Anda di halaman 1dari 9

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,

Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 836 - 844


Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN


MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA ANGKAT-ANGKUT INDUSTRI
PEMECAHAN BATU DI KECAMATAN KARANGNONGKO
KABUPATEN KLATEN

Winda Agustin Rahayu


*)Alumnus FKM UNDIP, **)Dosen Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja
FKM UNDIP

ABSTRAK

Keluhan muskuloskeletal merupakan keluhan pada bagian otot-otot skeletal yang


dirasakan seseorang mulai dari keluhan yang sangat ringan sampai berat. Jika
kondisi ini terjadi dalam waktu yang lama dapat menyebabkan sakit permanen
pada otot, sendi dan ligamen. Di industri pemecahan batu, aktivitas yang
dilakukan pekerja merupakan aktivitas angkat-angkut secara manual. Penelitian
ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan
muskuloskeletal pada pekerja industri pemecahan batu di Kecamatan
Karangnongko Kabupaten Klaten. Variabel yang diteliti yaitu tingkat risiko
pekerjaan, keluhan muskuloskeletal, dan faktor individu yang terdiri dari usia,
masa kerja, status gizi dan kebiasaan merokok. Penelitian ini merupakan
penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 42
pekerja dengan pengambilan sampel menggunakan teknik total populasi.
Penilaian risiko pekerjaan menggunakan LMM (Leitmarmalmethode) Jerman,
penilaian keluhan muskuloskeletal menggunakan kuesioner Nordic Body Map.
Analisis data menggunakan uji statistik korelasi Pearson-Product Moment dan
Rank Spearman. Hasil penelitian yaitu ada hubungan antara usia (p=0.001),
status gizi (p=0.016) dan kebiasaan merokok (p=0.001) dengan keluhan
muskuloskeletal. Sedangkan masa kerja tidak ada hubungan dengan keluhan
muskuloskeleta (0.214). Analisis faktor risiko menggunakan rasio prevalen
dengan hasil usia (PR=4,44) dan kebiasaan merokok (PR=2,84) merupakan
faktor risiko keluhan muskuloskeletal. Sedangkan status gizi (PR=1,25,
mendekati 1) bukan merupakan faktor risiko keluhan muskuloskeletal.

Kata kunci : keluhan muskuloskeletal, angkat-angkut, industri pemecahan


batu

PENDAHULUAN menggunakan tenaga sendiri atau


Di berbagai industri masih dengan memanfaatkan tenaga
banyak pekerjaan yang harus mesin. Pemindahan dengan
dilakukan secara manual yang mengandalkan tenaga manusia
memerlukan tuntutan dan tekanan tanpa menggunakan mesin disebut
secara fisik yang berat. Pemindahan Manual Material Handling (MMH).(1)
satu barang dari satu tempat ke Akibat yang ditimbulkan dari
tempat lain merupakan salah satu aktivitas MMH yang tidak benar
aktivitas yang sering dilakukan oleh salah satunya adalah keluhan
manusia. Untuk melakukan muskoloskeletal.(2) Musculoskeletal
pemindahan itu, manusia biasanya Disorders (MSDs) merupakan

Winda Agustin Rahayu


Alumnus Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDIP © 2012
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 836 - 844
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

