Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN
MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA ANGKAT-ANGKUT INDUSTRI PEMECAHAN BATU DI KECAMATAN KARANGNONGKO KABUPATEN KLATEN
Winda Agustin Rahayu
*)Alumnus FKM UNDIP, **)Dosen Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja FKM UNDIP
ABSTRAK
Keluhan muskuloskeletal merupakan keluhan pada bagian otot-otot skeletal yang
dirasakan seseorang mulai dari keluhan yang sangat ringan sampai berat. Jika kondisi ini terjadi dalam waktu yang lama dapat menyebabkan sakit permanen pada otot, sendi dan ligamen. Di industri pemecahan batu, aktivitas yang dilakukan pekerja merupakan aktivitas angkat-angkut secara manual. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan muskuloskeletal pada pekerja industri pemecahan batu di Kecamatan Karangnongko Kabupaten Klaten. Variabel yang diteliti yaitu tingkat risiko pekerjaan, keluhan muskuloskeletal, dan faktor individu yang terdiri dari usia, masa kerja, status gizi dan kebiasaan merokok. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 42 pekerja dengan pengambilan sampel menggunakan teknik total populasi. Penilaian risiko pekerjaan menggunakan LMM (Leitmarmalmethode) Jerman, penilaian keluhan muskuloskeletal menggunakan kuesioner Nordic Body Map. Analisis data menggunakan uji statistik korelasi Pearson-Product Moment dan Rank Spearman. Hasil penelitian yaitu ada hubungan antara usia (p=0.001), status gizi (p=0.016) dan kebiasaan merokok (p=0.001) dengan keluhan muskuloskeletal. Sedangkan masa kerja tidak ada hubungan dengan keluhan muskuloskeleta (0.214). Analisis faktor risiko menggunakan rasio prevalen dengan hasil usia (PR=4,44) dan kebiasaan merokok (PR=2,84) merupakan faktor risiko keluhan muskuloskeletal. Sedangkan status gizi (PR=1,25, mendekati 1) bukan merupakan faktor risiko keluhan muskuloskeletal.
Kata kunci : keluhan muskuloskeletal, angkat-angkut, industri pemecahan
batu
PENDAHULUAN menggunakan tenaga sendiri atau
Di berbagai industri masih dengan memanfaatkan tenaga banyak pekerjaan yang harus mesin. Pemindahan dengan dilakukan secara manual yang mengandalkan tenaga manusia memerlukan tuntutan dan tekanan tanpa menggunakan mesin disebut secara fisik yang berat. Pemindahan Manual Material Handling (MMH).(1) satu barang dari satu tempat ke Akibat yang ditimbulkan dari tempat lain merupakan salah satu aktivitas MMH yang tidak benar aktivitas yang sering dilakukan oleh salah satunya adalah keluhan manusia. Untuk melakukan muskoloskeletal.(2) Musculoskeletal pemindahan itu, manusia biasanya Disorders (MSDs) merupakan
penyakit yang gejalanya menyerang barang dan 20% akibat membawa
otot, syaraf, tendon, ligamen, tulang barang. Disamping itu juga sendi, tulang rawan, syaraf tulang dilaporkan bahwa 25% kecelakaan belakang. Keluhan pada sistem disebabkan karena aktvitas angkat- muskuloskeletal adalah keluhan angkut; 50-60% cedera pinggang pada bagian-bagian otot skeletal disebabkan karena aktivitas yang dirasakan oleh seseorang mengangkat dan menurunkan mulai dari keluhan sangat ringan material.(5) sampai sangat sakit. Apabila otot Faktor risiko Musculoskeletal menerima beban statis secara Disorders ini dapat dikategorikan berulang dan dalam waktu yang yaitu faktor pekerjaan, lingkungan lama, akan dapat menyebabkan dan karakteristik individu. Faktor keluhan berupa kerusakan pada pekerjaan meliputi postur tubuh, sendi, ligamen dan tendon. Keluhan beban, durasi, dan frekuensi. Faktor hingga kerusakan inilah yang lingkungan meliputi temperatur, biasanya diistilahkan dengan kelembapan dan sirkulasi udara Musculoskeletal Disorders (MSDs) serta vibrasi. Faktor karakteristik atau cedera pada sistem individu meliputi umur, masa kerja, muskuloskeletal.