Anda di halaman 1dari 20

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Higher Order Thinking Skills (HOTS)

a. Pengertian Higher Order Thinking Skills (HOTS)

Higher Order Thinking Skills atau biasa disebut HOTS adalah

kemampuan berpikir dengan level tertinggi yang terdiri dari

menganalisis, mengevaluasi dan mencipta. HOTS sangat penting

dikuasai peserta didik terutama di sekolah dasar. Higher Order

Thinking Skills menurut Thomas & Thorne (Nugroho, 2018:16)

Higher Order Thinking Skills adalah cara berpikir yang lebih tinggi

daripada menghafalkan fakta, mengemukakan fakta, atau

menerapkan peraturan, rumus, dan prosedur. Hal tersebut dapat

diartikan jika cara berpikir dalam HOTS tidak hanya sekedar

mengingat tetapi mampu menganalisis.

Pembelajaran berbasis HOTS terdapat langkah untuk

mencapainya. Menurut Hamidah (2018:59) HOTS membutuhkan

berbagai langkah-langkah pembelajaran dan pengajaran yang

berbeda dengan hanya sekedar mempelajari fakta dan konsep

semata. Pembelajaran dan pengajaran dirancang secara maksimal

untuk memenuhi indikator dalam HOTS. Anderson dan Krathwohl

(Hamidah, 2018:62) mengemukakan indikator untuk mengukur

7
Upaya Meningkatkan Higher... Nisa Irmalia Fitri, FKIP UMP, 2019
keterampilan berpikir tingkat tinggi meliputi menganalisis,

mengevaluasi dan menciptakan. Sesuai revisi teksonomi bloom yang

dilakukan oleh Anderson dan Krathwohl lebih berfokus pada

bagaimana domain kognitif lebih hidup dan aplikatif bagi pendidik

dan praktik pembelajaran yang diharapkan dapat membantu

pendidik dalam mengolah dan merumuskan tujuan pembelajaran dan

strategi penilaian yang efisien. Ketiga konsep di atas yang menjadi

dasar higher order thinking skills merujuk pada aktivitas

menganalisis, mengevaluasi, mencipta pengetahuan yang

disesuaikan dengan konseptual, prosedural dan metakognitif. HOTS

dipahami sebagai kemampuan peserta didik untuk dapat

menghubungkan pembelajaran dengan elemen lain di luar yang guru

ajarkan untuk diasosiasikan dengannya.

HOTS terbagi menjadi beberapa jenis. Jenis HOTS didasarkan

pada tujuan pembelajaran dikelas terdiri dari tiga kategori, seperti

yang disampaikan oleh Brookhart (2010:3) : 1) those that define

higher-order thinking skills in terms of transfer, 2) those that define

it in terms of critical thinking, and 3) those that define it in terms of

problem solving. HOTS sebagai transfer didefinisikan sebagai

keterampilan untuk mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan

yang sudah dikembangkan dalam pembelajaran pada konteks yang

baru. HOTS sebagai transfer mencakup keterampilan menganalisis

(analyzing), mengevaluasi (evaluating), dan mencipta (creating).

8
Upaya Meningkatkan Higher... Nisa Irmalia Fitri, FKIP UMP, 2019
HOTS sebagai berpikir kritis didefinisikan sebagai keterampilan

memberikan penilaian yang bijak dan mengkritisi sesuatu

menggunakan alasan logis dan ilmiah. Tujuan pembelajaran, salah

satunya adalah menjadikan peserta didik mampu mengungkapkan

argumentasi, melakukan refleksi, dan membuat keputusan yang

tepat. Berpikir tingkat tinggi berarti peserta didik dapat melakukan

refleksi, dan membuat keputusan yang tepat. Berpikir tingkat tinggi

berarti peserta didik dapat melakukan hal-hal tersebut.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa

HOTS mengharuskan peserta didik untuk melakukan sesuatu

berdasarkan fakta, seperti memecahkan masalah dalam kehidupan

nyata dengan banyak cara tetapi mencapai tujuan yang sama.

b. Indikator pengukuran HOTS

Ranah dalam Taxonomi Bloom digunakan untuk mengukur

kemampuan berpikir tingkat tinggi meliputi menganalisis,

mengevaluasi dan mengkreasi Krathwohl (Hamidah, 2018:68)

1) Analyze (menganalisis) yaitu memisahkan materi menjadi


bagian-bagian penyusunannya dan mendeteksi bagaimana suatu
bagian berhubungan dengan dengan satu bagiannya yang lain,
meliputi:
a) Differentiating (membedakan) terjadi ketika peserta didik
membedakan bagian yang tidak relevan dan yang relevan
atau dari bagian yang penting ke bagian yang tidak penting
dari suatu materi yang diberikan.
b) Organizing (mengorganisasikan) menentukan bagaimana
suatu bagian elemen tersebut cocok dan dapat berfungsi
bersama-sama di dalam suatu struktur.
c) Attributing (menghubungkan) terjadi ketika peserta didik
dapat menentukan suatu inti atau menggarisbawahi suatu
materi yang diberikan.