penyakit yang gejalanya menyerang barang dan 20% akibat membawa


otot, syaraf, tendon, ligamen, tulang barang. Disamping itu juga
sendi, tulang rawan, syaraf tulang dilaporkan bahwa 25% kecelakaan
belakang. Keluhan pada sistem disebabkan karena aktvitas angkat-
muskuloskeletal adalah keluhan angkut; 50-60% cedera pinggang
pada bagian-bagian otot skeletal disebabkan karena aktivitas
yang dirasakan oleh seseorang mengangkat dan menurunkan
mulai dari keluhan sangat ringan material.(5)
sampai sangat sakit. Apabila otot Faktor risiko Musculoskeletal
menerima beban statis secara Disorders ini dapat dikategorikan
berulang dan dalam waktu yang yaitu faktor pekerjaan, lingkungan
lama, akan dapat menyebabkan dan karakteristik individu. Faktor
keluhan berupa kerusakan pada pekerjaan meliputi postur tubuh,
sendi, ligamen dan tendon. Keluhan beban, durasi, dan frekuensi. Faktor
hingga kerusakan inilah yang lingkungan meliputi temperatur,
biasanya diistilahkan dengan kelembapan dan sirkulasi udara
Musculoskeletal Disorders (MSDs) serta vibrasi. Faktor karakteristik
atau cedera pada sistem individu meliputi umur, masa kerja,
muskuloskeletal.(3) jenis kelamin, rokok.(6)
Di Indonesia berdasarkan dari Aktivitas kerja di industri
hasil studi Departemen Kesehatan pemecahan batu merupakan
dalam profil masalah kesehatan di aktivitas angkat-angkut secara
Indonesia tahun 2005, menunjukkan manual yang dilakukan oleh para
bahwa sekitar 40,5% penyakit yang pekerja. Massa beban di atas batas
diderita pekerja sehubungan dengan berat maksimum (NIOSH), frekuensi
pekerjaannya. Gangguan kesehatan yang cukup tinggi (terus-menerus),
yang dialami pekerja, menurut dan postur kerja yang tidak
penelitian yang dilakukan terhadap ergonomis dapat menimbulkan risiko
9.482 pekerja di 12 kabupaten atau gangguan pada kesehatan
kota di Indonesia, umumnya berupa khususnya keluhan pada
penyakit musculoskeletal disorders muskuloskeletal tubuh.
(16%), kardiovaskuler (8%), Tujuan dari penelitian ini
gangguan saraf (3%) dan gangguan yaitu menganalisis faktor-faktor yang
THT (1,5%).(4) berhubungan dengan keluhan
Menurut data Departemen muskuloskeletal pada pekerja
Tenaga Kerja Amerika Serikat angkat-angkut industri pemecahan
(Accident Facts,1990) cedera tulang batu di Kecamatan Karangnongko
belakang adalah salah satu yang Kabupaten Klaten
paling umum terjadi (22% dari
semua kecelakaan kerja yang MATERI DAN METODE
terjadi) dan paling banyak Jenis penelitian yang
membutuhkan biaya untuk digunakan adalah explanatory
pengobatannya. Salah satu research, dengan pendekatan Cross
penyebab dari cedera ini adalah Sectional Study. Populasi dalam
overload yang dipikul oleh tulang penelitian ini adalah seluruh pekerja
belakang (> 60%) dan 60% dari angkat-angkut industri pemecahan
overload ini disebabkan oleh batu di Kecamatan Karangnongko
pekerjaan mengangkat barang, 20% Kabupaten Klaten yaitu sebanyak 42
pekerjaan mendorong atau menarik pekerja. Pengambilan sampel

Winda Agustin Rahayu


Alumnus Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDIP © 2012
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 836 - 844
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