(3) jenis kelamin, rokok.(6) Di Indonesia berdasarkan dari Aktivitas kerja di industri hasil studi Departemen Kesehatan pemecahan batu merupakan dalam profil masalah kesehatan di aktivitas angkat-angkut secara Indonesia tahun 2005, menunjukkan manual yang dilakukan oleh para bahwa sekitar 40,5% penyakit yang pekerja. Massa beban di atas batas diderita pekerja sehubungan dengan berat maksimum (NIOSH), frekuensi pekerjaannya. Gangguan kesehatan yang cukup tinggi (terus-menerus), yang dialami pekerja, menurut dan postur kerja yang tidak penelitian yang dilakukan terhadap ergonomis dapat menimbulkan risiko 9.482 pekerja di 12 kabupaten atau gangguan pada kesehatan kota di Indonesia, umumnya berupa khususnya keluhan pada penyakit musculoskeletal disorders muskuloskeletal tubuh. (16%), kardiovaskuler (8%), Tujuan dari penelitian ini gangguan saraf (3%) dan gangguan yaitu menganalisis faktor-faktor yang THT (1,5%).(4) berhubungan dengan keluhan Menurut data Departemen muskuloskeletal pada pekerja Tenaga Kerja Amerika Serikat angkat-angkut industri pemecahan (Accident Facts,1990) cedera tulang batu di Kecamatan Karangnongko belakang adalah salah satu yang Kabupaten Klaten paling umum terjadi (22% dari semua kecelakaan kerja yang MATERI DAN METODE terjadi) dan paling banyak Jenis penelitian yang membutuhkan biaya untuk digunakan adalah explanatory pengobatannya. Salah satu research, dengan pendekatan Cross penyebab dari cedera ini adalah Sectional Study. Populasi dalam overload yang dipikul oleh tulang penelitian ini adalah seluruh pekerja belakang (> 60%) dan 60% dari angkat-angkut industri pemecahan overload ini disebabkan oleh batu di Kecamatan Karangnongko pekerjaan mengangkat barang, 20% Kabupaten Klaten yaitu sebanyak 42 pekerjaan mendorong atau menarik pekerja. Pengambilan sampel
menggunakan teknik Total Populasi mengangkut, beban berada di
yaitu mengambil seluruh anggota atas bahu (diletakkan di atas populasi sebagi sampel. kepala). Sehingga skor untuk Penelitian ini menggunakan 2 postur tubuh adalah 3. jenis kuesioner yaitu kuesioner data d. Rating Indikator Kondisi Kerja responden untuk mengetahui Kondisi ergonomi baik karakteristik individu berupa usia, karena lokasi kerja outdoor masa kerja, status gizi (berat badan sehingga terdapat cukup ruang dan tinggi badan), kebiasaan untuk bekerja dan kondisi merokok, dan kuesioner Nordic Body pencahayaan bagus. Karena Map untuk menilai keluhan itu, skor untuk kondisi kerja muskuloskeletal pada pekerja. yaitu 0. Penilaian risiko manual handling e. Penilaian Akhir (Final Rating) pada aktivitas kerja menggunakan O = T x (M + P + W) metode LMM (Leitmarkmalmethode) O=6x(4+3+0) Jerman dengan melakukan O = 42 observasi di lingkungan kerja industri Risiko yang ditimbulkan pemecahan batu di Kecamatan dari aktivitas manual handling Karangnongko Kabupaten Klaten. berada dalam tingkat 3 yaitu situasi beban kerja meningkat tinggi dan pembebanan fisik HASIL DAN PEMBAHASAN berlebih mungkin dialami oleh 1. Risiko Aktivitas Manual Handling pekerja normal. a. Rating Indikator Waktu 2. Karakteristik Individu Indikator yang dihitung Tabel 1 Distribusi Usia Pekerja adalah jarak angkut. Jarak Angkat-Angkut Industri angkut pekerja rata-rata 6 Pemecahan Batu di Kec. meter dengan frekuensi angkut Karangnongko