9
Upaya Meningkatkan Higher... Nisa Irmalia Fitri, FKIP UMP, 2019
2) Evaluate (mengevaluasi) yaitu membuat keputusan berdasarkan
kriteria yang standar, seperti mengecek dan mengkritik,
meliputi:
a) Checking (mengecek) terjadi ketika peserta didik mengecek
ketidak konsistenan suatu proses atau hasil, menentukan
proses atau hasil yang memiliki kekonsistenan internal atau
mendeteksi keefektifan suatu prosedur yang sudah
diterapkan.
b) Critiquing (mengkritisi) terjadi ketika peserta didik
mendeteksi ketidak konsistenan antara hasil dan beberapa
kriteria luar atau keputusan yang sesuai dengan prosedur
masalah yang diberikan.
3) Create (menciptakan) yaitu menempatkan elemen bersama-sama
untuk membentuk suatu keseluruhan yang koheren atau
membuat hasil yang asli, seperti menyusun, merencanakan dan
menghasilkan, meliputi:
a) Generating (menyusun) melibatkan penemuan hipotesis
berdasarkan kriteria yang diberikan.
b) Planning (merencanakan) suatu cara untuk membuat
rancangan untuk menyelesaikan suatu tugas yang diberikan.
c) Producing (menghasilkan) membuat sebuah produk. Pada
producing, peserta didik diberikan deskripsi dari suatu hasil
dan harus menciptakan produk yang sesuai dengan deskripsi
yang diberikan.
Indikator pengukuran HOTS dapat disimpulkan bahwa pencapaian

berpikir dapat diukur dengan berbagai kemampuan dalam

menganalisis, mengevaluasi dan menciptakan.

c. Macam-macam keterampilan HOTS

HOTS melibatkan beragam penerapan proses berpikir dalam

situasi-situasi kompleks dan terdiri dari banyak variabel. Higher

Order Thinking Skills di dalamnya termasuk berpikir kritis, logis,

reflektif, metakognisi dan kreatif. Semua keterampilan tersebut aktif

ketika seseorang berhadapan dengan masalah yang tidak biasa,

ketidakpastian, pertanyaan dan pilihan.

1) Keterampilan Berpikir Kritis (Critical Thinking Skills)

10
Upaya Meningkatkan Higher... Nisa Irmalia Fitri, FKIP UMP, 2019
Kata kritikos berarti „pertimbangan‟ sedangkan kriterion

mengandung makna „ukuran baku‟ atau „standar‟. Secara

etimologi, kata kritis mengandung makna „pertimbangan yang

didasarkan pada suatu ukuran baku atau standar‟. Demikian

secara etimologi berpikir kritis mengandung makna suatu

kegiatan mental yang dilakukan seseorang untuk dapat memberi

pertimbangan dengan menggunakan ukuran tertentu. Hal tersebut

seperti pendapat Ryder (Tawil, 2013:7) yang menyatakan

keterampilan berpikir kritis sangat penting didalam aktivitas-

aktivitas harian manusia dan hanya pribadi-pribadi yang cakap

yang memiliki kemampuan untuk berkembang. Sedangkan

Watson dan Glaser (Hamidah, 2018:90) menjabarkan bahwa:

Berpikir kritis adalah (1) sikap penyelidikan yang


melibatkan kemampuan untuk mengenali keberadaan dan
penerimaan kebutuhan umum untuk bukti dalam apa yang
ditegaskan untuk menjadi kenyataan, (2) pengetahuan
tentang alam dari kesimpulan yang valid, abstraksi dan
generalisasi dimana bobot akurasi berbagai jenis bukti
ditentukan secara logis, dan (3) keterampilan dalam
menggunakan dan menerapkan diatas sikap dan
pengetahuan.
Bobbi De Porter. dkk (Hamidah, 2018:91) mendefinisikan

bahwa berpikir kritis adalah salah satu keterampilan tingkat tinggi

yang sangat penting diajarkan kepada peserta didik selain

keterampilan berpikir kreatif. Oleh karena itu, Higher Order

Thinking Skills sebagai critical thinking didefinisikan sebagai

11
Upaya Meningkatkan Higher... Nisa Irmalia Fitri, FKIP UMP, 2019
keterampilan memberikan keputusan (judgment) menggunakan

alasan yang logis dan ilmiah. (Hamidah, 2018:91-92)