menggunakan teknik Total Populasi mengangkut, beban berada di


yaitu mengambil seluruh anggota atas bahu (diletakkan di atas
populasi sebagi sampel. kepala). Sehingga skor untuk
Penelitian ini menggunakan 2 postur tubuh adalah 3.
jenis kuesioner yaitu kuesioner data d. Rating Indikator Kondisi Kerja
responden untuk mengetahui Kondisi ergonomi baik
karakteristik individu berupa usia, karena lokasi kerja outdoor
masa kerja, status gizi (berat badan sehingga terdapat cukup ruang
dan tinggi badan), kebiasaan untuk bekerja dan kondisi
merokok, dan kuesioner Nordic Body pencahayaan bagus. Karena
Map untuk menilai keluhan itu, skor untuk kondisi kerja
muskuloskeletal pada pekerja. yaitu 0.
Penilaian risiko manual handling e. Penilaian Akhir (Final Rating)
pada aktivitas kerja menggunakan O = T x (M + P + W)
metode LMM (Leitmarkmalmethode) O=6x(4+3+0)
Jerman dengan melakukan O = 42
observasi di lingkungan kerja industri Risiko yang ditimbulkan
pemecahan batu di Kecamatan dari aktivitas manual handling
Karangnongko Kabupaten Klaten. berada dalam tingkat 3 yaitu
situasi beban kerja meningkat
tinggi dan pembebanan fisik
HASIL DAN PEMBAHASAN berlebih mungkin dialami oleh
1. Risiko Aktivitas Manual Handling pekerja normal.
a. Rating Indikator Waktu 2. Karakteristik Individu
Indikator yang dihitung Tabel 1 Distribusi Usia Pekerja
adalah jarak angkut. Jarak Angkat-Angkut Industri
angkut pekerja rata-rata 6 Pemecahan Batu di Kec.
meter dengan frekuensi angkut Karangnongko Kab. Klaten Tahun
permenit sebanyak 2 kali. 2012
Jarak angkut :2 x 6m = 12 No. Usia f %
m/menit 1 < 21 3 7,14
8 jamx60x12 2 21-30 17 40,48
=5.760m 3 31-40 10 23,81
= 4 41-50 9 21,43
5,76km 5 > 50 3 7,14
Total jarak selama 1 hari kerja Jumlah 42 100,0
sebesar 5,76 km, maka skor
time rating yaitu 6. Dari tabel 1 diketahui
b. Rating Indikator Massa/Beban bahwa rentang nilai usia pekerja
Massa batu tiap angkut sangat bervariasi dari < 21 tahun
sebesar 26-28 kilogram hingga > 50 tahun. Persentase
sehingga skor untuk rating usia terbanyak berada pada
massa/beban yaitu 4. rentang usia 21-30 tahun yaitu
c. Rating Indikator Sikap Tubuh sebesar 40,48%. Sedangkan
Postur tubuh persentase usia paling sedikit
membungkuk ke bawah pada berada pada usia > 50 tahun
saat mengangkat batu hingga yaitu sebesar 7,14%.
meraih batuan yang ada di
tanah. Pada aktivitas

Winda Agustin Rahayu


Alumnus Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDIP © 2012
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 836 - 844
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Masa merokok


Kerja Pekerja Angkat-Angkut Derajat
2 27 64,29
Industri Pemecahan Batu di Kec. ringan
Karangnongko Kab. Klaten Tahun Derajat
3 4 9,52
2012 sedang
Masa Jumlah 42 100,0
No. Kerja f %
(tahun) Tabel 4 menunjukkan bahwa
1 <1 15 35,71 sebagian besar pekerja meiliki
2 ≥1 27 64,29 kebiasaan merokok. Kebiasaan
Jumlah 42 100,0 merokok pekerja paling banyak
Dari tabel 2 menunjukkan termasuk dalam derajat ringan yaitu
bahwa persentase masa kerja ≥ 1 sebesar 64,29% dibandingkan
tahun lebih besar dibanding kebiasaan merokok pekerja dalam
dengan masa kerja < 1 tahun derajat sedang sebesar 9,52%.
yaitu sebesar 64,29%. Sedangkan pekerja yang tidak
memiliki kebiasaan merokok
Tabel 3 Distribusi Frekuensi sebanyak 26,19%.
Status Gizi Pekerja Angkat-
Angkut Industri Pemecahan Batu
di Kec. Karangnongko Kab.
Klaten Tahun 2012
No. IMT f %
1 Kurus 12 28,57
2 Normal 30 71,43
Jumlah 42 100,0
Status gizi ditentukan Tabel 5 Distribusi Frekuensi Keluhan
melalui perhitungan Indeks Muskuloskeletal Pekerja Angkat-
Massa Tubuh (IMT) yaitu Angkut Industri Pemecahan Batu di
perbandingan berat badan (kg) Kec. Karangnongko Kab. Klaten
dengan kuadrat tinggi badan (m). Tahun 2012
Tabel 3 menunjukkan bahwa Tingkat
sebagian besar status gizi pekerja No. f %
risiko
dalam keadaan normal yaitu
sebesar 71,43% dan tidak ada 1 Sedang 32 76,19
pekerja dengan status gizi 2 Tinggi 10 23,81
gemuk.
Jumlah 42 100,0
Tabel 4 Distribusi Frekuensi
Dari tabel 5 menunjukkan
Kebiasaan Merokok Pekerja
bahwa keluhan subjektif
Angkat-Angkut Industri
muskuloskeletal pada pekerja
Pemecahan Batu di Kec.
sebagian besar pada tingkat risiko
Karangnongko Kab. Klaten Tahun
sedang yaitu sebesar 76,19%,
2012
tingkat risiko tinggi sebesar 23,81%.
Kebiasaan
No. f %
merokok
1 Tidak 11 26,19
Tabel 6 Hasil Uji Korelasi menggunakan Pearson Product Moment dan Rank
Spearman

