
3. Ha = Ada pengaruh ukuran perusahaan terhadap konservatisme akuntansi P value > alpha (0,425
> 0.05) HO diterima
4. Nilai Adjusted R Square (R²) = 0,903, dalam pengertian tiga variable di atas memberikan
pengaruh 90.3% terhadap konservatisme akuntansi di perusahaan agriculture. Sisanya, 9,7%
variable lain tidak mempengaruhi.
5. α = 0,081

Persamaan regresi linear:


Y = α + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + e
Y = 0,0812 + 0,000X1 + 1,109X2 + 0,000X3 + 0,097

Kesimpulan
Leverage tidak berpengaruh kepada konservatisme akuntansi, Financial Distress berpengaruh positif pada
konservatisme akuntansi dan Ukuran Perusahaan tidak berpengaruh kepada konservatisme akuntansi

Implikasi Peneltian
Perusahaan sektor agriculture harus mempertmbangkan financial distress yang berpengaruh pada
konservatisme akuntansi. Manajemen perusahaan lebih mengutamakan konservatisme akuntansi agar
menjadi sinyal positif bagi investor bila financial distress meningkat

KASUS 2
Kebijakan Hutang dengan Pendekatan Agency Theory pada Perusahaan Property dan Real
Estate

Definisi Agency theory

Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa teori keagenan (agency theory) adalah suatu
teori yang menjelaskan hubungan kerjasama antara pemilik perusahaan dan manajemen perusahaan.
Pemilik perusahaan (principal) mendelegasikan wewenang kepada manajemen perusahaan untuk
mengelola perusahaan dan mengambil keputusan. Semua hak dan tanggung jawab pemilik perusahaan
dan manajemen perusahaan akan ditentukan dalam kontrak hubungan pekerjaan. Sedangkan agent
merupakan pihak yang bertindak sebagai pembuat keputusan di dalam perusahaan demi menambah
kesejahteraan dari principal. Menurut agency theory, perbedaan kepentingan adalah dasar dari
timbulnya konflik antara manajemen dan pemilik perusahaan, terutama yang terkait dengan
pendanaan.
Teori agensi terjadi antar pelaku yang ada dalam suatu perusahaan, dimana principal dan agen
sebagai pelaku utama nya. Menurut Lubis (2017) principal adalah pihak yang berhak memberikan
tugas kepada bawahan atau agen untuk bertindak atas nama principal, sedangkan agen merupakan
pihak yang diberikan tugas oleh atasan untuk menjalankan perusahaan. Menurut Guswandi (2017)
hubungan agen dan principal termotivasi oleh kepentingan satu pihak saja, dan sering terjadi
kepentingan antara keduanya tidak sejalan, keduanya terikat dalam suatu kontrak, apabila tujuan tidak
sejalan maka akan terjadi konflik kepentingan diantara keduanya.
Kekuatan dan kelemahan Teori Agensi memfokuskan perhatian bagaimana agar sistem
perjanjian kontrak kompensasi bisa mencapai keseimbangan. Kelemahan teori agensi antara lain: 1)
Sering terjadinya benturan kepentingan antara prisipal dan agen salah satunya dapat timbul karena
adanya kelebihan aliran kas (excess cash flow) ; 2) Agen yang lebih memahami perusahaan sehingga
menimbulkan kesenjangan informasi yang menyebabkan prinsipal tak mampu untuk menentukan
apakahusaha yang dilakukan agen memang benar-benar optimal.
Dari ketiga pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa teori agensi merupakan hubungan
kerjasama antara dua pihak yang saling terkait yang selanjutnya disebut perusahaan dan manajemen.
Contoh teori agensi dalam kehidupan sehari hari seorang pengusaha warnet yang tidak bisa mengelola
dan menjaga warnet yang dimiliki karena kesibukannya. Pemilik warnet (disebut prinsipal) kemudian
menyuruh orang lain untuk mengelola warnetnya. Orang yang ditunjuk adalah bertindak sebagai agen
dari pemiilik warnet. Agen punya kewenangan mengelola warnet dan akan mendapatkan imbalan
(gaji) atas tanggung jawab kepada pemilik warnet.
Menurut Kazemian dan Sanusi (2015), kepemilikan institusonal memiliki kemampuan, sumber
daya dan kemampuan untuk memonitor manajer. Adanya kepemilikan institusional menyebabkan
perilaku manajer lebih terkontrol dengan baik oleh pihak pemegang saham eksternal. Monitoring yang
efektif dari pihak institusional terhadap kinerja manajemen dapat menyebabkan penggunaan hutang
menurun karena manajemen akan berhati-hati dalam memperoleh pinjaman.
Menurut agency theory, perbedaan kepentingan adalah dasar dari timbulnya konflik antara
manajemen dan pemilik perusahaan, terutama yang terkait dengan pendanaan. Terjadinya konflik yang
timbul akibat terjadinya perbedaan kepentingan antara manajer dan pemegang saham yang terkait
dengan kebijakan hutang perusahaan, akan menimbulkan suatu biaya yang digunakan untuk
monitoring manajemen perusahaan. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan property dan real estate.
Perusahaan property dan real estate adalah perusahaan yang bergerak dibidang pengembangan
jasa dengan memfasilitasi pembangunan kawasan-kawasan yang terpadu dan dinamis. Alasan memilih
perusahaan property dan real estate karena semakin banyaknya pengembangan di sektor perumahan,
apartemen, pusat-pusat perbelanjaan dan gedung perkantoran sehingga banyak perusahaan yang
mengalami kenaikan hutang sebagai salah satu bentuk pengembangan usaha sehingga membutuhkan
tambahan dana dari luar yaitu hutang. Kebijakan hutang (DER) merupakan kebijakan yang diambil
oleh pihak manajemen untuk memperoleh sumber pembiayaan yang diperuntukkan bagi aktivitas
operasional perusahaan.