Pengertian keterampilan berpikir kritis diatas dapat

disimpulkan jika kemampuan berpikir dalam level kritis adalah

mampu menyampaikan sesuatu dengan berbagai pertimbangan

dan alasan yang masuk akal yang mampu dilakukan oleh pribadi

yang cakap.

2) Keterampilan Berpikir Kreatif (Creative Thinking Skills)

Berfikir kreatif merupakan suatu proses yang digunakan

ketika kita mendatangkan atau memunculkan suatu ide baru. Hal

itu menggabungkan ide-ide yang sebelumnya belum dilakukan.

Liliasari (Tawil, 2013:60) mendefinisikan berpikir kreatif yaitu:

Keterampilan mengembangkan atau menemukan ide atau


gagasan asli, estetis dan konstruktif, yang berhubungan
dengan pandangan dan konsep serta menekankan pada
aspek berpikir intuitif dan rasional khususnya dalam
menggunakan informasi dan bahan untuk memunculkan
atau menjelaskannya dengan perspektif asli pemikir.

McGregor (Hamidah, 2018:97) mengatakan berpikir

kreatif adalah berpikir yang mengarah pada pemerolehan

wawasan baru, pendekatan baru, persepektif baru, atau cara baru

dalam memahami sesuatu. Sementara menurut Martin (Hamidah,

2018:97) kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan untuk

menghasilkan ide atau cara baru dalam menghasilkan suatu

produk.

12
Upaya Meningkatkan Higher... Nisa Irmalia Fitri, FKIP UMP, 2019
Berdasarkan pengertian berpikir kreatif diatas dapat

disimpulkan bahwa keterampilan berpikir kreatif adalah

keterampilan yang mencakup hal atau ide baru yang dimiliki dan

mampu dikembangkan untuk mencapai tujuan.

3) Keterampilan Pemecahan Masalah (Problem Solving Skills)

Masalah adalah suatu hal yang akan selalu dihadapi oleh

setiap manusia. Masalah yang ditimbulkan dapat diatasi dengan

memikirkan solusi untuk dapat memecahkan masalah yang ada.

Seperti yang dikatakan Santrock (Hamidah, 2018:100) bahwa

pemecahan masalah adalah mencari cara yang tepat untuk

mencapai suatu tujuan. Pemecahan masalah merupakan upaya

untuk mengatasi rintangan yang menghambat jalan menuju solusi.

Keterampilan pemecahan masalah adalah bagian integral dari

semua pembelajaran dan melibatkan identifikasi hambatan-

hambatan atau pola tak terduga, mencoba berbagai prosedur dan

evaluasi atau pembenaran solusinya. Pemecahan masalah sebagai

proses penerapan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya

ke situasi baru dan yang tidak biasa (atau tidak terduga).

Keterampilan pemecahan masalah merupakan kemampuan dasar

seseorang dalam menyelesaikan suatu masalah yang melibatkan

pemikiran kritis, logis, dan sistematis. Keterampilan dasar dalam

memecahkan masalah meliputi beberapa hal, diantaranya

keterampilan menganalisis masalah, keterampilan mengaitkan

13
Upaya Meningkatkan Higher... Nisa Irmalia Fitri, FKIP UMP, 2019
konsep yang relevan dengan masalah, dan keterampilan

merencanakan alternatif penyelesaian yang tepat.

Penjabaran teori pemecahan masalah diatas dapat

disimpulkan bahwa masalah akan datang pada setiap individu dan

dapat mencari solusi utuk memecahkan masalah tersebut dengan

pengetahuan dan keterampilan dasar yang dimiliki dalam

mengelola dan menganalisa masalah yang terjadi agar dapat

mencapai tujuan.