Winda Agustin Rahayu


Alumnus Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDIP © 2012
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 836 - 844
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

No Variabel Bebas Variabel Terikat p-value Makna


1 Usia pekerja 0.001 Berhubungan
2 Masa kerja 0.214 Tidak berhubungan
Keluhan
3 Status gizi 0.016 Berhubungan
muskuloskeletal
Kebiasaan
4 0.001 Berhubungan
merokok

Tabel 7 Hubungan Usia dengan ketahanan otot mulai menurun


Keluhan Muskuloskeletal karena proses penuaan, misalnya
Keluhan degeneratif otot, tendon, ligamen
N Usia Muskuloskeletal dan sendi sehingga risiko terjadinya
PR
o (tahun) Risiko Risiko keluhan pada otot meningkat.
Tinggi Sedang Pada dasarnya gangguan otot
f % f % adalah salah satu gejala sebagian
1 ≥ 30 8 19,1 19 45,2 4.44 besar masalah kesehatan umum
2 < 30 1 2,3 14 33,3 usia menengah dan tua. Ditambah
Total dengan faktor tekanan fisik dari
pekerjaan dengan situasi beban
Berdasarkan analisis kerja yang meningkat tinggi (risiko
hubungan antara variabel usia pekerjaan tingkat 3), akan
dengan keluhan muskuloskeletal, meningkatkan risiko keluhan
nilai p=0.001 lebih kecil dari 0.05 muskuloskeletal terutama pada
sehingga ada hubungan antara usia pekerja usia ≥30 tahun.
dengan keluhan muskuloskeletal. Penelitian yang dilakukan oleh
Selanjutnya dilakukan analisis faktor Sani Rachman Soleman
risiko menggunakan rasio prevalen menunjukkan bahwa usia pekerja
dengan hasil nilai PR sebesar 4.44 memiliki hubungan yang signifikan
(>1) yang artinya usia merupakan terhadap keluhan muskuloskeletal
faktor risiko keluhan pada pekerja di Balai Yasa
muskuloskeletal. Pekerja dengan Yogyakarta.(8)
usia ≥ 30 memiliki risiko 4,4 kali
mengalami keluhan muskuloskeletal Tabel 8 Hubungan Masa Kerja
tingkat tinggi dibanding pekerja dengan Keluhan Muskuloskeletal
dengan usia < 30 tahun. Masa Keluhan Muskuloskeletal
Pertambahan umur No Kerja Risiko
Risiko Tinggi
menyebabkan penurunan (tahun) Sedang
kemampuan kerja jaringan tubuh f % f %
(otot, tendon, sendi, dan ligamen). 1 ≥1 3 7,14 24 57,1
Sejalan dengan meningkatnya usia
akan terjadi degenerasi pada tulang 2 <1 6 14,29 9 21,43
dan keadaan ini mulai terjadi di saat Total
seseorang berusia 30 tahun.(7) Pada
umumnya keluhan muskuloskeletal Hasil uji statistik antara
mulai dirasakan pada umur 30 tahun variabel masa kerja dengan keluhan
dan semakin meningkat pada umur muskuloskeletal diperoleh nilai
40 tahun ke atas. Hal ini disebabkan p=0.214 lebih besar dari 0.05,
perubahan biologis secara alamiah sehingga tidak ada hubungan antara
pada usia paruh baya kekuatan dan masa kerja dengan keluhan