PEMBAHASAN JURNAL

Teori agensi dikaitkan dengan case yang terjadi saat ini, dalam jurnal Paryanti dan Arya
Samudra Mahardhika yang berjudul Kebijakan hutang dengan pendekatan agency theory pada
perusahaan property dan real estate. Dalam jurnal tersebut penelitian dilakukan untuk mengetahui
pengaruh dari kepemilikan institusional, profitabilitas, investment opportunity set dan free cash flow
terhadap kebijakan hutang dengan pendekatan teori agensi. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan
property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2016-2018. Bertikut
pengertiannya masing-masing :

1. Kepemilikan Institusional

Akbar dan Ruzikna (2017) menyatakan bahwa kepemilikan institutional adalah persentase
kepemilikan saham oleh investor institutional seperti perusahaan investasi, bank, perusahaan asuransi
maupun kepemilikan lembaga dan perusahaan lain. Menurut Soraya dan Permanasari (2017), untuk
menghindari kemungkinan para pemegang saham institusional menjual sahamnya, manajemen
perusahaan perlu berhati-hati dalam membuat keputusan. Pihak manajemen perusahaan juga harus
menunjukkan prospek yang baik dimasa depan kepada para pemegang saham institusional. Menurut
Jensen dan Meckling (1976), kepemilikan saham institusional yang semakin tinggi, menyebabkan
kontrol eksternal terhadap perusahaan semakin kuat, sehingga dapat mengurangi biaya keagenan.
Agency Theory menyatakan bahwa kepemilikan institusional yang semakin tinggi pada perusahaan
maka akan semakin kecil hutang yang digunakan untuk mendanai perusahaan. Hal ini disebabkan
karena timbulnya suatu pengawasan oleh lembaga institusi lain seperti bank dan asuransi terhadap
kinerja perusahaan.

2. Profitabilitas

Kasmir (2015) menyatakan bahwa rasio profitablitas adalah rasio untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam mencari keuntungan atau laba dalam suatu periode tertentu. Rasio ini juga
memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan yang ditunjukkan dari laba yang
dihasilkan dari penjualan atau dari pendapatan investasi. Pecking order theory menyatakan bahwa
semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan justru tingkat hutang akan semakin kecil, hal itu
dikarenakan perusahaan dengan tingkat profitabilitas tinggi memiliki sumber dana internal yang tinggi
pula sehingga perusahaan akan lebih memilih menggunakan dana internalnya terlebih dahulu.
Sebaliknya, suatu perusaahaan yang tingkat profitabilitasnya rendah cenderung memiliki hutang yang
lebih tinggi. Penjelasan tersebut didukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Sheisarvian et al.
(2015) menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang.

3. Investment opportunity set

Selain profitabilitas, investment opportunity set juga merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kebijakan hutang. Menurut Purnami dan Artini (2016), investment opportunity set
merupakan suatu kombinasi antara aktiva yang dimiliki dan pilihan-pilihan investasi dimasa yang akan
datang dengan net present value positif. Perusahaam yang memiliki peluang investasi yang semakin
meningkat maka penggunaan hutang juga akan semakin meningkat. Adanya peluang investasi tinggi
tentunya akan dimanfaatkan oleh perusahaan, namun perusahaan akan membutuhkan dana yang cukup
besar juga untuk memanfaatkan kesempatan investasi tersebut. Penjelasan tersebut didukung hasil
penelitian yang dilakukan oleh Megawati dan Kurnia (2015) menyatakan bahwa investment
opportunity set mempunyai pengaruh positif terhadap kebijakan hutang perusahaan.