Kab. Klaten Tahun permenit sebanyak 2 kali. 2012 Jarak angkut :2 x 6m = 12 No. Usia f % m/menit 1 < 21 3 7,14 8 jamx60x12 2 21-30 17 40,48 =5.760m 3 31-40 10 23,81 = 4 41-50 9 21,43 5,76km 5 > 50 3 7,14 Total jarak selama 1 hari kerja Jumlah 42 100,0 sebesar 5,76 km, maka skor time rating yaitu 6. Dari tabel 1 diketahui b. Rating Indikator Massa/Beban bahwa rentang nilai usia pekerja Massa batu tiap angkut sangat bervariasi dari < 21 tahun sebesar 26-28 kilogram hingga > 50 tahun. Persentase sehingga skor untuk rating usia terbanyak berada pada massa/beban yaitu 4. rentang usia 21-30 tahun yaitu c. Rating Indikator Sikap Tubuh sebesar 40,48%. Sedangkan Postur tubuh persentase usia paling sedikit membungkuk ke bawah pada berada pada usia > 50 tahun saat mengangkat batu hingga yaitu sebesar 7,14%. meraih batuan yang ada di tanah. Pada aktivitas
Kerja Pekerja Angkat-Angkut Derajat 2 27 64,29 Industri Pemecahan Batu di Kec. ringan Karangnongko Kab. Klaten Tahun Derajat 3 4 9,52 2012 sedang Masa Jumlah 42 100,0 No. Kerja f % (tahun) Tabel 4 menunjukkan bahwa 1 <1 15 35,71 sebagian besar pekerja meiliki 2 ≥1 27 64,29 kebiasaan merokok. Kebiasaan Jumlah 42 100,0 merokok pekerja paling banyak Dari tabel 2 menunjukkan termasuk dalam derajat ringan yaitu bahwa persentase masa kerja ≥ 1 sebesar 64,29% dibandingkan tahun lebih besar dibanding kebiasaan merokok pekerja dalam dengan masa kerja < 1 tahun derajat sedang sebesar 9,52%. yaitu sebesar 64,29%. Sedangkan pekerja yang tidak memiliki kebiasaan merokok Tabel 3 Distribusi Frekuensi sebanyak 26,19%. Status Gizi Pekerja Angkat- Angkut Industri Pemecahan Batu di Kec. Karangnongko Kab. Klaten Tahun 2012 No. IMT f % 1 Kurus 12 28,57 2 Normal 30 71,43 Jumlah 42 100,0 Status gizi ditentukan Tabel 5 Distribusi Frekuensi Keluhan melalui perhitungan Indeks Muskuloskeletal Pekerja Angkat- Massa Tubuh (IMT) yaitu Angkut Industri Pemecahan Batu di perbandingan berat badan (kg) Kec. Karangnongko Kab. Klaten dengan kuadrat tinggi badan (m). Tahun 2012 Tabel 3 menunjukkan bahwa Tingkat sebagian besar status gizi pekerja No. f % risiko dalam keadaan normal yaitu sebesar 71,43% dan tidak ada 1 Sedang 32 76,19 pekerja dengan status gizi 2 Tinggi 10 23,81 gemuk. Jumlah 42 100,0 Tabel 4 Distribusi Frekuensi Dari tabel 5 menunjukkan Kebiasaan Merokok Pekerja bahwa keluhan subjektif Angkat-Angkut Industri muskuloskeletal pada pekerja Pemecahan Batu di Kec. sebagian besar pada tingkat risiko Karangnongko Kab. Klaten Tahun sedang yaitu sebesar 76,19%, 2012 tingkat risiko tinggi sebesar 23,81%. Kebiasaan No. f % merokok 1 Tidak 11 26,19 Tabel 6 Hasil Uji Korelasi menggunakan Pearson Product Moment dan Rank Spearman
1 Usia pekerja 0.001 Berhubungan 2 Masa kerja 0.214 Tidak berhubungan Keluhan 3 Status gizi 0.016 Berhubungan muskuloskeletal Kebiasaan 4 0.001 Berhubungan merokok
Tabel 7 Hubungan Usia dengan ketahanan otot mulai menurun
Keluhan Muskuloskeletal karena proses penuaan, misalnya Keluhan degeneratif otot, tendon, ligamen N Usia Muskuloskeletal dan sendi sehingga risiko terjadinya PR o (tahun) Risiko Risiko keluhan pada otot meningkat. Tinggi Sedang Pada dasarnya gangguan otot f % f % adalah salah satu gejala sebagian 1 ≥ 30 8 19,1 19 45,2 4.44 besar masalah kesehatan umum 2 < 30 1 2,3 14 33,3 usia menengah dan tua. Ditambah Total dengan faktor tekanan fisik dari pekerjaan dengan situasi beban Berdasarkan analisis kerja yang meningkat tinggi (risiko hubungan antara variabel usia pekerjaan tingkat 3), akan dengan