Winda Agustin Rahayu


Alumnus Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDIP © 2012
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 836 - 844
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

muskuloskeletal. Karena tidak ada Tinggi Sedang


hubungan, maka tidak dapat f % f %
dilakukan analisis faktor risiko. 1 Kurus 3 7,14 9 21,42
MSDs merupakan penyakit 1.25
14,2
kronis yang membutuhkan waktu 2 Normal 6 24 57,14
9
lama untuk berkembang dan Total
bermanifestasi. Jadi semakin lama
waktu bekerja atau semakin lama Hasil uji statistik antara
seseorang terpajan faktor risiko variabel status gizi dengan keluhan
MSDs ini maka semakin besar pula muskuloskeletal diperoleh nilai
risiko untuk mengalami MSDs.(9) p=0.016 lebih kecil dari 0.05,
Namun dari hasil analisis statistik sehingga ada hubungan antara
antara masa kerja dengan keluhan status gizi dengan keluhan
muskuloskeletal tidak memiliki muskuloskeletal. Selanjutnya
hubungan. Dari hasil penelitian dilakukan analisis faktor risiko
menunjukkan bahwa pekerja dengan menggunakan rasio prevalen,
masa kerja ≥ 1 tahun lebih banyak dengan hasil nilai PR sebesar 1,25.
mengalami keluhan muskuloskeletal Nilai PR 1,25 hampir mendekati nilai
tingkat sedang (57,14%). Pada 1, sehingga artinya tidak ada
keluhan muskuloskeletal tingkat pengaruh. Pekerja dengan status
tinggi, proporsi pekerja dengan gizi kurus memiliki risiko 1,25 kali
masa kerja < 1 tahun lebih banyak ( dibanding pekerja berstatus gizi
14,29) dibanding dengan masa kerja normal atau dapat dikatakan hampir
≥ 1 tahun (7,14%). Hal ini dapat sama risikonya.
disebabkan karena penyesuaian Status gizi dikaitkan dengan
yang dialami oleh pekerja yang konsumsi zat gizi dan nutrisi yang
memiliki masa kerja lama dibanding dihasilkan dari konsumsi makanan
dengan pekerja baru. Penyesuaian sehari-hari. Status gizi akan
pada tubuh terhadap aktivitas kerja berpengaruh pada kondisi
yang dilakukan terus-menerus kesehatan dan kemampuan bekerja
menyebabkan ketahanan tubuh yang pada akhirnya akan
pada rasa nyeri atau sakit. Dari hasil berpengaruh pada produktivitas
wawancara beberapa pekerja kerja. Faktor makanan memegang
(dengan masa kerja lama) mengaku peran penting dalam proses
tidak terlalu banyak merasakan penurunan massa tulang
keluhan dibandingkan pada masa sehubungan dengan bertambahnya
awal mereka bekerja. usia. Pemberian cairan dan nutrisi
Hal ini didukung oleh penelitian yang baik sangat menentukan baik
Soleha yang menunjukkan bahwa tidaknya dalam melestarikan
masa kerja tidak memiliki hubungan elastisitas sistem muskular. Karena
yang signifikan dengan keluhan elastisitas dapat menurun seiring
MSDs dengan p-value sebesar bertambahnya usia sehingga diet
0,439.(10) yang baik menjadi hal yang sangat
penting.(11)
Tabel 9 Hubungan Status Gizi Hal ini sesuai dengan
dengan Keluhan Muskuloskeletal penelitian Inamul Aufa yang
Keluhan menemukan bahwa terdapat adanya
Statu
No Muskuloskeletal PR hubungan antara status gizi dengan
s Gizi
Risiko Risiko keluhan muskuloskeletal pada