4. Free cash flow

Menurut Oktariyani dan Hasanah (2019), semakin besar free cash flow yang tersedia dalam
perusahaan, maka semakin sehat perusahaan tersebut karena memiliki kas yang tersedia yang salah
satunya bisa dimanfaatkan untuk kebijakan hutang perusahaan. Jadi, saat perusahaan memiliki free
cash flow yang memadai pihak manajemen perusahaan dapat mengambil kebijakan untuk
menggunakan hutang yang lebih tinggi dalam mendanai perusahaannya. Penjelasan tersebut didukung
hasil penelitian yang dilakukan oleh Indraswary et al. (2016) menyatakan bahwa free cash flow
mempunyai pengaruh positif terhadap kebijakan utang.

Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Obyek dalam penelitian ini adalah
kepemilikan institusional, profitabilitas, investment opportunity set, free cash flow dan kebijakan
hutang. Subyek penelitian ini adalah perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia yang melaporkan laporan keuangannya secara rutin periode 2016-2018. Populasi dalam
penelitian ini adalah perusahaan yang bergerak pada sub sektor property dan real estate yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia pada periode 2016-2018. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 43
perusahaan dengan teknik purposive sampling.

Rata-rata kebijakan hutang (DER) pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia yang memiliki total aset terbesar periode 2016-2018

No. Kode perusahaan Nama perusahaan DER

2016 201 2018


7
1 APLN Agung podomoro land tbk. 1,58 1,50 1,42
2 ASRI Alam sutera realty tbk. 1,81 1,42 1,19
3 BSDE Bumi serpong damai tbk. 0,57 0,57 0,72

4 CTRA Ciputra development tbk. 1,03 1,05 1,06


5 DILD Intiland development tbk. 1,34 1,08 1,18
6 LPKR Lippo karawaci tbk. 1,07 0,90 0,98
7 PWON Pakuwon jati tbk. 0,88 0,83 0,63
Rata-rata 1,18 1,05 1,03
Hasil Penelitian

1. Uji normalitas

One-sample kolmogorov-smirnov test

Unstandardized
residual
N 129
Normal parametersa,b Mean .0000000
Std. .32125417
deviation
Most extreme Absolute .045
differences
Positive .045
Negative -.033
Test Statistic .045
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.
c. Lilliefors significance correction.
d. This is a lower bound of the true significance.

Berdasarkan Tabel di atas, hasil uji normalitas menggunakan Kolmogorov-Smirnov


menunjukkan bahwa data berdistribusi normal dengan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,200 yang
berada diatas 0,05 yang berarti data residual terdistribusi secara normal.
2. Uji multikolinearitas Coefficientsa

Collinearity Statistics

Model Tolerance VIF


Ln_INST .912 1.097
Ln_ROA .770 1.299
Ln_MVE .912 1.097
Ln_FCF .809 1.236

a. Dependent variable: Ln_DER

Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa tidak ada variabel independen yang memiliki nilai
Tolerance > 0,10 yang berarti tidak ada korelasi antar variabel independen yang nilainya lebih dari
95%. Hasil perhitungan nilai Variane Inflation Factor (VIF) juga menunjukkan hal yang sama yaitu
tidak ada satu variabel independen yang memiliki nilai VIF < 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat gejala multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi pada penelitian ini.

3. Uji heteroskedasitias

Diketahui bahwa nilai signifikansi atau Sig. (2-tailed) variabel kepemilikan institusional (X1)
sebesar 0,534, variabel profitabilitas (X2) sebesar 0,325, variabel investment opportunity set (X3)
sebesar 0,986 dan variabel free cash flow (X4) sebesar 0,826. Karena nilai empat variabel independen
tersebut lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat gejala heteroskedastisitas
pada penelitian ini.
4. Hasil uji autokorelasi

Runs test

Unstandardized
Residual
a
Test Value -.00235
Cases < Test Value 64
Cases >= Test Value 65
Total Cases 129
Number of Runs 68
Z .443
Asymp. Sig. (2-tailed) .658

a. Median

Berdasarkan tabel menunjukkan bahwa nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,658 lebih besar
dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat gejala autokorelasi pada penelitian ini. Teknik
analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi linear berganda dengan
bantuan SPSS 25.0. Hasil persamaan regresi dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 7. sebagai
berikut:

5. Hasil uji analisis regresi linear berganda Coefficients a

Unstandardized coefficients Standardized coefficients t Sig.