keluhan muskuloskeletal, meningkatkan risiko keluhan nilai p=0.001 lebih kecil dari 0.05 muskuloskeletal terutama pada sehingga ada hubungan antara usia pekerja usia ≥30 tahun. dengan keluhan muskuloskeletal. Penelitian yang dilakukan oleh Selanjutnya dilakukan analisis faktor Sani Rachman Soleman risiko menggunakan rasio prevalen menunjukkan bahwa usia pekerja dengan hasil nilai PR sebesar 4.44 memiliki hubungan yang signifikan (>1) yang artinya usia merupakan terhadap keluhan muskuloskeletal faktor risiko keluhan pada pekerja di Balai Yasa muskuloskeletal. Pekerja dengan Yogyakarta.(8) usia ≥ 30 memiliki risiko 4,4 kali mengalami keluhan muskuloskeletal Tabel 8 Hubungan Masa Kerja tingkat tinggi dibanding pekerja dengan Keluhan Muskuloskeletal dengan usia < 30 tahun. Masa Keluhan Muskuloskeletal Pertambahan umur No Kerja Risiko Risiko Tinggi menyebabkan penurunan (tahun) Sedang kemampuan kerja jaringan tubuh f % f % (otot, tendon, sendi, dan ligamen). 1 ≥1 3 7,14 24 57,1 Sejalan dengan meningkatnya usia akan terjadi degenerasi pada tulang 2 <1 6 14,29 9 21,43 dan keadaan ini mulai terjadi di saat Total seseorang berusia 30 tahun.(7) Pada umumnya keluhan muskuloskeletal Hasil uji statistik antara mulai dirasakan pada umur 30 tahun variabel masa kerja dengan keluhan dan semakin meningkat pada umur muskuloskeletal diperoleh nilai 40 tahun ke atas. Hal ini disebabkan p=0.214 lebih besar dari 0.05, perubahan biologis secara alamiah sehingga tidak ada hubungan antara pada usia paruh baya kekuatan dan masa kerja dengan keluhan
hubungan, maka tidak dapat f % f % dilakukan analisis faktor risiko. 1 Kurus 3 7,14 9 21,42 MSDs merupakan penyakit 1.25 14,2 kronis yang membutuhkan waktu 2 Normal 6 24 57,14 9 lama untuk berkembang dan Total bermanifestasi. Jadi semakin lama waktu bekerja atau semakin lama Hasil uji statistik antara seseorang terpajan faktor risiko variabel status gizi dengan keluhan MSDs ini maka semakin besar pula muskuloskeletal diperoleh nilai risiko untuk mengalami MSDs.(9) p=0.016 lebih kecil dari 0.05, Namun dari hasil analisis statistik sehingga ada hubungan antara antara masa kerja dengan keluhan status gizi dengan keluhan muskuloskeletal tidak memiliki muskuloskeletal. Selanjutnya hubungan. Dari hasil penelitian dilakukan analisis faktor risiko menunjukkan bahwa pekerja dengan menggunakan rasio prevalen, masa kerja ≥ 1 tahun lebih banyak dengan hasil nilai PR sebesar 1,25. mengalami keluhan muskuloskeletal Nilai PR 1,25 hampir mendekati nilai tingkat sedang (57,14%). Pada 1, sehingga artinya tidak ada keluhan muskuloskeletal tingkat pengaruh. Pekerja dengan status tinggi, proporsi pekerja dengan gizi kurus memiliki risiko 1,25 kali masa kerja < 1 tahun lebih banyak ( dibanding pekerja berstatus gizi 14,29) dibanding dengan masa kerja normal atau dapat dikatakan hampir ≥ 1 tahun (7,14%). Hal ini dapat sama risikonya. disebabkan karena penyesuaian Status gizi dikaitkan dengan yang dialami oleh pekerja yang konsumsi zat gizi dan nutrisi yang memiliki masa kerja lama dibanding dihasilkan dari konsumsi makanan dengan pekerja baru. Penyesuaian sehari-hari. Status gizi akan pada tubuh terhadap aktivitas kerja berpengaruh pada kondisi yang dilakukan terus-menerus kesehatan dan kemampuan bekerja menyebabkan ketahanan tubuh yang pada akhirnya akan pada rasa nyeri atau sakit. Dari hasil berpengaruh pada produktivitas wawancara beberapa pekerja kerja. Faktor makanan memegang (dengan masa kerja lama) mengaku peran penting dalam proses tidak terlalu banyak merasakan penurunan massa tulang keluhan dibandingkan pada masa sehubungan dengan bertambahnya awal mereka bekerja. usia. Pemberian cairan dan nutrisi Hal ini didukung oleh penelitian yang baik sangat menentukan baik Soleha yang menunjukkan bahwa tidaknya dalam melestarikan masa kerja tidak memiliki hubungan elastisitas sistem muskular. Karena yang signifikan dengan keluhan elastisitas dapat menurun seiring MSDs dengan p-value sebesar bertambahnya usia sehingga diet 0,439.