2. Value Clarification Technique (VCT)

a. Pengertian Value Clarification Technique (VCT)

Value Clarification Technique atau sering disingkat VCT

merupakan teknik pengajaran untuk membantu peserta didik dalam

mencari dan menentukan suatu nilai yang dianggap baik dalam

menghadapi suatu persoalan melalui proses menganalisis nilai yang

sudah ada dan tertanam dalam diri peserta didik. Adisusilo

(Sutaryanto, 2015: 244) menjelaskan VCT adalah pendekatan

pendidikan nilai dimana peserta didik dilatih untuk menemukan,

memilih, menganalisis, memutuskan, mengambil sikap sendiri nilai-

nilai hidup yang diperjuangkannya. Sanjaya (Rodiyana, 2019:9) juga

mengemukakan bahwa :

VCT merupakan pengajaran untuk membentuk peserta didik


dalam mencari dan menentukan suatu nilai yang dianggap baik
dalam menghadapi suatu persoalan melalui proses menganalisis
nilai yang sudah ada dan tertanam dalam diri peserta didik.

14
Upaya Meningkatkan Higher... Nisa Irmalia Fitri, FKIP UMP, 2019
Karakteristik VCT sebagai suatu model dalam strategi

pembelajaran sikap adalah proses penanaman nilai dilakukan melalui

proses analisis nilai yang sudah ada sebelumnya dalam diri peserta

didik kemudian menyelaraskannya dengan nilai-nilai baru yang

hendak ditanamkan. Seperti yang dikemukakan oleh Aziz (2018:38)

pembelajaran VCT dapat melibatkan peserta didik untuk berperan

aktif melakukan analisis, dengan demikian peserta didik lebih

memaknai nilai-nilai yang sedang dipelajarinya.

Definisi model pembelajaran Value Clarification Technique

(VCT) yang telah dijabarkan oleh beberapa ahli dapat disimpulkan

bahwa model VCT adalah salah satu model pembelajaran yang

berstrategi untuk meningkatkan nilai baik dengan berpusat pada

peserta didik. Peserta didik berperan aktif dalam pembelajaran

menggunakan model VCT karena peserta didik dituntut mampu

mengemukakan pendapatnya untuk mencapai tujuan pembelajaran.

b. Langkah-langkah pembelajaran VCT

Model pembelajaran VCT akan berhasil jika saat proses

pembelajaran digunakan langkah yang tepat dan sesuai prosedur.

Jarolimek (Taniredja dkk. 2011: 89-90) mengklasifikasikan langkah

pelaksanaan model pembelajaran VCT ke dalam 7 tahap yang dibagi

menjadi 3 tingkat. Setiap tahap dijelaskan sebagai berikut:

1) Kebebasan Memilih, yang terdiri dari 3 tahap pembelajaran yaitu:


(a) memilih secara bebas, artinya kesempatan untuk menentukan
pilihan yang menurutnya baik karena nilai yang dipaksakan tidak

15
Upaya Meningkatkan Higher... Nisa Irmalia Fitri, FKIP UMP, 2019
akan menjadi miliknya secara penuh; (b) memilih dari beberapa
alternatif, artinya untuk menentukan pilihan dari beberapa alternatif
pilihan secara bebas; serta (c) memilih setelah dilakukan analisis
pertimbangan konsekuensi yang akan timbul sebagai akibat
pilihannya.
2) Menghargai, terdiri dari 2 tahap pembelajaran, yaitu: (a) adanya
perasaan senang dan bangga dengan nilai yang menjadi pilihannya,
sehingga nilai tersebut akan menjadi bagian dari dirinya;
(b) menegaskan nilai yang sudah menjadi bagian integral dalam
dirinya di depan umum, artinya jika kita menganggap nilai itu suatu
pilihan, maka kita akan berani dengan penuh kesadaran untuk
menunjukkannya di depan orang lain.
3) Berbuat, terdapat 2 tahap pembelajaran, yaitu: (a) kemauan dan
kemampuan untuk mencoba melaksanakannya; (b) mengulangi
perilaku sesuai dengan nilai pilihannya, artinya nilai yang menjadi
pilihan itu harus tercermin dalam kehidupannya sehari-hari.

Jika dilihat dari tahap-tahap pelaksanaannya, pembelajaran VCT

sebenarnya menekankan bagaimana seseorang membangun nilai yang

dianggapnya baik untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam proses pembelajarannya, VCT dapat dikembangkan melalui

proses dialog. Hal tersebut dapat disimpulkan jika dalam

pembelajaran VCT memberikan kebebasan dalam berpendapat tetapi

tetap saling menghargai pendapat yang lain dan menerapkan nilai

yang dipilih untuk dapat diterapkan dalam kehidupan.

c. Kelebihan Value Clarivication Technique

Setiap pembelajaran terdapat kelebihan dan kekurangannya.