Model B Std. Error Beta


(Constant) .571 .082 6.959 .000
Ln_INST -.344 .169 -.181 -2.039 .044
Ln_ROA -.662 .589 -.109 -1.125 .263
Ln_MVE .178 .057 .276 3.107 .002
Ln_FCF -.431 .509 -.080 -.845 .400

a. Dependent Variable: Ln_DER

Berdasarkan Tabel dapat dikembangkan persamaan regresi linear berganda dalam penelitian ini
sebagai berikut:
Y= 0,571 – 0,344 X1 – 0,662 X2 + 0,178 X3 – 0,431 X4 + e

Berdasarkan Tabel pengaruh variabel kepemilikan institusional terhadap kebijakan hutang


ditemukan koefisien regresi sebesar -0,344 dan Sig.t = 0,044 ˂ 0,05, maka hipotesis diterima, ini
menunjukkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh negatif secara parsial terhadap kebijakan
hutang. Pengaruh variabel profitabilitas terhadap kebijakan hutang ditemukan koefisien regresi sebesar
-0,662 dan Sig.t = 0,263 ˃ 0,05, yang artinya hipotesis ditolak, ini menunjukkan bahwa profitabilitas
tidak berpengaruh secara parsial terhadap kebijakan hutang. Pengaruh variabel investment opportunity
set terhadap kebijakan hutang ditemukan koefisien regresi 0,178 dan Sig.t = 0,002 ˂ 0,05, maka
hipotesis diterima, ini berarti kepemilikan institusional berpengaruh positif secara parsial terhadap
kebijakan hutang. Pengaruh variabel free cash flow terhadap kebijakan hutang ditemukan koefisien
regresi -0,431 dan Sig.t = 0,400 > 0,05, maka hipotesis ditolak, ini menunjukkan bahwa free cash flow
tidak berpengaruh secara parsial terhadap kebijakan hutang.

6. Hasil uji kelayakan model

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.


Regression 1.553 4 .388 3.645 .008b
Residual 13.210 124 .107

a. Dependent Variable: Ln_DER


b. Predictors: (Constant), Ln_FCF, Ln_INST, Ln_MVE, Ln_ROA

Berdasarkan Tabel hasil yang diperoleh nilai signifikansi 0,008 dan nilai F hitung sebesar 3,645
> Ftabel sebesar 2,44, sehingga model ini layak digunakan sebagai penelitian. Hal ini menunjukkan
bahwa kepemilikan institusional, profitabilitas, investment opportunity set dan free cash flow
berpengaruh secara simultan terhadap kebijakan hutang.

7. Hasil uji koefisien determinasi

Model R R square Adjusted R square Std. error of the estimate


1 .568a .323 .301 .16069
a. Predictors: (Constant), Ln_FCF, Ln_INST, Ln_MVE, Ln_ROA

Berdasarkan Tabel menunjukkan hasil adjusted R2 sebesar 0,301, yang berarti bahwa sebesar 30,1
persen perubahan kebijakan hutang pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI
selama periode 2016–2018 dipengaruhi oleh variabel kepemilikan institusional, profitabilitas,
investment opportunity set dan free cash flow, sedangkan sisanya sebesar 69,9 persen dipengaruhi oleh
variabel lain di luar model regresi.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menyimpulkan bahwa, kepemilikan institusional
berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang, profitabilitas tidak berpengaruh terhadap kebijakan
hutang, investment opportunity set berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang, free cash flow tidak
berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Hutang, kepemilikan institusional dan investment opportunity
set, dapat meningkatkan risiko perusahaan . Perusahaan dinilai berisiko apabila memiliki porsi hutang
yang besar dalam struktur modal. Hal tersebut sangat ditentukan oleh pengambilan keputusan dan
terkait erat dengan kedua pihak yaitu prinsipal dan manajemen (agen).

KESIMPULAN

Hubungan antara manajemen dengan pemilik perusahaan merupakan paradigma hubungan


principal – agent, dan pemilik perusahaan sebagai principal memberikan kepercayaan (secara formal
dalam bentuk kontrak hubungan kerja) kepada manajemen yang memberikan jasa manajerialnya.
Kompensasi merupakan nilai jasa yang diberikan pemilik perusahaan kepada manajemen. Teori
hubungan keagenan menghendaki adanya delegasi wewenang (secara keseluruhan atau sebagian) dari
principal kepada agent. Principal melakukan monitoring terhadap kinerja agent melalui mekanisme
pertanggungjawaban. Dua pihak yang melakukan kontrak dalam agency theory biasanya berada dalam
situasi ketidakseimbangan informasi artinya bahwa agent mempunyai lebih banyak informasi
mengenai perusahaan daripada principal. Dalam teori agency diasumsikan bahwa individu-individu
bertindak untuk memaksimalkan kepentingan dirinya sendiri. Masing-masing individu diasumsikan
sematamata termotivasi oleh kepentingan sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan di antara
principal dan agent.

Anda mungkin juga menyukai