(10) yang baik menjadi hal yang sangat penting.(11) Tabel 9 Hubungan Status Gizi Hal ini sesuai dengan dengan Keluhan Muskuloskeletal penelitian Inamul Aufa yang Keluhan menemukan bahwa terdapat adanya Statu No Muskuloskeletal PR hubungan antara status gizi dengan s Gizi Risiko Risiko keluhan muskuloskeletal pada
pekerja pemecah batu tradisional di tenaga, maka akan mudah lelah
Banyuwangi.(12) karena kandungan oksigen dalam darah rendah, pembakaran Tabel 10 Hubungan Kebiasaan karbohidrat terhambat, terjadi Merokok dengan Keluhan tumpukan asam laktat dan akhirnya Muskuloskeletal timbul rasa nyeri otot.(13) Keluhan Beberapa penelitian telah Kebiasaa menyajikan bukti bahwa riwayat Muskuloskeletal No n PR Risiko Risiko merokok positif dikaitkan dengan Merokok Tinggi Sedang MSDs seperti nyeri pinggang, linu f % f % panggul, atau intervertebral 19, 54,7 dischernia.(14) Hal serupa juga 1 Merokok 8 23 2.8 diungkapkan pada penelitian Soleha 04 6 4 dengan hasil bahwa terdapat Tidak 2,3 23,8 2 1 10 hubungan yang signifikan antara merokok 8 0 Total faktor individu (kebiasaan merokok) dengan keluhan MSDs.(10) Hasil uji statistik antara variabel kebiasaan merokok dengan SIMPULAN keluhan muskuloskeletal diperoleh nilai p=0.001 (<0.05), sehingga ada Final skor risiko manual hubungan antara kebiasaan handling sebesar 42. Risiko yang merokok dengan keluhan ditimbulkan berada dalam tingkat 3, muskuloskeletal. Selanjutnya yaitu situasi beban kerja meningkat dilakukan analisis faktor risiko tinggi dan pembebanan fisik berlebih menggunakan rasio prevalen mungkin dialami oleh pekerja dengan hasil nilai PR sebesar 2,84 normal. (>1) yang artinya kebiasaan Usia pekerja lebih banyak merokok merupakan faktor risiko berada ≥ 30 tahun (64,29%) terhadap keluhan muskuloskeletal. daripada < 30 tahun. Pekerja Pekerja yang memiliki kebiasaan dengan masa kerja ≥ 1 tahun lebih merokok lebih berisiko 2,84 kali banyak (64,29%) dibanding dengan mengalami keluhan muskuloskeletal masa kerja < 1 tahun. Sebagian dibanding dengan pekerja yang tidak besar pekerja berstatus gizi normal memiliki kebiasaan merokok. (71,43%). Sebagian besar pekerja Meningkatnya keluhan otot memiliki kebiasaan merokok sangat erat hubungannya dengan (73,81%), yaitu perokok ringan lama dan tingkat kebiasaan (64,29%) dan perokok sedang merokok. Semakin lama dan (9,52%). Keluhan muskuloskelatal semakin tinggi frekuensi merokok, pada pekerja lebih banyak berada semakin tinggi pula tingkat keluhan pada tingkat risiko sedang (76,19%) otot yang dirasakan. Kebiasaan daripada tingkat risiko tinggi merokok akan dapat menurunkan (23,81%). kapasitas paru-paru, sehingga Ada hubungan antara usia kemampuan untuk mengkonsumsi dengan keluhan oksigen menurun dan sebagai muskuloskeletal.Tidak ada akibatnya tingkat kesegaran tubuh hubungan antara masa kerja dengan juga menurun. Apabila melakukan keluhan muskuloskeletal. Ada tugas yang menuntut pengerahan hubungan antara status gizi dengan
keluhan muskuloskeletal.Ada Equation. 5 (2); Hal 53-60).