Djahiri (Taniredja dkk, 2011:91) menyatakan jika model pembelajaran

VCT memiliki beberapa keunggulan, karena:

1) Mempu membina dan menanamkan nilai dan moral pada ranah


internal side.
2) Mampu mengklarifikasi/menggali dan mengungkapkan isi pesan
materi yang disampaikan selanjutnya akan memudahkan bagi guru
untuk menyampaikan makna/ pesan nilai/ moral.

16
Upaya Meningkatkan Higher... Nisa Irmalia Fitri, FKIP UMP, 2019
3) Mampu mengklarifikasi dan menilai kualitas nilai moral diri
peserta didik, melihat nilai yang ada pada orang lain dan
memahami nilai moral yang ada dalam kehidupan nyata.
4) Mampu mengundang, melibatkan, membina dan mengembangkan
potensi sikap.
5) Mampu memberikan sejumlah pengalaman belajar dari berbagai
kehidupan.
6) Mampu menangkal, meniadakan mengintervensi dan memadukan
berbagai nilai moral dalam sistem nilai dan moral yang ada dalam
diri seseorang.
7) Memberi gambaran nilai moral yang patut diterima dan menuntun
serta memotivasi untuk hidup layak dan bermoral tinggi.

Kelebihan VCT diatas dapat diartikan jika pembelajaran berfokus

pada peserta didik maka dapat menggali nilai yang sudah tertanam

dalam diri peserta didik dengan menerapkan pengalaman-pengalaman

baru melalui pembelajaran sehingga peserta didik mampu menilai

sendiri.

d. Kelemahan Value Clarivication Technique

1) Apabila guru tidak memiliki kemampuan melibatkan peserta didik


dengan keterbukaan dengan menciptakan komunikasi dua arah,
saling pengertian dan penuh kehangatan maka peserta didik
cenderung akan memunculkan sikap yang palsu hanya untuk
mendapat nilai tinggi atau bahkan untuk sekedar membuat guru
senang.
2) Sistem nilai yang dimiliki dan tertanam guru, peserta didik yang
kurang atau tidak baku dapat mengganggu tercapainya target nilai
baku yang ingin dicapai.
3) Keterampilan atau kemampuan guru sangat berpengaruh dalam
mengajar terutama keterampilan bertanya tingkat tinggi untuk
menggali nilai yang ada dalam diri peserta didik.
4) Memerlukan kreativitas guru untuk dalam menggunakan media
yang tersedia dilingkungan terutama yang aktual dan faktual
sehingga dekat dengan kehidupan sehari-hari peserta didik.

Kelemahan dalam model pembelajaran VCT adalah jika pelaksanaan

pembelajaran guru tidak mampu mengarahkan untuk berfokus pada

siswa maka hasil yang akan dicapai tidak maksimal dan tidak sesuai

17
Upaya Meningkatkan Higher... Nisa Irmalia Fitri, FKIP UMP, 2019
dengan tujuan pembelajaran. Soulusi untuk meminimalisir kelemahan

dalam VCT antara lain melakukan pelatihan terkait model

pembelajaran untuk mengetahui kekurangan yang belum tercapai

sehingga dapat diperbaiki sebelum dipraktekkan dan dapat mencapai

tujuan pembelajaran.

3. Games Mencari Alternatif

Mencari alternatif atau kemungkinan-kemungkinan merupakan salah

satu jenis games dalam pembelajaran VCT. Permainan ini guru

memegang peranan penting untuk memberikan penjelasan mendalam

akan target nilai yang ingin dicapai serta kemahiran dalam mengajukan

pertanyaan yang bersifat pancingan dan pengarahan.

a. Tujuan permainan

Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengungkapkan nilai

dalam suatu pembelajaran yang menerapkan model VCT yaitu dengan

menggunakan sebuah permainan yang mendidik dalam pembelajaran.