Winda Agustin Rahayu


Alumnus Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDIP © 2012
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 836 - 844
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

pekerja pemecah batu tradisional di tenaga, maka akan mudah lelah


Banyuwangi.(12) karena kandungan oksigen dalam
darah rendah, pembakaran
Tabel 10 Hubungan Kebiasaan karbohidrat terhambat, terjadi
Merokok dengan Keluhan tumpukan asam laktat dan akhirnya
Muskuloskeletal timbul rasa nyeri otot.(13)
Keluhan Beberapa penelitian telah
Kebiasaa menyajikan bukti bahwa riwayat
Muskuloskeletal
No n PR
Risiko Risiko merokok positif dikaitkan dengan
Merokok
Tinggi Sedang MSDs seperti nyeri pinggang, linu
f % f % panggul, atau intervertebral
19, 54,7 dischernia.(14) Hal serupa juga
1 Merokok 8 23 2.8 diungkapkan pada penelitian Soleha
04 6
4 dengan hasil bahwa terdapat
Tidak 2,3 23,8
2 1 10 hubungan yang signifikan antara
merokok 8 0
Total faktor individu (kebiasaan merokok)
dengan keluhan MSDs.(10)
Hasil uji statistik antara
variabel kebiasaan merokok dengan SIMPULAN
keluhan muskuloskeletal diperoleh
nilai p=0.001 (<0.05), sehingga ada Final skor risiko manual
hubungan antara kebiasaan handling sebesar 42. Risiko yang
merokok dengan keluhan ditimbulkan berada dalam tingkat 3,
muskuloskeletal. Selanjutnya yaitu situasi beban kerja meningkat
dilakukan analisis faktor risiko tinggi dan pembebanan fisik berlebih
menggunakan rasio prevalen mungkin dialami oleh pekerja
dengan hasil nilai PR sebesar 2,84 normal.
(>1) yang artinya kebiasaan Usia pekerja lebih banyak
merokok merupakan faktor risiko berada ≥ 30 tahun (64,29%)
terhadap keluhan muskuloskeletal. daripada < 30 tahun. Pekerja
Pekerja yang memiliki kebiasaan dengan masa kerja ≥ 1 tahun lebih
merokok lebih berisiko 2,84 kali banyak (64,29%) dibanding dengan
mengalami keluhan muskuloskeletal masa kerja < 1 tahun. Sebagian
dibanding dengan pekerja yang tidak besar pekerja berstatus gizi normal
memiliki kebiasaan merokok. (71,43%). Sebagian besar pekerja
Meningkatnya keluhan otot memiliki kebiasaan merokok
sangat erat hubungannya dengan (73,81%), yaitu perokok ringan
lama dan tingkat kebiasaan (64,29%) dan perokok sedang
merokok. Semakin lama dan (9,52%). Keluhan muskuloskelatal
semakin tinggi frekuensi merokok, pada pekerja lebih banyak berada
semakin tinggi pula tingkat keluhan pada tingkat risiko sedang (76,19%)
otot yang dirasakan. Kebiasaan daripada tingkat risiko tinggi
merokok akan dapat menurunkan (23,81%).
kapasitas paru-paru, sehingga Ada hubungan antara usia
kemampuan untuk mengkonsumsi dengan keluhan
oksigen menurun dan sebagai muskuloskeletal.Tidak ada
akibatnya tingkat kesegaran tubuh hubungan antara masa kerja dengan
juga menurun. Apabila melakukan keluhan muskuloskeletal. Ada
tugas yang menuntut pengerahan hubungan antara status gizi dengan

Winda Agustin Rahayu


Alumnus Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDIP © 2012
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 836 - 844
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

keluhan muskuloskeletal.Ada Equation. 5 (2); Hal 53-60).