hubungan antara kebiasaan Surakarta: Teknik Industri merokok dengan keluhan Universitas Muhammadiyah. muskuloskeletal. Usia merupakan 2006. faktor risiko keluhan 3. Grandjean, E. Fitting The Task To muskuloskeletal. Pekerja dengan The Man 4th Edition. London : usia ≥ 30 memiliki risiko 4,4 kali Taylor & Francis Inc. 1993. mengalami keluhan muskuloskeletal 4. Sumiati. Analisa Risiko Low Back tingkat tinggi dibanding pekerja Pain (LBP) pada Perawat Unit dengan usia < 30 tahun.Pekerja Darurat dan Ruang Operasi di dengan status gizi kurus memiliki RS. Prikasih Jakarta Selatan. risiko 1,25 kali dibanding pekerja Skripsi; Fakultas Kesehatan berstatus gizi normal atau dapat Masyarakat. Universitas dikatakan hampir sama risikonya. Indonesia. 2007. Kebiasaan merokok merupakan 5. PULAT, B.M. Fundamentals Of faktor risiko terhadap keluhan Industrial Ergonomics. New muskuloskeletal. Pekerja yang jersey, USA: Hall international. memiliki kebiasaan merokok berisiko Englewood cliffs.1992. 2,84 kali mengalami keluhan 6. Nursatya, Mugi. Risiko MSDs muskuloskeletal dibanding dengan pada Pekerja Catering di PT. pekerja yang tidak memiliki Pustaka Nusantara Jakarta. kebiasaan merokok. Jakarta : Universitas Indonesia. 2008. SARAN 7. Bridger, R. S. Introduction To Bagi pemilik usaha, sebaiknya Ergonomics, 2nd.Ed. London: memberikan istirahat pendek di sela Tailor & Francis Group. 2003. waktu kerja untuk minum dan 8. Sani Rachman Soleman. relaksasi otot, misalnya istirahat tiap Kualitas Fisik, Beban Kerja Fisik 2 jam. Menggunakan alat bantu Dan Keluhan Muskuloskeletal untuk mengangkut seperti kereta Pada Pekerja Di Balai Yasa sorong untuk aktivitas memindahkan Yogyakarta. Yogyakarta: UGM. batu yang sudah dipecah dari mesin 2012. sehingga memudahkan dalam 9. Tarwaka, et al. Ergonomi Untuk memindahkan batu serta Keselamatan, Kesehatan Kerja, mempercepat pekerjaan. Pada dan Produktivitas. Surakarta: bidang kerja yang tinggi (bertangga), UNIBA Press. 2004. dibuatkan jalur untuk alat bantu 10. Soleha, Siti. Hubungan Faktor (kereta sorong) agar dapat Risiko Ergonomi Dengan digunakan juga untuk memindahkan Keluhan Musculoskeletal batu ke mesin. disorders (MSDs) Pada Operator Can Plant PT. X, Plant DAFTAR PUSTAKA Ciracas Jakarta Timur Tahun 1. Tarwaka. Ergonomi Industri. 2009. Skripsi; Jakarta: Fakultas Dasar-Dasar Pengetahuan Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Ergonomi Dan Aplikasi Di Tempat UIN Syarief Hidayatullah. 2009. Kerja. Surakarta: Harapan Press 11. Murphey S.L. Tips On How To Solo. 2010. Minimize Musculoskeletal Injury. 2. Muslimah, Dkk. Analisis Manual Essential Ergonomics. Handling Menggunakan NIOSH
Berhubungan Dengan Keluhan Muskuloskeletal Pada Pekerja Pemecah Batu Tradisional (Studi Di Bantaran Sungai Kalisetail Kecamatan Genteng Banyuwangi). Surabaya: Universitas Airlangga. 2011. 13. Tarwaka, et al. Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja, dan Produktivitas. Surakarta: UNIBA Press. 2004. 14. Emi Maijunidah. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keluhan Musculoskeletal Disorders (Msds) Pada Pekerja Assembling Pt X Bogor. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. 2010.