Games mencari alternatif adalah salah satu dari permainan yang ada

dalam model pembelajaran VCT. Tujuan dari permainan ini adalah

mengundang peserta didik memecahkan masalah secara objektif dari

sejumlah pilihan yang harus dicarinya serta menentukan pilihan

terbaiknya. Djahiri (1985)

b. Langkah-langkah pembelajaran

Games mencari alternatif harus berjalan sesuai dengan langkah-

langkah yang telah ditentukan agar dapat tercapai tujuan pembelajaran

18
Upaya Meningkatkan Higher... Nisa Irmalia Fitri, FKIP UMP, 2019
sesuai dengan yang diharapkan. Djahiri (1985:104) menjabarkan

langkah-langkah untuk melakukan games mencari alternatif sebagai

berikut:

1) Guru mengutarakan cara kerja dan contoh alatnya


2) Carilah masalah yang sesuai dengan topik bersama peserta didik
atau klasikal mengenai masalah kritis tentang kehidupan
masyarakat dan remaja, politik dan lain-lain (sebagian butir sudah
dirancang oleh guru)
3) Proses pengerjaan oleh peserta didik (mulai individual lalu
kelompok kecil)
4) Penyimpulan, diskusi klasikal dan pengarahan guru
5) Tindak lanjut berupa pengerjaan format dengan sejumlah masalah
yang bisa dipilih peserta didik dari judul yang ditentukan
6) Kesimpulan dan pengarahan guru.

Langkah-langkah diatas bertujuan untuk memaksimalkan

pembelajaran dengan menggunakan model VCT. Pembelajaran

berfokus pada peserta didik yang diarahkan oleh guru.

4. VCT dengan Games Mencari Alternatif

Games dapat diterapkan baik sebagai awalan pengajaran, selingan

atau sisipan ditengah, atau akhir pelajaran dan bahkan dapat sebagai

bahan pengayaan-pemantapan pelajaran yang disesuaikan dengan

langkah-langkahnya. Adapun langkah-langkah pembelajaran VCT

dengan games mecari alternatif tercantum dalam Djahiri (1985:104)

sebagai berikut:

a. Guru mengutarakan cara kerja dan contoh alatnya


b. Mencari masalah yang sesuai dengan topik bersama peserta didik
atau klasikal mengenai masalah kritis tentang kehidupan masyarakat
dan remaja, politik dll (sebagian butir sudah dirancang oleh guru)
c. Proses pengerjaan oleh peserta didik (mulai individual lalu
kelompok kecil)

19
Upaya Meningkatkan Higher... Nisa Irmalia Fitri, FKIP UMP, 2019
d. Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
menentukan pilihan yang menurutnya baik karena nilai yang
dipaksakan tidak akan menjadi miliknya secara penuh
e. Guru meminta peserta didik memilih dari beberapa alternatif pilihan
secara bebas
f. Guru meminta peserta didik memilih setelah dilakukan analisis
pertimbangan konsekuensi yang akan timbul sebagai akibat
pilihannya
g. Guru meminta peserta didik mengutarakan alasan nilai yang menjadi
pilihannya
h. Peserta didik diminta untuk menyanggah atau menanggapi pendapat
teman dengan menghargai pendapat
i. Guru menanyakan kepada peserta didik terkait dengan nilai yang
dipilihnya dengan apa yang akan diperbuat. Adakah kemauan dan
kemampuan untuk mecoba melaksanakannya yang harus tercermin
dalam kehidupan sehari-hari
j. Penyimpulan, diskusi klasikal dan pengarahan guru
k. Tindak lanjut berupa pengerjaan format dengan sejumlah masalah
yang bisa dipilih peserta didik dari judul yang ditentukan
l. Kesimpulan dan pengarahan guru

Langkah-langkah pembelajaran VCT dengan games mencari alternatif

diterapkan untuk menjalankan proses pembelajaran sesuai prosedur agar

tercapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran tersebut berpusat pada

peserta didik dengan pengarahan dari guru.

B. Penelitian Relevan

1. Penelitian berjudul “Pengaruh Penggunaan Metode Pembelajaran Value

Clarification Tehnique (VCT) terhadap Sikap demokratis Peserta didik”

oleh Dewi Permatasari pada tahun 2018. Penelitian ini merupakan

penelitian kuasi eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh

penggunaan metode VCT terhadap sikap demokratis peserta didik pada

mata pelajaran PKn kelas III SD Negeri Gedongkiwo. Subjek penelitian

adalah peserta didik kelas III yang terdiri dari 29 peserta didik pada kelas

eksperimen dan 28 peserta didik pada kelas kontrol. Nilai rata-rata post

20
Upaya Meningkatkan Higher... Nisa Irmalia Fitri, FKIP UMP, 2019
test yang diperoleh kelas eksperimen yaitu 73,72 lebih besar daripada

kelas kontrol yang memperoleh rata-rata 68,25. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa ada pengaruh signifikan penggunaan metode VCT

terhadap sikap demokratis peserta didik pada mata pelajaran PKn.