hubungan antara kebiasaan Surakarta: Teknik Industri
merokok dengan keluhan Universitas Muhammadiyah.
muskuloskeletal. Usia merupakan 2006.
faktor risiko keluhan 3. Grandjean, E. Fitting The Task To
muskuloskeletal. Pekerja dengan The Man 4th Edition. London :
usia ≥ 30 memiliki risiko 4,4 kali Taylor & Francis Inc. 1993.
mengalami keluhan muskuloskeletal 4. Sumiati. Analisa Risiko Low Back
tingkat tinggi dibanding pekerja Pain (LBP) pada Perawat Unit
dengan usia < 30 tahun.Pekerja Darurat dan Ruang Operasi di
dengan status gizi kurus memiliki RS. Prikasih Jakarta Selatan.
risiko 1,25 kali dibanding pekerja Skripsi; Fakultas Kesehatan
berstatus gizi normal atau dapat Masyarakat. Universitas
dikatakan hampir sama risikonya. Indonesia. 2007.
Kebiasaan merokok merupakan 5. PULAT, B.M. Fundamentals Of
faktor risiko terhadap keluhan Industrial Ergonomics. New
muskuloskeletal. Pekerja yang jersey, USA: Hall international.
memiliki kebiasaan merokok berisiko Englewood cliffs.1992.
2,84 kali mengalami keluhan 6. Nursatya, Mugi. Risiko MSDs
muskuloskeletal dibanding dengan pada Pekerja Catering di PT.
pekerja yang tidak memiliki Pustaka Nusantara Jakarta.
kebiasaan merokok. Jakarta : Universitas Indonesia.
2008.
SARAN 7. Bridger, R. S. Introduction To
Bagi pemilik usaha, sebaiknya Ergonomics, 2nd.Ed. London:
memberikan istirahat pendek di sela Tailor & Francis Group. 2003.
waktu kerja untuk minum dan 8. Sani Rachman Soleman.
relaksasi otot, misalnya istirahat tiap Kualitas Fisik, Beban Kerja Fisik
2 jam. Menggunakan alat bantu Dan Keluhan Muskuloskeletal
untuk mengangkut seperti kereta Pada Pekerja Di Balai Yasa
sorong untuk aktivitas memindahkan Yogyakarta. Yogyakarta: UGM.
batu yang sudah dipecah dari mesin 2012.
sehingga memudahkan dalam 9. Tarwaka, et al. Ergonomi Untuk
memindahkan batu serta Keselamatan, Kesehatan Kerja,
mempercepat pekerjaan. Pada dan Produktivitas. Surakarta:
bidang kerja yang tinggi (bertangga), UNIBA Press. 2004.
dibuatkan jalur untuk alat bantu 10. Soleha, Siti. Hubungan Faktor
(kereta sorong) agar dapat Risiko Ergonomi Dengan
digunakan juga untuk memindahkan Keluhan Musculoskeletal
batu ke mesin. disorders (MSDs) Pada
Operator Can Plant PT. X, Plant
DAFTAR PUSTAKA Ciracas Jakarta Timur Tahun
1. Tarwaka. Ergonomi Industri. 2009. Skripsi; Jakarta: Fakultas
Dasar-Dasar Pengetahuan Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Ergonomi Dan Aplikasi Di Tempat UIN Syarief Hidayatullah. 2009.
Kerja. Surakarta: Harapan Press 11. Murphey S.L. Tips On How To
Solo. 2010. Minimize Musculoskeletal Injury.
2. Muslimah, Dkk. Analisis Manual Essential Ergonomics.
Handling Menggunakan NIOSH

Winda Agustin Rahayu


Alumnus Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDIP © 2012
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 836 - 844
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

12. Inamul Aufaa. Faktor Yang


Berhubungan Dengan Keluhan
Muskuloskeletal Pada Pekerja
Pemecah Batu Tradisional
(Studi Di Bantaran Sungai
Kalisetail Kecamatan Genteng
Banyuwangi). Surabaya:
Universitas Airlangga. 2011.
13. Tarwaka, et al. Ergonomi Untuk
Keselamatan, Kesehatan Kerja,
dan Produktivitas. Surakarta:
UNIBA Press. 2004.
14. Emi Maijunidah. Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Keluhan
Musculoskeletal Disorders
(Msds) Pada Pekerja
Assembling Pt X Bogor. Jakarta:
Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah. 2010.

Winda Agustin Rahayu


Alumnus Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDIP © 2012

Anda mungkin juga menyukai