2. Penelitian berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran VCT Terhadap

Penalaran Moral Peserta didik dalam Pembelajaran PKn SD” oleh Agustin

dan Hamid pada tahun 2017. Penelitian merupakan penelitian kuasi

eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan model

VCT terhadap penalaran moral peserta didik pada mata pelajaran PKn

kelas III SD Negeri Cileunyi 04 dan SD Negeri Cileunyi 05. Hasil

penelitian menunjukan bahwa model pembelajaran VCT memberikan

pengaruh positif terhadap kemampuan penalaran moral peserta didik.hal

ini dilihat dari hasil uji t diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000.

Signifikansi hitung lebih kecil daripada taraf signifikansi yakni 0,000 <

0,05. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang

signifikan pada kemampuan penalaran moral antara peserta didik yang

memperoleh pembelajaran PKn menggunakan model VCT dengan peserta

didik yang memperoleh pembelajaran PKn menggunakan model

konvensional. Hal ini berarti model pembelajaran VCT memberikan

pengaruh positif terhadap kemampuan penalaran moral peserta didik

dalam pembelajaran PKn SD.

3. Penelitian berjudul “Higher Order Thinking Skills Among Secondary

School Students in Science Learning” oleh Gulistan, M.A. Tujuan utama

21
Upaya Meningkatkan Higher... Nisa Irmalia Fitri, FKIP UMP, 2019
dari pendidikan sains adalah untuk membantu peserta didik

mengembangkan pemikiran tingkat tinggi mereka. Keterampilan untuk

memungkinkan mereka menghadapi tantangan kehidupan sehari-hari.

Meningkatkan tatanan peserta didik yang lebih tinggi. Keterampilan

berpikir adalah tujuan utama Kurikulum Sains wilayah Kurdi di Irak-

Kurdistan. Penelitian ini bertujuan untuk menilai tingkat keterampilan

berpikir tingkat tinggi peserta didik kelas 7. Tes tingkat berpikir tingkat

tinggi (HOTLT) dikembangkan berdasarkan Bloom Taxonomy domain

kognitif dan terdiri dari 20 pertanyaan pilihan ganda. Tes didistribusikan

untuk sampel yang dipilih secara acak yang terdiri dari 418 peserta didik

kelas 7 di wilayah Irak-Kurdistan. Temuan keseluruhan mengungkapkan

bahwa mayoritas peserta didik kelas 7 berada ditingkat keterampilan

berpikir yang lebih rendah (LOTL) n = 278 (79,7%). Lebih banyak peserta

didik laki-laki berada di level yang lebih rendah dari peserta didik

perempuan. Namun, tidak ada perbedaan yang signifikan antara peserta

didik 'tingkat keterampilan berpikir tingkat tinggi dan jenis kelamin

mereka (p> 0,05). Berdasarkan hasil tingkat keterampilan berpikir tingkat

tinggi peserta didik, studi ini memberikan bukti bahwa hampir semua

peserta didik perlu meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi

mereka terutama sintesis dan keterampilan evaluasi diperlukan untuk

meningkatkan kreativitas peserta didik dalam sains.

4. Penelitian dengan judul “Improving Students’ Critical Thinking Skills in

Cell-Metabolism Learning Using Stimulating Higher Order Thinking

22
Upaya Meningkatkan Higher... Nisa Irmalia Fitri, FKIP UMP, 2019
Skills Model” oleh Arnita Cahya Saputri. Keterampilan berpikir kritis

adalah salah satu keterampilan penting dalam menghadapi tuntutan dan

tantangan abad ke-21. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan

efektivitas model Stimulating Higher-Order-Thinking Skills (Stim-HOTs)

dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik pada topik

metabolisme sel. Penelitian ini adalah penelitian quasiexperimental dengan

desain kelompok kontrol pretest-posttest di satu sekolah menengah di

Surakarta, Indonesia pada tahun akademik 2017/2018 dengan satu kelas

sebagai kelas eksperimen dengan menggunakan model Stim-HOTs

sedangkan kelas lainnya sebagai kelas yang ada yang menggunakan

penemuan model pembelajaran. Data diperoleh dengan menggunakan

instrumen tes keterampilan berpikir kritis dalam bentuk esai yang telah

melalui validasi ahli, yaitu validasi dari pakar pendidikan dan evaluasi,

pakar biologi, dan guru Biologi sekolah menengah bersertifikasi, serta

validasi empiris melalui mencoba. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

skor rata-rata perhitungan skor gain keterampilan berpikir kritis di kelas

eksperimen lebih tinggi sebesar 0,66 dibandingkan dengan kelas yang ada

0,51.

C. Kerangka Pikir

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang telah dilakukan adalah untuk

membenahi atau mangatasi masalah yang terjadi di sekolah yang akan diteliti.

Ditemukan masalah kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik di kelas

IV SD IT Muhammadiyah Rawalo masih rendah. Rendahnya kemampuan

23
Upaya Meningkatkan Higher... Nisa Irmalia Fitri, FKIP UMP, 2019
berpikir tingkat tinggi peserta didik ditandai dengan kesulitan peserta didik

yang belum bisa menyelesaikan soal berbasis HOTS yang ditandai dengan

rendahnya peserta didik yang berpikir, bertindak, serta memutuskan.

Pada saat pembelajaran, guru dan strategi atau model yang digunakan

saat proses pembelajaran berlangsung sangat menentukan tingkat

keberhasilan pembelajaran. Pembelajaran yang konvensional seperti ceramah

yang berpusat pada guru membuat peserta didik kurang fokus dan

pembelajaran terkesan menjadi membosankan dan peserta didik menjadi tidak

fokus sehingga menyebabkan kemampuan berpikir peserta didik tidak

berkembang ke tingkat yang lebih tinggi. Semua mata pelajaran apalagi

sekarang setiap mata pelajaran saling berkaitan satu sama lain seharusnya

tidak hanya mengedepankan dan memfokuskan pada peningkatan kognitif

peserta didik saja, tetapi juga perlu mengembangkan aspek sikap dan

keterampilan.

Peneliti dalam melakukan penelitian ini akan menggunakan model

pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) dan dilaksanakan

sebanyak dua siklus. Setiap akhir pembelajaran akan diberikan soal evaluasi.

Model pembelajaran VCT merupakan salah satu model pembelajaran yang

digunakan sebagai sarana pengungkapan suatu nilai yang baik dan

selanjutnya akan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu teknik

penyampaiannya yaitu dengan melakukan suatu games. Games yang dipilih

oleh peneliti adalah games mencari alternatif. Penerapan games mencari

alternatif dalam model pembelajaran VCT dianggap sesuai untuk

24
Upaya Meningkatkan Higher... Nisa Irmalia Fitri, FKIP UMP, 2019
pembelajaran yang melibatkan pendirian, perasaan dan nilai yang ada. Karena

melibatkan perasaan maka peserta didik diharapkan mampu untuk merasakan

dan menilai dengan hatinya mengenai pembelajaran tersebut. Games mencari

alternatif dalam VCT juga bertujuan untuk menarik perhatian peserta didik

dalam belajar agar dapat memperjelas materi yang ingin disampaikan.

Hal ini bertujuan untuk memudahkan peserta didik dalam memahami

materi yang abstrak. Selain untuk mendukung pembelajaran, model

pembelajaran VCT juga dapat memperngaruhi nilai yang bisa diterapkan

dalam keseharian peserta didik. Menerapkan model pembelajaran VCT

Games, diharapkan pembelajaran yang dilakukan akan lebih menyenangkan

dan dapat meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik.

Guru: Pembelajaran masih belum bervariasi


Kondisi awal
Siswa: Kemampuan berpikir tingkat tinggi
masih rendah, belum bisa menyelesaikan soal
Perencanaan
berbasis HOTS, sikap nasionalisme rendah

Pembelajaran
Tindakan dengan model VCT SIKLUS 1
Mencari Alternatif

Refleksi SIKLUS 2 Refleksi

Pembelajaran lebih aktif, kemampuan Belum


Kondisi akhir berpikir tingkat tinggi meningkat, berhasil
siswa mampu menyelesaikan soal
HOTS, sikap nasionalisme siswa
meningkat siklus
berikutnya

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pikir

25
Upaya Meningkatkan Higher... Nisa Irmalia Fitri, FKIP UMP, 2019
D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan di atas tentunya dapat

diambil suatu hipotesis tindakan pada penelitian tindakan kelas ini yaitu,

penerapan model VCT dengan games mencari alternatif dapat meningkatkan

kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik pada tema 9 Kayanya

Negeriku kelas IV SD IT Muhammadiyah Rawalo.

26
Upaya Meningkatkan Higher... Nisa Irmalia Fitri, FKIP UMP, 2019

Anda mungkin juga menyukai